Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 63 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nurholis Majid
Abstrak :
Angka kesakitan diare di Indonesia tahun 2003 diperkirakan sebesar 374 per 1.000 penduduk dan angka kesakjtan diare di Propinsi Jawa Barat tahun 1999 pada kelompok umur 1-4 tahun diperkirakan 188 per 1000 penduduk. Sedangkan angka kesakitan diare di Kabupaten Garut pada tahun 2004 diperkirakan 103 per 1000 penduduk. Kejadian diare di Puskesmas Cisurupan Kabupaten Garut dengan prevalen rate: 160 per 1000 balita. Penelitian ini merupakan kajian epidemiologi kesehatan lingkungan dengan fokus penelitian faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diare yaitu variabel karakteristik ibu balita, karakteristik balita, kondisi sarana air bersih, tingkat kepadatan Ialat dan kondisi jamban dengan kejadian diare pada balita (12-59 bulan) di wilayah kerja Puskesmas Cisurupan Kabupaten Garut tahun 2006. Desain penelitian ini menggunakan studi kasus kontrol dengan menggunakan data primer. Kasus adalah balita yang telah didiagnosis dengan gejala diare dan datang ke puskesmas serta bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Cisurupan. Kontrol adalah balita yang tidak menderita diare paling Iama 2 mingu terakhir dan bertempat tinggal sama dengan kasus. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis dengan statistik. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara kondisi sarana air bersih (OR=2,077 C195% : 1.066-4.045), kepadatan lalat (OR=2,139 C195%:1.137-4.021) dan kondisi jamban (OR=2,1 11CI95%:1.103-4.040) dengan kejadian diare pada balita. Sedangkan hasil uji interaksi melalui analisis regresi logistik menunjukkan tidak ada interaksi. Dari hasil penelitian terlihat faktor lingkungan merupakan faktor dominan terhadap kejadian diare. Untuk itu diperlukan peningkatan upaya-upaya inovatif dalam pengendalian lingkungan yang dilakukan bersama baik oleh masyarakat, puskesmas Cisurupan, dinas kesehatan Garut dan sektor terkait lainnya. Misalnya, upaya pemberdayaan masyarakat di bidang higyene and sanitation melalui pengembangan program klinik sanitasi dan methodology partisipatory assessment- partisipatory hygiene and sanitation transformations (MPA-PHAST). Diharapkan dengan peningkatan upaya tersebut target pencapaian IPM 80 pada tahun 2010 dapat-tercapai.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2006
T21155
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Mursidi
Abstrak :
Air merupakan sumber kehidupan bagi manusia. tidak ada satupun mahluk hidup termasuk manusia dapat bidup tanpa air, Air yang baik dan sehat adalah air yang teiah memenuhi persyaratan kesehatan baik fisikimia, biologi maupun radioaktivitas, sesuai dengan persyaratan kualitas air minum Kepmenkes nomor 907/MENKES/SK/VII/2002, Kualitas air minum parameter kimla kromium heksavalen dan arsen di kelurahan Karanganyar telah melebihi persyaratan kualits air minum Kepmenkes tersebut. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui perkiraan risiko kesehatan akibat pajanan logam kromiun heksavalen dan arsen dalam air minum. Penelitian ini dilakukan terhadap penduduk Karanganyar yang menggunakan sarana air bersih sumur gali sebagai sumber air minum sebanyak 200 orang, dan pemeriksaan sampel air minum sebanyak 32 sampel. Hasil penelitian didapatkan bahwa persentase responden yang mempunyai risiko penyakit non kanker akibat pajanan kromium heksavalen (RQ !) sedangkan persentase responden yang telah me!ampaui batas risiko penyakit non kanker akibat pajanan arsen (RQ> I) sebesar 59%.Besar risiko kanker akibat pajanan arsen rata­ rata pada responden sehesar 1,5 per !0.000 penduduk. Konsentrasi krornium heksava!en terbukti mempunyai huhungan dengan risiko kesehatan (p < 0,05) dengan nilai r = 0,927 dan hubungannya sangat kuat Konsentrasi arsen juga mempunyai hubungan dengan risiko kesehatan (p < 0,05) dengan nilai r = 0,936 dan hubungannya sangat kuat. Kandungan kromium heksavalen dan arsen merupakan risk agent yang mempunyai hubungan sangat kuat dengan risiko kesehatan. maka perlu kirnnya dilakukan pemantauan dan pengendaiian terhadap risk agent tersebut dengan melakukan perbaikan dan penyedirum air minum yang haik dan sebat. Pemerintah daerah sudah seharusnya melalui dinas terkait untuk melakukan perencanaan program penyediaan dan perbalkan kualitas air, agar masyarakat terhindar dari risiko kesehatan akibat air minum yang tidak sehat.
Water is 1ife source for human, no creature including human could Jife without water. Good and healthy water is fulfilling health prerequirement whether physical, chemical. biology or radioactivity, according to water quality prerequirement of Kepmenkes number 9071MENKES/SKN1Ii2002. Chemical parameter of water quality of chromium heksavalen and arsenic at Kalanganyar chief of village has surpassing surpassing water quality prerequirement of Kepmenkes. Research objective is to identity consequance of health risk measurement from chronium heksavalen metal exposure and arsenic in drinking water. This research performed to Kalanganyar residence that using hygiene well medium as drinking water source of 200 people, and drinking water sample examination of 32 samples. Research result ob!ained that respondent percen!age, which has non-cancer disease risk because of chromium heksavalen exposure (RQ>l) as much as 16%, while Ii respondent percentage that has surpassing limitation of non cancer of arsenic exposure (RQ>I) as much as 59%. Cancer risk mte because of arsenic exposure averagely in respondent is 1.5 per 10,000 residences. Concentration of chromium heksava!en sho\ved has a relation with health risk (p < 0.05) with r-value = 0.927 and the relation is very strong. Concentration of arsenic also showed has a relation with health risk (p < 0.05) with r-value = 0.936 and the relation is very strong. Substances of chromium heksavalen and arsenic is risk agent that has strong relation with health risk, therefore require to performed monitoring and controlling toward risk agent by performing maintenance and providing good and healthy drinking water. Regency government through related department of providing and maintaining water quality. so that public avoided from health risk of unhealthy drinking water.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T31654
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tarigan, Putri Sortaria Permata
Abstrak :
Kondisi permukiman dan perumahan masih menjadi masalah yang pelik bagi kota besar seperti Jakarta. Persentase rumah sehat di DKI Jakarta masih tergolong rendah yaitu 31,28%. Karakteristik rumah tangga seperti sumber air bersih, fasilitas sanitasi, dan pengelolaan air limbah sangat penting terhadap kesehatan anggota keluarga. Salah satu tujuan dari Indonesia sehat 2010 adalah meningkatkan cakupan keluarga yang mempunyai akses terhadap air bersih dan sanitasi lingkungan, tercapainya permukiman dan lingkungan perumahan yang memenuhi syarat kesehatan, termasuk penanganan daerah kumuh yang biasanya terdapat di lokasilokasi yang tidak diperuntukan bagi permukiman, seperti bantaran sungai, pinggir rel kereta api, dan lainnya. Penyakit berbasis lingkungan seperti diare, ISPA, DBD, masih menjadi masalah utama pada sebagian besar wilayah permukiman di Jakarta. Berdasarkan hal tersebut, peneliti bermaksud untuk melihat pengaruh kondisi fisik rumah, sarana sanitasi dasar, dan lokasi permukiman terhadap riwayat penyakit berbasis lingkungan di Kelurahan Bidara Cina. Kelurahan Bidara Cina merupakan salah satu kelurahan di Jakarta yang berbatasan langsung dengan sungai Ciliwung sehingga memiliki permukiman di sepanjang bantaran sungai tersebut. Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa hasil wawancara dan observasi lapangan baseline survey Integrated Community Based Risk Reduction on Climate Change (ICBRR-CC) Palang Merah Indonesia. Disain studi yang digunakan adalah potong lintang atau cross sectional, dengan uji chi square untuk melihat hubungan antar variabel. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 300 sampel, yang merupakan responden baseline survey tersebut. Hasil yang didapatkan adalah adanya hubungan antara tingkat risiko lokasi permukiman dengan riwayat penyakit berbasis lingkungan (OR=10.3). Adanya hubungan antara jenis ventilasi (OR=2.7), kondisi halaman (OR=3.02), jenis jamban (OR=2.82), kepemilikan SPAL (OR=2.38), Jenis SPAL (OR=5.06), dan pola pembuangan sampah (OR=1.9) dengan riwayat penyakit berbasis lingkungan. Terdapat perbedaan jenis lantai, kualitas fisik air bersih, jenis jamban, dan jenis SPAL antara permukiman risiko tinggi dengan permukiman risiko rendah. Pada permukiman risiko tinggi, dari 12 variabel yang diuji, hasil yang signifikan hanya didapatkan antara jenis ventilasi dengan riwayat penyakit berbasis lingkungan (OR=3.20). Hal ini disebabkan karena tingginya persentase riwayat penyakit berbasis lingkungan baik pada responden dengan kondisi fisik dan sarana sanitasi dasar yang memenuhi syarat maupun yang tidak memenuhi syarat. Sedangkan pada permukiman risiko rendah, terdapat hubungan antara tipe bangunan (OR=2.5), jenis lantai (OR=3.27), jenis ventilasi (OR=5.53), kondisi halaman (OR=7.26), jenis jamban (OR=3.43), kepemilikan SPAL (OR=4.04), dan pola pembuangan sampah (OR=2.72). Pihak-pihak terkait seperti sektor kesehatan, LSM, lembaga-lembaga kemanusiaan, dan pemerintah daerah perlu bekerja sama untuk mengupayakan peningkatan sanitasi dasar seperti jamban keluarga, SPAL, dan pengadaan tempat sampah yang saniter, serta perbaikan kondisi fisik rumah. Penyuluhan kesehatan mengenai pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat juga penting dilakukan. Upayaupaya tersebut berfungsi untuk meningkatkan kapasitas dari masyarakat itu sendiri terhadap ancaman penyakit berbasis lingkungan.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Helda Suarni
Abstrak :
Penyakit tuberkulosis merupakan masalah global dunia dan diperkirakan sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi oleh Bakteri Mycobacterium tuberculosis . WHO memperkirakan dalam dua dekade pertama di abad 20, satu miliar orang akan terinfeksi per 200 orang berkembang menjadi TBC aktif dan 70 juta orang akan mati akibat penyakit ini. Di Indonesia, TBC merupakan masalah utama kesehatan masyarakat. Jumlah pasien TBC di Indonesia merupakan ke-3 terbanyak di dunia setelah India dan Cina dengan jumlah pasien sekitar 10% dari total jumlah pasien TBC didunia. Angka kesakitan penyakit TB Paru dengan hasil BTA (+) di Kota Depok khususnya Kecamatan Pancoran Mas masih cukup tinggi. Adanya masalah penyakit TB Paru di sebabkan oleh beberapa faktor risiko, salah satunya adalah faktor lingkungan seperti kepadatan hunian,ventilasi pencahayaan, suhu, kelembaban dan jenis lantai. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juni tahun 2009 di wilayah kerja empat puskesmas yang ada di Kecamatan Pancoran Mas yaitu Puskesmas Pancoran Mas, Puskesmas Cipayung, Puskesmas Rangkapan Jaya dan Puskesmas Depok Jaya. Sampel yang di ambil adalah semua tersangka TB Paru yang datang berobat ke puskesmas yang berumur >= 15 tahun dan tercatat di buku register TB Paru. Jumlah sampel yang diperlukan adalah 50 untuk kasus dengan hasil pemeriksaan BTA (+) dan 50 untuk kontrol dengan hasil pemeriksaan BTA (-), di mana pengambilan sampel dilakukan dengan cara sistematik random sampling. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat hubungan faktor risiko lingkungan dengan kejadian Tuberkulosis Paru BTA Positif di Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok bulan Oktober tahun 2008- April tahun 2009. Faktor risiko lingkungan yang di teliti adalah kepadatan hunian, ventilasi, pencahayaan, kelembaban, suhu, dan lantai rumah dengan memperhatikan karakteristik individu seperti umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, prilaku batuk dan kebiasaan merokok dari responden Metode yang digunakan adalah desain kasus kontrol dengan perbandingan 1:1 dengan 50 penderita TB Paru BTA positif sebagai kasus dan 50 penderita BTA negatif kontrol. Hasil penelitian ini menunjukkan faktor risiko lingkungan berhubungan dengan kejadian TB Paru BTA (+) adalah ventilasi rumah (OR=14,182 CI=5,412-37,160 %), pencahayaan (OR =9,117 CI= 3,668- 22,658) sedangkan faktor risiko lain adalah perilaku tidak menutup mulut saat batuk (OR =12,310 CI=3,375-44,890). Sedangkan untuk suhu dan kelembaban walaupun secara statistik tidak menunjukkan hubungan tetapi rata-rata tidak memenuhi persyaratan rumah sehat ( suhu rata-rata 30,84ºC dan kelembaban rata-rata 70,38 %). Untuk itu disarankan kepada masyarakat untuk selalu menjaga kebersihan rumah, berperilaku hidup bersih dan sehat dan melakukan penghijaun di rumah. Untuk petugas puskesmas sebaiknya lebih meningkatkan lagi kegiatan di klinik sanitasi, melakukan kunjungan langsung kerumah penderita TB Paru dan tidak henti-hentinya memberikan penyuluhan kepada masyarakat. Untuk Dinas Kesehatan Depok sebaiknya tidak hanya menekankan kepada pengobatan penderita tetapi juga lebih kepada pencegahan penyakit ini dan kepada Pemerintah Kota Depok sebaiknya lebih meningkatkan perencanaan program rumah sehat seperti perencanaan perbaikan rumah masyarakat yang tidak mampu khususnya bagi penderita TB Paru BTA (+) dan meningkatkan program pemberantasan penyakit menular.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Nur Wijayanti
Abstrak :
Nitrogen dioksida (NO2) ialah salah satu komponen utama yang mempengaruhi kualitas udara. Diantara jenis NOx yang ada di udara, NO2 merupakan gas yang paling beracun. NOx sendiri dihasilkan dari proses pembakaran pada kendaraan bermotor maupun kegiatan industri. Dengan bertambahnya jumlah kendaraan bermotor dan industri dari tahun ke tahun akan serta meningkatkan pencemaran udara di Indonesia. NO2 telah terbukti dapat memberikan dampak negatif bagi kesehatan manusia dan tumbuhan. Sehingga perlu diketahui kualitas udara ambien berdasarkan paremeter NO2 di kota dan kabupaten di Indonesia. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif dan didukung oleh studi analisis risiko Sumber data berupa data sekunder dari Pusat Sarana Pengendalian Dampak Lingkungan (Pusarpedal) dan Badan Pusat Statistik, wawancara dengan Bidang Pemantauan dan Kajian Kualitas Lingkungan Pusarpedal, serta studi literatur. Sampel dalam penelitian ini ialah sampel NO2 tahap satu dan dua yang diambil dari beberapa kota dan kabupaten yang termasuk dalam wilayah program pemantauan NO2 dengan metode pasif yang dilakukan oleh Pusarpedal tahun 2011. Penelitian ini mendapatkan hasil bahwa kualitas udara ambien berdasarkan parameter NO2 di beberapa kota dan kabupaten di Indonesia, sebagian besar masih berada di bawah nilai baku mutu. Tingginya rata-rata konsentrasi NO2 di tiap provinsi memiliki kecenderungan berbanding lurus dengan banyaknya jumlah kendaraan bermotor, industri dan rumah tangga. Selain itu, sektor transportasi diketahui merupakan penyumbang terbesar untuk emisi NO2 di tiap pulau besar. Berdasarkan simulasi analisis risiko, hasil pemantauan udara ambien konsentrasi NO2 tahun 2011 diketahui belum menimbulkan risiko kesehatan bagi kelompok ibu rumah tangga. Namun demikian, Pemerintah dan pihak-pihak terkait diharapkan untuk tetap melakukan tindakan pencegahan agar konsentrasi NO2 di udara ambien tidak semakin meningkat. ......Nitrogen dioxide (NO2) is one of major components which affect in air quality. NO2 is the most poisonous gas among types of NOx. NOx is produced by combustion of vehicles and industrial activities. Increase in number of vehicles and industry affect air pollution in Indonesia year to year. NO2 is evidently affect human health and plants so that air quality based on NO2 as parameter need to aware in whole Indonesia region. The research analyzed data descriptively and supported by risk analysis study. The secondary data from Environment Impact Management Support Center (Pusarpedal) and Statistic Center Bureau (BPS) is used to the research. In addition, the research did interview to Department of Monitoring and Assessment Environmental Quality Pusarpedal as well literature study. Passive method was applied to measure NO2 concentration which is taken two phases in several region by Pusarpedal in 2011. The result showed most of NO2 concentrations are below the quality standard. The high NO2 concentration is directly related to the large number of vehicles, industries and household. Transportation was known as the largest contributor of NO2 emissions in big island. According to simulation of risk analysis calculation, NO2 concentration in 2011 had not risked in health for housewife group. However, the Government and the related parties are expected to take action to prevent so that the concentrations of NO2 in ambient air are not increased.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Gita Ardyani
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
S26617
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Widya Anggraeni
Abstrak :
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada balita di wilayah Kecamatan Teluk Naga Kabupaten Tangerang menempati posisi pertama dari sepuluh besar penyaldt berdasarkan Laporan Tahunan Puskemas. Hal ini berhubungan dengan kondisi fisik rumah, kualitas udara dalam rumah antara lain PM10, dan karakteristik balita penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar PM10 dan faktor lingkungan rumah yang mempengaruhi kejadian ISPA pada balita.

Rancangan penelitian ini adalah kasus kontrol dengan populasi balita di wilayah Kecamatan Teluk Naga Kabupaten Tangerang yang menjadi sampel adalah balita yang terpilih dengan sampel acak secara sistimatika dari Laporan Bulanan (LB1) Puskesmas dengan sampel 195 balita, terdiri Bari kasus 65 dan kontrol 130 dimana sampel kasus adalah balita ISPA sedangkan sampel kontrol adalah tetangga kasus yang tidak menderita ISPA dan berjenis kelamin sama. Data yang dikumpulkan dengan pengukuran adalah kadar PM10, kelembaban, suhu dan pencahayaan sedangkan data variabel lainnya dengan observasi dan wawancara mengg unakan kuesioner. Data dianalisis secara univariat, bivariat dan multivariat.

Hasil analisis chi square terdapat empat variabel yang berbeda bermakna pada balita yang tinggal di rumah memenuhi syarat dan tidak memenuhi syarat yaitu kadar PM10 kelembaban, pencahayaan dan suhu pada tingkat kemaknaan 5% dengan kejadian ISPA balita, yaitu PMIQ dengan nilai p = 0,000 (5,21:2,7 - 10,04), kelembaban dengan nilai p = 0,001 (3,02: 1,57 - 5,81), pencahayaan dengan nilai p = 0,000 (15,06: 6,77 - 33,49), dan suhu dengan nilai p = 0,000 (36,49:10,85 -122,71).

Variabel ventilasi, jenis lantai, kepadatan hunian, bahan bakar, asap rokok, that nyamuk bakar, status gizi dan imunisasi tidak bermakna secara statistik karena mempunyai nilai p > 0,05.

Hasil analisis regresi logistik secara stafistik tidak ditemukan adanya interaksi antara variabel yang diteliti, tetapi suhu rumah ditemukan sebagai faktor pengganggu antara PM10 dengan kejadian ISPA.

Dari penelitian ini sangat penting disarankan untuk mengurangi sumber pencemaran kualitas udara dalam rumah terutama bagi Dinas Kesehatan Kabupaten agar secara rutin memantau secara kondusif kondisi dan standar kualitas udara dalam ruang dan saran bust Puskesmas agar mengaktilkan klinik sanitasi untuk memberikan penyuluhan dan pendidikan tentang hubungan kondisi lingkungan rumah dengan ISPA.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2006
T19081
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Glenzi Fizulmi
Abstrak :
Pestisida merupakan bahan beracun yang memiliki potensi menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan dan gangguan kesehatan manusia. Petani di Desa Jonggol merupakan populasi berisiko untuk terpajan pestisida. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui estimasi risiko pajanan pestisida bahan fungisida terhadap kebiasaan mengonsumsi sumber air minum pada petani di wilayah pemukiman pertanian Desa Jonggol pada tahun 2022. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif menggunakan desain studi Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL). Data penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara menggunakan kuesioner, observasi, dan pengukuran residu pestisida pada sumber air minum di Desa Jonggol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi maksimal pestisida di sumber air minum adalah 0,0855 mg/l pada titik 1 air sumur di Kampung Kujang (diatas baku mutu) dengan radius 2 m dari pertanian. Titik 2 yaitu Air Sungai Kampung Bengkok & Titik 3 yaitu Air Sumur Kampung Karni dengan radius sekitar 20 m dari lokasi pertanian yakni tidak terdeteksi pestisida. Mayoritas petani mengonsumsi air minum yang berasal dari Air Sumur lokasi pertanian. Perhitungan intake non karsinogenik (realtime) adalah 0,00246 mg/kg/hari, sedangkan untuk perhitungan intake karsinogenik (realtime) adalah 0,001056 mg/kg/hari. Berdasarkan perhitungan karakteristik risiko non karsinogenik adalah 0,246 yakni memiliki nilai RQ ≤ 1 berarti belum menimbulkan risiko efek non karsinogenik. Nilai Excess Cancer Risk yaitu risk probability sehingga dibutuhkan manajemen risiko. Risiko Kesehatan secara non karsinogenik dan karsinogenik didapatkan pada gangguan kesehatan petani yakni rata-rata petani mengalami gangguan kesehatan sekitar 78%, gangguan pernafasan 74,7%, dan gangguan pencernaan 48,4%. Selain penyebab dari kebiasan mengonsumsi sumber air minum yang tercemar di pertanian, terdapat faktor lainnya yakni petani memiliki kebiasaan merokok 72,5%, melakukan aktivitas pembakaran 95,6%, dan tinggal di lokasi pertanian 96,7%, mengonsumsi makanan yang dibakar 78%.Kesimpulan dalam penelitian ini petani tetap di Desa Jonggol telah memiliki risiko baik secara realtime maupun lifetime. Perlu dilakukan upaya manajemen risiko untuk melindungi petani agar tidak timbulnya masalah kesehatan. ......Pesticides are toxic materials that have the potential to have a negative impact on the environment and human health problems. Farmers in Jonggol Village are a population at risk of being exposed to pesticides. This research aimed to determine the estimated risk of exposure to pesticides fungicidal substances to the habit of consuming drinking water sources in farmers in the agricultural settlement area of Jonggol Village in 2022. This research was a descriptive study using the design of the Environmental Health Risk Analysis (ARKL) study. The data of this research was obtained from the results of interviews using questionnaires, observations, and measurements of pesticide residues on drinking water sources in Jonggol Village. The results showed that the maximum concentration of pesticides in drinking water sources was 0.0855 mg / l at point 1 of well water in Kampung Kujang (above quality standards) with a radius of 2m from agriculture. Point 2 was Crooked Village River Water & Point 3 is Karni Village Well Water with a radius of about 20 m from the agricultural location, no pesticides were detected. The majority of farmers consumed drinking water derived from Well Water in agricultural locations. The calculation of non-carcinogenic intake (real-time) was 0.00246 mg / kg / day, while for the calculation of carcinogenic intake (real-time) was 0.001056 mg / kg / day. Based on the calculation of the characteristics of non-carcinogenic risk was 0.246, having an RQ value ≤ 1 meant that it had not caused a risk of non-carcinogenic effects. The value of Excess Cancer Risk was risk probability, so risk management was needed. Non-carcinogenic and carcinogenic health risks were found in farmers' health problems, the average farmer experienced health problems around 78%, respiratory disorders 74.7%, and indigestion 48.4%. In addition to the causes of the habit of consuming polluted drinking water sources in agriculture, there were other factors, farmers had a smoking habit of 72.5%, carried out burning activities 95.6%, and lived in agricultural locations 96.7%, consuming 78% burnt food. The conclusion was that farmers who remained in Jonggol Village already had risks both in real time and lifetime. It was necessary to make risk management efforts to protect farmers from the onset of health problems.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ghina Labibah
Abstrak :
Latar Belakang: Skabies merupakan penyakit menular yang diakibatkan oleh tungau Sarcoptes scabiei varietas homonis. Penyakit skabies sering terjadi pada lingkungan yang berpenghuni padat seperti pondok pesantren. Kejadian skabies selain mengganggu kesehatan santri namun akan berdampak kepada performa santri untuk menjalankan kegiatan sehari-hari. Tujuan: Mengetahui hubungan faktor lingkungan dan personal hygiene dengan kejadian skabies pada santri di pesantren X di Kota Bogor pada Tahun 2022. Metode: Studi cross sectional yang dilakukan pada 1 pesantren di Kota Bogor. Hasil: Sebanyak 65 orang (77,4%) mengalami skabies, dan 19 orang (22,6%) tidak mengalami skabies. Tidak ada hubungan yang signifikan antara faktor lingkungan yaitu suhu dan kelembaban dengan kejadian. Sedangkan faktor personal hygiene seperti kebersihan tangan, kebersihan kuku, kebersihan kulit, kebersihan handuk dan kebersihan pakaian memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian skabies. ......Background: Scabies is an infectious disease caused by the mite Sarcoptes scabiei homonis variety. Scabies disease often occurs in densely inhabited environments such as Islamic boarding schools. The incidence of scabies in addition to disturbing the health of students but will have an impact on the performance of students to carry out daily activities. Objective: To determine the relationship between environmental factors and personal hygiene with the incidence of scabies in students at Islamic boarding school X in Bogor City in 2022. Method: Cross sectional study conducted at 1 Islamic boarding school in Bogor City. Results: As many as 65 people (77.4%) had scabies, and 19 people (22.6%) did not experience scabies. There is no significant relationship between environmental factors, namely temperature and humidity with the incidence. Meanwhile, personal hygiene factors such as hand hygiene, nail hygiene, skin hygiene, towel hygiene and clothing hygiene have a significant relationship with the incidence of scabies.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dessy Tri Indrawati
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
S32673
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7   >>