Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hanaria Putri Sari Effrianto
Abstrak :
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui nilai rata-rata penurunan tinggi puncak tulang alveolar pada kelompok usia berisiko osteoporosis. Jarak tulang alveolar ke CEJ masing-masing gigi pada bagian mesial dan distal diukur pada gigi 36 atau 46 dari empat puluh lembar radiograf periapikal menggunakan penggaris (mm). Nilai rata-rata penurunan tinggi puncak tulang alveolar pada kelompok usia berisiko osteoporosis sebesar 3.50 ± 1.085 dengan nilai pada prelansia sebesar 3.15 ± 0.864 dan lansia sebesar 3.90 ± 1.156. Terdapat kecenderungan nilai rata- rata penurunan tinggi puncak tulang alveolar pada lansia lebih tinggi dibandingkan dengan prelansia.
This study is held to provide database of decreased alveolar bone crest height in risk ages of osteoporosis. The distance from alveolar bone crest to the CEJ for each tooth on mesial and distal side measured on 36 or 46 from forty periapical radiographs using ruler (mm). The average value of decreased alveolar bone crest height in risk ages of osteoporosis is 3.50 ± 1.085 which is 3.15 ± 0.864 in people age of 45-59 year old and 3.90 ± 1.156 in people age of 60-75 year old. Average value of decreased alveolar bone crest height in people age of 60-75 year old is higher than people age of 45-59 year old.
Depok: Universitas Indonesia, 2013
S45248
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Olivia Elton Heryanto
Abstrak :
Salah satu evaluasi mutu radiograf adalah besarnya distorsi vertikal yang terjadi. Distorsi vertikal ini relatif lebih sering terjadi pada pembuatan radiograf periapikal regio premolar satu rahang bawah.

Tujuan: Mengetahui perubahan sudut vertikal yang masih dapat ditoleransi pada pembuatan radiograf periapikal gigi premolar satu rahang bawah.

Metode: 30 gigi premolar satu rahang bawah yang sudah diekstraksi diukur panjang klinisnya, lalu dilakukan pembuatan radiograf periapikal dengan sudut vertikal 00, +100, +150, +200, -100, -150, -200. Panjang gigi dan selisih cusp radiograf diukur oleh dua orang pengamat masing-masing dua kali di waktu yang berbeda.

Hasil: Secara statistik, panjang gigi pada sudut 00, +100, +150, +200, -100, -150 nilai p>0,05, sehingga tidak terjadi perbedaan bermakna. Pada selisih cusp gigi secara statistik, nilai p<0,05 sehingga terdapat perbedaan bermakna.

Kesimpulan: Perubahan sudut vertikal sebesar 100 masih dapat ditoleransi untuk melihat panjang gigi pada radiograf intraoral periapikal gigi premolar satu bawah
One of the quality evaluation criteria of a radiograph is the vertical distortion. Vertical distortion is relatively more common in periapical radiographs of the mandibular premolar region.

Objective: To determine the vertical angle changes that can be tolerated in the periapical radiographs of the mandibular premolars.

Methods: 30 mandibular first premolars that were already extracted and had the length measured clinically as well as radiographically. Periapical radiography projection were then taken with the vertical angle set at 00, +100, +150, +200, -100, -150, -200. The tooth length and the difference of the cusp height were then measured by two observers twice at different times.

Results: Statistically, tooth length at vertical angulation 00, +100, +150, +200, -100, -150 has the p value >0,05, so there is no significant difference. On the other hand, the buccal-lingual cusp difference has the p value <0,05, that means there is a significant difference.

Conclusion: In standard periapical radiography, 100 change from the normal vertical angulation could still be tolerated to measure the vertical dimension or tooth length of the mandibular first premolar tooth.
2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Firdaus
Abstrak :
ABSTRAK
Latar belakang: Prakiraan usia untuk usia remaja dan dewasa muda penting dalam konteks hukum dan medikolegal. Pada periode usia ini hanya gigi molar tiga yang masih mengalami proses perkembangan. Tujuan: mengetahui korelasi antara usia kronologis dengan perkembangan gigi molar tiga pada orang Indonesia menggunakan aplikasi metode Demirjian. Metode: Jumlah sampel terdiri dari 407 radiograf panoramik orang Indonesia yang telah diketahui usia kronologis (8-25 tahun). Analisis atatistik menggunakan uji korelasi Pearson. Analisis regresi dilakukan untuk mendapatkan rumus regresi untuk perhitungan prakiraan usia. Hasil: Hasil uji korelasi Pearson, korelasi antara masing-masing gigi molar tiga dengan usia sangat kuat (> 0,75) dan (P<0,05). Didapatkan hubungan regresi model penjumlahan empat gigi molar tiga, tiga gigi molar tiga, dua gigi molar tiga dan satu gigi molar tiga. Kesimpulan terdapat korelasi yang sangat kuat antara usia kronologis dengan perkembangan gigi molar tiga pada orang Indonesia.
ABSTRACT
Background: Age estimation to adolescence and young adults is important in the context of law and medicolegal. At this age period only third molars are still a process of development. Objective: To know the correlation between chronological age with the development of the third molars in Indonesia using Application method of Demirjian. Material and Methods: The sample consisted of 407 panoramic radiographs Indonesian people who have known chronological age (8-25 years). Statistical analysis using Pearson correlation test. Regression analysis was performed to obtain the regression formula for the calculation of the age estimation. Results: The results of the Pearson correlation test, the correlation between each of the third molars with a very strong age (> 0.75) and (P <0.05). Regression models obtained relationship summation four third molars, three molars three, two and one third molars third molars. Conclusion: there is a very strong correlation between chronological age with the development of third molars on the Indonesian people.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lidya Purnamasari
Abstrak :
ABSTRAK
Latar Belakang: Pada teknik radiografi digitized, image enhancement dilakukan untuk memperbaiki kualitas gambar dengan mengoptimalkan brightness dan contrast. Tujuan: Mengetahui rentang nilai yang dapat ditoleransi pada pengaturan brightness dan contrast pada abses apikalis kronis dan granuloma apikalis. Metode: Dilakukan pengaturan image enhancement dengan mengubah nilai brightness dan contrast pada 60 radiograf dengan diagnosis abses apikalis kronis dan granuloma apikalis. Hasil: Rentang nilai yang dapat ditoleransi pada pengaturan brightness dan contrast dalam interpretasi abses apikalis kronis dan granuloma apikalis berkisar dari -10 hingga +10. Kesimpulan: Pengaturan brightness dan contrast radiograf tidak mempengaruhi interpretasi radiografik apabila pengaturan dilakukan dalam rentang nilai toleransinya.
ABSTRACT
Background: In digitized radiography techniques, adjusment of image enhancement can be done to improve image quality by optimizing brightness and contrast. Objective: To determine the value range of brightness and contrast adjustment on chronic apical abscess and apical granuloma interpretation. Methods: 60 radiographs diagnosed chronic apical abscess apical granuloma were adjusted by changing brightness and contrast values. Results: The value range of brightness and contrast adjustments on radiographic interpretation of chronic apical abscess and apical granuloma ranging from -10 to +10. Conclusion: Brightness and contrast adjustments on digital radiograph do not affect radiographic interpretation if conducted within the value range.
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ambia Parama Kanya
Abstrak :
ABSTRAK Jenis kelamin merupakan data penting dalam identifikasi individu. Salah satu metode penentuannya adalah analisis radiografis. Tujuan: Mengetahui nilai rerata pengukuran mandibula pada radiograf panoramik dalam menentukan jenis kelamin individu pada usia 14-35 tahun. Metode: Parameter yang diukur yaitu tinggi ramus, sudut gonial, lebar bigonial, tinggi ramus-kondil, tinggi ramus-koronoid, jarak maksimum ramus, jarak minimum ramus, dan indeks mentalis. Hasil: Terdapat perbedaan bermakna antara laki-laki dan perempuan pada tinggi ramus, lebar bigonial, tinggi ramus-kondil, tinggi ramus-koronoid, jarak maksimum ramus, dan jarak minimum ramus. Tidak terdapat perbedaan bermakna pada sudut gonial dan indeks mentalis. Kesimpulan: Enam parameter dapat menentukan jenis kelamin.
ABSTRAK Background Sex is one important information for identification. One of the method is radiographic analysis. Objective To obtain mean value of mandible on panoramic radiograph to determine sex aged 14 35 years. Methods Mandible measurements available are ramus height, gonial angle, bigonial width, condylar ramus height, coronoid ramus height, maximum ramus breadth, minimum ramus breadth, and mental index. Result There are difference between both sex on ramus height, bigonial width, condylar ramus height, coronoid ramus height, maximum ramus height, minimum ramus height measurement and no difference from gonial angle and mental index. Conclusion Six parameters can be used to identify sex.
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Devia Tasya Rachmadiani
Abstrak :
Latar Belakang: Tulang mandibula merupakan tulang terkuat pada tengkorak yang mengalami perubahan sesuai usia. Pengukuran mandibula banyak dijadikan parameter terkait tumbuh kembang yang bermanfaat untuk berbagai bidang ilmu kedokteran gigi termasuk ortodonsi dan forensik. Tujuan: Mengetahui nilai pengukuran parameter mandibula pada radiograf panoramik sebagai data dasar untuk estimasi usia rentang 14-35 tahun dan 50-70 tahun. Metode: Pengukuran parameter mandibula pada 200 sampel radiograf panoramik digital usia 14-35 tahun dan 50-70 tahun. Hasil: Pengukuran parameter mandibula terhadap usia tidak berbeda bermakna secara statistik, namun cenderung mengalami peningkatan atau penurunan sesuai perubahan usia. Kesimpulan: Pengukuran parameter mandibula pada radiograf panoramik usia 14-35 tahun dan 50-70 belum dapat digunakan sebagai data dasar untuk estimasi usia.
Background: Mandible is the strongest bone in skull and experience change with age. Mandibular parameters measurements are often used in relation with growth and development that are useful in dentistry including in orthodontics and forensic dentistry. Objective: To obtain the mandibular parameters value through panoramic radiograph as basic data in age estimation of 14 35 and 50 70 years old subjects. Method: Measurement of mandibular parameters on digital panoramic radiograph of 200 subjects at age 14 35 years and 50 70 years old. Results: The measurement of mandibular parameters are not statistically significant but tend to change according to age. Conclusion: Measurement of mandibular parameters in panoramic radiograph cannot be used as basic data for age estimation in 14 35 years old and 50 70 years old.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adisty Setyari Putri
Abstrak :
Latar Belakang: Prakiraan usia merupakan pemeriksaan forensik untuk identifikasi individu. Tujuan: menganalisis resorpsi akar, kalsifikasi, dan erupsi gigi secara radiografis untuk membuat atlas pertumbuhan dan perkembangan gigi populasi Indonesia usia 5 ? 23 tahun. Metode: Desain potong lintang pada 304 subjek radiograf panoramik. Modus tahap dari resorpsi akar, kalsifikasi, dan erupsi setiap kategori usia dijadikan dasar pembuatan atlas. Hasil dan Kesimpulan: Atlas pertumbuhan dan perkembangan gigi populasi Indonesia usia 5 - 23 tahun dikonstruksi sesuai dengan usia kronologis populasi Indonesia. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara pertumbuhan dan perkembangan gigi antara laki-laki dan perempuan serta antara regio kanan dan kiri (p>0.05. ...... Background: Age estimation is useful for forensic examination. Aim: To analyze tooth root resorption, calcification, and eruption to develop an atlas of tooth growth and development for Indonesian population age 5-23 years. Methods: Cross-sectional study of 304 panoramic radiographs. Modus stage of tooth root resorption, calcification, and eruption was used to construct the atlas. Results and Summary: Atlas of tooth growth and development for age 5-23 years was constructed to estimate chronological age in Indonesian population. There was no significant difference of tooth growth and development between female and male and between right and left region (p>0.05).
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Johnna Angela Khoman
Abstrak :
Latar Belakang: Estimasi usia merupakan bagian dari proses identifikasi individu, baik dalam keadaan hidup maupun mati. Gigi dapat digunakan untuk membantu estimasi usia kronologis seseorang antara lain dengan metode Tooth Coronal Index (TCI). Tujuan: Mengetahui korelasi antara TCI gigi insisivus, caninus, premolar, dan molar rahang atas dengan usia kronologis populasi Indonesia rentang 16 - 70 tahun. Metode: Pengukuran tinggi koronal pulpa (CPCH) dan panjang mahkota (CL) dilakukan terhadap 116 radiograf periapikal, kemudian dilakukan perhitunganindeks koronal gigi (TCI). Indeks yang diperoleh dianalisis secara statistik sehingga dapat diketahui korelasinya terhadap usia. Hasil: Terdapat perbedaan bermakna pada rerata TCI gigi insisivus, caninus, premolar, dan molar rahang atas antar kelompok usia (p<0,05). Dihasilkan empat persamaan regresi yang dapat digunakan untuk estimasi usia: Usia = 78,011 - 1,102TCII(r = -0,916 dengan SEE 5,25 tahun); Usia = 82,471 - 1,184TCIC(r = - 0,923 dengan SEE 5,03 tahun); Usia = 95,659-1,686TCIP(r = -0,964 dengan SEE 3,51 tahun);Usia = 91,606 - 1,532 TCIM(r = -0,912 dengan SEE 5,38 tahun). Kesimpulan: Adanya korelasi negatif yang sangat kuat antara TCI dan usia kronologis dimana korelasi tertinggi dijumpai pada gigi premolar dan terendah pada gigi molar, mengindikasikan bahwa metode TCI dapat digunakan untuk estimasi usia. ...... Background: Age estimation is a part of human identification process for both deceased and living individuals. Tooth can be used to help estimate individual's chronological age. Aim: To determine the correlation between the Tooth Coronal Index (TCI) of the upper jaw’s incisive, canine, premolar, and molar; and the chronological age of 16 - 70 years old in Indonesian population. Method: The measurements of coronal pulp cavity height (CPCH) and coronal length (CL) were performed on 116 periapical radiographs, and the TCIs were calculated and analyzed statistically. Results: The TCI mean of the incisive, canine, premolar, and molar upper jaw showed significant differences among age group (p<0.05). Regression analysis produced four equations, which can be used for age estimation; Age =78,011 - 1,102TCII(r = -0,916 with 5,25year SEE); Age = 82,471 - 1,184TCIC(r = -0,923 with 5,03 year SEE); Age = 95,659-1,686TCIP(r = -0,964 with 3,51 year SEE);Age = 91,606 - 1,532 TCIM(r = -0,912 with 5,38 year SEE). Conclusion: A very strong negative correlation between TCI and chronological age showed that TCI method can be used for age estimation, where the highest correlation was found in premolar tooth and the lowest in molar tooth.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library