Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 30 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nanang Syaiful Fadillah
"Ada dua masalah pokok yang diajukan skripsi ini. Pertama, faktor-faktor apakah yang menyebabkan Pechorin terasing dari masyarakatnya? Dan kedua, apa yang diperbuat Pechorin dalam keterasingan dirinya tersebut? Faktor pertama dan utama penyebab keterasingan diri Pechorin bersumber pada konflik psikis dirinya yang berwujud konflik oedipal serta frustrasi. Konflik oedipal ini menyebabkan Pechorin selalu memandang wanita lain sebagai ibunya, yang ia lihat sebagai sosok menarik sekaligus berbahaya. Dikatakan berbahaya, karena di saat bersamaan naluri erotis Pechorin dikekang oleh bayangan ancaman kastrasi ayahnya, sehingga dalam interaksi sosialnya Pechorin hanya menggoda wanita dan tidak berniat menikahi mereka. Akan halnya lelaki lain, Pechorin memandang mereka sebagai refleksi sosok ayahnya yang berpotensi mengebirinya. Tidak mengherankan bila selanjutnya konflik senantiasa terjadi dalam interaksi sosial Pechorin dengan lelaki lain. Akan halnya frustrasi sebagai produk lain dari konflik psikis Pechorin, berkaitan erat dengan kehidupan kecil tokoh ini yang dilumuri kemanjaan. Akibat kemanjaan tersebut kemudian membentuk persepsi dirinya sebagai raja kecil yang harus dipenuhi segala keinginannya. Ketika Pechorin dewasa, persepsi ini (yang dilandasi oleh prinsip kesenangan dalam Id) mau tidak mau harus mengakui dan berdamai dengan prinsip realita (yang melandasi Ego Pechorin). Frustrasi yang kemudian timbul merupakan wujud konflik antara prinsip kesenangan dengan prinsip realita. Akibat lanjut dari kedua konflik psikis di atas, kemudian membentuk kepribadian neurosis obsesional dalam diri Pechorin. Kepribadian ini bersifat dualistik dengan ciri-ciri antara lain sifat gila kebersihan, mempercayai tahyul, sifat kontrol diri dan ketelitian yang berlebih-lebihan. Dalam praktek interaksi sosial, kualitas kepri badian inilah yang menyebabkan konflik Pechorin dengan dunia eksternalnya. Sebab memang, seseorang yang memiliki kepribadian neurosis obsesional telah ditakdirkan hidup dalam keterombang-ambingan sikap dan tidak pernah menemui ketentraman jiwa. Untuk meredam kenyataan pahit konflik dirinya, Pechorin kerap mengasingkan diri dari dunia sosialnya. Dalam kesendiriannya ini, Pechorin merasakan hadirnya sebentuk kebahagiaan dan kemanunggalan dengan semesta. Tuhan dan alam lalu menjadi bahan puja-pujanya. Begitu pula rencana berpetualang, introspeksi diri serta mengamati dunia batin orang lain merupakan aktifitas menonjol yang dikerjakan Pechorin. Namun ketika dirasa_kannya aktifitas yang ia perbuat telah terlalu lama dan monoton, rasa kejenuhan dalam kebahagiaan demikian lalu memaksa Pechorin untuk kembali ke kehidupan nyata guna memperoleh rangsangan emosional dan intelektual tertentu dari luar yang dapat mengusir kejenuhannya pada hidup. Mekanisme siklus gerak dari ketenangan ke keributan dan sebaliknya ini, berlangsung kaleidoskopis dan teus menerus, serta mempunyai makna eksistensial yang meniadi pilihan etis bagi pola dan cara hidup Pechorin. Gerak ini akan berakhir dengan sendirinya bila faktualitas kematian kelak menjemput dan mengakhiri eksistensi diri Pechorin."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1992
S16216
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hadi Freeson
"Maxim Gorky adalah salah seorang pengarang besar Rusia yang dianggap sebagai penghubung antara kesusastraan Rusia klasik dengan kesusastraan Uni Soviet. Salah satu karyanya, novel Mat', oleh kritisi.sastra Marxis dianggap sebagai contoh yang paling sempurna dari karya sastra yang beraliran realisme sosialis. Novel Mat' mengkonfirmasikan kelas pekerja sebagai pernimpin yang memperjuangkan Rusia ke masa depan yang lebih baik. Aspirasi moral Maxim Gorky diekspresikan melalui tokoh utama wanitanya, Pelagia Nilovna (ibu). Seorang pekerja wanita sederhana yang mengilhami penamaan atas novel Mat' ini.
Pada awal kemunculannya, dalam novel, Nilovna tak lebih dari sekedar seorang ibu rumah tangga biasa seperti wanita-wanita Rusia saat itu, yang selalu tertindas dan hidup dari belas kasihan suami. Tetapi setelah kematian suaminya dan ketika anaknya'Pavel, memutuskan untuk menjadi pemimpin gerakan kelas pekerja yang mengadakan suatu revolusi, ia menjadi sadar akan kewajibannya sebagai salah satu dari kelas pekerja. Keikutsertaaannya dalam gerakan tersebut dan karena pribadinya yang cenderung menjadi pengayom bagi para anggota gerakan, Nilovna akhirnya dianggap sebagai ibu mereka sendiri.
Tokoh ibu sebenarnya merupakan pengidentikan dari Ibu Rusia dan Ibu Tanah yang telah lama menderita di bawah tindasan autokrasi. Ibu Rusia dan Ibu Tanah dianggap sebagai sumber dari segala sumber kehidupan, dan oleh karena itu Rusia sebagai perwujudan ibu mitik tersebut harus diselamatkan. Bagi Gorky, adalah panggilan moral dan tuntutan kultural untuk mengembalikan keotentikan Rusia yang senantiasa bertitik tolak dari, kepahlawanan, lindungan dan sentuhan kelembutan ibu. untuk itulah Novel Mat' diluncurkan sebagai wacana dan inspirasi bagi kaum buruh Rusia yang diintegrasikan pada gerakan revolusioner abad 20 (Marxisme), untuk menye1amatkan Rusia dari autokrasi. Gorky mengungkapakan semuanya ini melalui tokoh dan penokohan dalam novel Mat'."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1994
S14952
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suharto Suyatna
"Analisisinteraksisosialyang bercirikan Poshlost' dalam cerita pendek Baju Mantel, bertujuan untuk menjabarkan suatu interaksi sosial yang mengandung ciri negatif di dalam kegiatan-kegiatan dan tingkah laku manusia yang berhubungan dengan situasi-situasi sosial. Untuk mencapai tujuan ini penulis berupaya menguraikan dan menjelaskanya dengan menelusuri rangkaian peristiwa dan situasi sosial yang terjadi di dalam cerita pendek Baju Mantel. Dalam penulisan di atas, penulis mempergunakan metode deskriptif analitis yang didasarkan pada studi kepustakaan. Pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan intrinsik, yaitu pembahasan unsur-unsur yang hanya terdapat di dalam karya sastra itu sendiri. Teori yang penulis gunakan selain teori sastra, juga teori psikologi sosial sebagai ilmu bantu. Hasil analisis menunjukkan bahwa cerita pendek ini sarat dengan ciri Poshlost', yaitu ciri yang menampilkan penghinaan terhadap harkat manusia yang luhur, seluruhnya bersifat nista, rendah dan memuakkan, serta mengungkapkan sesuatu yang tidak pantas menurut tatanan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Ciri Poshlost' tersebut menyebabkan tokoh utama dalam cerita pendek Baju Mantel terjerumus ke dalam duka cita dan ketidakberuntungan, akibat perlakuan sosial yang diterimanya dalam interaksi sosial yang bercirikan Poshlost'. sari basil analisis ini Juga ternyata interaksi sosial bercirikan Poshlost' tersebut lebih banyak terungkap di batik perlakuan sosial terhadap tokoh utama, dan di batik rangkaian peristiwa dan situasi sosial yang terjadi dalam cerita pendek Baju Mantel."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1993
S15102
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Ubaidillah
"Skripsi ini berisi analisa roman Mat' (ibunda) karya Maxim Gorky (1869-1936) dengan menggunakan pendekatan Sosiologi Sastra Marxis sebagai landasan teori. la lebih dikenal dengan nama Gorky dikarenakan pengalaman hidupnya yang pahit dan penuh penderitaan. Adapun tujuan penulisan skripsi ini untuk membuktikan bahwa gerakan buruh) yang terdapat dalam roman Mat' merupakan cermin dari realitas yang sebenarnya terjadi di Rusia serta menjelaskan bahwa gerakan buruh yang dipelopori oleh Pavel MichaiIowitsj Vlassov dan Pelageya Nilovna merupakan manifestasi kesadaran kelas pekerja di Rusia. Latar belakang Maxim Gorky yang lahir dan tumbuh di lingkungan kelas bawah serta aktivitas politiknya dalam kelompok Marxis untuk menentang penguasa Rusia cukup mempengaruhi Cara penulisannya seperti terlihat dalam roman Mat' yang ditulis pada tahun 1907. Roman tersebut menggambarkan dengan cermat problem sosial-politik yang terjadi khususnya mengenai perjuangan kelas buruh dalam memperjuangkan Rusia ke masa depan yang lebih baik. Pavel Michailowitsj Vlassov dan Pelageya Nilovna, serta sejumlah buruh yang mempunyai kesadaran sebagai kelompok masyarakat yang dirugikan oleh sistem kapitalisme yang eksploitatif serta kesewenang-wenangan penguasa Rusia yang despotik dan terus melakukan kegiatan revolusioner untuk melakukan penyadaran. Maxim Gorky menggambarkan keberanian Pelageya Nilovna, untuk turut serta dalam gerakan buruh hingga nasib yang sangat tragis menimpanya, yaitu matinya tokoh Pelageya Nilovna di tangan alat penguasa Rusia."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2003
S14837
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Santyo Widayatmo
"Skripsi ini merupakan analisa pemikiran golongan Slavophil mengenai kebudayaan Rusia dan upayartya da1am mempertahankan kebudayaan Rusia dari pongaruh asing, terutarna pengaruh Barat, yang dapat mencemari keagungan budaya Rusia serta menghilangkan cultural Identity atau Identitas Kebudayaan Rusia. Oleh karna itu mereka mengutuk dan mancela semua pihak yang menoleh ke Barat dengan dalih modernisasi atau untuk kemajuan Rusia. Golongatn Slavophil sangat menentang reformasai dan westernisasi. Peter Yang Agung karenat dianggap mencemari kebudayaan Rusia darn menghilangkan Cultural Identity atau Idetititas kebudayaan Rusia. Pandangan golongan Slavophil tersebut bertentangan dengan pandangan golongan westernizer (golongan pro Barat), yang memuji tindakan Peter Yang Agung karena dianggap memberi warna baru dalam kebudayaan Rusia. Sikap golongan Slavophil menolak westernisasi rnerupakan suuatu sistem Pertahanan Budaya Rusia yaitu suatu sistem atau cara da1am mempertahankan kebudayaan Rusia dari pengaruh-pengaruh asing, terutama dari pengaruh Barat."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1993
S15077
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anastasia, translator
"Konsep pengampunan dimulai dari pemikiran Yesus dari Nazareth, pengampunan ini disebut sebagai pengampunan murni. Dari konsep pengampunan murni ini dikembangkan lagi menjadi pengampunan tanpa logika bersyarat model Jacques Derrida dan pengampunan dengan logika bersyarat model Hannah Arendt. Pengampunan tanpa logika bersyarat berusaha menghilangkan Tuhan dalam konsep pengampunannya dan melandaskan diri pada hak korban. Pengampunan dengan logika bersyarat yang berdasarkan pada kesalahan yang terampuni yang bersumber pada hukum. Teori pengampunan Arendt dilandaskan pada lima konsep penting yakni konsep tentang waktu, cinta, kesalahan, penyesalan, dan pembalasan. Fenomenologi pengampunan Arendt dielaborasi dari kelima konsep tersebut, yakni pembahasan tentang peranan beban masa lalu, kemampuan manusia untuk memaafkan, konflik internal dalam proses pengampunan, penghalang proses pengampunan, dan apakah pengampunan itu hak korban atau hukum. Teori pengampunan Arendt merupakan wujud dari tindakan memaafkan yang berarti suatu tindakan melupakan efek buruk dari kesalahan yang wajar dapat diperbuat manusia dalam kesehariannya. Dalam pengampunan Arendt, relasi yang mutlak ada adalah relasi penyesalan, pengampunan, dan pembalasan. Suatu relasi yang harus ada agar pengampunan itu dapat terjadi, dan tidak mutlak ada dalam pengampunan tanpa logika bersyarat. Pengampunan Arendt terjebak dalam perang antara pikiran dan perasaan, karena ia mencoba menggeneralisasikan persoalan pengampunan dari sesuatu yang bersifat universal absolut ke dalam bentuk yang partikural plural. Konsep pengampunan dengan menggunakan logika bersyarat tidak akan pernah tuntas menyelesaikan persoalan pengampunan, karena mengurangi makna pengampunan itu sendiri. Tindakan memaafkan hanya bisa dilakukan jika sejumlah syarat-syarat yang ada di dalamnya terpenuhi. Bila persyaratan itu tidak terpenuhi, maka pengampunan itu tidak bisa dijalankan. Ini yang menjadi persoalan yang tidak terselesaikan sewaktu menggunakan logika bersyarat dalam pengampunan. Pengampunan harus dilepaskan dari otoritas Tuhan, dogma agama, ataupun hukum yang berlaku. Pengampunan adalah hubungan personal antara pelaku dan korban. Orang-orang yang berada di luar itu tidak bisa turut campur. Memberikan dan menerima pengampunan bukan merupakan perkara mudah. Baik memberi dan menerima, keduanya memiliki konsekuensinya sendiri-sendiri. Karena itulah, pengampunan harus dikembalikan pada domain privat masing-masing orang. Dengan begitu, pengampunan tadi dapat dilaksanakan dengan lebih baik."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2006
S16011
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuliana Elvira Rosa
"Penelitian mengenai kebijakan perestroika, glastnost dan demokratizatsiia yang dicetuskan oleh Gorbachev dan memaparkan pengaruh dari kebijakan-kebijakan tersebut terhadap militer Uni Soviet hingga terjadinya kudeta Agustus 1991, tujuannya ialah untuk memaparkan keberadaan militer pada masa tsar hingga pada masa Uni Soviet dan kejatuhan komunis Uni Soviet. Penelitian dilakukan dengan cara menelusuri sumber-sumber kepustakaan yang berkaitan dengan bahan dan tujuan penelitian. Pertama adalah menjelaskan pengertian mengenai militer dan pembabakan sejarah militer pada masa Rusia dan Uni Soviet, lalu dilanjutkan dengan menganalisis kebijakan perestroika, glastnost dan demokratizatsiia hingga terjadinya kudeta Agustus 1991 dan keterlibatan militer didalamnya Metode penelitian yang dilakukan adalah metode penelitian analisis deskriprif. Hasil yang didapat dari penelitian yang telah dilakukan kebijakan Gorbachev yang tidak berhasil menyebabkan kudeta Agustus 1991"
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2006
S15104
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erik Cahyanta
"Emosi merupakan salah satu elemen yang mempengaruhi kehidupan manusia . Psikologi telah banyak melakukan penyelidikan terhadap emosi. Dalam perkembangan pengetahuan, fenomenologi muncul dan menjadi sebuah metode alternatif. Fenomenologi menjadi sebuah cara berfilsafat revolusioner yang mengajak kita untuk kembali kepada fenomena itu sendiri. Dalam fenomenologi, diutamakan sikap internasional antara sebujek dan objek. Fenomenologi mengajak pelakunya untuk bersikap seperti pemula. Fenomenologi psikologi berusaha mendeskripsikan makna dari pengalaman manusia tanpa merujuk kepada penjelasan sistematik. Fenomenologi sendiri membawa Sartre kepada sebuah gambaran tentang ada-nya manusia. Hal itu dirumuskan dalam konsep eksistensialisme dengan diktum eksistensi mendahului esensi. Sartre dalam bukunya, Sketch for a Theory of the Human Emotions, menjabarkan teorinya tentang emosi. Emosi adalah ekses dari cara kita melihat dan mengerti dunia. Cara kita melihat dan mengerti dunia adalah sebuah pilihan eksistensial"
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2008
S16110
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Riski Yulisetianie
"Masa lalu seseorang adalah sebuah proses pembentukan karakter individu. Hal ini terlihat pada karakter fiksi rekaan Thomas Harris, yaitu Hannibal Lecter. Ia telah kehilangan orang tua dan adik tercintanya ketika ia menginjak usia enam tahun. Ia berkembang menjadi anak yang sulit diatur, penyendiri, namun genius. Ketika dewasa, ia menjadi dokter kejiwaan sekaligus ahli forensik yang sukses. Namun di balik itu, ia merupakan orang yang gemar membunuh orang lain dengan sadis dan memakan tubuhnya. la tidak segan menyingkirkan seseorang yang menghalanginya untuk mendapatkan yang ia inginkan. la hanya mengenal dua hal: hal yang membuatnya senang, dan yang tidak. la selalu memilih hal yang pertama. Karakternya yang unik inilah yang hendak dianalisis melalui pendekatan psikoanalisis igmund Freud dan egoisme Max Stirrer. Teori kepribadian Freud menyatakan bahwa terdapat tiga struktur psikis manusia: id, ego, dan superego. Ketiganya bekerja dalam mekanisme yang seimbang. Namun, dalam beberapa kasus, ketiganya tidak dapat bekerja dengan semestinya, sehingga menimbulkan suatu gangguan neurotik atau psikotik. Dalam perspektif Freudian, Lecter merupakan individu dengan ketidakseimbangan psikis yang menyebabkan ia selalu dikuasai oleh dorongan-dorongan id, yaitu selalu bertindak atas dasar kenikmatan. Oleh Freud, hal ini disebut gangguan psikosis. Tindakannya ditentukan oleh hasrat-hasrat. Semua ini merujuk pada dirinya yang egois dan tak peduli pada hal selain dirinya. Bagi Stirner yang hidup sebelum Freud, manusia dipahami sebagai individu yang otonom dengan predikat kepemilikan pribadi. Menurutnya, Yang ilahi adalah urusan Tuhan, yang manusiawi adalah urusan manusia. Urusanku bukanlah yang ilahi dan bukan juga yang manusiawi, bukan juga yang benar, yang baik, yang adil, yang bebas, dan lain-lain ; melainkan milikku belaka. Lecter telah menjadi the owner, memiliki segala hal yang ada dalam kuasanya dan kendalinya. Dengan memiliki, ia akan mendapatkan dan menikmati segala hal yang diinginkannya, karena kepemilikan merupakan keseluruhan keberadaan dan eksistensinya. Dengan menjadi egois, ia telah menemukan dirinya melalui self-reflection sebagai dasar ontologis manusia, dan kemudian mampu mendefinisikan dirinya. Setelah melalui penelitian, Lecter layak disebut sebagai manusia psikotik-egoistik. Hal ini dimaksudkan untuk memberi klasifikasi dan pemahaman baru mengenai mentalitas Hannibal Lecter. Kata Kunci : karakter fiksi; psikoanalisis; teori kepribadian; psikotik; egoisme; egoistik; individualistik"
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2008
S16060
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rachman C. Muchlas
"Pembacaan dekonstruktif pada teks Being and Nothingness mengakibatkan perubahan pemaknaan atas narasi yang tersurat dalam teks tersebut. Narasi implisit mengenai ketergantungan manusia akan suatu kehidupan sosial diangkat ke permukaan oleh penulis. Pengangkatan narasi itu ke permukaan serta-merta mengubah persepsi mengenai pesai dari teks Being and Nothingness yang sesungguhnya hendak memenangkan individualitas. Strategi dekonstruktif yang diambil dalam menangani teks Being and Nothingness pada penelitian ini adalah dengan membandingkan dua pendekatan Sartre ketika memandang hubungan antar manusia; pendekatan meontologi-nya dan pendekatan fenomenologi-nya, dari kedua pendekatan tersebut terlihat paradoks pada deskrpsi Sartre dalam memahami posisi Orang Lain pada teks tersebut. Orang Lain memiliki fungsi ganda, dan dalam terminologi dekonstruksi dapat digolongkan dalam undecidables, yakni bagian dari teks yang memiliki fungsi ganda dan kehadirannya mengganggu stabilitas term-term yang hendak diunggulkan oleh penulis."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2008
S16049
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>