Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sellina Windri
Abstrak :
Indonesia telah mengimplementasikan program imunisasi nasional yang mencakup 5 imunisasi dasar, termasuk campak, namun, penyakit campak masih menjadi salah satu penyebab utama kematian pada anak. Pengetahuan dan sikap orangtua terhadap imunisasi merupakan faktor yang mempengaruhinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku vaksin campak di DKI Jakarta dan hubungannya dengan pengetahuan serta sikap orangtua. Penelitian dilaksanakan menggunakan metode cross sectional, melalui kuesioner. Terdapat pertanyaan Ya, Tidak dan Tidak tahu mengenai pengetahuan dan Skala Likert mengenai sikap dan perilaku terhadap vaksin campak. Kuesioner dibagikan kepada orangtua dari anak berumur 2-5 tahun di KB dan PAUD di Jakarta Selatan dan Jakarta Utara untuk kemudian dianalisa dengan program SPSS (Ver. 24) untuk dan meto chi-square. Seratus lima puluh dua responden dari 200 memiliki pengetahuan yang buruk, 114 responden bersikap positif dan 188 responden memvaksinasi anak mereka dengan vaksin campak. Tidak ada hubungan signifikan antara tingkat pendidikan orang tua dan pengetahuan orang tua serta pada hubungan antara sikap orang tua dan perilaku terhadap vaksin campak. Terdapat hubungan signifikan antara pengetahuan orangtua dan perilaku dari vaksin campak dengan nilai p 0.009 dan odds ratio sebesar 5.01. Faktor lain; campur tangan pasangan/keluarga, kepercayaan, kekhawatiran terhadap efek samping dapat mempengaruhi perilaku orang tua terhadap vaksin campak. ...... Indonesia has implemented a national immunization program with 5 basic immunizations, including measles. However, measles remains to be one of the leading causes of death in children. Parents knowledge and attitude towards immunization is a factor affecting the practice. This research aims to know how is the practice of measles vaccine in DKI Jakarta and its association with parental knowledge and attitude towards it. This is a cross sectional study using a questionnaire that includes Yes, No and Dont know questions regarding knowledge and Likert Scale questions regarding attitude towards measles vaccine. Questionnaires were distributed to parents of children of the age 2-5 years from playgroups and kindergartens in South and North Jakarta and was analyzed using SPSS for Macintosh (Ver. 24) and chi-square method. One hundred and fifty-two out of 200 respondents had good knowledge about measles, 114 had positive attitude towards it and 188 respondents vaccinated their children with measles vaccine. P values of <0.05 were obtained on the relationship between parents education level and their knowledge about measles and measles vaccine and the relationship between parents attitude and their practice. A significant association was revealed between parents knowledge and their practice, shown by a p value of 0.009 and an OR of 5.01. Other factors; partners and familys involvement, beliefs and the fear of side effects may also affect the practice of measles vaccine.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Antonia C.C. Paramitha
Abstrak :
Latar belakang: Perkembangan anak merupakan isu besar di dunia dan jumlah kasus ketelambatan tumbuh kembang anak di Indonesia masih tinggi. Banyak faktor dapat mempengaruhi terjadinya keterlambatan tumbuh kembang anak, salah satunya adalah nutrisi anak pada awal kehidupannya yang diperoleh melalui ASI (Air Susu Ibu). WHO merekomendasikan agar semua bayi menerima ASI eksklusif dengan periode minimal 6 bulan untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Di Indonesia, terdapat peningkatan jumlah pemberian ASI tetapi jumlah tersebut masih dianggap rendah dan tidak memuaskan. Tujuan: Penelitian bertujuan untuk mempelajari hubungan antara ASI eksklusif dengan perkembangan anak pada anak umur 9 ? 36 bulan. Metode: Metode penelitian yang digunakan adalah potong lintang. Data mengenai perkembangan anak diperoleh dari tes dengan menggunakan Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP) sedangkan status ASI diperoleh dari kuesioner yang diisi oleh ibu dari anak yang dites. Dari 222 anak di Puskesmas Jatinegara dan Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), terdapat 89 anak yang memenuhi kriteria inklusi. Hasil: Dari 89 anak yang dites, terdapat 39 anak dengan keterlambatan tumbuh kembang (43,82%) dan 29 anak dengan ASI eksklusif (32,58%). Proporsi anak dengan perkembangan normal adalah 56,18% dan persentase anak dengan ASI tidak eksklusif adalah 67,42%. Anak yang tidak mendapatkan ASI eksklusif memberikan kontribusi besar dalam kelompok anak dengan keterlambatan perkembangan (79,49%) dan 2,806 lebih tinggi mengalami keterlambatan perkembangan dibandingkan anak dengan ASI eksklusif. Kesimpulan: Anak yang menerima ASI eksklusif memiliki perkembangan bahasa, motor dan sosial personal yang lebih baik dibandingkan dengan anak tanpa ASI eksklusif.
Background: Child development is a big issue in the world and the number of children with delayed development case in Indonesia is considered high. There are many factors that influence the occurrence of developmental delay including child's early nutrition, which is obtained through breastfeeding. WHO recommends for all babies to receive exclusive breastfeeding for at least 6 months to achieve optimal growth and development. In Indonesia, there is an increase percentage of breastfeeding however it is still considered low and unsatisfactory. Aim: This research is conducted to study about the relationship between exclusive breastfeeding and child development in children aged 9 - 36 months old. Methods: A cross sectional study was conducted using Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP) to obtain child development status and questionnaire on breastfeeding completed by mother. From 222 children in both Puskesmas Jatinegara and Cipto Mangunkusumo Hospital, there were 89 children who met the inclusion criteria of this study. Results: From the 89 children, there were 39 children with developmental delay (43.82%) and 29 children with exclusive breastfeeding (32.58%). Children with normal development were 56.18% and the percentage of children with nonexclusive breastfeeding was 67.42%. Children with non-exclusive breastfeeding contributed higher in the delayed development group (79.49%) and have 2.806 times higher possibility to experience delayed development. compared with those with exclusive breastfeeding. Conclusion: Children who get exclusive breastfeeding have better outcome in language, motor and social personal development compared to those with nonexclusive breastfeeding.
Depok: Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kevin Yonathan
Abstrak :
Gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas GPPH merupakan sebuah gangguan yang bersifat kronik. GPPH merupakan penyakit yang disebabkan oleh berbagai faktor, seperti genetik dan lingkungan. Pola asuh orang tua diduga sebagai salah satu faktor risiko dari GPPH. Tujuan: Mengetahui hubungan antara pola asuh orang tua dengan GPPH pada siswa sekolah dasar di daerah Jakarta Pusat. Metode: Studi case control dilakukan terhadap 376 siswa SD Kenari 01,03, dan 05 pada periode tahun ajaran 2015-2016. Hasil: 108 28,7 siswa SD mengalami GPPH dan sebanyak 268 71,3 tidak mengalami GPPH. 314 83,5 orang tua menerapkan pola asuh demokratis dan sisanya sebanyak 62 16,5 orang tua menerapkan pola asuh lainnya pada anak. Secara statitstik tidak terdapat hubungan bermakna antara pola asuh orang tua dengan GPPH p = 0,464, uji chi square . Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan bermakna antara pola asuh orang tua dengan GPPH pada siswa sekolah dasar. ...... Introduction Attention deficit hyperactivity disorder ADHD is one of neurobehavioral chronic disorders and caused by some factors, including genetic and environment cause including parenting style. The objective of this study is to find whether parenting style applied by parents is related with ADHD. Methods case control study was done involving 376 elementary students in SD Kenari 01,03,05 on school year 2015 ndash 2016 using questionnaires given to parents and teachers to determine the parenting style used and presentation of ADHD. Results 108 28,7 elementary school students suffer from ADHD. 314 83,5 of parents apply authoritative parenting style to their children. There was no correlation statistically between parenting style and ADHD p 0.464 , chi square test . Conclusion Parenting style is not related with ADHD on elementary students.
Jakarta: Fakultas Kedokteraan Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silva Audya Perdana
Abstrak :
ABSTRAK
Perkembangan bahasa anak dipengaruhi oleh banyak faktor. Sekitar 5-8 anak usia prasekolah di Indonesia mengalami keterlambatan bicara. Anak pada usia yang sangat muda butuh stimulasi yang cukup agar dapat berkembang dengan optimal. Oleh sebab itu, jika anak dibiarkan lama menonton TV, kesempatan untuk mendapatkan stimulasi yang baik menjadi terhambat. Kurangnya stimulasi yang disebabkan oleh anak yang terlalu lama menonton TV, dapat berpengaruh terhadap perkembangan bahasa anak. Tujuan: Untuk mengetahui hubungan lama menonton TV dan perkembangan bahasa anak pada anak usia 18 bulan sampai 3 tahun.Metode: Studi potong lintang digunakan pada studi ini dengan menggunakan data primer yang didapat melalui kuesoner. Adanya gangguan perkembangan bahasa anak ditentukan dengan menggunakan KPSP dan ELM Scale 2 Test. Hasil: Durasi lama menonton TV pada anak dengan perkembangan bahasa normal dan keterlambatan perkembangan bahasa dibandingkan dan didapat p value senilai 0,002 dan OR = 4,4 95 CI . Bahasa yang digunakan pada tayangan TV Indonesia atau Indonesia dan Inggris berpengaruh secara signifikan p = 0,004 . Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada umur pertama anak menonton TV, pemakaian gadget, dan kepemilikan TV di dalam kamar. Kesimpulan: Studi ini menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara lama menonton TV dan perkembangan bahasa. Anak yang menonton TV lebih dari 4 jam sehari memiliki risiko 4 kali lebih tinggi mengalami keterlambatan bicara. Kata kunci: Menonton TV pada anak, lama menonton TV, keterlambatan perkembangan bahasa.
ABSTRACT
Background There are many factors that contribute to child language development. About 5 8 children in Indonesia experience delayed language. Children at young age are still learning to develop and need stimulation so that they can process it and learn from it. When children watch TV for a long time they get less stimulation. Less stimulation in this case may contribute to child language development. Aim To know if there is an association of intensity of watching TV and child language development.Methods This was a cross sectional study using primary data collected from questionnaires. The child language development was tested using KPSP and ELM Scale 2 Test. Results Duration of watching TV from both children with normal and delayed language development was measured. Result showed in p value of 0.002 and OR 4.4 95 CI . The language used in TV program Indonesian or both Indonesian and English also showed a significant data p 0.004 . Other variables such as gender, first age exposed to TV, the use of gadget and TV in bedroom had no significant association with child language development. Conclusion This study demonstrates that there is an association between intensity of watching TV and child language development. Children who watch TV exceeding 4 hours a day had four times higher risk to develop language delay. Keywords child TV viewing, duration of watching TV, delayed language development.
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Catharine Mayung Sambo
Abstrak :
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif potong lintang pada pasien remaja di RSCM Jakarta pada bulan Juni 2018. Tujuannya adalah untuk mengetahui gambaran masalah psikososial dan hubungannya dengan kepatuhan berobat remaja dengan infeksi HIV perinatal yang diukur dengan kuesioner. Terdapat 46 remaja usia 11-17 tahun yang mengikuti penelitian. Kebanyakan subyek masih bersekolah. Lebih dari setengah 58,7 sudah mengetahui status infeksi HIV mereka, dan 47,8 dianggap mandiri minum obat oleh orangtua atau pengasuhnya. Kebanyakan subyek memiliki setidaknya satu masalah di rumah, sekolah, kebiasaan makan, penggunaan obat/zat adiktif, atau keamanan diri, sementara 8,7 memiliki masalah seksualitas. Gejala emosional didapatkan pada 8,7 subyek, masalah perilaku pada 6,5 , hiperaktivitas pada 6,5 , masalah teman sebaya 6,5 , dan masalah total kesulitan pada 8,7 . Delapan puluh sembilan persen subyek memiliki skor perilaku prososial normal. Kepatuhan berobat tinggi pada 39,1 , sedang pada 37 , dan rendah pada 23,9 . Tidak ada hubungan signifikan antara pengetahuan status infeksi atau masalah psikososial dan kepatuhan berobat.
This is a descriptive, cross sectional study in adolescent patients of RSCM Jakarta done in June 2018. The aim was to describe psychosocial problems and the associations with medication adherence in perinatally infected adolescents, measured by questionnaires. Forty six adolescents enrolled in this study. Most subjects still study at school. More than half 58.7 already know their HIV status, and 47.8 were considered independently adherent to their medication by parents or caregivers. Most subjects had at least one home, school, eating habit, drug substance use, or safety problems, and 8.7 had sexuality problems. Emotional symptoms were found in 8.7 subjects, conduct problems in 6.5 , hyperactivity in 6.5 , peer relationship problems in 6.5 , and total difficulties problems in 8.7 . Eighty nine percent subjects scored normal prosocial behavior. Medication adherence were high in 39.1 subjects, medium in 37 , and low in 23.9 . There were no significant associations between knowledge of infection status or psychosocial problems and medication adherence.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T57768
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library