Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Desti Maharani
"ABSTRAK
Prevalensi kejadian sick building syndrome di dunia menurut EPA mencapai 30% dan di Indonesia penelitian-penelitian sebelumnya melaporkan lebih dari 50% pekerja mengalami SBS. Namun SBS bersifat idiopathic, penyebabnya masih belum dapat teridentifikasi dengan jelas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi gambaran kejadian serta hubungan faktor individu dan indoor air quality dengan SBS pada pekerja di Indonesia. Penelitian menggunakan systematic review yang berdasarkan pada metode PRISMA dengan pendekatan sintesis naratif terhadap 28 studi berupa jurnal dan skripsi yang dipublikasi pada tahun 2011-2020. Pada kajian sistematis menunjukan bahwa prevalensi SBS pada pekerja di Indonesia yang dilaporkan dalam studi sebesar 19% hingga 89,4% dengan 27 studi melaporkan prevalensi SBS >20%. Gejala SBS yang dialami oleh pekerja dalam studi berkisar antara 3-17 gejala. Gejala dengan proporsi tertinggi yang paling banyak dilaporkan dalam studi adalah gejala umum yakni sebanyak 11(39,28%) studi. Faktor individu yang paling banyak diteliti adalah faktor usia, sedangkan pada faktor indoor air quality adalah suhu. Faktor risiko SBS berdasarkan faktor individu yang menunjukan hasil signifikan adalah usia dan masa kerja sedangkan berdasarkan faktor IAQ adalah CO2 dan VOCs. Berdasarkan hal tersebut perlu dilakukannya kontrol yang berkala terhadap kualitas udara di dalam ruangan terutama konsentrasi CO2 dan VOC.

ABSTRACT
The prevalence of sick building syndrome in the world according to the EPA reaches 30% and in Indonesia previous studies reported more than 50% of workers experiencing SBS. However, SBS is idiopathic, the cause is not clearly identified. The purpose of this study is to identify and evaluate the description of incidents and the relationship between individual factors and indoor air quality with SBS among workers in Indonesia. The study used a systematic review based on the PRISMA method with a narrative synthesis approach to 28 studies consisting journals and thesis published in 2011-2020. The systematic review shows that the prevalence of SBS among workers in Indonesia reported in the study is 19% to 89.4% with 27 studies reporting the prevalence of SBS> 20%. SBS symptoms experienced by workers in the study ranged from 3-17 symptoms. The highest proportion symptoms reported in the study were general symptoms in 11 (39.28%) studies. The most researched individual factor is age, while indoor air quality is temperature. The risk factors for SBS based on individual factors that show significant results are age and years of service, while based on IAQ factors are CO2 and VOCs. Based on this research, it is necessary to periodically control indoor air quality, especially the concentrations of CO2 and VOCs."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bina Rachma Permatasari
"Sick Building Syndrome adalah kumpulan gejala yang hanya dirasakan seseorang saat beraktivitas di dalam suatu gedung. Gejala tersebut tidak teridentifikasi secara spesifik hingga menyebabkan penghuni ruangan atau bangunan mengalami gangguan kesehatan akibat buruknya kualitas udara di dalam ruang. Tujuan penelitian ini alah untuk mengetahui Sick building syndrome yang terjadi di Politeknik Kesehatan Jakarta II dengan menghubungkan dengan PM2.5, PM 10, suhu, kelembaban, perawatan Ac, kepadatan ruangan, Jenis furniture dan periode waktu pembersihan ruangan. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriftif dengan pendekatan cross sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian karyawan yang berjumlah 65 karyawan dan ruangan yang ada di Politeknik Kesehatan Jakarta II. Metode perhitungan sampel menggunakan rumus proporsi binomunal (binomunal proportions) dan menggunakan metode simple random sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner Environment Medicine Clinic Sweden, Orebro Hospital tahun 2017 dan menggunakan alat Particulat Dust Meter DAZ – 400. Hasil pada penelitian ini adalah dikatehui 80% karyawan mengalami kejadian sick building syndrome dan setelah dilakukan analisis bivariat menggunakan analisis chi square diketahui bahwa hanya variabel faktor risiko jenis furniture yang memiliki nilai p value <0.05 yaitu 0.006 dan memiliki nilai OR 6.750 dengan derajat kepercayaan 95% rentang interval antara 1.777 – 26.640 sehingga dapat disimpulkan bahwa jenis furniture yang berisiko memiliki risiko 6.750 kali untuk mengalami kejadian sick building syndrome pada Politeknik Kesehatan Jakarta II.

Sick Building Syndrome is a collection of symptoms that a person only feels when doing activities inside a building. These symptoms are not specifically identified and cause the occupants of the room or building to experience health problems due to poor indoor air quality. Sick building syndrome that occurs at the Jakarta II Health Polytechnic by relating it to PM2.5, PM 10, temperature, humidity, AC maintenance, room density, type of furniture and time period for cleaning the room. This research uses a descriptive type of research with a cross sectional approach. The sample in this study was a portion of 65 employees and rooms at the Jakarta II Health Polytechnic. The sample calculation method uses the binominal proportions formula and uses the simple random sampling method. Data were collected using the 2017 Environment Medicine Clinic Sweden, Orebro Hospital questionnaire and using the Particulate Dust Meter DAZ – 400. The results of this study were that 80% of employees experienced sick building syndrome and after carrying out bivariate analysis using chi square analysis it was discovered that the only variable The risk factor for furniture types has a p value <0.05, namely 0.006 and has an OR value of 6,750 with a confidence level of 95%, the interval range is between 1,777 – 26,640, so it can be concluded that the type of furniture at risk has a risk of 6,750 times for experiencing sick building syndrome at the Health Polytechnic. Jakarta II."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayudian Roviah Burano
"Limbah rumah sakit dihasilkan dari aktivitas pelayanan kesehatan, yang mana salah satu limbahnya berupa limbah medis padat. Apabila limbah medis padat rumah sakit tidak dikelola dengan baik, maka limbah tersebut dapat berubah menjadi salah satu sumber risiko penularan penyakit. Namun, masih terdapat rumah sakit yang belum melaksanakan pengelolaan limbah medis padat sesuai dengan SOP yang telah ditetapkan pada Permen LH No 56 tahun 2015 dan permenkes No 7 tahun 2019 dimana limbah medis padat rumah sakit harus dikelola secara 100% sehingga hal ini menjadi alasan utama penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kepatuhan rumah sakit pada setiap kelas A, B, C, dan D baik milik pemerintah maupun swasta dalam pengelolaan limbah medis padat rumah sakit. Penelitian ini menggunakan data hasil pelaksanaan e-monev tahun 2019, yakni 229 rumah sakit yang melapor di bulan Oktober - Desember. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif dengan desain studi cross sectional yang dianalisis secara univariat dan bivariat. Seluruh rumah sakit pemerintah kelas A patuh dalam pelaksanaan pengelolaan limbah medis padat. Namun rumah sakit pemerintah maupun swasta pada kelas B, C, dan D belum sepenuhnya patuh dalam melaksanakan pengelolaan limbah medis padat yakni 13,5% RS belum memiliki TPS berizin dan 15,7% RS belum memiliki pengolahan limbah medis padat secara internal maupun eksternal, serta 11,4% RS belum memiliki unit kerja khusus. Berdasarkan hasil analisis chi-square dijelaskan bahwa ketersediaan unit kerja khusus memiliki hubungan yang signifikan terhadap kepatuhan pengelolaan limbah medis padat rumah sakit yaitu sebesar 2,623 (95% CI 1,139 – 6,042) kali.

Hospital waste is generated from health service activities, one of which is solid medical waste. If hospital solid medical waste is not managed properly, this waste can turn into a source of risk of disease transmission. However, there are still hospitals that have not implemented solid medical waste management in accordance with the SOPs stipulated in Permen LH No. 56 of 2015 and Permenkes No. 7 of 2019 where hospital solid medical waste must be managed 100% so this is the main reason for the research. This study aims to determine the description of hospital compliance in each class A, B, C, and D, both government owned and private in the management of hospital solid medical waste. This study uses data from the implementation of e-monev in 2019, namely 229 hospitals that reported in October - December. This research is a descriptive quantitative research design with cross sectional study design which is analyzed by univariate and bivariate. All class A government hospitals comply with the implementation of solid medical waste management. However, both public and private hospitals in classes B, C, and D are not yet fully compliant in implementing solid medical waste management, namely 13.5% of hospitals do not have a licensed TPS and 15.7% of hospitals do not have solid medical waste treatment internally or externally. and 11.4% of hospitals do not have special work units. Based on the results of the chi-square analysis, it was explained that the availability of a special work unit had a significant relationship with the compliance of hospital solid medical waste management, which was 2,623 (95% CI 1.139 - 6,042) times."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bukroanah Amir Makkau
"Makanan merupakan kebutuhan pokok namun dapat menyebabkan penyakit parah bahkan kematian dan sangat berisiko bagi anak-anak yang banyak menghabiskan waktu di sekolah. Sehingga mempersiapkan dan menjual makanan yang aman, penting di lakukan di kantin sekolah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan higiene sanitasi dengan kontaminasi bakteri Escherichia coli pada makanan kantin sekolah. Penelitian ini dilakukan dengan desain studi cross sectional pada 73 tempat penjualan makanan di kantin sekolah di Jakarta Timur pada bulan Maret-Juli Tahun 2019. Uji stastisik yang digunakan adalah chi square. Kontaminasi positif bakteri Escherichia coli pada makanan sebesar 30 (41,1%). Terdapat hubungan yang bermakna antara kontaminasi bakteri Escherichia coli dengan jenis makanan dengan nilai p = 0,045 dan OR = 2,642. Disarankan untuk melakukan program Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) pada proses pembuatan makanan untuk mengetahui titik kontaminasi, penyuluhan atau pelatihan higiene sanitasi, serta melengkapi fasilitas sanitasi.

Food is a basic necessity but can cause severe illness and even death. It is very risky for children who spend a lot of time in school. So that preparing and selling safe
food is important to do in the schools canteen. The purpose o f the study is to find out the worthiness hygiene o f sanitation with Escherichia coli bacteria contamination on food at schools canteen. This study is using cross sectional design o f 73 food sales places in
school canteens at East Jakarta. Data are taken from March to Juli Tahun 2019. Chi square is used as the statistics test. The study results is that a positive Escherichia coli bacteria contamination found 30 (41,1%). There is significant relationship between Escherichia coli bacteria contamination with types o f food with p value at 0,045 and OR at 2,642.It is recommended to conduct a Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) program in the food production process to find out the point of contamination, education or training hygiene o f sanitation and complement facilities o f sanitation.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T53824
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siahaan, Rame Manurita Verysanti
"Waktu tunggu merupakan bagian dari dimensi mutu pelayanan kesehatan yang akan menunjukkan kesan terhadap rumah sakit akan ketanggapan dan kinerja pelayanan yang ada di rumah sakit tersebut sehingga lamanya waktu tunggu secara tidak langsung menunjukkan rendahnya kinerja pelayanan. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan upaya perbaikan waktu tunggu rawat jalan di Poli Kebidanan dan Kandungan RSUD Mampang Prapatan. Metode penelitian yang dilakukan adalah riset operasional dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif melalui enam tahap penelitian yaitu identifikasi input, identifikasi proses, pengamatan output, identifikasi penyebab masalah, identifikasi alternatif solusi dan perancangan intervensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah SDM di bagian Rekam Medis belum mencukupi, hanya ada 1 orang runner yang mendistribusikan dokumen rekam medis ke semua poli; jam mulai pelayanan Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan tidak sesuai dengan jadwal yang ditetapkan. Dokter sering tidak tepat waktu dalam memulai pelayanan; jarak ruangan Rekam Medis berada di gedung terpisah sedangkan bagian pendaftaran di lantai 1 dan Poli ada di Lantai 2, pasien datang terlalu cepat merupakan masalah utama yang berkontribusi terhadap lamanya waktu tunggu. Rata-rata total waktu tunggu di Poli Kebidanan dan Kandungan adalah 117.66 menit dan belum sesuai dengan SPM RS yaitu ≤60 menit. Rancangan intervensi yang disepakati adalah membuat SPO dan SK tentang pendaftaran pasien dilakukan 30 menit sebelum jadwal pelayanan dokter. Disaranan melakukan penjadwalan ulang jadwal praktek Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan sesuai dengan kesepakatan bersama sehingga ada kejelasan jam mulai pelayanan, membuat sistem reservasi yang optimal secara bertahap mulai dari offline sampai dengan online, menambah 2 orang petugas di bagian Rekam Medis dan menerapkan rekam medis elektronik.

Waiting time is part of the dimensions of the quality of health services that will show the impression of the hospital about the responsiveness and performance of existing services in the hospital so that the length of waiting time indirectly indicates the low performance of the service. This study aims to make efforts to improve the outpatient waiting time in the Obstetrics and Gynecology Polyclinic of Mampang Prapatan Hospital. The research method used is operational research with quantitative and qualitative approaches through six stages of research, namely identification of inputs, identification of processes, observing outputs, identifying causes of problems, identifying alternative solutions and designing interventions. The results showed that the number of human resources in the Medical Records section was not sufficient, there was only one runner who distributed medical record documents to all polyclinics; the starting hours for midwifery and obstetricians are not in accordance with the specified schedule. Doctors are often not timely in starting services; the distance of the Medical Record room is in a separate building while the registration section is on the 1st floor and the Polyclinic is on the 2nd floor, patients arrive too soon which is a major problem which contributes to the long waiting time. The average total waiting time at the Obstetrics and Gynecology Clinic is 117.66 minutes and is not in accordance with the hospital SPM is ≤60 minutes. The agreed intervention design is to make a Standard Operating Procedure and Decree on patient registration 30 minutes before the doctor's scheduled service. It is recommended to reschedule the Obstetrics and Gynecology practice schedule in accordance with the mutual agreement so that there is clarity of hours of service start, making an optimal reservation system gradually from offline to online, adding two staffs in the Medical Records section and implementing an electronic medical record.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T54739
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wan Kynanthi Nufira
"Penelitian ini bertujuan melihat hubungan karakterististik individu dan kepuasan kerja terhadap kinerja tenaga administrasi Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta Tahun 2018. Penelitian ini menggunakan mixed methods yaitu pendekatan penelitian yang mengkombinasikan metode kuantitatif dengan desain penelitian cross-sectional dan verifikasi hasil kuantitatif dengan metode kualitatif. Sampel pada penelitian ini 86 responden dan 5 informan yang merupakan tenaga administrasi. Hasil penelitian ini yaitu kepuasan kerja merupakan variabel yang dominan berhubungan dengan kinerja tenaga administrasi. Dengan begitu perlu adanya perhatian khusus terkait kepuasan kerja tenaga administrasi sehingga dapat mempengaruhi peningkatan kinerja tenaga administrasi.

This study aims to look at the relationship individual characteristics and job satisfaction with the performance of administrative staff at Hospital Cancer Dharmais in 2018. Combining quantitative methods with cross-sectional research designs and verification of quantitative results with qualitative methods. The samples taken out of 86 respondents and 5 informants who were administrative staff. The results of this study are job satisfaction is the dominant variable related to the performance of administrative staff. That way there needs to be special attention related to job satisfaction of administrative staff so that it can affect the performance improvement of administrative staff."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lilian Susanti Nova
"Infeksi saluran pernafasan akut didunia menjadi penyebab utama morbiditas dan
mortalitas pada anak usia dibawah lima tahun, dan polusi udara salah satu faktor yang
dapat mempengaruhi kejadian ISPA pada anak balita. Kabupaten Bekasi pola penyakit
Puskesmas diurutan pertama adalah penyakit ISPA yaitu 32.50%. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui efek pajanan PM10 terhadap kejadian ISPA pada anak
balita, serta determinan yang mempengaruhinya seperti kondisi lingkungan (suhu,
kelembaban, kecepatan angin) dan jarak rumah dari industri, kualitas rumah (ventilasi,
kepadatan hunian, asap rokok), intake, dan Karakteristik individu (umur, jenis kelamin,
status gizi, riwayat imunisasi dan ASI eksklusif). Sampel penelitian ini sebanyak 96
anak balita yang tinggal di Desa Sukadanau Kecamatan Cikarang Barat Kabupaten
Bekasi. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan melakukan analisis
data primer, data primer hasil dari wawancara dan pengukuran PM10, suhu, kelembaban,
dan kecepatan angin pada udara ambien pada 8 titik pengukuran dibagi dalam 3 zona.
Berdasarkan hasil pengukuran konsentrasi PM10 dari 8 titik memiliki median 173,50
μg/m3. Kejadian ISPA terbanyak adalah anak balita yang bertempat tinggal pada zona 2
yaitu 15 anak balita (46,9%). Dari 14 variabel yang diteliti yang memiliki hubungan
yang bermakna adalah ASI Eksklusif terhadap kejadian ISPA pada anak balita dengan
nilai p = 0.02, memiliki OR = 3.000 (1.264 – 7.120) yang mempunyai arti anak balita
yang tidak diberikan ASI eksklusif mempunyai peluang untuk mengalami kejadian
ISPA 3 kali lebih besar dibandingkan dengan anak balita yang diberikan ASI eksklusif.
Berdasarkan penelitian ini disarankan, konsentrasi PM10 yang sudah tidak sesuai dengan
yang disyaratkan, perlu dilakukan penanganan yang serius dan perlu adanya kerjasama
lintas sektor dari Dinas Kesehatan, Dinas Lingkungan Hidup dan Pemerintah Kabupaten
Bekasi

Acute respiratory infections all over the world are the main cause of morbidity and
mortality for children under five years old, and air pollution is one of the factors that
can influence the incidence of ARI in children under five. Bekasi District, the first place
of desease pattern in Public health centre is ARI disease, that are 32.50%. This study
aims to determine the effect of PM10 exposure on the incidence of ARI in children under
five, as well as the determinants that influence it such as environmental conditions
(temperature, humidity, wind speed) and the distance from the house from industry,
quality of the house (ventilation, occupancy density, cigarette smoke), intake, and
individual characteristics (age, sex, nutritional status, history of immunization and
exclusive breastfeeding). The sample of this research is 96 children under five who live
in Sukadanau Village, Cikarang Barat District, Bekasi Regency. This study used a cross
sectional design by analyzing primary data, primary data from interviews and
measurements of PM10, temperature, humidity, and wind speed in ambient air at 8
measurement points divided into 3 zones. Based on the measurement results, the PM10
concentration from 8 points has a median of 173.50 μg / m3. The highest incidence of
ARI is children under five who live in zone 2, namely 15 children under five (46.9%).
Of the 14 variables studied that had a significant relationship were exclusive
breastfeeding with the incidence of ARI in children under five with a value of p = 0.02,
had OR = 3,000 (1,264 - 7,120) which meant that children under five who were not
exclusively breastfed had the opportunity to experience ARI incidence. 3 times greater
than children under five who are exclusively breastfed. Based on this research, it is
suggested that PM10 concentrations are no longer in accordance with the requirements,
serious handling is needed and cross-sector cooperation is needed from the Health
Office, the Environment Agency and the Bekasi Regency Government
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Baikhati Cesariastevia Basuki
"Rumah sakit adalah sebuah institusi yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan. Dalam pelayanan kesehatan tersebut rumah sakit dituntut untuk menjaga keselamatan pasiennya. Dalam proses ini peran perawat dirasa sangat penting karena memiliki waktu yang lebih lama dalam perawatan pasien dibandingkan tenaga kesehatan lainnya. Pada tahun 2018 masih ada indikator keselamatan pasien yang belum mencapai standar meliputi ketepatan memasang gelas identitas pasien, verifikasi terhadap pelaporan melalui telepon dalam waktu 24 jam, penandaan sisi operasi, kepatuhan cuci tangan dan kejadian pasien jatuh.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang paling berhubungan dengan kinerja perawat dalam upaya keselamatan pasien rawat inap di Rumah Sakit Imanuel Bandar Lampung Tahun 2019. Desain penelitian ini adalah crosssectional dan data dikumpulkan dari pengisian kuesioner terhadap 143 perawat ruang rawat inap.
Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa variabel motivasi (p-value = 0.001) dan status kepegawaian (p-value = 0.047) memiliki hubungan paling dominan dengan kinerja perawat. Motivasi yang baik mempunyai peluang 3.210 kali lebih besar memengaruhi kinerja perawat dibandingkan motivasi yang kurang baik dan status pegawai tetap mempunyai peluang 0.311 kali lebih besar memengaruhi kinerja perawat dibandingkan pegawai tidak tetap.

The hospital is an institution that organizes health services. In these health services hospitals are required to maintain the safety of their patients. In this process the role of the nurse is considered very important because it has a longer time in patient care than other health workers. In 2018 there are still patient safety indicators that have not reached the standards including the accuracy of installing patient identification glasses, verification of telephone reporting within 24 hours, marking the operation side, hand washing compliance and falling patient events.
This study aims to determine the factors most related to the performance of nurses in the effort of inpatient safety at Imanuel Bandar Lampung Hospital in 2019. The design of this study was cross-sectional and data were collected from questionnaires for 143 inpatient nurses.
The results of multivariate analysis showed that motivation variables (p-value = 0.001) and employment status (p-value = 0.047) had the most dominant relationship with nurse performance. Good motivation has a 3,210 times greater chance of affecting nurse performance than poor motivation and permanent employee status has a 0.311 times greater chance of affecting nurse performance than non-permanent employees.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
T54961
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lasut, Doni
"[ABSTRACT
Diarhea is still the problem in development country like Indonesia, because
the morbidity and mortality are high. Diarhea in Cianjur District is one of the 10
highest in west java. This research is cross sectional study and use data from Rapid
Survey Health Faculty of Indonesia University in Cianjur 2012. The purpose of this
study is to analize factors that related with diarrhea using linear regression and SGWR
(Semiparametric Geographically Weigthed Regression). Based on linear regression
shows that the defecation habits as a dominant factor after controlled SPAL, infant,
elementary school, acces to water and septic tank less than 10 meters. The SGWR
with Global Model consist of septic tank less than 10 meters and infant, Local Model
consist of defecation habits and SPAL. The SGWR model with distance weigthing 3-
15 Km can predict the diarrhea quite well, almost in all of study area.

ABSTRAK
Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara
berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitas-nya yang masih
tinggi. Di Propinsi Jawa Barat Kabupaten Cianjur merupakan 10 kabupaten yang
masih tinggi kejadian diare pada penduduknya. Penelitian ini dengan rancangan
cross-sectional dan sumber data sekunder dari Survey Cepat FKM-UI Tahun 2012.
Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis faktor yang berhubungan dengan diare
menggunakan analisis regresi linear dan regresi spasial SGWR (Semiparametric
Geographically Weigthed Regression). Hasil analisis regresi linear didapatkan
kebiasaan BAB menjadi faktor utama dengan dikontrol proporsi SPAL, balita,
pendidikan SD, akses air dan jarak ke pencemar. Hasil analisis SGWR didapatkan
model GWR global (letak pencemar dan balita) dan model GWR lokal (Kebiasaan
BAB dan SPAL). SGWR dengan pembobotan jarak optimal sebesar 3 Km sampai 15
Km mampu memprediksi dengan model yang lebih sesuai untuk tiap area.;Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara
berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitas-nya yang masih
tinggi. Di Propinsi Jawa Barat Kabupaten Cianjur merupakan 10 kabupaten yang
masih tinggi kejadian diare pada penduduknya. Penelitian ini dengan rancangan
cross-sectional dan sumber data sekunder dari Survey Cepat FKM-UI Tahun 2012.
Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis faktor yang berhubungan dengan diare
menggunakan analisis regresi linear dan regresi spasial SGWR (Semiparametric
Geographically Weigthed Regression). Hasil analisis regresi linear didapatkan
kebiasaan BAB menjadi faktor utama dengan dikontrol proporsi SPAL, balita,
pendidikan SD, akses air dan jarak ke pencemar. Hasil analisis SGWR didapatkan
model GWR global (letak pencemar dan balita) dan model GWR lokal (Kebiasaan
BAB dan SPAL). SGWR dengan pembobotan jarak optimal sebesar 3 Km sampai 15
Km mampu memprediksi dengan model yang lebih sesuai untuk tiap area., Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara
berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitas-nya yang masih
tinggi. Di Propinsi Jawa Barat Kabupaten Cianjur merupakan 10 kabupaten yang
masih tinggi kejadian diare pada penduduknya. Penelitian ini dengan rancangan
cross-sectional dan sumber data sekunder dari Survey Cepat FKM-UI Tahun 2012.
Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis faktor yang berhubungan dengan diare
menggunakan analisis regresi linear dan regresi spasial SGWR (Semiparametric
Geographically Weigthed Regression). Hasil analisis regresi linear didapatkan
kebiasaan BAB menjadi faktor utama dengan dikontrol proporsi SPAL, balita,
pendidikan SD, akses air dan jarak ke pencemar. Hasil analisis SGWR didapatkan
model GWR global (letak pencemar dan balita) dan model GWR lokal (Kebiasaan
BAB dan SPAL). SGWR dengan pembobotan jarak optimal sebesar 3 Km sampai 15
Km mampu memprediksi dengan model yang lebih sesuai untuk tiap area.]"
2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Surya Nanda
"Puskesmas merupakan salah satu fasilitas pemberi layanan kesehatan tingkat petama milik pemerintah di Indonesia. Pada tahun 2016 sampai 2019 terdapat penurunan jumlah kunjungan rawat jalan puskesmas di Kota Pariaman sebesar 29,4%. Kepuasan atau ketidakpuasan pasien terhadap layanan puskesmas akan memengaruhi perilaku pasien berikutnya seperti pembelian kembali layanan atau minat untuk melakukan kunjungan ulang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kepuasan kualitas layanan pada minat kunjungan ulang pasien ke puskesmas di Kota Pariaman tahun 2019. Desain penelitian ini adalah cross-sectional dan data dikumpulkan dari 156 orang yang pernah berkunjung ke puskesmas di Pariaman dalam waktu 3 (tiga) minggu terakhir. Analisis statistik menggunakan chi-square. Hasil penelitian menunjukkan 88,5% responden menyatakan akan melakukan kunjungan ulang kunjungan ulang; rata- rata kepuasan tertinggi responden berada pada dimensi emphaty yaitu sebesar 88,05%, dan terendah pada dimensi reliability yaitu sebesar 84,22%; terdapat perbedaan kepuasan dimensi responsivenes, dan assurance pada minat kunjungan ulang responden ke puskesmas; umur, jenis kelamin, pendidikan, dan aksesibilitas merupakan confounding pada dimensi responsiveness dan assurance. Pekerjaan hanya confounding pada dimensi assurance. Puskesmas diharapkan Puskesmas diharapkan melakukan prioritas pada peningkatan pelayanan perawat yang responsive serta menjamin obat tersedia dengan cukup dan lengkap serta mempertahankan hal-hal yang dianggap pelanggan yang baik.

Puskesmas is one of the first-level types of governments health care services in Indonesia. In 2016 and 2019, occurred a decrease in outpatient visits to the puskesmas by 29,4% in Pariaman. Patiens satisfaction or dissatisfaction with a service will affect subsequent patiens behavior such as product repurchase or revisit interest. This research aims to determine differences in service quality satisfaction in the interest of patients to revisit puskesmas in the Pariaman in 2019. This study design is a cross-sectional and the data was collected from 156 people who had visited the last 3 (three) weeks to the puskesmas in Pariaman. Statistical analysis using chi-square. The research results obtained 88.5% of respondents said they would make a revisit; the highest average satisfaction of respondents is in the empathy dimension that is equal to 88.05%, and the lowest in the reliability dimension that is equal to 84.22%; there are differences in the satisfaction dimensions of responsiveness, and assurance on the respondents' interest in visiting the puskesmas; age, gender, education, and accessibility are confounding on responsiveness and assurance dimensions. The work is only confounding on the assurance dimension.puskesmas is expected to prioritize efforts for improving the pharmacy service, nurse services and and to maintain things that are considered good customers."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T54013
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>