Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Candrian Attahiyyat
Abstrak :
ABSTRAK
Desa Banten terletak kurang lebih 10 kilometer di sebelah utara kota 5erang, termasuk dalam wilayah Kecama_tan Kesemen, Kabupaten 5erang, Provinsi Jawa Barat. Desa ini merupakan bekas kota kerajaan Islam abad 16-19. Oleh karena itu Para peneliti arkeologi menyebut desa ini sebagai Banten Lama.

Di Banten Lama hingga kini masih banyak terdapat pe_ninggalan arkeologi yang cukup potensial untuk diteliti. Penelitian arkeologi, yang pernah dilakukan meliputi pa_nelitian Nisan Kubur (Hambali 1976), Keramik Asing dan Lokal (Djuwita 1978; Ongkodharma 1978; Harkantiningsih, 1980; Pojoh 1981), Wallah Pelebur (Nundardjito 1980), Perkotaan (Ambary 19'80a), Pertukangan Logam (Siswandi 1980), Disain Benteng (Nurhadi 1982), Nata Wang Logam (Widiyono 190) dan Sistem Pengairan (Prachmatika 1984).

Sebagai salah satu upaya untuk melengkapi peneli_tian arkeologi di Banten Lama, skripsi ini akan menya_jikan hasil penelitian tentang percobaan metode penentuan umur bangunan bata berdasarkan 3 ciri teknologi, _
1985
S11550
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tinia Budiati
Abstrak :
Alasan pemilihan masalah ini karena belum banyak tulisan yang membahas tentang penanggalan pada masa Jawa kuna, khususnya penanggalan pada prasasti Jawa kuna. Melalui 37 prasasti dari masa Sindok sampai dengan Airlangga, berusaha mengetahui unsur-unsur penanggalan yang pernah ada pada masa Jawa kura, serta penggunaannya pada masa itu. Prasasti sebagai data arkeologi memiliki. tiga dimensi arkeologi, yaitu dimensi formal, temporal, dan spatial. Penulisan ini bertumpu sepenuhnya aspek temporal, karena Penelitian ini mengkhususkan pada masalah mengenai penang_galan yang terdapat pada prasasti, Dalam penelitian ini di_gunakan metode pengumpulan data melalui data-data kepusta_kaan, setelah data itu terkumpul kemudian dilakukan pengo_lahan data untuk memperoleh penjelasan data. unsur penanggalan yang dikeral pada masa Jawa kuna terdiri dari 15 unsur, yaitu tahun, bulan, paksa, tithi, wara...
Depok: Universitas Indonesia, 1985
S12073
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lies Mariani
Abstrak :
ABSTRAK
Penulisan ini berlandasan dengan adanya pengaruh dari unsar-unsur kebudayaan India yang terdapat hampir di seluruh Indonesia.Pengaruh yang jelas tampak ada di Pulau Jawa. Peninggalan-peninggalan arkeologi di Jawa Barat, Jawa Tengah dan jawa Timur menunjukan bahwa pengaruh agama Hindu India sudah berkembang pada masa Jawa Kuno. Bukti pertama yang menunjukan adanya pengaruh agama Hindu di Jawa Tengah adalah dengan ditemukannya sebuah batu bertulis yang berasal dari sekitar tahun 500 Masehi di lereng barat Gunung Merapi, di desa bekawu, Kawedanan Grabag, yang lebih dikenal dengan nama Prasasti Tuk Mas, yang ditulis dengan bahasa Sanskerta, disertai juga gambar-gambar peralatan dan laksana dari desa-desa Agama Hindu, yaitu Brahma, Wisnu, dan Siva.(Poerbatjaraka 1952: 42). Pada masa Jawa Kuno dikenal adanya kelompok-kelompok Dewa Hindu. Kelompok dewa tertinggi yang disebut Trimurti terdiri dari Brahma sebagai dewa pencipta, Wisnu sebagai dewa pemelihara, dan Siva sebagai dewa perusak. Kelompok dewa tertinggi ini selain dikenal sebagai satuan kelompok, juga dikenal sebagai tokoh dewa yang berdiri sendiri-sendiri.
1985
S11767
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hardini Sumono
Abstrak :
ABSTRAK
Sejak masa pemerintahen Belanda di Indonesia, banyak diadakan penelitian terhadap bangunan kuno. Pada mulanya penelitian itu berupa perjalanan ke daerah dan tempat peninggalan purbakala. Mereka mengadakan pencatatan terhadap arca-arca yang ada pada candi-candi. Akhirnya para peneliti itu tertarik untuk meneliti lebih jauh tentang arca-arca potret dari Jawa Timur.

Para peneliti Belanda itu antara lain W.P. Groeneveldt, la menulis tentang area yang dianggap sebagai arca potret, yaitu suatu arca yang didirikan sebagai peringatan kepada orang yang dicintai atau dihormati dengan cara mengabadikan, orang yang telah meninggal. Arca itu menggambarkan dewa tertentu yang menjadi curahan kebaktianya ketika ia masih hidup (Groeneveldt 1908:142). Menurut Groeneveldt, pada waktu itu di Jawa Timur telah ada kebiasaan untuk mendirikan arca-arca perwujudan, ya_itu mengabadikan seseorang yang telah meninggal dengan mendirikan sebuah patung sedangkan raut muka arca itu disesuaikan dengan.raut muka orang yang telah meninggal. Sehingga ia berkeyakinan bahwa raut muka tersebut bukan lah raut muka dewa biasa. Hal itu nampak pada beberapa arca yang telah ditelitinya, dari Museum Nasional Ja_karta no. 231, no.38, dan no.103e.
1984
S11874
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Firdaus Ahmad
Abstrak :
ABSTRAK
Pada relief-relief Candi Hindu maupun Buddha dapat dilihat bahwa sesungguhnya seni pertunjukan telah ada sejak zaman dahulu, khususnya pada masa Jawa Kuna. Dalam kaitan itu skripsi ini berupaya mengkaji Bentuk dan Suasana Pertunjukan Di Jawa Tengah Pada Abad 8-9 Masehi. Data yang digunakan dalam kajian ini adalah relief Karmawibhangga Candi Borobudur, yang ditunjang dengan data tertulis yang sezaman berupa prasasti_-prasasti dan Kakawin Ramayana.

Berdasarkan data-data di atas dapat diketahui bentuk-bentuk seni pertunjukan yang ada pada masa itu adalah wayang, tarian, pertunjukan topeng, permainan musik, menyanyikan/membacakan kidung, serta lawak. Di antara pertunjukan-pertunjukan tersebut ada yang termasuk ke dalam seni pertunjukan adi luhung dan ada pula yang termasuk ke dalam seni pertunjukan kerakyatan.

Selain itu dapat dikenali pula fungsi seni pertunjukan yaitu: (1) sebagai bagian dari ritus; (2) sarana untuk mendapatkan kesenangan; (3) pelengkap kebesaran seseorang atau suatu lingkungan.
1990
S11654
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laurentia M. N. D
Abstrak :
Artefak adalah salah satu data arkeologi yang sangat penting peranannya dalam usaha merekonstruksi Kebudayaan masa lalu manusia melalui suatu penelitian. Untuk dapat mencapai tujuan dari penelitian tersebut, harus dilakukan tiga tahapan penelitian arkeologi, yaitu observasi (pengumpulan data), deskripsi (pengolahan data) dan eksplanasi (penafsiran data). Untuk penelitian ini digunakan sampel berupa cermin perunggu koleksi Museum Nasional Jakarta yang berasal dari pulau Jawa. Selain menggunakan cermin perunggu sebagai data utama penelitian ini, digunakan juga Karangan-karangan yang membahas tentang cermin, baik cermin-cermin dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, seperti dari Cina dan Eropa. Setelah melakukan pendataan atas cermin-cermin perunggu koleksi Museum Nasional Jakarta, yang secara kwantitatif maupun kwalitatif telah memenuhi persyaratan untuk digunakan sebagai data penelitian, hasil dari pendataan ini kemudian diolah. Pada pengolahan data dilakukan pemilahan untuk menetapkan data-data yang akan diteliti. Data-data ini kemudian dibagi menjadi dua kelompok yaitu, kelompok cermin dan kelompok tangkai. Masing-masing kelompok kemudian dipilah lagi berdasarkan atribut bentuk dan hiasannya. Dari basil pemilahan ini didapatkan ciri-ciri cermin dan tangkai. Untuk dapat menafsirkan ciri-ciri cermin perunggu, digunakan metode klasifikasi. Secara umum klasifikasi diartikan sebagai pemilahan ke dalam golongan-golongan, sedangkan secara khusus klasifikasi merupakan suatu tindakan pemilahan artefak yang bertujuan membentuk kelas atau tipe, dimana penggolongan atas kelas dan tipe sepenuhnya merupakan rancangan si peneliti. Dalam penelitian ini, ciri-ciri dari hasil pemilahan yang dilakukan terhadap cermin perunggu dimaksudkan untuk membentuk tipe, karena tipe artefak sekurang-kurangnya harus menunjukkan perkaitan antara dua ciri. Pada cermin-cermin ini, ciri-ciri tersebut adalah atribut bentuk dan atribut hiasan. Setelah berhasil membentuk tipe-tipe serta variasinya, dapatlah diamati tipe dan variasi yang paling banyak muncul. Dengan melihat hubungan antara hiasan, ukuran serta berat cermin perunggu dengan bukti-bukti yang ada mengenai kegunaan cermin sebagai obyek yang berkaitan dengan kecantikan dan keagamaan, dapatlah kiranya disimpulkan bahwa cermin perunggu di pulau Jawa memang digunakan oleh wanita sebagai obyek kecantikan dan juga digunakan oleh para pendeta dan pertapa untuk upacara-upacara keagamaan maupun sebagai bekal kubur.
1989
S11784
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rr. Triwurjani
Abstrak :
Penelitian mengenai arca-arca Bima di Jawa, sebagai pokok bahasan ini adalah bertujuan untuk mengetahui bagaimana ketentuan-ketentuan ikonografi arca Bima dan bagaimana latar belakang tokoh Bima yang diarcakan dalam bentuk arca batu untuk pemujaan. Arca Bima yang dijadikan obyek penelitian ini adalah berasal dari beberapa tempat dan di museum-museum di Pulau Jawa yang menyimpan/terdapat area-area tersebut. Pada arca-arca Bima tersebut dilakukan deskripsi untuk mengetahui ikonografinya, dan analisa dilakukan untuk mengetahui latar belakang arca Bima dan peranannya bagi anggota masyarakat Jawa Kuno pada abad 14-15 Masehi. Hasilnya menunjukkan bahwa di Jawa pernah ada pemujaan terhadap tokoh Bima, yang dibuktikan dengan temuan arca Birna. Arca-arca tersebut mempunyai ciri-ciri, umumnya yaitu berbadan tegap, mata melotot, berkumis, memperlihatkan sebagian phalusnya, mempunyai hiasan kepala bentuk supit urang dan berkuku panjang (pancanaka).Penelitian mengenai arca-arca Bima di Jawa, sebagai po_kok bahasan ini adalah bertujuan untuk mengetahui bagaimana ketentuan-ketentuan ikonografi arca Bima dan bagaimana latar belakang tokoh Bima yang diarcakan dalam bentuk arca batu untuk pemujaan. Arca Bima yang dijadikan obyek penelitian ini adalah berasal dari beberapa tempat dan di museum-museum di Pulau Jawa yang menyimpan/terdapat area-area tersebut. Pada arca-_arca Bima tersebut dilakukan deskripsi untuk mengetahui ikonografinya, dan analisa dilakukan untuk mengetahui latar belakang arca Bima dan peranannya bagi anggota masyarakat Jawa Kuno pada abad 14-15 Masehi. Hasilnya menunjukkan bahwa di Jawa pernah ada pemujaan terhadap tokoh Bima, yang dibuktikan dengan temuan arca Bima. Arca-arca tersebut mempunyai ciri-ciri, umumnya yaitu berbadan tegap, mata melotot, berkumis, memperlihatkan sebagian phalusnya, mempunyai hiasan kepala bentuk supit urang dan berkuku panjang (pancanaka).
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1987
S12031
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library