Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Saiful Rizal
"Latar Belakang: Endometriosis adalah terdapatnya jaringan (kelenjar dan stroma) abnormal mirip endometrium di luar uterus yang menyebabkan proses reaksi inflamasi kronis. Penderita endometriosis mengalami gangguan yang bersifat siklik dan terus menerus.Masalah lain adalah keterlambatan diagnosis. Laparoskopi adalah baku emas endometriosis, namun sulit untuk mengenali endometriosis pada stadium minimal dan ringan. Penanda atau biomarker sangat berguna untuk menghindari tindakan invasif yang tidak diperlukan, belum ada biomarker dapat memberikan gambaran secara jelas pada penggunaan klinis sehari-hari. Calprotectin adalah penanda dari inflamasi akut dan kronis yang diekspresikan pada granulosit terutama pada neutrofil, dan juga pada monosit, dan makrofag.25,26 belum ada penelitian yang meneliti hubungan calprotectin dengan penderita endometriosis. CRP merupakan marker inflamasi sistemik dan secara rutin digunakan sebagai penanda infeksi, inflamasi, atau kerusakan jaringan.30,31 Data mengenai kadar CRP perifer pada endometriosis jarang dan kontroversial.31
Tujuan: Diketahui korelasi calprotectin dan hs-CRP serum sebagai penanda inflamasi kronis terhadap derajat endometriosis menurut klasifikasi rASRM, yaitu derajat minimal, ringan, sedang, dan berat
Metode: Analisis observasional dengan desain potong lintang pada bulan Juli 2017-April 2018 di RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta, RSUP Fatmawati dan RSUP Persahabatan, Jakarta. Empat puluh enam pasien endometriosis yang akan menjalani laparoskopi atau laparotomi yang memenuhi syarat penelitian direkrut consecutive sampling diperiksa kadar serum Calprotectin dan hs-CRP. Penelitian ini disetujui oleh Komite Etik dan Penelitian tahun 2017
Hasil: Tidak adanya korelasi antara Calprotectin dengan derajat endometriosis (r=-0,16, p=0,278). Adanya korelasi positif lemah antara HsCRP dengan derajat endometriosis (r=0,29, p=0,050)
Kesimpulan: Kadar Calprotectin serum tidak memiliki korelasi dengan derajat endometriosis. Kadar HsCRP serum memiliki korelasi positif lemah dengan derajat endometriosis, HsCRP dan Calprotectin serum tidak dapat membedakan derajat endometriosis

Background: Endometriosis is defined as the presence of endometrial-like tissue (gland and stroma) outside the uterus, which induces a chronic inflammatory reaction. Patients with endometriosis experience cyclic and continuous symptoms. Another problem is delays in diagnosis. Laparoscopy is gold standart in endometriosis, but it is difficult to recognize endometriosis at minimal and mild stage. Biomarkers are very useful to avoid invasive procedure that are not needed, none of these have been clearly shown to be of clinical use. Calprotectin is a marker of acute and chronic inflammation which is expressed on granulocytes, especially in neutrophils, and also in monocytes, and macrophages. There have been no studies examining the relationship between calprotectin and endometriosis. CRP is a systemic inflammatory marker and it routinely used as a marker of infection, inflammation, or tissue damage. Data regarding the CRP level in peripheral blood of endometriosis patients are relatively scarce and controversial. Purpose: The purpose of this research is to identify correlation between calprotectin and hs-CRP as a marker of chronic inflammation with the degree of endometriosis according to the rASRM classification, which is minimal, mild, moderate, and severe. Method: Analysis observational with cross sectional study design in July 2017-April 2018 at Cipto Mangunkusumo General Hospital Jakarta, Fatmawati General Hospital and Persahabatan Hospital, Jakarta. Forty-six endometriosis patients undergoing laparoscopy or laparotomy who met the study requirements were recruited by consecutive sampling to be examined for serum levels of Calprotectin and hs-CRP. This study was approved by Ethics and Research Committee in 2017 Results: No correlation between Calprotectin and the degree of endometriosis (r=-0.16, p=0.278). There was a weak positive correlation between HsCRP and the degree of endometriosis (r=0.29, p=0.050). Conclusion: Calprotectin levels uncorrelated with the degree of endometriosis. HsCRP levels have a weak positive correlation with the degree of endometriosis, HsCRP dan Calprotectin cannot distinguish the degree of endometriosis"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rully Ayu Nirmalasari Haryadi Putri
"ABSTRAK
Latar Belakang: Konsumsi isoflavon adalah salah satu cara mengatasi keluhan
klimakterik. Daidzein merupakan isoflavon dari kedelai yang menghasilkan
metabolit aktif equol dengan sifat mirip estrogen. Metode: Uji klinis tersamar
tunggal dilakukan terhadap 42 perempuan menopause terbagi menjadi kontrol,
mendapatkan Calcium glisero-fosfat 500mg, vitamin D3 35 iu dan perlakuan,
mendapatkan Daidzein 120mg, Calciumglisero-fosfat 500mg, vitamin D3 140 iu
selama 8 minggu. Hasil: 47.5% mendapatkan suplementasi mengandung
Daidzein. Penurunan keluhan klimakterik untuk kelompok tersebut signifikan
secara statistik, namun besar penurunan tidak bermakna bila dibandingkan
kontrol. Kesimpulan: Suplementasi Daidzein 120mg selama 8 minggu tidak
berbeda bermakna bila dibandingkan kontrol dalam menurunkan keluhan
klimakterik

ABSTRACT
Background: soy consumption is one of many ways to deal with climacteric
symptoms. Daidzein, a form of isoflavone, found in soy-germ producing equol
metabolite similar to estrogen. Methods: A single-blind randomized clinical trial
that involve 42 menopausal women, is divided into 2 groups, first given Calcium glisero-fosfat 500mg, vitamin D3 35 iu and others given Daidzein 120mg, Calciumglisero-fosfat 500mg and vitamin D3 140iu for 8 weeks. Result: 47.5% respondent receive daidzein supplementation. Menopausal symptoms decrease but not statistically significant compare to control group. Conclusion: daidzein 120mg supplementation for 8 weeks not statistically significant in reducing menopausal symptom compare to control"
2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarah Miriam Ratna Pratamasari
"Latar Belakang: Tingkat penularan infeksi COVID-19 yang tinggi serta morbiditas yang dapat fatal pada kasus tertentu. Kondisi tersebut dapat memengaruhi tingkat kecemasan atau ansietas tenaga kesehatan (nakes) terhadap penularan infeksi COVID-19 dari pasien ke nakes atau nakes ke nakes. Berbagai upaya dilakukan untuk mengurangi risiko transmisi COVID-19. Pengetahuan yang dimiliki tenaga kesehatan tentang COVID-19 dapat memengaruhi sikap dan perilaku mereka dalam menangani pasien COVID-19 yang merupakan peran penting dalam pencegahan transmisi COVID-19.
Tujuan: Mengetahui tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku nakes yang menangani ibu hamil dengan dugaan atau terkonfirmasi COVID-19 di rumah sakit di Jakarta
Metode: Studi deskritptif potong lintang di RSUP Persahabatan, RS CiptoMangunkusum (RSCM), RS Fatmawati pada April 2021 – Juni 2022. Data diambil secara daring dengan google form. Analisa bivariat dilakukan untuk menentukan hubungan antara pengetahuan, sikap, perilaku terhadap COVID-19 dengan chi-square.
Hasil : Hasil pengetahuan responden terkait standard precaution, pengetahuan responden tentang COVID-19 secara umum dan penanganan pasien COVID-19 tergolong dalam kategori baik (99,8%, 66%, 56,7). Sikap responden terhadap transmisi COVID-19 di rumah sakit dan pandemi COVID-19 baik (79,4%, 89,2%). Analisa bivariat hubungan pengetahuan tentang COVID-19 secara umum dengan sikap terhadap transmisi COVID-19 di RS menunjukkan hasil bermakna signifikan (OR= 2,06, 95 % CI = 1,01 – 4,17, p = 0,043).
Kesimpulan : Pengetahuan, sikap dan perilaku petugas kesehatan tergolong baik. Pengetahuan tenaga kesehatan tentang COVID-19 secara umum berhubungan dengan sikap terhadap transmisi COVID-19 di rumah sakit. Terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dan pekerjaan dengan pengetahuan COVID-19 secara umum.

Background: COVID-19 is caused by a novel coronavirus, severe acute respiratory syndrome coronavirus-2 (SARS-CoV-2), which discovered in China in 2019 and announced as global pandemic in March 2020. Healthcare worker’s knowledge about COVID-19 can influence their attitude and behavior in dealing with COVID-19 patients, which plays an important role in preventing the transmission of COVID-19.
Objective : To determine the level of knowledge, attitudes, and behavior of health workers who treat pregnant women with COVID-19 at hospitals in Jakarta
Methods : This was a cross-sectional descriptive study at Cipto Mangunkusumo National General Hospital, Persahabatan General Hospital, and Fatmawati General Hospital within April 2021 – June 2022. We conducted online survey using google form. Bivariate analysis was used to determine association between knowledge, attitude, and practice towards COVID-19 by chi square method.
Results: The knowledge regarding standard precautions, COVID-19 in general and the handling of COVID-19 patients were good (99.8%, 66%, 56.7). Respondents' attitudes towards COVID-19 transmission in hospitals and COVID-19 pandemic were good (79.4%, 89.2%). Respondents' behavior when handling COVID-19 were good (90.2%). Bivariate analysis between knowledge about COVID-19 in general and attitudes towards COVID-19 transmission in hospitals showed significant results (OR = 2.06, 95% CI = 1.01 – 4.17, p = 0.043).
Conclusion : Overall healthcare worker’s knowledge, attitude, and were good. Knowledge of health workers about COVID-19 is associated to attitudes towards the transmission of COVID-19 in hospitals. There is a association between the level of education and job to general knowledge of COVID-19
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library