Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rita Djupuri
"LATAR BELAKANG: Salah satu strategi yang digunakan oleh pemerintah dalam penanggulangan kekurangan gizi adalah dengan promosi kesehatan yang dilakukan di Posyandu, untuk itu ingin diketahui apakah ada hubungan antara kunjungan ke Posyandu dengan kejadian kurang energi protein.
METODOLOGI: Desain penelitian ini adalah cross sectional dengan memanfaatkan data sekunder hasil penelitian Baseline Survey A Longitudinal Study on Nutritional Status of Children at Early Child Development Project areas in Indonesia, dengan sampel anak usia 6-23 bulan di 4 Kabupaten di Jawa Barat. Data dianalisa dengan menggunakan analisa regresi logistik.
HASIL: Kejadian KEP di 4 Kabupaten Jawa Barat tahun 1998 rata-rata adalah 35,9%, dan Kabupaten Indramayu adalah kabupaten dengan kejadian KEP tertinggi yaitu 40,9%. Kejadian KEP berhubungan dengan status pekerjaan ibu (OR 0,76; 95% Interval kepercayaan 0,59;0,98), jumlah balita dalam keluarga (OR=2,01; 95% Interval kepercayaan 1,22;3,31), umur anak (ORR3,48 95% Interval kepercayaan 2,71;4,47 dan OR==1,35 ;1,05;1,73) dan kejadian sakit dalam sebulan terakhir (OR=1,44; 95 Interval kepercayaan 1,31;1,83), sementara itu tidak ditemukan adanya hubungan antara kunjungan ke Posyandu dengan kejadian KEP (OR=0,88;95% Interval kepercayaan 0,69;1,13 dan OR=0,97; 0,73;1,28)
KESIMPULAN : Hasil Analisa menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara kunjungan ke Posyandu dengan kejadian KEP, baik sebelum maupun setelah dikendalikan dengan variabel Iainnya.

Associated Between Visit to Integrated Health Services Post with Protein Energy Malnutrition among Children 6-23 Months in 4 Districts in West Java, 1998BACKGROUND: A part of national strategy for tackling under nutrition problem with health promotion in Integrated Health Service Post. This study aims to know associated between visit to Integrated Health Services Post with Protein Energy Malnutrition
METHODS: The research design used cross-sectional. Data used were secondary data from Baseline Survey a longitudinal Study on Nutritional Status of Children at Early Child Development Project areas in Indonesia by Centre for Food and Nutrition Studies University of Hasanuddin collaboration with Directorate of Community Nutrition, Ministry of Health. Data were then analysed using the logistic regression.
RESULTS: Prevalence of PEM in four district in West Java 1998 was 35,9 %, and Indramayu the district with the highest the prevalence of protein energy malnutrition (PEM), 40,9%.PEM associated with mother occupation status (OR=-0,76; 95%CI 0,59;0,98), the number of under five years old in house (OR=2,01; 95%CI 1,22;3,3I), child-aged (OR=3,48 95% CI 2,71;4,47 and OR=1,35 95%C1 1,05;1,73)and the last month the incidence of child illness(OR=1,44; 95 CI 1,31;1,83) and no asssociated between visit to Integrated Health Services Post with Protein Energy Malnutrition (OR=0,88;95% CI 0,69;1,13 and OR=0,97;95% CI 0,73;1,28)
CONCLUSION: Data analysis revealed no found associated between visit to Integrated Health Services Post with Protein Energy Malnutrition.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T2137
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hutabarat, Indah Imelda R.H.
"Latar belakang: Kebiasaan makan protein yang berlebihan dapat berdampak terhadap timbulnya penyakit ginjal, hati dan risiko tinggi penyakit kardiovaskular yang dapat menyebabkan terjadinya inkapasitasi pada pilot. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi faktor sosiodemografi dan faktor lainnya terhadap kebiasaan makan protein berlebih pada pilot sipil di Indonesia.
Metode: Penelitian potong lintang menggunakan data sekunder Survei kebiasaan makan, minum dan latihan fisik pada pilot sipil di Indonesia 2016. Data yang dikumpulkan adalah karakteristik demografi, kebiasaan latihan fisik, pengetahuan, indeks massa tubuh dan karakteristik penerbangan. Analisis regresi cox dipakai untuk menganalisis faktor-faktor dominan yang berhubungan dengan kebiasaan makan protein berlebih.
Hasil: Di antara 528 pilot yang berusia 19-64 tahun, kebiasaan makan protein berlebih ditemukan pada 194 (36.74%) pilot. Lama masa kerja dan indeks massa tubuh menjadi faktor risiko dominan yang berkaitan dengan kebiasaan makan protein berlebih pada pilot. Jika dibandingkan dengan pilot dengan lama masa kerja 1 - 9 tahun, pilot dengan masa kerja 10 ? 40 tahun berisiko 35% lebih kecil memiliki kebiasaan makan protein berlebih (RRa = 0.65 ; 95% CI 0.49 ? 0.87). Jika dibandingkan dengan pilot dengan indeks massa tubuh normal, pilot yang overweight berisiko 34% lebih kecil memiliki kebiasaan makan protein berlebih (RRa = 0.66 ; 95% CI 0.47 - 0.93).
Kesimpulan: Lama masa kerja dan overweight memiliki risiko lebih rendah kebiasaan makan protein berlebih.
......
Background: Excessive protein eating habits can have an impact on the incidence of kidney disease, liver and high risk of cardiovascular disease that can cause incapacity on the pilot. The purpose of this study was to identify sociodemographic factors and other factors on eating proteins habits in civilian pilots in Indonesia.
Methods: A cross-sectional study using secondary data from Survey of eating habits, drinking and physical exercise on a civilian pilot in Indonesia in 2016. Data were collected on demographic characteristics, physical exercise habits, smoking habits, knowledge, body mass index and flight characteristics. Cox regression analysis was used to analyze the dominant factors associated with protein eating habits.
Results: Among the 528 pilots aged 19-64 years, the eating habits of excessive protein found in 194 (36.74%) pilots. Long working periode and body mass index was the dominant risk factors associated with protein eating habit in the pilot. When compared to the pilot with working 1-9 years, pilot with working periode 10-40 years 35% lower risk of eating habits of excess protein (RRA = 0.65; 95% CI 0:49 - 0.87). When compared to normal body mass index, pilot overweight had 34% lower risk of eating habits of excess protein (RRA = 0.66; 95% CI 0:47 - 0.93).
Conclusion: longer working periode and overweight have a lower risk of excessive protein eating habits."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laila Nuranna
"Latar Belakang : Kanker serviks merupakan salah satu masalah kesehatan reproduksi kaum perempuan di Indonesia. Program skrining kanker serviks secara luas adalah pemecahan masalahnya. Pelaksanaan program skrining dengan tes pap mengalami kendala penyediaan SDM dan sarana, maka perlu dipilih metode skrining alternatif yang Iebih berdaya laksana yaitu dengan IVA (lnspeksi Visual dengan Asam Asesat) Sebelum menerapkan metode skrining IVA pada masyarakat dengan mempertimbangkan aspek sosmal ekonoml dan budaya. Maka, ditawarkan pemecahan masalah dalam rangkaian Model Penanggulangan Kanker Serviks Berdaya Laksana Proaktif-VO (Proaktif, koordinatif dengan skrining IVA dan Krioterapi) yang merupakan rangkauan kegiatan persiapan wilayah, pelatihan bidan dan kader kesehatan penyuluhan skrining IVA dan krioterapi.
Tujuan: Memperoleh model penanggulangan kanker serviks yang memberi kemungkinan cakupan skrining lebih luas (efektif) dan Ieblh efisien serta kemungkinan berkesinambungan dalam upaya menemukan test prakanker serviks. Tujuan tambahan adalah 1) mengetahui prevalensi lesi prakanker dan kanker serviks berbasis data populasi 2) mengetahui sensivitas dan spesifitas temuan IVA Jika dibandingkan dengan temuan tes pap pada kasus test prakanker 3) mengetahui faktor risiko dari temuan kasus lesi prakanker serviks 4) mengetahui faktor pendorong dan penghambat bagi kesediaan responden untuk melakukan pemeriksaan skrining.
Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan studi intervensi dengan menerapkan suatu model pcnanggulangan kanker Serviks Proaktlf VO pada tatanan komunitas. Penelitian dilakukan di tingkat kecamatan. Dilengkapi dengan uji deskriptif untuk menilai karakteristik masyarakat di daerah penelitian dan uji diagnostik untuk menilai sensivitas dan spesifisitis metode skrining IVA terhadap tes pap.
Lokasi: Kecamatan Pademangan (Kelurahan Ancol dan Kelurahan Pademangan Barat) Jakarta Utara Subjek Penelitian merupakan sampel konsekutif seluruh perempuan usia 20 tahun atau yang sudah menikah hingga 70 tahun yang dapat disertakan.
Hasil: Berhasil direkrut 6.293 responden untuk disuluh dan didata. Dari kelompok tersebut yang diantaranya dilakukan tes pap. Dari data awal diperoIeh informasi dan kuesioner, sebagian besar (71 72%) pernah mendengar tes pap sebagai cara deteksi dini kanker serviks yang sudah perah duperiksa tes pap 538 responden (8 54%).
Pada penelitian ini dinilai biaya menemukan satu kasus LIS. Hal ini dimungkinkan dengan membandingkan biaya menemukan satu kasus LIS menurut IVA adalah Rp 314,148,48 dan biaya menemukan satu kasus LIS menurut tes pap adalah Rp 1.728.333,00 dari populasi. Penilaian akurasi pemriksaan IVA terhadap tes pap, yaitu sensivitas IVA 92,31% dengan spesifitas 98,87%, Kappa 0,6265. Pemeriksaan IVA terhadap baku emas tes pap dengan keterandalan tinggi, dinyatakan dengan agreement 89,89%.
Cakupan skrining dipengaruhi oleh beberapa faktor yang mendorong untuk mengikuti pemeriksaan skrining, adalah: a) adanya keluhan (secara berurutan adalah keputihan, nyeri panggul, perdarahan diluar haid, perdarahan pasca senggama); b) adanya riwayat IMS pada suami; c) peran PKK (Pendidikan Kesejahteraan Keluarga); d) aanya riwayat pemeriksaan kandungan di luar hamil. Adapun faktor bukan pendorong mengikui pemeriksaan skrining, adalah : a) tidak pernah mendengan informasi tes pap; b) peserta sudah mengikuti pemeriksaan tes pap.
Temuan lesi prakanker seriks berkaitan dengan faktor: a) keluhan keputihan ( OR 2,88; p 0,000); b) pernah mendengar informasi tes pap (OR 0,68; p 0,0010); c) usia peserta lebih dari 31 tahun (OR 1,40; p 0,0062). Pelaksanaan krioterapi baru dapat dilaksanakan pada 8 kasus yang terindikasi memerlukan terapi. Pada telitian ini belum dapat diambil kesimpulan lengkap untuk peran krioterapinya.
Kesimpulan: Model penanggulangan kanker serviks Proaktif-VO di suatu wilayah yang dilakukan secara aktif, koordinatif, berbasis skrining IVA dapat dilakukan lebih efektif dan efisien jika dibandingkan dengan pendekatan umum yang ada selama ini Kesimpulan ini ditunjang dengan cakupan skrining pada data awal 8,5%, meningkat menjadi 50,08% dan efektifitas penggunaan data yang lebih baik; kesahihan dan keterandalan pemeriksaan IVA yang teruji baik."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
D710
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laila Nuranna
"Latar Belakang : Kanker serviks merupakan salah satu masalah kesehatan reproduksi kaum perempuan di Indonesia. Program skrining kanker serviks secara luas adalah pemecahan masalahnya. Pelaksanaan program skrining dengan tes pap mengalami kendala penyediaan SDM dan sarana, maka perlu dipilih metode skrining alternatif yang Iebih berdaya laksana yaitu dengan IVA (lnspeksi Visual dengan Asam Asesat) Sebelum menerapkan metode skrining IVA pada masyarakat dengan mempertimbangkan aspek sosmal ekonoml dan budaya. Maka, ditawarkan pemecahan masalah dalam rangkaian Model Penanggulangan Kanker Serviks Berdaya Laksana Proaktif-VO (Proaktif, koordinatif dengan skrining IVA dan Krioterapi) yang merupakan rangkauan kegiatan persiapan wilayah, pelatihan bidan dan kader kesehatan penyuluhan skrining IVA dan krioterapi.
Tujuan: Memperoleh model penanggulangan kanker serviks yang memberi kemungkinan cakupan skrining lebih luas (efektif) dan Ieblh efisien serta kemungkinan berkesinambungan dalam upaya menemukan test prakanker serviks. Tujuan tambahan adalah 1) mengetahui prevalensi lesi prakanker dan kanker serviks berbasis data populasi 2) mengetahui sensivitas dan spesifitas temuan IVA Jika dibandingkan dengan temuan tes pap pada kasus test prakanker 3) mengetahui faktor risiko dari temuan kasus lesi prakanker serviks 4) mengetahui faktor pendorong dan penghambat bagi kesediaan responden untuk melakukan pemeriksaan skrining.
Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan studi intervensi dengan menerapkan suatu model pcnanggulangan kanker Serviks Proaktlf VO pada tatanan komunitas. Penelitian dilakukan di tingkat kecamatan. Dilengkapi dengan uji deskriptif untuk menilai karakteristik masyarakat di daerah penelitian dan uji diagnostik untuk menilai sensivitas dan spesifisitis metode skrining IVA terhadap tes pap.
Lokasi: Kecamatan Pademangan (Kelurahan Ancol dan Kelurahan Pademangan Barat) Jakarta Utara Subjek Penelitian merupakan sampel konsekutif seluruh perempuan usia 20 tahun atau yang sudah menikah hingga 70 tahun yang dapat disertakan.
Hasil: Berhasil direkrut 6.293 responden untuk disuluh dan didata. Dari kelompok tersebut yang diantaranya dilakukan tes pap. Dari data awal diperoIeh informasi dan kuesioner, sebagian besar (71 72%) pernah mendengar tes pap sebagai cara deteksi dini kanker serviks yang sudah perah duperiksa tes pap 538 responden (8 54%).
Pada penelitian ini dinilai biaya menemukan satu kasus LIS. Hal ini dimungkinkan dengan membandingkan biaya menemukan satu kasus LIS menurut IVA adalah Rp 314,148,48 dan biaya menemukan satu kasus LIS menurut tes pap adalah Rp 1.728.333,00 dari populasi. Penilaian akurasi pemriksaan IVA terhadap tes pap, yaitu sensivitas IVA 92,31% dengan spesifitas 98,87%, Kappa 0,6265. Pemeriksaan IVA terhadap baku emas tes pap dengan keterandalan tinggi, dinyatakan dengan agreement 89,89%.
Cakupan skrining dipengaruhi oleh beberapa faktor yang mendorong untuk mengikuti pemeriksaan skrining, adalah: a) adanya keluhan (secara berurutan adalah keputihan, nyeri panggul, perdarahan diluar haid, perdarahan pasca senggama); b) adanya riwayat IMS pada suami; c) peran PKK (Pendidikan Kesejahteraan Keluarga); d) aanya riwayat pemeriksaan kandungan di luar hamil. Adapun faktor bukan pendorong mengikui pemeriksaan skrining, adalah : a) tidak pernah mendengan informasi tes pap; b) peserta sudah mengikuti pemeriksaan tes pap.
Temuan lesi prakanker seriks berkaitan dengan faktor: a) keluhan keputihan ( OR 2,88; p 0,000); b) pernah mendengar informasi tes pap (OR 0,68; p 0,0010); c) usia peserta lebih dari 31 tahun (OR 1,40; p 0,0062). Pelaksanaan krioterapi baru dapat dilaksanakan pada 8 kasus yang terindikasi memerlukan terapi. Pada telitian ini belum dapat diambil kesimpulan lengkap untuk peran krioterapinya.
Kesimpulan: Model penanggulangan kanker serviks Proaktif-VO di suatu wilayah yang dilakukan secara aktif, koordinatif, berbasis skrining IVA dapat dilakukan lebih efektif dan efisien jika dibandingkan dengan pendekatan umum yang ada selama ini Kesimpulan ini ditunjang dengan cakupan skrining pada data awal 8,5%, meningkat menjadi 50,08% dan efektifitas penggunaan data yang lebih baik; kesahihan dan keterandalan pemeriksaan IVA yang teruji baik."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
D770
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library