Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 796 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anissa Muthia Saptadji
"Initial Public Offerings (IPO) is a process of offering share for the first time to society. There are two interested parties in IPO, they are company, who requiring fund, and investor, who investing fund. Therefore, long-term performance of share and company is important things to known. There are several objectives of this study. First, this study empirically examines initial return of share (the initial return period covers one day, its defined as the offering price to the first closing price). Second, this study empirically examines whether standard deviation return, underwriter reputation, percentage of total equity capital issued in an IPO and performance of market index influence initial return. Third, this study examines performance of share after listed at Jakarta stock exchange. Fourth, this study examines operating performance of company after IPO. Fifth, this study examines correlation between initial return and longterm performance of share. Sixth, this study examines correlation between initial return and operating performance of company.
This study calculates initial returns and market-adjusted initial returns. The mean of initial return and market-adjusted initial return over the 62 sample is 47.70% and 46.16% respectively. The result of this study support uncertainty investor hypothesis as plausible explanation for underpriced anomaly in Indonesia capital market. Cumulative abnormal return (CAR) and Buy and Hold Return (BHR) method are used to evaluate long-term of IPO. The average of Indonesia IPO (in 2000-2004) displays underperformance when BHR method used. In addition, there is no relation between initial return and long term performance (if CAR method used). However, there is relation between initial return and buy and hold return in 480, 600, 720 period. This study find operating underperformance of company after listed at Jakarta stock exchange. A significant decline found at Operating Return on asset variable and Operating profit margin. This study didn?t found correlation between initial return of share and operating performance of company after listed at Jakarta stock exchange.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nurdi
"Pengeringan memegang peran yang sangat penting dalam menentukan kualitas dan kontinuitas dalam proses pembuatan tepung tapioka. Secara tradisonal proses pengeringan dilakukan oleh para petani dengan memanfaatkan panas matahari.
Tesis ini bertujuan untuk melakukan desain dan analisis sistem pengering buatan tipe chamber dryer dengan sirkulasi udara sehingga dapat memenuhi standar FAO untuk proses pengeringan tapioka. Tesis ini secara khusus mengkaji desain dan analisis sistem pembangkit panas yang memanfaatkan thermal-oil jenis Essotherm500 sebagai fluida pemindah panas untuk ruang pengering berkapasitas 120 - 150 kg tapioka basah dengan suhu pengeringan 60 -70 °C.
Perencanaan peralatan pembangkit panas menghasilkan desain dengan karakteristik sebagai berikut : sistem tertutup (closed system) dimana thermal-oil dialirkan dalam pipa dengan diameter 1/2 inchi berbentuk koil dengan diameter spiral dalam 300 mm, diameter spiral luar 400 mm, jumlah lilitan 21 buah, picth 27 mm, pipa koil diletakkan dalam ruang heat exchanger berbentuk shell dengan diameter 600 mm panjang 900 mm, ripe heat exchanger conterflow shell-and-tube untuk one shell pass and two or multiple of two tube passes, udara panas yang dialirkan adalah hasil pembakaran burner dari ruang bakar.
Untuk pengeringan 150 kg tepung basah dengan kadar air awal 45%, kadar air akhir 12%, suhu pengeringan 60 °C, dan waktu pengeringan 2,5 jam didapat total kebutuhan panas pengeringan tepung tapioka sebesar I95.687,8 kJ. Dengan demikian, kapasitas pembangkit panas yang dibutuhkan sebesar 21,74 kW, flow thermal oil 12 liter/menit, suhu thermal oil awal 65 "C, suhu thermal oil akhir 106,5 °C, flow udara alat penukar panas 0,2 kg/det, suhu gas hasil pembakaran (flue gas) 500 °C, luas bidang pemindah panas 3,35m2, bahan bakar kerosene dengan kebutuhan bahan 3,3 liter/jam.
Dari hasil pengujian dan perhitungan didapatkan kalor pengeringan tepung tapioka rata-rata yang disuplai dari pemanas buatan sebesar 1107,9 kJ/kg, rasio bahan bakar dan tepung basah adalah 0,08 liter bahan bakar untuk 1 kg tepung tapioka basah, lama waktu pengeringan rata-rata 5 jam, kapasitas alat pembangkit panas rata-rata 7,58 kW, efsiensi sistem rata-rata 56,4 % , rugi panas total rata-rata 5,87 kW dengan komposisi rugi panas cerobong 81 %, rugi panas penukar panas I 1 % dan mgi panas lain-lain 9%. Effektivitas alat penukar panas rata-rata 0,67.

Drying plays an important role on controlling the quality and continuity of tapioca powder production processes. Traditionally farmers use the solar heat for drying agriculture products.
This thesis aims to design and analyze a chamber dryer system with air circulation in order to fulfill the FAO drying standard for tapioca. In particular, the objective of this thesis is to to design and to develop a heat generating system with Essotherm ® 500 as the working fluids. The capacity of the chamber is 120 - 150 kg of wet tapioca operating at 60 - 70°C.
A new design of the heat generating equipment has been developed with the following characteristics: a closed system in which the thermal oil flow in a coil shaped pipe of 1/2 inch diameter. It has a coiled pipe arrangement of 300 mm and 400 mm inner and outer diameters respectively. The pipe is placed in a counter-flow shell and tube heat exchanger of one shell pass and two or multiple of two tube passes. The hot air comes from the flue gas of fuel burning.
The heat requirement for drying of 150 kg wet tapioca from 45% to 12 % moisture, at 60 °C during a period of 2,5 hours is 195,687,8 kJ. Thus, the capacity of the heat generator is 21,74 kW. Other important design parameters are as follows: thermal oil flow is 12 1/min, initial thermal oil temperature is 65 °C, final thermal oil temperature is 106,5 °C, air flow within the heat exchanger is 0,2 kg/sec, flue gas temperature is 500°C, heat transfer area is 3,35 m2 and kerosene flows at 3,3 1/janti
From testing and calculating funded: heat supplied from heat generate is 1107,9 kJ/kg, ratio of fuel and wet tapioca is 0,08, average time needed to drying is 5 hours, average heat generate capacity is 5,87 kW, efficiency system is 56,4 %, average heat loss is 5,87 kW, distribution of losses are: chimney is 81%, heat exchanger is 11% and an others utility losses is 9%. An average Heat exchanger effectiveness is 0,67."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
T5118
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ekky Imanjaya
"Syari'ati tidak pernah menggagas pemikirannya tentang etika secara utuh dalam bentuk tulisan atau ceramah. Tetapi berbagai kritiknya terhadap filsafat Barat, termasuk etika, secara implisit mengandung pemikirannya tentang etika. Beberapa pemikirannya, yang sebagian besar digunakan secara praksis untuk menggerakkan revolusi di Iran, juga mengandung sebuah implikasi tindakan etis tertentu. Pemikiran filosofisnya di bidang ontologi dan meteafisika sebenarnya juga mengandung ajarannya tentang etika. Bagaimana etika menurut Syari'ati? Bagi Syari'ati, manusia adalah makhluk dua dimensi, yaitu unsur Roh Tuhan dan Tanah Lumpur. Keduanya saling bertempur. Roh Tuhan ingin selalu menjadi insan (becoming) menuju Tuhan, yaitu "berakhlak seperti Akhlak Tuhan". Tetapi unsur Tanah Lumpur selalu menghalanginya. Pertempuran di dalam diri manusia ini selalu terjadi, dan jika Roh Tuhan menang, maka manusia menjadi "manusia ideal?. Tanah Lumpur ini adalah penjara Ego, yaitu penjara psikologis yang menghalangi insan menuju Tuhan.
Tuhan adalah tujuan akhir manusia, yang selalu berubah dan bergerak dinamis. Pada akhirnya, manusia tidak akan pernah menuju Tuhan, tetapi selalu menghampirinya. Proses terus menerus ini menghasilkan tindakan moral (akhlak) yang meniru tindakan moral Tuhan. Inti dari etika Syari'ati adalah upaya humanisasi, yaitu menjadikan manusia menjadi "manusia yang sesungguhnya" (insan). Inti dari humanisasi ini adalah liberalisasi dan transendensi."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2003
T11122
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abd. Sakir
"Pada pemikiran awal di dalam Tractatus Logico-philosophicus Wittgenstein I beranggapan bahwa bahasa yang bermakna adalah bahasa yang memiliki kriteria sebagai proposisi. Setidaknya, terdapat tiga ciri khas bahasa yang termasuk ke dalam proposisi. Pertama, bahasa harus tersusun ke dalam term subjek dan term predikat. Kedua, bahasa harus mengandung pengertian benar atau salah. Ketiga, bahasa harus dapat menjelaskan bahasa yang lain yang mengikutinya. Dalam konteks ini, proposisi menjadi satu-satunya bahasa yang benar, baik, ideal. Tetapi, di kemudian hari di dalam Philosophical Investigations Wittgenstein II mempertanyakan kembali hakikat bahasa yang terdapat Tractatus. Menurutnya, makna bahasa tidak semata-mata harus direduksi ke dalam proposisi-proposisi. Fakta menunjukkan bahwa ada beragam permainan-permainan bahasa yang diikuti pula oleh peraturan-peraturan yang mengikat di dalam setiap permainan-permainan bahasa tersebut. Dalam konteks ini, setiap bahasa memiliki keunikan masing-masing sehingga tidak dapat ditentukan maknanya hanya melalui bentuk logis proposisi. Makna bahasa di luar proposisi terkait dengan spasiotemporal peristiwa bahasa. Di sini, bahasa tidak hanya dilihat sebagai ekspresi pikiran, tetapi bahasa lebih dipahami sebagai tindakan seseorang. Misalnya, menyanyi, berdoa, berkhutbah, mementaskan lakon, menggerutu, berpuisi, melawak, dan memarahi. Bahasa mengakar dalam bentuk-bentuk kehidupan. Bahasa seperti ini adalah bahasa natural atau sering disebut sebagai bahasa sehari-hari. Bila dicermati dengan baik, maka akan nampak bahwa gagasan dasar Tractatus mengakar dalam kebudayaan modern. Hal ini terlihat dari keinginannya untuk mengedepankan metodologi baku yang bersifat universal. Sementara, gagasan-gagasan yang terkandung di dalam Investigations cenderung muncul sebagai wacana baru yang dipicu oleh sikap kritis kebudayaan postmodern. Gagasan-gagasan ini mengangkat nilai-nilai dekonstruksionisme, pluralisme, dan relativisme. Gagasan-gagasan ini pada akhirnya akan menciptakan sebuah tatanan masyarakat yang reseptif terhadap perbedaan-perbedaan. Adanya perbedaan-perbedaan tersebut harus dilihat sebagai fakta yang menyatakan bahwa realitas sebenarnya terpecah-pecah (pragmented reality). Kenyataan ini akan membawa kedewasaan bagi masyarakat dalam kondisi `sosial-budaya' yang melingkupinya. inilah realitas yang selalu menjadi harapan; tidak ada diskriminasi dalam bentuk apa pun."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2004
T11821
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Fuad
"Pembahasan Filsafat Pendidikan Paulo Freire dalam tesis ini merupakan suatu usaha untuk menganalisa secara filosofis terhadap konsep pendidikan Paulo Freire yang berangkat dari asumsi bahwa pendidikan adalah proses pembebasan dari sistem yang menindas. Konsekuensinya, pendidikan tidak pernah terbebas dari kepentingan politik pihak yang berkuasa dalam sebuah rezim. Pendidikan merupakan suatu sarana untuk memproduksi kesadaran dalam rangka mengembalikan sifat kemanusiaan setelah terjadinya proses dehumanisasi. Dalam kerangka ini pendidikan harus memiliki kepekaan terhadap persoalan ketidakadilan sosial dan harus mendudukkan peserta didik sebagai subyek dari segala kegiatan pendidikan. Karena itu kesadaran kritis sangat diperlukan wujudnya pada kepribadian peserta didik. Paulo Freire membangun kerangka konsep pendidikan itu dengan tumpuan pada pandangan dasarnya tentang manusia dengan menggunakan asumsi dasar bahwa: kenyataan yang dialami oleh manusia merupakan sebuah proses. Proses ini merupakan "proses menjadi" yang dipahami melalui hubungan antara manusia dengan dunia, manusia selalu terarah kepada suatu perubahan dunia, eksistensi manusia adalah sebuah tugas praksis, manusia disituasikan dalam sejarah yang tidak selesai, manusia mempunyai panggilan hidup yang bersifat ontologis; yaitu menjadi subyek dan "memberi nama dunia", hubungan antara manusia dengan dunia memperlihatkan adanya problema "dunia tema dan dunia batas" dan menjadi ada berarti bertindak politik untuk humanisasi. Kemudian dalam rangka mengukuhkan filsafat pendidikannya, Paulo Freire memberikan kerangka pikir sistematis tentang metode mengetahui realitas, yaitu: berpikir dan mengetahui tidak tergantung dari sejarah dan kebudayaan, subyektivitas dan objektivitas tidak dibedakan dalam tindakan mengetahui yang sejati, kesadaran kaum tertindas merupakan bagian dari epestemologi sejarah, kesadaran manusia harus berkembang dari kesadaran magis menuju ke kesadaran kritis yang bersifat intensional, mengetahui itu berarti melakukan tindakan politik untuk sebuah proses humanisasi dan memerlukan kesadaran transitif yang dapat dikembangkan melalui sebuah proses yang disebut konsientisasi. Dalam filsafat pendidikannya, Paulo Freire juga menekankan pentingnya pendidikan yang dialogis sebagai manifestasi dari pendidikan hadap masalah yang menekankan problema-problema aktual melalui kegiatan yang disebutnya dengan: kodifikasi dan dekodifikasi, diskusi kultural dan aksi kultural. Dengan demikian pendidikan gaya bank harus ditinggalkan dan dihilangkan sama sekali sejalan dengan munculnya pendidikan sebagai proses pembebasan. Selanjutnya, Paulo Freire melanjutkan proses pendidikan seperti di atas dengan mengalihkan semua cara dan aktifitas yang bemada dehumanisasi kepada cara dan aktifitas yang bemada penuh kepada proses humanisasi. Ini berarti Paulo Freire telah menjadikan pendidikan sebagai sebuah proses transpormasi sosial menuju kepada perubahan ke arah kemajuan yang ditandai dengan adanya peralihan situasi dari: teologi tradisional menuju teologi pembebasan, proses anti dialog menuju proses dialog, masyarakat tertutup menjadi masyarakat terbuka, invasi kultural menjadi aksi kultural dialogis, masifikasi menuju konsientisasi, pendidikan gaya bank menuju pendidikan hapad masalah dan masyarakat buta huruf menuju "masyarakat melek huruf". Akhirnya tak dapat dipungkiri bahwa pendidikan harus selalu diarahkan kepada tindakan yang direfleksikan bersama melalui sebuah daur dalam bentuk: aksi - refleksi dan kemudian refleksi - aksi. Inilah tindakan praksis yang tetap berjalan terus menerus. Karena itu, pendidikan menjadi daur berpikir dan bertindak secara terus menerus sepanjang hasrat melekat dalam badan manusia."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2003
T12565
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dede Pandaswita
"Pelatihan sudah lama dan sering dilakukan tetapi sampai sejauh ini masih banyak yang dipertanyakan tentang keberhasilan penerapan TQC melalui penyebar luasan dan pelatihan yang dilaksanakan oleh perusahaan. Penelitian ini bersifat evaluasi mengenai bagaimana penerapan TQC yang dilaksanakan serta keberhasilan dan hambatan-hambatan apa yang dirasakan dalam usaha melakukan penerapan TQC.
Untuk dapat menjawab permasalahan dalam penelitian, peneliti berusaha melakukan pendekatan pemikiran berdasarkan Kerangka Teori mengenai TQC dan QCC yang diungkapkan oleh beberapa orang ahli seperti Menurut Feigenbaum, Pembinaan Produktivitas Tenaga Kerja (BINPROTEK)- Departemen Tenaga Kerja, Nippon Kayuku company, Mike Robson (terjemahan), dan lain-lain.
Sementara itu Metoda Penelitian yang dipergunakan melalui pendekatan metode (studi) kualitatif deskriptif persentase dan data yang dipergunakan adalah Ex-Post Facto serta pengambilan data melalui purposive sampling.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner dan dilengkapi dengan wawancara mendalam yang disertai dengan studi dokumentasi berkaitan dengan penerapan dan perkembangan TQC/QCC. Kesungguhan dan kesepakatan terhadap pelaksanaan penerapan TQC di PT. Unitex-Bogor, secara umum ternyata mendapatkan kategori penilaian dengan cakupan nilai B (Baik).
Hasil Pelaksanaan Penerapan di Tingkat kelompok OCC. Secara umum ternyata pelaksanaan tersebut mendapatkan kategori penilaian dengan cakupan nilai B (Baik).
Hasil Penghematan (Efisiensi) dari Kegiatan TQC/QCC selama melakukan kegiatan TQC/QCC beberapa kelompok telah menyumbangkan hasil berupa penghematan sebesar Rp. 2.434.941.275,- atau sebesar 96,4 persen ( 96,4 %) selama waktu 1 [satu tahun].
Meskipun terjadi hambatan dalam irnplementasi TQC, tetapi kegiatan TQC/QCC terns dilakukan dan didukung dengan penuh oleh pihak manajemen dimana perangkat-perangkat lunak penerapan sudah dikuasai oleh para anggota QCC.
Evaluasi ini dimaksudkan untuk memeriksa dan menyempurnakan keseluruhan operasi perusahaan mulai dari bahan baku sampai kepada produk ahir dan siap dikirim, dengan demikian evaluasi ini merupakan cara yang efektif untuk menemukan, meneliti, menganalisa sebab-sebab terselubung suatu persoalan mutu dan sekaligus memecahkan setiap persoalan yang mungkin terjadi."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1998
T5914
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simanjuntak, Bernhard
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel pelatihan dan motivasi kerja dengan produktivitas kerja operator, baik itu hubungan secara sendiri-sendiri, maupun bersama-sama.
Populasi pada penelitian ini adalah operator tenun yang mengoperasikan mesin Air Jet Loom merek Toyota type T.170, T.190, T.600, dan Tsudakoma, pada Weaving-I, perusahaan tekstil PT. X, Tangerang, yang telah bekerja sekurang-kurangnya satu tahun. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survai; sampel penelitian berjumlah 51 orang, yang diambil dengan menggunakan teknik proporsional random probability dari 84 orang populasi.
Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data pelatihan dan motivasi kerja berupa kuesioner dengan menggunakan skala Likert, dirnana masing-masing variabel memuat 24 butir pernyataan. Produktivitas kerja diperoleh dari efisiensi penggunaan mesin oleh operator.
Teknik analisis data yang digunakan adalah dengan korelasi sederhana, parsial, dan ganda; regresi sederhana dan ganda, yang dilanjutkan dengan uji t dan F pada taraf signifikansi 5 %.
Dari hasil analisis data mengungkapkan bahwa : Pertama, terdapat hubungan yang positif antara pelatihan dengan produktivitas kerja meskipun motivasi kerja telah dikontrol, dimana koefisien korelasinya (rYX1-x2) = 0,5214, dan persamaan regresinya Ŷ= 51,205 + 0,4968 X2; kontribusi pelatihan terhadap produktivitas kerja sebesar 27,188 %. Kedua, ada hubungan yang positif antara motivasi kerja dengan produktivitas kerja meskipun pelatihan telah dikontrol, koefisien korelasinya (ryx2-x1) = 0,6535, dan persamaan regresinya Ŷ = 37,445 + 0,6435 X2; kontribusi motivasi kerja terhadap produktivitas kerja sebesar 42,705 %. Ketiga, secara bersama-sama pelatihan dan motivasi kerja memiliki hubungan yang positif terhadap produktivitas kerja, dengan koefisien korelasinya (rYX1x2) = 0,68998 dan persamaan regresinya Ŷ = 25,7265 + 0,2445 X1 + 0,5157 X2. Secara bersamasama, kedua varians ini memberikan kontribusi sebesar 47,607 % terhadap produktivitas kerja sebesar 47,607 %.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pelatihan dan motivasi kerja, secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama, turut menentukan adanya variasi produktivitas kerja operator pada perusahaan tekstil PT. X. Tangerang."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1998
T8739
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Risma Umar
"Penempatan buruh migran ke Saudi Arabia merupakan program nasional yang strategis. Penempatan ini dimaksudkan untuk menciptakan lapangan kerja baru bagi tenaga kerja Indonesia ke Saudi Arabia dan mendorong pemasukan devisa negara. Meningkatnya buruh migran informal ke Saudi Arabia dipengaruhi oleh faktor penarik dan pendorong maupun peran PJTKI dalam proses penempatan buruh migran. Peningkatan ini secara kuantitas ekonomis berdampak pemasukan devisa negara dan ekonomi keluarga di desa melalui kiriman remitan bagi buruh migran berhasil. Numun tidak sedikit masalah dialami buruh migran selama proses penempatan ke Saudi Arabia, akibat masih lemahnya perlindungan, jaminan kesejahteraan sosial dan kualitas kompetensi maupun lemahnya monitoring dan pengawasan pemerintah terhadap PJTKI.
Penelitian ini, mengambil kasus buruh migran Ke Saudi Arabia desa Lemahmakmur, Karawang. Tujuannya mendeskripsikan kondisi buruh migran sejak rekrutmen, hubungan kerja di Saudi Arabia sampai kepulangan ke daerah asal, dan mendeskripsikan posisi buruh migran terhadap PJTKI dan majikan. Mendeskripsikan faktor-faktor mempengaruhi motivasi buruh mig ran memutuskan bermigrasi ke Saudi Arabia, Mengembangkan strategi kebijakan sosial penempatan buruh migran ke Saudi Arabia. Penelitian ini adalah deskriptif yang memberikan gambaran mengenai suatu fenomena sosial yang menjadi fokus penelitian, bagaimana dan mengapa terjadi hubungan fenomena tersebut. Peneepatan kualitatif berdasarkan studi lapangan untuk mendapatkan gambaran kon lisi meningkatnya buruh migran ke Saudi Arabia, dan besarnya resiko sosial yang dialami selama proses penempatan, tetapi buruh migran tetap termotivasi memutuslan bermigrasi ke Saudi Arabia.
Dari basil penelitian ini disimpulkan sebagai berikut: (a) motivasi buruh migran memutuskan bermigrasi ke Saudi Arabia dipengaruhi oleh faktor penarik (pull factors) berupa kondisi perkembangan ekonomi dan pembangunan infrastruktur negara Saudi Arabia, dan adanya kelas sosial yang membutuhkan pekerja informal dornestik sebagai bagian gays hidup sosial masyarakatnya., Saudi Arabia membutuhkan pekerja sektor informal dan Indonesia tanpa. pendidikan dan keterampilan khusus. Secara ekonomis sosiologis, bahwa dengan upah tinggi dan melakukan ,haaah haji karena kesamaan agama Islam merupakan alasan kuat memilih Saudi Arabia sebagai tujuan migrasi. (b) faktor pendorong (push factors) mempengaruhi motivasi buruh migran memutuskan bermigrasi kerja ke Saudi Arabia. Akibat kondisi struktural sosial ekonomi dalam negeri baik angkatan kerja meningkat, lapanaan kerja terbatas menyebabkan pengagguran yang sampai ke desa. Akibat perubahan lahan pertanian sebagai sumber lapangan kerja petani digunakan untuk areal industri_ Modernisasi pertanian program revolusi hijau rnerubah poly tingkah laku ekonomi dan hubungan ikatan sosial petani. Dampak lebih luas adalah hilangnya akses kesempatan kerja bagi petani miskin dan perempuan desa, pendapatan ekonomi menurun, pengguran tinggi yang proses selanjutnya mengakibatkan kemiskinan. Kondisi ini mendorong keluarga petani mencari alternatif untuk bekerja ke Saudi Arabia dengan harapan memperoleh kemandirian kerja, nilai ekonomi dan status sosial kehidupan keluarga lebih baik.
Faktor fasilitasi PJTKI dalam proses penempatan berperan mempengaruhi motivasi buruh migran bermigrasi ke Saudi Arabia, sejak rekrutmen calon buruh migran di desa, bekerja di Saudi Arabia sampai kembali ke daerah asal, PJTKI urnumnya kurang mempunyai akses langsung ke desa, melalui perantara sponsor atau cal() melakukan rekrutmen di desa, mempertemukan talon buruh migran dengan PJTKI, menerima imbalan uang jasa dari PJTKI dan memungut uang tidak sedikit dari setiap calon buruh migran. Ketidaktahuan calon buruh migran mengurus persyaratan diperlukan, menimbulkan lahan pekerjaan baru bagi sponsor atau cabo. Besarnya peran PJTKI, sponsor atau cafo rnenciptakan ketergantungan talon buruh migran melalui promosi kerja dengan informasi harapan menjanjikan, pengurusan dokumen, sampai pemberian pinjaman untak biaya perjalanan ke Saudi Arabia dengan persyaratan pengembalian dua kali lipat total pinjaman. Akibat lemahnya mekanisme perlindungan proses rekrutmen di desa menyebabkan maraknya percaloan dan pemerasan, pemalsuan identitas sangat merugikan buruh migran.
Kondisi buruh migran pekerja informal dalam proses penempatan ke Saudi Arabia. Mayoritas perempuan desa, pendidikan dan keterampilan rendah (unskilled labor). Pekerjaan ini secara sosial masih dipandang rendah, tidak dijamin hukum perburuhan baik Saudi Arabia maupun Indonesia. Lemahnya- jaminan perlindungan dan kesejahteraan, nilai kompetensi dan pengelolaan penempatan baik monitoring dan pengawasan pemerintah, informasi tentang hak, fungsi KBRI, kondisi kerja dan adat istiadat Saudi Arabia merupakan titik lemah penempatan ke Saudi Arabia. Kondisi ini menyebabkan posisi tawar (bargaining position) buruh migran lemah terhadap majikan dan PJTKI. Akibatnya banyaknya masalah resiko sosial dialami buruh migran baik tindakan penipuan, pelecehan, dan penyiksaan maupun penganiayaan selama proses-rekrutmen di desa dan penampungan, saat bekerja di Saudi Arabia sampai kepulangan ke daerah asal. Namun demikian secara kuantitas ekonomis menunjukkan dampak perubahan sosial ekonomi. Tahun 2001 pemasukan devisa sebesar USD 4,2 milyar dari 1,2 juta buruh migran termasuk Saudi Arabia, dan penghasilan (remittances) terhadap kehidupan sosial ekonomi keluarga bagi buruh migran berhasil, dan kegiatan usaha di desa Lemahmakmur. (f) kebijakan sosial penempatan buruh migran ke Saudi Arabia adalah pemenuhan kebutuhan kesejahteraan sosial dan perlindungan buruh migran. Integrasi keseimbangan aspek pembangunan ekonomi dan pembangunan sosial- melalui upaya pembangunan manusia (human development) untuk peningkatan kemampuan (capability), peningkatan produktivitas dan pemberian jaminan kesejahteraan social. Perlindungan hukum dan politik untuk keseimbangan hak dan kewajibannya. melakukan kegiatan sosial dan berorganisasi di negara Saudi Arabia."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T13873
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Imam Sufa`at
"Timbulnya permasalahan pembakaran spontan dalam setiap penimbunan batubara sebagai persediaan stok untuk pembangkit termal selalu terjadi akibat dari proses oksidasi yang menghasilkan panas dimana sebagian panas yang tidak dapat terbuang akan terakumulasi dapat menyebabkan pembakaran spontan pada saat temperaturnya mencapai titik bakar batubara. Adapun mekanisme terjadinya pembakaran terus menerus pada timbunan batubara dipengaruhi oleh cuaca dan kondisi site setempat. Dampak dari pembakaran spontan tersebut akan memerlukan kesiapan dalam pengamanan, penanganan lingkungan (api dan asap yang dihasilkan), dan masalah kerugian secara ekonomi perlu diperhatikan.
Mencegah dan mendeteksi lebih awal perlu dilaksanakan dengan cara mengenal beberapa faktor yang secara potensial dapat mendukung peningkatan panas pada timbunan, mendeteksi bila terjadi pembakaran dan respon tindakan cepat bila terjadi haruslah dilaksanakan.
Sebagai langkah awal adalah dengan melakukan desain stok kebutuhan batubara yang tepat dan pada saat operasi melakukan manajemen penimbunan yang optimal, sehingga meskipun penimbunan batubara dengan jenis yang mudah terbakar dilakukan, maka permasalahan pembakaran spontan dapat diminumkan.
Tujuan penelitian ini dimaksudkan agar dapat membuat sebuah model metode penimbunan yang optimal secara teknis, komersial berdasarkan prinsip manajemen dengan memperhatikan faktor inventory (penimbunan) tersebut diatas.
Beberapa faktor teknis dan ekonomis yang perlu mendapatkan perhatian dalam melaksanakan penimbunan Batubara antara lain :
- Besarnya kapasitas penimbunan sesuai dengan kebutuhan
- Menyiapkan waktu turn over dalam hal penyediaan (stock)
- Secara ekonomis kemampuan pengadaan batubara pada harga yang termurah
- Optimasi dalam penyediaan dan penyimpanan batubara akan menghasilkan efektifitas penekanan biaya yang maksimal, mengingat dampak kesetimbangan antara penerimaan dan penggunaan bahan bakar batubara telah sesuai dengan kebutuhan pembangkit termal dalam menghasilkan energi listrik."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
T14743
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tamzil
"Kebakaran adalah suatu peristiwa tidak terduga dan menimbulkan banyak kerugian. Hal ini dapat terjadi pada gedung-gedung yang tidak memiliki sistem perlindungan serta manajemen kebakaran dan keselamatan. Dengan mendeteksi awal dan pencegahan bahaya kebakaran yang timbul dalam waktu yang tidak terduga, dapat mencegah korban jiwa dan kerugian pada gedung tersebut.
Untuk mencegah permasalahan tersebut, Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 02/KPTS/1985 dan PERDA DKI No.3 1992 mengenai manajemen kebakaran dan keselamatan, menjelaskan bahwa setiap bangunan yang memiliki kapasitas lebih dari 50 penghuni dan tempat umum yang memiliki lebih dari 30 penghuni harus memiliki dan melaksanakan sistem manajemen kebakaran.
Para pengelola gedung harus memiliki beberapa standar kebakaran, salah satunya adalah pencegahan bahaya kebakaran yang disebut dengan Fire Safety Management. Fire Safety Management sangat penting bagi para penghuni dan pengguna bangunan yang kurang memiliki pengetahuan tentang bagaimana menanggulangi bahaya kebakaran.
Penelitian Fire Safety Management ini digunakan untuk meneliti hubungan korelasi antara penerapan Fire Safety Management dan ketahanan gedung dalam mencegah kebakaran di Universitas Indonesia ? Depok.
Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder. Data primer didapat dengan menyebarkan 83 kuesioner ke gedung-gedung di Universitas Indonesia - Depok, 76 kuesioner telah diterima dan kemudian dianalisa dengan menggunakan program statistik SPSS 10.01 untuk mendapatkan pengukuran dan indikator-indikator yang relevan.
Pengolahan data menunjukkan beberapa parameter di Fire Safety Management, yang terdiri dari mengidentifikasi potensi kebakaran = 31,3% dan pemberitahuan awal pada penghuni = 54,7%.
Dengan menganalisa berdasarkan klausal-klausal sistem manajemen OHSAS 18001;1999 dan ISO 9001;2000 yang akan dapat memberikan usulan bagi Universitas Indonesia untuk meningkatkan kualitas Fire Safety Management nya.
Hasil dari penelitian ini dapat digunakan untuk pengembangan Fire Safety Management pada gedung-gedung di Universitas Indonesia - Depok.

The fire damage occurs in unpredictable time and can cause losses to owner because of damage. It can occur in buildings that do not have Fire Protection and Fire Safety Management System in the building By detecting and preventing against the fire damage, which arise in unpredictable time will prevent loss of lives and assets of the buildings.
To solve the problem, the guidelines Minister of Public Works Decree No. 02/KPTSI1985 and PERDA DKI No. 3 1992 mentioned about Fire Safety Management, every building having capacity more than 50 occupants and public place having more than 30 people must have and conduct fire management system.
A managed building should meet certain standards, one of them is fire prevention through a system that called Fire Safety Management. The existence of Fire Safety Management is important as most building occupant and guests have no or little knowledge at how to respond in case of fire.
This research on Fire Safety Management is used to observe the correlation between application of Fire Safety Management and reliability of building in preventing and controlling the damages used by fire at buildings in University of Indonesia, Depok.
This research uses primary and secondary data Primary data is gathered by distributing 83 questioners to various building in University of Indonesia - Depok 76 responses were received to be viable for in dept analysis, data gathered is then analyzed by using statistic program SPSS 10.01 to obtain measurable and relevant indicators.
Data analysis shows same parameters in Fire Safety Management, which are; (1) Identification potential at fire 31,3%, (2) Fire announcement to occupant = 54,7%.
With analyzing in clausal of 01-ISAS 18001;1999 and ISO 9001;2000 management system, will give some advise for University Indonesia to improve their Fire Safety Management.
This result at this research can be used to improve role of Fire Safety Management in building reliability in general and building in specific in University of Indonesia ? Depok.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
T14669
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>