Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 32 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sabina Adwina Oktovidonna
"Fosfor merupakan sumber daya terbatas yang berperan penting dalam kegiatan agrikultur di seluruh dunia. Namun, keberadaan fosfor seringkali terbuang sia-sia baik dalam air limbah hasil kegiatan pertanian maupun dalam air limbah domestik. Maka dari itu, lumpur aktif dalam suatu Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) diperkirakan mempunyai potensi besar menjadi sumber fosfor yang baru. Adapun tujuan penelitian ini adalah menentukan kondisi optimum dalam upaya pemulihan fosfor dari lumpur aktif berdasarkan nilai pH, suhu, dan waktu kontak melalui proses fisik dan kimia. Bentuk penelitian ini adalah analisis potensi pemulihan fosfor dari lumpur aktif IPAL MBBR Setiabudi dengan bantuan pemodelan Visual MINTEQ 4.0. Jenis penelitian merupakan penelitian kuantitatif dimana akan didapatkannya nilai pH dan suhu optimum berdasarkan pelepasan fosfor yang telah diujikan. Penelitian terdiri dari 3 tahap utama, yaitu pengujian ICP-OES, simulasi Visual MINTEQ 4.0, dan pengujian eksperimen menggunakan shakers. Pengujian ICP-OES dilakukan untuk mengetahui kandungan logam pada  sampel lumpur aktif. Data tersebut kemudian digunakan sebagai inputan pemodelan Visual MINTEQ untuk mencari nilai indeks saturasi senyawa fosfor sehingga dapat ditentukannya kondisi ideal pelepasan fosfor. Selanjutnya, pengujian shakers dilakukan dengan rincian pengujian pH dan suhu dalam rentang waktu kontak yang telah ditetapkan. Hasil eksperimen menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai pH, maka potensi pelepasan fosfor akan semakin rendah dimana nilai pH yang paling efektif adalah pH 4 dengan konsentrasi fosfor tertinggi sebesar 18,10 mg/L. Sedangkan berdasarkan waktu kontak, fosfor pada lumpur aktif akan mengalami proses pelarutan dan presipitasi sampai akhirnya mencapai titik kesetimbangan, yaitu pada menit ke-15. Adapun faktor yang mempengaruhi proses pelepasan fosfor adalah kandungan organik yang smendominasi sampel lumpur aktif, yaitu 85,42%. Selain itu, kandungan logam pada lumpur aktif yang tinggi juga dapat mengurangi potensi pemulihan fosfor karena fosfor cenderung berikatan dengan logam dan membentuk senyawa baru

Phosphorus is a limited resource that plays an important role in agricultural activities troughout the world. However, phosphorus is often wasted both in wastewater resulting from agricultural activities and in domestic wastewater. Therefore, activated sludge in a Wastewater Treatment Plant (WWTP) is estimated to have great potential to become a new source of phosphorus. The aim of this research is to determine the optimum conditions for recovering phosphorus from activated sludge based on pH value, temperature, and contact time through physical and chemical processes. The form of this research is an analysis of the potential of phosphorus recovery from the activated sludge of the IPAL MBBR Setiabudi with the help of Visual MINTEQ 4.0 modelling. This type of research is quantitive research where optimum pH and temperature values will be obtained based on the release of phosphorus that has been tested. The research consisted of 3 main stages, which is ICP-OES testing, simulation of Visual MINTEQ 4.0, and experimental testing using shakers. ICP-OES testing was carried out to determine the metal content in activated sludge samples. This data is then used as input for Visual MINTEQ modelling to find the saturation index value for phosphorus compounds so that ideal conditions for phosphorus release can be determines. Next, shakers testing is carried out with detailed pH and temperature tests within a predetermined contact time range. The experimental results show that the higher the pH value, the lower the potential for phosphorus releasem where the most effective pH value is pH 4 with the highest phosphorus concentration of 18,10 mg/L. Meanwhile, based on contact time, phosphorus in activated sludge will undergo a dissolution and precipitation proscess until it finally reaches the equilibrium point, namely in the 15 minutes. The factor that influences the phosphorus release process is the organic content in activated sludge which dominates, approximately 85,42%. In addition, the high metal content in activated sludge can also reduce the potential for phosphorus recovery because phosphorus tends to bind with metal and formed new compounds."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aldo Raventio Adam
"TPST (Tempat Pengolahan Sampah Terpadu) Bantargebang memiliki IPAS (Instalasi Pengolahan Air Sampah) yang dapat mengolah air lindi hingga 150 m3/hari. Air lindi yang dihasilkan IPAS III Bantargebang Bekasi mengandung zat atau kontaminan berbahaya yang perlu diolah agar memenuhi baku mutu lingkungan sebelum dapat dialirkan ke badan air. Tujuan utama penelitian ini adalah menganalisis efektivitas proses Fenton Heterogen dan Foto-Fenton Heterogen sebagai pengolahan lanjutan (Advanced Oxidation Process - AOP) air lindi. Reaksi Fenton Heterogen yang merupakan reaksi yang menghasilkan hydroxyl radical (*OH) untuk mengoksidasi senyawa organik maupun anorganik dapat meningkat berkali lipat apabila diradiasikan dengan UV / cahaya tampak yang biasa disebut sebagai Foto-Fenton. Parameter warna meningkat setelah proses Fenton akibat leaching besi dari katalis. Desain eksperimen menggunakan analisa tren grafik digunakan untuk menganalisis pengaruh parameter operasional yaitu pH, ORP, Warna, COD, besi, dan residu H2O2. Kondisi eksperimen diatur agar pH 4, rasio konsentrasi H2O2 : COD adalah 1:1, waktu detensi 60 menit, dan rasio P/V 32 W/L. Hasil eksperimen menunjukan bahwa reaksi Fenton Heterogen (FH) memberikan penyisihan warna mencapai 43% dan penyisihan COD mencapai 69%. Reaksi Foto(UV)-Fenton Heterogen dapat memberikan penyisihan warna mencapai 33% dan penyisihan mencapai COD 84%. Reaksi Foto(VIS)-Fenton Heterogen dapat memberikan penyisihan warna mencapai 67% dan penyisihan COD mencapai 84%. Keseluruhan hasil eksperimen menunjukan bahwa reaksi Foto(VIS)-Fenton Heterogen dapat memiliki efisiensi penyisihan warna dan COD yang lebih tinggi dibanding reaksi Fenton lainnya. Maka dari itu, reaksi Foto(VIS)-Fenton Heterogen merupakan metode pengolahan lindi paling optimal yang dapat diterapkan di IPAS III Bantargebang.

Bantargebang TPST (Tempat Pembuangan Sampah Terpadu) has an IPAS (Instalasi Pengolahan Air Sampah, leachate water treatment plant) which treats leachate up to 150 m3/day. The leachate treated by IPAS III Bantargebang Bekasi contains hazardous substances or contaminants that must be treated to meet environmental quality standards before being discharged into water bodies. This study's main objective is to analyze the effectiveness of Heterogeneous Fenton and Heterogeneous Photo-Fenton processes as an Advanced Oxidation Process (AOP) of leachate. Heterogeneous Fenton reaction, which is a reaction that produces hydroxyl radicals (*OH) to oxidize organic and inorganic compounds, can increase many times when irradiated with UV / visible light, which is commonly referred to as Photo-Fenton. Color increase after Fenton reaction because leaching process if catalyst. The experimental design using graph trend analysis was used to analyze the effect of operational parameters, namely pH, ORP, Color, COD, iron, and H2O2 residue. The experimental conditions were set to pH 4, the concentration ratio of H2O2: COD was 1:1, the detention time was 60 minutes, and the P/V ratio was 32 W/L. The experimental results showed that the Heterogeneous Fenton reaction (FH) gave a colour removal of 43% and a COD removal of 69%. Heterogeneous Photo(UV)-Fenton reaction can provide colour removal up to 33% and removal up to 84% COD. Heterogeneous Photo(VIS)-Fenton reaction can provide colour removal of up to 67% and COD removal of up to 84%. Overall experimental results show that the Heterogeneous Photo(VIS)-Fenton reaction can have a higher efficiency of colour removal and COD than other Fenton reactions. Therefore, the Heterogeneous Photo(VIS)-Fenton reaction is the optimal leachate treatment method applied at IPAS III Bantargebang."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marsya Ardhelia Putri
"Limbah elektronik merupakan salah satu jenis limbah yang termasuk ke dalam kategori limbah B3. Jumlah limbah elektronik diseluruh dunia diperkirakan sebanyak 53,6 juta ton tetapi hanya 17,4% yang tercatat telah di daur ulang. Di Indonesia, terdapat 1634 kilo ton limbah elektronik. Besarnya jumlah timbulan limbah elektronik akan berpengaruh terhadap jumlah emisi yang dihasilkan dari proses transportasi yang dilakukan untuk mengangkut limbah elektronik tersebut. Di DKI Jakarta, terdapat program berupa penjemputan limbah elektronik dari rumah warga dan penjemputan limbah elektronik di dropbox. Selain itu, limbah elektronik ini dapat bersumber dari TPS B3 yang akan dikirimkan ke gudang Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui komposisi limbah elektronik, jumlah timbulan limbah elektronik, dan emisi yang dihasilkan dari proses transportasi limbah elektronik di DKI Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komposisi limbah elektronik terbesar berasal dari peralatan elektronik kecil sebesar 41% dan komposisi limbah elektronik terkecil berasal dari lampu sebesar 2%. Rata-rata timbulan limbah elektronik pada tahun 2021-2023 sebesar 10.08 ton/tahun. Hasil penelitian lainnya menunjukkan nilai emisi CO2 terbesar dihasilkan dari program penjemputan e-waste di rumah warga pada tahun 2022 sebesar 997.1 kg CO2. Rata-rata emisi yang dihasilkan dari setiap kilogram e-waste yang diangkut selama tahun 2021-2023 sebesar 4.18 kg CO2/kg e-waste. Nilai tersebut masih cukup besar jika dibandingkan dengan proses transportasi limbah domestik yang berada di angka 0.62 kg CO2/kg limbah domestik. Emisi yang dihasilkan akan semakin besar seiring bertambahnya jarak transportasi dan frekuensi pengangkutan yang dilakukan.

Electronic waste is one type of waste that falls into the category of hazardous waste (B3). The global amount of electronic waste is estimated to be 53.6 million tons, but only 17.4% is recorded as having been recycled. In Indonesia, there are 1634 kilotons of electronic waste. The large amount of electronic waste generated will affect the emissions produced from the transportation process used to transport this electronic waste. In DKI Jakarta, there is a program for collecting electronic waste from residents' homes and collecting electronic waste at drop boxes. Additionally, this electronic waste can come from B3 waste collection points and will be sent to the DKI Jakarta Environmental Agency warehouse. This study was conducted to determine the composition of electronic waste, the amount of electronic waste generated, and the emissions produced from the electronic waste transportation process in DKI Jakarta. The results of the study showed that the largest composition of electronic waste comes from small electronic devices at 41%, and the smallest composition comes from lamps at 2%. The average electronic waste generated in 2021-2023 was 10.08 tons per year. Other research results showed that the highest CO2 emissions were produced from the home e-waste collection program in 2022, amounting to 997.1 kg CO2. The average emissions produced from each kilogram of e-waste transported during 2021-2023 was 4.18 kg CO2 per kilogram of e-waste. This value is still quite high compared to the domestic waste transportation process, which is 0.62 kg CO2 per kilogram of domestic waste. Emissions will increase as the transportation distance and frequency of transport increase."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hirobi Kafka Iswara
"Berdasarkan penelitian sebelumnya, pada tahun 2012, jumlah sampah yang dihasilkan di TPA Cipayung sebesar 128.048,1 kg/hari dengan komposisi sampah yang didominasi oleh sampah organik (63,59%) dan anorganik (36,41%). Sampah anorganik terdiri dari 26,70% sampah anorganik recyclable  dan 9,70% sampah anorganik non-recyclable, termasuk plastik yang tidak dapat didaur ulang. Konteks dari “sampah recyclable” dalam skripsi ialah sampah yang memiliki nilai ekonomi bagi pemulung. Penelitian ini bertujuan untuk mengurangi sampah anorganik yang un­­-recyclable tanpa harus menghambat sumber pendapatan utama pemulung. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah adalah SNI 19-3964-1994 selama 8 hari untuk menentukan komposisi sampah plastik yang tidak memiliki nilai jual. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komposisi sampah plastik yang tidak memiliki nilai jual ialah sebesar 23,6% dengan komposisi sampah plastik multilayer (PP, LDPE, dan lembaran aluminium), PS, dan Mika PVC, dengan rasio 81% plastik multilayer, 10% PS, dan 9% Mika PVC. Pirolisis digunakan untuk memproses sampah plastik un-recyclable dengan hasil yang ditemukan ialah 5,3% cairan, 0,3% arang, dan 94,34% gas dari 6 g sampel. Studi ini memaparkan kebutuhan akan metode pengolahan sampah yang efektif untuk meminimalisir sampah anorganik yang tidak dapat didaur ulang dengan memanfaatkan metode pirolisis.

Based on previous research, in 2012, the amount of waste generated in Cipayung Landfill was 128,048.1 kg/day with a waste composition dominated by organic waste (63.59%) and inorganic waste (36.41%). The inorganic waste includes 26.70% recyclable inorganic waste and 9.70% non-recyclable inorganic waste, including non-recyclable plastics. This study aims to reduce non-recyclable inorganic waste without interfering with scavenger’s main income source. The standard and method used for this paper was SNI 19-3964-1994 for 8 days to determine the composition of non-value plastic waste. It was found that the composition of plastic waste that has no price value is 23.6% with composition consisted of multilayer plastic waste (PP, LDPE, and aluminum sheets), PS, and PVC Mica, with a ratio of 81% multilayer plastic, 10% PS, and 9% PVC Mica. Pyrolysis was used to process the non-recyclable plastic waste, yielding 5.3% liquid, 0.3% char, and 94.34% gas from a 6 g sample. The study highlights the need for effective waste treatment methods to minimize non-recyclable inorganic waste by utilizing pyrolysis method."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggi Nabila
"Saat ini, belum adanya data yang secara spesfik dan fakta menggambarkan berapa timbulan limbah baterai yang dihasilkan di Jakarta khusususnya Kota Jakarta Timur. Keterbatasan data seringkali menyulitkan pihak pendaur ulang untuk menentukan kapisitas dari fasilitas daur ulang limbah baterai. Dengan demikian, dibutuhkannya penelitian untuk mengukur timbulan dan komposisi jenis limbah baterai sehingga dapat dilakukannya perencanaan fasilitas daur ulang limbah baterai Skala Wilayah di Jakarta Timur. Timbulan dan komposisi jenis limbah baterai dapat diperoleh dengan sampling di 60 rumah tangga selama 30 hari. Sedangkan kapasitas daur ulang limbah baterai dapat diperoleh melalui perhitungan proyeksi penduduk dan proyeksi timbulan limbah baterai yang ada di Jakarta Timur selama 10 Tahun mendatang (2024-2034). Berdasarkan hasil sampling 60 KK, diperoleh timbulan limbah baterai sebesar 3398,88 gram dengan jumlah baterai sebanyak 193 unit. Jenis baterai yang terkumpul antara lain: baterai ukuran AA sebanyak 135 unit, AAA sebanyak 48 unit, C sebanyak 2 unit, D sebanyak 2 unit, baterai kancing/baterai jam sebanyak 3, baterai li-ion sebanyak 1 unit, baterai Hp sebanyak 1 unit, dan powerbank sebanyak 1 unit. Timbulan limbah baterai AA di Jakarta Timur diperoleh sebesar 68 ton/tahun, sehingga kapasitas pengolahan limbah baterai yang direkomendasikan adalah 85 ton/tahun dengan pendapatan kotor untuk pemulihan Zn sebesar Rp440.123.254 per Tahun dan untuk pemulihan Mn sebesar Rp855.740 per tahun. Berdasarkan hasil tersebut, dapat diketahui bahwa daur ulang baterai primer/sekali pakai memiliki potensi ekonomi yang dapat menguntungkan perekonomian dan lingkungan.

Currently, there is no specific and factual data depicting the amount of battery waste generated in Jakarta, particularly in East Jakarta. This data limitation often makes it difficult for recyclers to determine the capacity of battery waste recycling facilities. Therefore, research is needed to measure the quantity and composition of battery waste to enable the planning of regional-scale battery waste recycling facilities in East Jakarta. The quantity and composition of battery waste can be obtained by sampling 60 households over 30 days. The recycling capacity of battery waste can be determined through population projection and battery waste projection in East Jakarta over the next 10 years (2024-2034). Based on the sampling of 60 households, a total of 3,398.88 grams of battery waste was obtained, comprising 193 battery units. The collected batteries included 135 AA batteries, 48 AAA batteries, 2 C batteries, 2 D batteries, 3 button/watch batteries, 1 li-ion battery, 1 mobile phone battery, and 1 power bank. The annual AA battery waste in East Jakarta was estimated at 68 tons. Therefore, the recommended battery waste processing capacity is 85 tons per year, with a gross income for Zn recovery of Rp440,123,254 per year and for Mn recovery of Rp855,740 per year. Based on these results, it can be concluded that recycling primary/single-use batteries has the economic potential to benefit both the economy and the environment."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maghvira Nazhwa Manik
"Pengelolaan limbah padat perkotaan merupakan tantangan besar di banyak kota besar di seluruh dunia. Salah satu teknologi yang menawarkan solusi inovatif untuk pengelolaan limbah adalah teknologi gasifikasi. TPA Cipayung menghadapi tantangan kapasitas yang berlebih dengan volume sampah harian sebesar ±930 ton. Penelitian ini mengevaluasi efisiensi teknis dan ekonomi penerapan teknologi gasifikasi dalam pengelolaan limbah padat. Simulasi proses menggunakan perangkat lunak Aspen Plus akan diterapkan untuk menganalisis produksi syngas dari limbah. Selain itu, levelized cost of electricity (LCOE) akan digunakan untuk mengevaluasi kelayakan ekonomi proyek ini. Hasil simulasi menunjukkan bahwa gasifikasi dapat mengurangi limbah secara signifikan yaitu sebanyak 435 ton sampah low value per hari dan menghasilkan syngas dengan nilai 3911 kJ/kg serta cold gas efficiency (CGE) sebesar 17%. Syngas yang dihasilkan dapat dikonversi menjadi energi listrik berkapasitas 5 MW. Efisiensi tinggi dalam pengurangan limbah dan produksi energi listrik menunjukkan bahwa teknologi gasifikasi merupakan solusi yang layak untuk TPA Cipayung. Analisis ekonomi menunjukkan nilai LCOE untuk listrik yang diproduksi dari PLTSa TPA Cipayung sebesar 520 rupiah/kWh atau 0,04 USD/kWh. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi kota-kota lain yang menghadapi tantangan serupa dalam pengelolaan limbah padat. Pengembangan lebih lanjut dan penerapan teknologi gasifikasi dapat memberikan dampak positif yang signifikan terhadap lingkungan dan ekonomi secara keseluruhan.

Municipal solid waste management is a major challenge in many large cities worldwide. One technology that offers an innovative solution for waste management is gasification technology. The Cipayung Landfill faces capacity challenges with a daily waste volume of ±930 tons. This study evaluates gasification technology's technical and economic efficiency in solid waste management. Process simulations using Aspen Plus software will be applied to analyze syngas production from waste. Additionally, the levelized cost of electricity (LCOE) will be used to assess the economic feasibility of this project. The simulation results show that gasification can significantly reduce waste, specifically by 435 tons of low-value waste per day, and produce syngas with an energy value of 3911 kJ/kg and a cold gas efficiency (CGE) of 17%. The resulting syngas can be converted into electricity with a capacity of 5 MW. High waste reduction and energy production efficiency indicate that gasification technology is a viable solution for the Cipayung Landfill. Economic analysis shows an LCOE for electricity produced from the Cipayung WTE plant of 520 rupiahs/kWh or 0.04 USD/kWh. The results of this study are expected to serve as a reference for other cities facing similar challenges in solid waste management. Further development and application of gasification technology can have significant positive impacts on the environment and economy as a whole."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Michael Buala Hia
"Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dampak kebisingan yang dihasilkan oleh Kereta Rel Listrik (KRL) terhadap permukiman di sekitar Stasiun Universitas Indonesia, Jakarta. Kebisingan dari transportasi umum, seperti KRL, merupakan salah satu masalah lingkungan perkotaan yang signifikan. Tujuan penelitian ini meliputi: menganalisis tingkat kebisingan horizontal di daerah permukiman sekitar Stasiun Universitas Indonesia; mengevaluasi pengaruh hari pengambilan terhadap tingkat kebisingan; dan memberikan rekomendasi alternatif untuk mengurangi kebisingan tersebut. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa tingkat kebisingan rata-rata di titik-titik pengukuran (F: 71,867 dB(A), G: 55,032 dB(A), dan H: 68,814 dB(A)) melebihi batas kebisingan nasional (55 dB(A)), terutama pada hari libur. Analisis statistik menunjukkan perbedaan signifikan dalam tingkat kebisingan antara titik pengukuran yang berbeda, namun tidak ada perbedaan signifikan antara hari kerja dan hari libur. Studi ini merekomendasikan penggunaan teknologi peredam kebisingan pada rel KRL dan pembangunan penghalang buatan atau penanaman vegetasi untuk mengurangi dampak kebisingan terhadap komunitas sekitar.

This study aims to examine the impact of noise generated by Electric Commuter Trains (KRL) on residential areas near Universitas Indonesia Station, Jakarta. Noise from public transportation, such as KRL, is a significant urban environmental issue. The objectives of this study include analyzing horizontal noise levels in residential areas around Universitas Indonesia Station; evaluating the influence of weekdays versus weekends on noise levels; and providing alternative recommendations to mitigate noise pollution. Measurement results indicate that average noise levels at measurement points (F: 71.867 dB(A), G: 55.032 dB(A), and H: 68.814 dB(A)) exceed the national noise limit (55 dB(A)), especially on weekends. Statistical analysis reveals significant differences in noise levels among different measurement points, but no significant difference between weekdays and weekends. The study recommends the implementation of noise reduction technologies on railway tracks and the construction of artificial barriers or vegetation planting to reduce noise impact on the surrounding community."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nibroosa Yumna Hajar
"Salah satu solusi untuk mengatasi permasalahan sampah perkotaan adalah dengan mengubah sampah menjadi sumber energi terbarukan yang dikenal dengan konsep waste to energy baik melalui pembakaran langsung maupun dalam bentuk bahan bakar seperti SRF (Solid Recovered Fuel). Namun tidak semua sampah mudah diproses menajdi SRF, salah satunya karena kadar airnya yang relatif tinggi. Di TPA Cipayung Depok kadar air sampah mencapai 51,18%. Diperlukan proses pre-treatment terhadap sampah tersebut untuk menurunkan kadar airnya yaitu melaluii proses bio-drying. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui potensi sampah TPA Cipayung yang diolah menggunakan teknologi bio-drying sehingga dapat dimanfaatkan sebagai SRF. Perhitungan timbulan dan pengukuran komposisi sampah diukur menggunakan metode SNI 19-3964-1994, sedangkan variabel bebas dalam penelitian ini berupa variasi waktu tinggal dan variasi perlakuan bio-drying. Adapun variabel terikat yang diamati adalah perubahan pada treatment bio-drying yaitu volume reduction, suhu dan proximate analysis. Kemudian dengan menggunakan ultimate analysis dan uji nilai kalor maka dapat ditentukan potensi sampah yang bisa dijadikan SRF. Studi ini menemukan bahwa bio-drying bisa menurunkan kadar air dari 64% menjadi 28% dan fixed carbon 6,05% menjadi 5,92%. Sebaliknya menaikkan kadar abu dari 2,92% menjadi 9,30% dan volatile matter dari 26,17% menjadi 53%. Secara keseluruhan nilai kalor naik dari 1,670 MJ/kg menjadi 16,159 MJ/kg. Meskipun demikian hasil bio-drying ini belum memenuhi standar SRF untuk industri semen. Optimasi proses diperlukan agar sampah TPA CIpayung bisa diolah memenuhi standar SRF.

One solution for dealing with the large amount of municipal waste is to convert waste into a renewable energy source, known as the waste to energy concept, either through direct combustion or in the form of fuel such as SRF (Solid Recovered Fuel). However, not all waste is easily processed into SRF, one of which is because its water content is relatively high. At the Cipayung Depok landfill, the moisture content of waste reached 51.18%. A pre-treatment process such as a bio-drying process is needed for the waste processing to reduce its moisture content. This research was conducted to determine the potential of Cipayung landfill waste which is processed using bio-drying technology to be used as SRF. Calculation of waste generation and measurement of waste composition were measured using the SNI 19-3964-1994 method, while the independent variables in this study were variations in residence time and variations in bio-drying treatment. The dependent variables observed were changes in the bio-drying treatment which are volume reduction, temperature and proximate analysis. Then, by using ultimate analysis and calorific value tests, the potential for waste that can be used as SRF can be determined. This research found that bio-drying can reduce water content from 64% to 28% and fixed carbon from 6.05% to 5.92%. Additionally, it increases the ash content from 2.92% to 9.30% and volatile matter from 26.17% to 53%. The calorific value of waste increased from 1,670 MJ/kg to 16,159 MJ/kg. However, the bio-drying results do not meet the SRF standards for the cement industry yet. Process optimization is needed so that Cipayung landfill waste can be recycled to meet SRF standards."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Rinaldo
"Penelitian ini mengeksplorasi hubungan antara ketinggian hunian vertikal dengan level intensitas kebisingan yang bersumber dari transportasi kereta pada hari libur dan kerja dengan skenario jendela tertutup dan terbuka di sekitar Stasiun Universitas Indonesia. Studi ini berfokus pada Apartemen Taman Melati Margonda, dengan pengukuran mengacu pada SNI 8427:2017. Dampak kebisingan pada kesehatan manusia, yang mencakup gangguan audiotori, non-audiotori, fisiologis, dan psikologis, serta masih terbatasnya penelitian mengenai kebisingan vertikal di hunian dekat transportasi, menjadi latar belakang penting penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 83,33% data melebihi baku mutu Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 48 tahun 1996, dan semua pengukuran malam hari melebihi baku mutu WHO. Level intensitas kebisingan berbanding terbalik dengan ketinggian hunian, semakin tinggi hunian maka semakin kecil level intensitas kebisingan, dengan perbedaan hingga 7,41 dB. Skenario jendela tertutup mengurangi level intensitas kebisingan hingga 11,80 dB, sementara hari kerja dan libur tidak menunjukkan perbedaan signifikan. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman mendalam mengenai pengaruh ketinggian hunian, waktu pengukuran, dan skenario jendela terhadap level intensitas kebisingan, yang selanjutnya dapat berkontribusi pada mitigasi kebisingan pada hunian vertikal.

This study explores the relationship between the height of vertical housing and the noise intensity levels from train transportation on weekdays and weekends, considering both closed and open window scenarios around the Universitas Indonesia Station. The study focuses on the Taman Melati Margonda Apartment, with measurements conducted according to SNI 8427:2017 standards. The impact of noise on human health, including auditory, non-auditory, physiological, and psychological disturbances, and the limited research on vertical noise in housing near transportation, are key backgrounds of this study. The results show that 83,33% of the data exceed the noise standards set by the Minister of Environment Decree No. 48 of 1996, and all nighttime measurements exceed the WHO standards. Noise intensity levels are inversely related to the height of the housing, the higher the location, the lower the noise intensity levels, with differences up to 7,41 dB. The closed window scenario reduces noise intensity levels by up to 11,80 dB, while weekdays and weekends show no significant differences in noise levels. This research is expected to provide in-depth understanding of the influence of housing height, measurement time, and window scenarios on noise intensity levels, which can further contribute to noise mitigation in vertical housing."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Danisha
"Pada tahun 2023, sektor limbah menyumbang 12% emisi GRK di Indonesia, dimana perhitungannya masih menggunakan pendekatan pemodelan. Dimana, sekitar 80% masyarakat di Indonesia menggunakan teknologi air limbah setempat. Hal ini merupakan tantangan besar dalam perhitungan GRK dari sektor air limbah yang berkorelasi dengan rencana mitigasi pengurangannya. Penelitian ini berfokus dalam mengukur laju emisi GRK secara langsung (direct measurement) dari sistem pengolahan air limbah setempat. Hingga saat ini, belum terdapat standar pengukuran emisi GRK dari sistem pengolahan air limbah setempat. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mendesain dan mengembangkan perangkat penangkap GRK berupa flux chamber (FC), mengestimasi laju emisi GRK berdasarkan sampel GRK yang diambil secara langsung, dan menganalisis dampaknya pada skala nasional dengan menggunakan studi kasus di Asrama Universitas Indonesia. Tangki septik objek studi dipilih karena memiliki ukuran manhole yang cukup untuk perangkat FC dan pengurasan rutin yang dilakukan oleh pihak Asrama UI. Dari segi infrastruktur, tangki septik Asrama UI memiliki kekurangan berupa lubang manhole tidak tertutup sempurna, tidak ada pipa ventilasi, dan terdapat genangan air pada outlet. Perangkat FC yang dirakit dalam penelitian ini dibuat menggunakan pipa PVC yang bersifat non-reaktif dan mudah ditemukan sehingga cocok untuk digunakan di negara berkembang. Pengambilan data penelitian dilakukan pada tangki septik yang terletak di Gedung F Asrama UI dan data diambil sebanyak dua kali dalam bulan yang berbeda. Tangki septik Gedung F Asrama UI melakukan pengurasan rutin setiap 6 bulan sekali. Hasil analisis gas diuji secara ex situ menggunakan uji gas chromatography (GC). GRK yang diukur dalam penelitian ini adalah gas metana (CH4) dan karbon dioksida (CO2). Konsentrasi gas yang didapatkan selama 60 menit pengambilan data berkisar di angka 276,886—1.931.765 mg/m3 untuk gas CH4 dan 1.150,553—7.381,237 mg/m3 untuk gas CO2. Konsentrasi kedua gas cenderung mengalami peningkatan sepanjang waktu pengambilan sampel. Hasil penelitian menunjukkan laju emisi GRK yang dihasilkan dari penampungan lumpur tinja dalam tangki septik berada 20 kali lipat lebih rendah dibandingkan dengan estimasi laju IPCC. Jika dibandingkan dengan penelitian serupa, laju emisi GRK yang dihasilkan dari penelitian ini tergolong kecil. Hal ini mungkin terjadi karena beberapa kemungkinan, seperti periode pengurasan tangki septik, waktu tinggal air limbah dalam tangki septik, dan infrastruktur tangki septik yang memengaruhi laju emisi GRK. Meskipun data yang digunakan hanya berasal dari 1 tangki septik yang diukur sebanyak dua kali, penelitian ini tetap melakukan perhitungan awal untuk emisi GRK di skala nasional. Hasil penelitian kemudian diekstrakpolasi ke skala nasional dengan mengalikan laju emisi per kapita dengan persentase penduduk yang menggunakan tangki septik. Laju emisi GRK dari sektor pengolahan air limbah setempat berdasarkan penelitian ini diperkirakan berkontribusi hingga 2% dari emisi GRK sektor limbah di Indonesia.

In 2023, the waste sector will contribute 12% of GHG emissions in Indonesia, where the calculations still use a modeling approach. Around 80% of people in Indonesia use local wastewater technology. This is a big challenge in calculating GHG from the wastewater sector, which is correlated with the reduction mitigation plan. This research focuses on measuring the rate of GHG emissions directly (direct measurement) from local wastewater treatment systems. Until now, there is no standard for measuring GHG emissions from local wastewater treatment systems. Therefore, this research aims to design and develop a GHG capture device in the form of a flux chamber (FC), estimate the GHG emission rate based on GHG samples taken directly, and analyze the impact on a national scale using a case study at the University of Indonesia Dormitory. The study object's septic tank was chosen because it has a sufficient maintenance hole size for the FC device, and the UI Dormitory carries out routine draining. Regarding infrastructure, the UI Dormitory septic tank has shortcomings in the form of maintenance holes that are partially closed, no ventilation pipes, and standing water at the outlet. The FC device assembled in this research was made using PVC pipe, which is non-reactive and easy to find, making it suitable for use in developing countries. Research data was collected in a septic tank in Building F of the UI Dormitory, and data was collected twice in different months. The septic tank in Building F, UI Dormitory, is drained routinely every 6 months. The gas analysis results were tested ex-situ using the gas chromatography (GC) test. The GHGs measured in this study are methane gas (CH4) and carbon dioxide (CO2). The gas concentration obtained during 60 minutes of data collection ranged from 276,886—1.931,765 mg/m3 for CH4 gas and 1.150,553— 7.381,237 mg/m3 for CO2 gas. The concentration of both gases tends to increase throughout the sampling time. The research results show that the GHG emission rate from storing fecal sludge in septic tanks is 20 times lower than the IPCC estimated rate. Compared with similar studies, the rate of GHG emissions resulting from this research is relatively small. This may occur due to several possibilities, such as the draining period of the septic tank, the residence time of wastewater in the septic tank, and the septic tank infrastructure, which influences the rate of GHG emissions. Even though the data used only comes from 1 septic tank, which was measured twice, this research still performs initial calculations for GHG emissions nationally. The research results were then extracted to a national scale by multiplying the per capita emission rate by the population percentage using septic tanks. Based on this research, the rate of GHG emissions from the local wastewater processing sector is estimated to contribute up to 2% of the GHG emissions from the waste sector in Indonesia."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>