Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hendri Mahmudin
"Korosi atmosferik merupakan hasil interaksi logam dengan atmosfer di sekitarnya, yang terjadi akibat kelembaban dan oksigen di udara dan diperparah dengan adanya polutan seperti gas dan garam yang terkandung di udara. Pantai atau laut adalah daerah yang paling korosif, karena atmosfemya mengandung partikel klorida yang bersifat agresif dan mempercepat laju korosi. Salah satu metode yang efektif untuk mencegah dan mengeadalikan korosi adalah dengan proses anodisasi. Anodisasi adalah proses untuk membuat lapisan oksida tipis berpori pada permukaan logam. Lapisan tersebut memiliki sifat tahan terhadap cuaca dan lebih keras dari logam dasarnya. Dalam penelitian ini digunakan logam aluminium teknis berbentuk lembaran. Daya tahan logam aluminium terhadap kondisi cuaca berbanding lurus dengan ketebalannya. Untuk mencapai tujuan tersebut maka dilakukanlah penelitian terhadap parameter proses seperti jenis larutan, temperatur, konsentrasi dan variasi waktu. Jenis larutan yang dipakai pada penelitian ini adalah larutan asam sulfat ditambah variasi konsentrasi asam fosfat (10%, 30%, 40%, 70%, 100%). Agar diperoleh kondisi optimum untuk mendapatkan sifat-sifat lapisan yang diinginkan maka dilakukan variasi terhadap temperatur (10°C, 15°C, 20°C, 30°C) dan waktu (20-60 menit). Kondisi optimum yang diperoleh adalah sebagai berikut: konsentrasi asarn sulfat 60% + asam fosfat 40%, pH = 1, waktu 60 menit, temperatur 10°C, tegangan 20V dan rapat arus 7,4 A/dm2 dengan menghasilkan ketebalan lapisan optimum 43,8 µm dan kekerasan maksimum sebesar 154 VHN.

Atmospheric corrosion is the interaction between metal and the surrounding environment due to the humidity, oxygen and pollutant (chloride and sulphate particle) which is contains in the air. Marine is the most corrosive region due to the atmosphere contains chloride particle whose characteristic aggressive and accelerate corrosion rate. Anodizing is one of the most effective methods to prevent and control the corrosion rate. Anodizing is an electrolytic passivation process used to increase the thickness and density of the natural oxide layer on the surface of metal parts. Anodizing increases corrosion resistance and wear resistance. In this experiment used the sheet aluminum metal. The weather resistance of aluminum has linear relation to the thickness. In this investigation used some parameter processes like type of electrolyte, temperature, concentration and time variation. The medium which is used in this experiment is sulphate acid with added phosphate acid variation (0%, 10%, 40%, 70% and 100%). To achieve optimum condition the temperature (10°C, 15°C, 20°C, 30°C) and time variation (20-60 min) is carried out. The optimum condition of this experiment is the specimen which has hardness 154 HV and the thickness is 43,8 µm with electrolyte concentration sulphate acid 60%, phosphate acid 40%, temperature 10°C, time process 60 min, voltage 20 volt and current density 7,4 A/dm2."
2007
T22896
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Risman Adnan
"Densitas keadaan elektron a-Si1-xCx, and a-Si1-xHy telah dihitung untuk seluruh konsentrasi karbon dan beberapa konsentrasi hidrogen (0≤y≤0.5). Struktur atom dimodelkan dengan struktur acak kontinu yang menghubungkan atom Si, C dan H. Keadaan elektron diperoleh dengan menyelesaikan Hamiltonian tight binding kisi Bethe dengan pendekatan medan efektif. Metode Gomez-Santos dan Verges digunakan untuk memperoleh perata-rataan DOS yang memperhitungkan ketidakteraturan diagonal dan off diagonal serta ketidakteraturan parameter SRO (short range order). Model struktur yang digunakan berdasarkan konfigurasi tetrahedral dari atom Si dan C serta konfigurasi trigonal dari atom C. Kehadiran hidrogen menyebabkan pergeseran ujung atas pita valensi ke energi yang lebih rendah sehingga mengakibatkan pelebaran gap pada a-Si1-xHy, a-C1-yHy(C-sp3) dan a-C1-yHy (C-sp2). Pergeseran ujung atas pita valensi ke energi yang lebih rendah juga terjadi dengan kenaikan konsentrasi karbon pada a-Si1-x, Cx(C-sp3). Pergeseran ujung atas pita valensi yang berbeda terjadi pada a-Si1-x Cx (C-sp2) yang bergeser ke energi yang lebih tinggi. Selain itu ujung bawah pita konduksi juga bergeser ke energi yang lebih tinggi. Kenaikan lebar gap yang lebih tinggi terjadi untuk konfigurasi karbon berikatan tetrahedral sp3 dibandingkan konfigurasi karbon berikatan trigonal sp2. Kehadiran hydrogen dan karbon secara bersamaan pada aSi1-xCx:Hy(C-sp3) dan a-Si C1-xCx (C-sp2) meningkatkan lebar gap. Peningkatan fraksi karbon dalam bentuk grafit meningkatkan lebar gap a-Si1-x Cx (C-sp2 dan C-sp3) sampai konsentrasi karbon x=0.6. "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2000
T542
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arif Wahyu Adi
"Heat Recovery Steam Generator (HRSG) merupakan peralatan yang berfungsi untuk mengubah air menjadi uap pada temperatur dan tekanan tertentu. Peralatan ini terdapat pada Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) yang menggunakan siklus kombinasi (Combined Cycle). Pada HRSG terdapat daerah superheater-1 dan superheater-2, yang merupakan daerah pemanas uap lanjut. Daerah superheater ini terdiri dari susunan pipapipa yang bekerja pada temperatur dan tekanan tinggi dengan kondisi operasi yang korosif secara terus-menerus. Kondisi ini bisa mempengaruhi dan mengubah sifat-sifat material pipa. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui penyebab terjadinya kerusakan pipa superheater-2 HRSG 2 PLTGU Muara Karang yang baru beroperasi 5 tahun, tetapi telah mengalami kerusakan pipa yang cukup parah. Penelitian yang dilakukan mencakup fraktografi, metalografi, penentuan distribusi karbon, pemeriksaan komposisi kimia pipa, pemeriksaan produk korosi dan pengukuran kekerasan.
Dari basil penelitian yang dilakukan dapat diambil beberapa kesimpulan. Pertama, kerusakan pipa superheater-2 HRSG 2 PLTGU Muara Karang disebabkan oleh korosi pitting (pitting corrosion). Serangan korosi ini disebabkan oleh kombinasi tiga faktor, yaitu : adanya air yang tertinggal di dalam pipa selama unit shutdown, adanya kebocoran udara luar masuk ke dalam pipa dan terjadinya kerusakan lapisan film oksida pelindung (protective film meta/ oxide atau protective oxide film) dari logam dasar di dalam pipa. Kedua, adanya deposit yang mengandung Cr mengindikasikan adanya pelepasan Cr dari material pipa. Ketiga, ditemukan terjadinya presipitasi karbida. Keempat, hasil pengamatan terhadap struktur mikro pipa superheater-2 dan pengujian terhadap kekerasannya menunjukkan telah terjadi proses dekarburasi, tetapi masih belum sampai pada taraf yang membahayakan.

Heat Recovery Steam Generator (HRSG) is the component of Combined Cycle Power Plant which produce steam. The HRSG have two super heater areas namely superheater-1 and superheater-2. There are many tubes in each area. In superheater-2 area, the tubes always work in high temperature and high pressure with a very corrosive condition, so make their behavior to be changed. By this research we want to examine a failure section of the superheater-2 tubes taken from the HRSG 2 Muara Karang Combined Cycle Power Plant, which was five years operation but have many damage on their tubes.
The result of this research finds some conclusion. First, the superheater failure was due to formation of highly aggressive differential aeration cells causing pitting corrosion, also known as oxygen pitting corrosion. This common corrosion problem was caused by the combination of three factors inside the tubes : water left in the superheater tube during shutdown, air leakage into the tube, and damage to the protective oxide film over the base metal in the interior of the tube. Second, deposits of chromium were found in the superheater tubes - that is an indication of chrom leaching from the pipes. Third, actual carbide presipitation phenomena in the superheater tubes. Last, the microstructure analysis and micro hardness testing of the superheater-2 tubes determined some de-carbonation process in the tubes, but it is still small.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2001
T813
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Joedonowarso Poedjisoenjoto
"Pengendalian korosi pada lambung kapal baja di bawah air laut umumnya dilakukan dengan cara pelapisan cat dan pemasangan zinc-anode. Dalam hal ini telah dilakukan studi tentang efektifitas pengendalian korosi dengan pelapisan cat dan pemasangan zinc-anode.
Pelat baja lambung kapal yang diteliti, sesuai sertifikasi klasifikasi perkapalan yang dilindungi dengan pelapisan cat dan pemasangan zinc-anode, direndam dalam air laut secara alami selama kurang lebih enam bulan. Untuk mengetahui efektifitas pengendalian korosi dilakukan pengamatan dan pengujian material-material yang dipergunakan dengan pengukuran difraksi sinar-X, tes adhesi, tes hardness dan perhitungan laju korosinya.
Setelah dilakukan penelitian diperoleh cara yang cocok dan umur dari metode pengendalian korosi yang sesuai dengan kondisi di lingkungan perairan di Indonesia, yaitu pengendalian korosi yang dikombinasi dengan pengecatan dan pemasangan anoda karbon yang lebih efektif.

Corrosion control in a steel plate hull of a ship is generally done by applying paint coating and zinc anode of the hull. A study on corrosion control effectiveness by applying paint coating and zinc anode has been done.
Observed certified steel plates ship's hull, coated with certain type of paint protection and zinc anode, are submerged in sea water on a period of six month. To obtain effectiveness of the method applied, the materials are observed and tested by using X-ray diffraction, adhesion test, hardness test, and corrosion rate calculation.
It is obtained that a specific method of controlling corrosion in a specific area such as in Indonesian tropic waters should be done effectively by combining the coating and anodic protection.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2001
T5812
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Safari
"Alloy FeSi adalah bahan yang digunakan sebagai inti dalam transformator. Material ini merupakan material softmagnetik, yang memiliki sifat antara lain : Magnetisasi saturasinya tinggi( Ms>1.27 T ), koersivitasnya rendah( Hc<10 A/m ), permeabilitasnya tinggi(10.000-200.000) dan lain-lain. Dalam penelitian ini, dipelajari efek penambahan Si pada Fe, dan efek impuritas Fe terhadap nilai temperatur Curienya. Alloy Fe1-xSix(x=0,1,2,3,4 wt) dipreparasi dengan metode arcmelting furnace dalam kondisi argon. Fe yang digunakan memiliki tingkat kemurnian yang berbeda, yaitu: 99,98% dan 99,5%. Studi temperatur Curie ini dikaitkan dengan mikrostrukturnya. Difraksi sinar X digunakan untuk meneliti struktur kristal dan fase. Sedangkan studi metalografi digunakan untuk melihat distribusi dan ukuran grain. Penambahan %Si pada Fe menghasilkan penurunan temperatur Curie dan meningkatkan impuritasnya.

FeSi alloys are softmagnetic materials which are used as core transformer. These alloys posses high saturation magnetization(Ms > 1,27 T), low coercivity(Hc < 10A/m) and high permeability (10.000-200.000). In this thesis we studied the effect of Si addition in Fe and the impurity of Fe on its curie temperature. Fe100-xSix(x=1,2,3,4 at%) have been prepared by using arc-melting furnace in argon environment. Two kinds of Fe which has impurity of 99.98% and 99.5% were used in this study. The Curie temperature of these alloys decreases with increasing of Si content in Fe-structure. "
Depok: Universitas Indonesia, 2008
T 25132
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ferry Budhi Susetyo
"Rust remover akan menghilangkan seluruh karat dari permukaan logam. Terdapat tiga metode dari rust remover yaitu: rust remover berbahan dasar asam (acid base) , shoot blasting dan rust remover X. Rust remover X adalah sebuah produk yang berbahan dasar air (water based) sehingga relatif aman, efektif serta tidak berbahaya bagi lingkungan.
Tujuan dari penelitian ini adalah mempelajari kinerja rust remover X pada pelat besi berkarat, mengetahui kapan waktu rust remover X bekerja maksimal, mempelajari kinerja rust remover X pada oksida besi dan mengetahui unsur-unsur pada rust remover X dan waste rust remover X. Metodologi penelitian karakterisasi spesimen dengan menggunakan SEM, XRF dan XRD. Untuk karakterisasi XRD dilakukan sebelum dan sesudah perendaman.
Kesimpulan penelitian ini adalah fasa-fasa pelat besi, sebelum di rendam adalah Fe 28,2 %, Fe3O4 25,96 %, SiO2 39,43%, dan FeO2 6,4 %, fasa pelat besi, setelah di rendam adalah Fe 100 %, waktu rust remover X bekerja maksimal antara 60 menit sampai 90 menit, fasa-fasa oksida besi, sebelum di rendam adalah Fe3O4 77,77 % dan FeO2 22,23 %, fasa-fasa oksida besi, setelah di rendam adalah Fe3O4 66,18 % , FeO2 28,89 % dan FeS 4,93 %, unsur-unsur pada rust remover X adalah Na 4,71 %, P 54,15 %, S 39,87 %, K 0,38 %, Ca 0,57 %, Fe 0,32 % dan unsur-unsur waste rust remover X adalah P 26,03 %, S 12,44 %, Ca 0,38 %, Mn 0,98 %, Fe 59,96 %, dan Zr 0,21 %.

ABSTRACT
Rust remover will lost all of the rust from the surface of metal. There are three type of the rust remover product: acid base rust remover, shoot blasting (sand blasting) and X rust remover. X rust remover is water based product, effective also save for environtment.
Aim of the research are to know performance rust X remover in rusty iron plate, Time rust remover X work best, performance X rust remover in iron oxide and know elements in X rust remover also waste X rust remover. Methodology this research are characterization specimen with SEM, XRF and XRD. For XRD characterization is do before and after immerse.
Conclusions the research are iron phases before immerse are Fe 28,2 %, Fe3O4 25,96 %, SiO2 39,43%, dan FeO2 6,4 %, iron phases after immerse is Fe 100 %, rust remover X work best between 60 minutes until 90 minutes, iron oxide phase before immerse are Fe3O4 77,77 % dan FeO2 22,23 %, %, iron oxide phase after immerse are Fe3O4 66,18 % , FeO2 28,89 % and FeS 4,93 %, elements in X rust remover are Na 4,71 %, P 54,15 %, S 39,87 %, K 0,38 %, Ca 0,57 %, Fe 0,32 % and waste X rust remover are P 26,03 %, S 12,44 %, Ca 0,38 %, Mn 0,98 %, Fe 59,96 %, and Zr 0,21 %."
2010
T29010
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hasan
"ABSTRAK
Alloy FeSi adalah material softmagnetik yang banyak digunakan sebagai inti dalam transformator. Material ini memiliki sifat yakni magnetisasi saturasinya tinggi, koersivitasnya rendah, permeabilitasnya tinggi. Bertambahnya Si akan mengurangi koersivitas dan meningkatkan resistivitas sehingga core loss akibat hysterisis dan Eddy current menurun, dan didapatkan sifat magnetik material yang baik untuk apikasi transformer. Tetapi penambahan Si diatas 3 % menyebabkan alloy bersifat brittle. Penambahan Al pada alloy FeSi diharapkan dapat memperbaiki sifat magnetik dan sifat mekanik, sehingga efisiensi dari transformator dapat meningkat. Untuk itu dilakukan penelitian studi sifat magnetik beserta komposisi dan mikrostruktur dari FeSiAl. Dengan kadar Si 3% dan variasi kadar Al 4%,5% dan 6% serta kadar Fe100-3%-%Al . Dalam penelitian ini sifat magnetik yang diukur adalah koersivitas yang diperoleh dari hysterisis loop. dengan menggunakan alat VSM (Vibrating sample magnetometer). Dari hasil penelitian ini tampak bahwa koersivitas menurun dengan pertambahan Al yang berarti sifat magnetiknya lebih baik. Mikro struktur material diteliti dengan menggunakan XRD dan foto mikro yang menunjukkan fasa ketiga sampel sebagai body centered cubic.

ABSTRAK
The alloy FeSi is a softmagnetic material oftenly used as the core component of a transformer. This material has the properties of high saturation of magnetization, low coercivity and high permeability. Increased Si will reduce the coercivity and increase the resistance, so there is a reduction of core loss due to hysterisis and eddy current?properties of magnetic material that is good for application in transformers. But increasing Si more than 3% causes the alloy to become brittle. Adding aluminium to FeSi is hoped to improve the magnetic and mechanical properties of the alloy, so as to increase the efficiency of a transformer. To achieve the aims, a research was carried out to study the composition and microstructure of FeSiAl, with 3% Si concentration and varied concentrations of aluminium (4%, 5% and 6%), and Fe100-3%-%Al concentration. In this research, the magnetic property measured was coercivity obtained from loop hysterisis using VSM (vibrating sample magnetometer). In the research, it was observed that coercivity was reduced with the addition of Al, which means the alloy had better magnetic properties. The microstructure of the material was studied using XRD and microphotograph that showed the phase of the three samples as being body-centered cubic.
"
2008
T25326
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Edy Priyanto Utomo
"Paduan Titanium telah banyak digunakan dalam beberapa aplikasi di industri karena mempunyai sifat mekanik yang unik dan mempunyai ketahanan korosi yang sangat baik. Salah satunya digunakan dalam industri kedokteran sebagai implan tulang, karena titanium mempunyai kemampuan biokompabilitas yang baik selain sifat mekanik dan ketahanan korosi yang baik. Saat ini paduan Ti yang banyak digunakan sebagai implan komersil adalah Ti-6Al-4V. Namun studi terbaru menunjukkan bahwa pelepasan ion Al dan V dari paduan Ti-6Al-4V dapat menyebabkan masalah kesehatan jangka panjang seperti neuropati perifer, osteomalacia, dan penyakit Alzheimer. Oleh karena itu dikembangkan paduan Titanium β-metastabil untuk menggantikan paduan Ti-6Al-4V. Desain paduan titanium β-metastabil biokompatibel terutama difokuskan pada penggunaan elemen paduan logam transisi yang banyak mengandung d-elektron seperti paduan Ti-Nb, Ti-Ni, Ti-Mo. Ion Ni diketahui dapat menyebabkan toxic, alergi, dan efek karsiogen. Paduan Ti-Mo mempunyai nilai kekerasan yang tinggi dibandingkan dengan tulang sehingga dapat menimbulkan stress-shielding yang dapat menyebabkan resorpsi pada tulang dan dapat menyebabkan kegagalan pada implant. Oleh karena itu dalam penelitian ini dikembangkan paduan Ti-Nb dengan tambahan unsur paduan Sn. Paduan metastabil Ti dipengaruhi oleh fasa yang terbentuk dan suhu pembentukan. Sedangkan Sn untuk mengendalikan keberadaan fasa ω yang mempunyai sifat getas dan modulus yang tinggi. Dalam penelitian ini dilakukan optimasi fabrikasi dengan variasi jumlah peleburan yaitu 3 dan 5 kali dan juga variasi konsentrasi Sn sebesar 2, 5, dan 8 wt%. Hasil optimasi jumlah peleburan menunjukkan bahwa dengan tiga kali peleburan didapatkan paduan dengan dua fasa yaitu fasa β dan α, sedangkan dengan lima kali peleburan didapatkan fasa tunggal β. Hasil optimasi variasi konsentrasi Sn didapat bahwa sifat mekanik dan korosi yang optimum diperoleh pada paduan yang mengandung 5 wt% Sn. Paduan hasil optimasi tersebut, Ti-30Nb-5Sn, kemudian dihomogenisasi pada suhu 1000C selama 5 jam dan didinginkan cepat. Hasil karakterisasi menunjukkan bahwa proses homogenisasi memicu timbulnya fasa α. Kehadiran fasa α dalam konsentrasi yang kecil pada paduan yang dilebur 3 kali dan paduan yang dilebur 5 kali namun dihomogenisasi berkontribusi dalam meningkatkan nilai kekerasan dan juga ketahanan korosi paduan.

Titanium alloys have been widely used in several applications in the industry because they have unique mechanical properties and have very good corrosion resistance. One of them is used in the medical industry as a bone implant, because titanium has good biocompatibility in addition to mechanical properties and good corrosion resistance. At present Ti alloy which is widely used as commercial implant is Ti-6Al-4V. But recent studies have shown that the release of Al and V ions from Ti-6Al-4V alloys can cause long-term health problems such as peripheral neuropathy, osteomalacia, and Alzheimer's disease. Therefore Titanium β-metastable alloys are developed to replace Ti-6Al-4V alloys. The design of biocompatible titanium β-metastable alloys is mainly focused on the use of d-electron-containing alloy metal elements such as Ti-Nb, Ti-Ni, Ti-Mo alloys. Ni ions are known to cause toxic, allergic and carcinogenic effects. Ti-Mo alloy has a high hardness value compared to bone so it can cause stress-shielding which can cause resorption in the bone and can cause implant failure. Therefore in this study Ti-Nb alloys were developed with the addition of Sn alloy elements. Metastable alloy Ti is influenced by the phase formed and the temperature of formation. While Sn to control the existence of phase ω which has brittle properties and high modulus. In this study, fabrication optimization was carried out with variations in the number of smelters, namely 3 and 5 times and also variations in Sn concentration of 2, 5 and 8 wt%. The results of the optimization of the number of smelters indicate that with three fusions obtained a two-phase alloy namely phase β and α, whereas with five times the fusion obtained a single phase β. The results of optimization of variations in Sn concentration were obtained that optimum mechanical and corrosion properties were obtained in alloys containing 5 wt% Sn. Alloying the results of the optimization, Ti-30Nb-5Sn, is then homogenized at 1000˚C for 5 hours and cooled quickly. The characterization results show that the homogenization process triggers the α phase. The presence of α phase in small concentrations in alloys which are melted 3 times and alloys which are fused 5 times but homogenized contribute to increasing the hardness value and also corrosion resistance of alloys."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
T52434
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Theresiana Dwirina Novita
"ABSTRAK
Pada tesis ini dijelaskan struktur mikro dan laju korosi yang berasal dari
adanya proses cold work dan anodisasi pada paduan aluminium 5083 yang pada
proses tersebut terjadi deformasi plastis. Penelitian ini menggunakan variasi
derajat deformasi (% cold work) yaitu 0%, 25% dan 50%. Proses anodisasi
menggunakan larutan H2SO4 0,1 M dengan waktu pencelupan lima menit. Uji
mikroskop optik dan SEM dilakukan untuk menganalisis perubahan ukuran butir
dan jenis korosi. Pengaruh cold work dan anodisasi terhadap laju korosi diteliti
dengan pengujian Potensiostat. Hasil pengujian menunjukkan semakin
bertambahnya % cold work, ukuran butir partikel semakin kecil. Laju korosi
sebelum anodisasi lebih tinggi dibandingkan dengan laju korosi setelah anodisasi.
Korosi yang terbentuk setelah anodisasi merupakan korosi sumuran.

ABSTRACT
This thesis explained the microstructure and the corrosion rate resulting
from the process of cold work and anodizing on aluminum alloy 5083 which is in
the process of cold work occurs plastic deformation. This study uses a variation of
the degree of deformation (% cold work) of 0%, 25% and 50%. Anodizing
process using a 0.1 M H2SO4 solution with immersion time of 5 minutes. Test
optical microscopy and SEM for analysis of changes in grain size and type of
corrosion. The effect of cold work and anodizing on corrosion rate observed with
the testing potentiostat. The test results showed that the increasing % cold work,
the size of grain particles get smaller. The corrosion rate before anodizing higher
than the rate of corrosion after anodization. Corrosion happens after anodizing is
pitting corrosion.
"
2016
T52372
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Manurung, Richard
"Dilakukan survey resistivitas tanah per 1 (satu) kilometer sepanjang pipeline dengan menggunakan metode four pin mengggunakan alat soil box untuk mendapatkan data perancangan proteksi katodik. Dari perhitungan dengan metode masa dan metode arus listrik yang dikeluarkan diperoleh jumlah anoda magnesium dengan spesifikasi berat 14,5 Kg, penampang melintang 0.015 m2 dan panjang 0.55 m pada setiap satu kilometer pipa dengan spacing 0.914 m. Berdasarkan referensi data pipa, lingkungan, spesifikasi anoda korban, spesifikasi material urug dan resistivitas tanah, perancangan jumlah anoda korban yang dipasang pada pipa dihitung. Pengecekan perlindungan proteksi katodik dilakukan dengan pengetesan potensial polarisasi dan perhitungan hambatan total dilapangan sehingga arus korosi dan laju korosinya dapat diperkirakan. Perbandingan dilakukan dengan menguji laju korosi material API 5L Grade B di laboratorium dengan alat potensiostat yang menggunakan metode polarisasi sehingga kriteria perlindungan berdasarkan standard NACE RP 0169 dapat diklarifikasi. Penelitian juga dikembangkan dengan melihat perilaku korosi material pipa dengan pengujian struktur mikro, mekanik dan komposisi kimia pada pipa baru dan yang pipa telah terkorosi (akibat alat uji potensiostat). Juga sebagai pembanding, sampel pipa gagal akibat korosi turut diuji struktur mikro dan komposisi kimianya. Data dari pengujian ini akan memberikan gambaran mengenai disain umur pipa yang dirancang untuk kondisi dengan tekanan dan temperatur tertentu.

A survey of soil resistivity per 1 (one) kilometer along the pipeline using the four pin method of a soil box tool to obtain cathodic protection design data. From the calculation with the mass method and the electric current method that was released, the number of magnesium anodes with a weight specification of 14.5 Kg, a cross section of 0.015 m2 and a length of 0.55 m in per one kilometer pipeline with spacing of 0.914 m. Based on pipe data references, environment, sacrificial anode specifications, load material specifications and soil resistivity, the design of quantity scarifical anodes installed on the pipe is calculated. Checking cathodic protection protection is done by testing the potential of polarization and calculating the total resistance in the field so that the corrosion current and the corrosion rate can be estimated. Comparison was carried out by testing the corrosion rate of API 5L Grade B material in the laboratory with a potentiostat device using the polarization method so that the protection criteria based on the NACE standard of Rp. 0169 could be verified. Research was also developed by looking at the corrosion behavior of pipe material by testing the microstructure, mechanics and chemical composition of the new pipe and the pipe has been corroded (due to the potentiostat test equipment). Also as a comparison, the defect pipe samples due to corrosion were tested for microstructure and chemical composition. Data from this test will provide an overview of the design life of pipes designed for conditions with certain pressure and temperature."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
T52610
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library