Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 82 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ni Nengah Dwi Fatmawati
Abstrak :
Human Immunodeficiency Virus type-I (HIV-1) merupakan penyebab sindroma penurunan sistem imun tubuh yang disebut dengan Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS). Infeksi HIV-I di dunia dan Indonesia cenderung meningkat. Pemeriksaan yang cepat dan spesifik diperlukan untuk mencegah penyebaran infeksi HIV-I. Berbagai teknik telah dikembangkan untuk deteksi infeksi HIV-I. Pada penelitian ini dikembangkan pemeriksaan RT-PCR HIV-1 Mikrobiologi FKUI (in-house RT-PCR) untuk mendapatkan uji alternatif deteksi HIV-1. Sebanyak 46 plasma dan serum kelompok berperilaku risiko tinggi yang berkunjung ke klinik VCT . RSUP Sanglah Denpasar, telah diperiksa dalam penelitian ini. Serum diperiksa dengan 3 kit rapid test yang berbeda yaitu DetermineTM HIV-1/2 (Abbott), ImmunoCombR HIV 1 & 2 BiSpot (Organics), dan SerodieR HIV-1/2 (Fujirebio Inc.). Plasma diuji dengan pemeriksaan RTPCR generasi I menggunakan primer spesifik terhadap daerah gag dan RT-PCR generasi 2 menggunakan primer spesifik terhadap daerah protease dari genom HIV-1. Hasil rapid test menunjukkan dari 46 sampel, sebanyak 26 serum (56,5%) reaktif dan 20 serum (43,5%) non-reaktif. Tingkat sensitivitas, spesifisitas, nilai duga positif, dan nilai duga negatif RT-PCR generasi 1 secara berturut-turut adalah 80,8%, 95%, 95,5%, dan 79,2%, sedangkan rasio kemungkinan positif dan negatif adalah 16,2, dan 0,2. Pemeriksaan RTPCR generasi 2 menunjukkan tingkat sensitivitas 65,4%, spesifisitas 90%, nilai duga positif 89,5%, nilai duga negatif 66,7%, rasio kemungkinan positif 6,5, dan rasio kemungkinan negatif 0,4. Teknik RT-PCR yang menggunakan primer tersebut dapat mendeteksi HIV pada semua stadium klinis WHO pada kelompok ini. Sensitivitas dan spesifisitas RT-PCR generasi 1 lebih baik daripada RT-PCR generasi 2, tetapi, masih lebih rendah daripada baku emas, Secara keseluruhan, RT-PCR pada penelitian ini belum dapat direkomendasikan sebagai uji altematif baik uji skrining maupun uji konfirmasi dalam mendeteksi infeksi HIV-1.
Human Immunodeficiency Virus type 1 (HIV-1) can cause decrease of immune response which is called Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS). HIV-l infection in the world and Indonesia tends to increase. Many techniques were developed to detect HIV-1 infection. A specific and rapid diagnosis is needed to prevent transmission of HIV-1 infection. In this study, we performed RT-PCR HIV-1 Microbiology FKUI (in-house RT-PCR) as an alternative test to detect HIV-1. Forty six plasmas and serums from high risk behavior group who visited VCT Clinic Sanglah General Hospital, Denpasar were used in this study. Serums were tested with 3 different rapid test kits i.e. Determine ° IIIV-112 (Abbott), immunoComb HIV I & 2 BiSpot (Orgenics), and Serodia ' HIV-112 (Fujirebio Inc.). Plasmas were tested with I generation RT-PCR which used specific primers to gag region in HIV-1 genome and specific primers to protease region in IIIV-1 genome for 2nd generation RT-PCR. Results of rapid test demonstrated 26 serums (56.5%) were reactive and 20 serums (43.5%) were non-reactive. Sensitivity, specificity, positive predictive value (PPV), and negative predictive value (NPV) of 1st generation RT-PCR was 80.8%, 95%, 95.5%, 79.2%, whereas positive likelihood ratio (LR +) and negative likelihood ratio (LR -) was 16.2, and 0.2, respectively. The 2"d generation RT-PCR showed sensitivity, specificity, PPV, NPV, LR (+), and LR (-) was 65.4%, 90%, 89.5%, 66.7%, 6.5, and 0.4, respectively. These in-house RT-PCR could detect HIV-1 in all WHO clinical staging in this group. This study showed that lsi generation RT-PCR gives better results than 2"d generation RT-PCR. But still inferior than rapid test to detect HIV-1 infection. Overall, RT-PCR in this study has not been recommended yet as an alternative test to detect HIV-I infection.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T21154
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Melinda Remelia
Abstrak :
Latar belakang: Vaksin HIV-1 berbasis protein Gag diharapkan dapat menstimulus respon imun sel T CD8+ (sitotoksik). Protein Gag yang dihasilkan pada sistem ekspresi prokariota E.coli merupakan antigen yang berfungsi sebagai antigen eksogen. Fusi protein VP22 diharapkan dapat menghantarkan protein GagHIV1 ke sitoplasma sel sehingga berfungsi sebagai antigen endogen. Fusi protein eGFP berperan sebagai marker fluoresen untuk analisis lokalisasi protein sebagai pembuktian secara in vitro bahwa protein rekombinan VP22-eGFP mampu berpenetrasi dan masuk ke dalam sel vero. Metodologi: Sekuens VP22, GagHIV1, dan eGFP diinsersikan ke dalam plasmid pQE80L melalui proses transformasi. Protein rekombinan eGFP, VP22-eGFP, GagHIV1-eGFP, dan VP22-GagHIV1-eGFP diklona dan diekspresikan pada sistem E.coli. Proses purifikasi protein rekombinan dilakukan dengan metode Ni-NTA [QIAGEN]. Lokalisasi protein rekombinan dianalisis dengan menggunakan mikroskop fluoresen konvensional dan konfokal. Hasil: Konstruksi plasmid rekombinan pengekspresi protein eGFP, VP22-eGFP, GagHIV1-eGFP, dan VP22-GagHIV1-eGFP telah berhasil diperoleh dan keakuratan susunan basa nukleotida telah dibuktikan dengan metode sekuensing DNA. Hasil sekuens DNA memperlihatkan open reading frame yang sesuai untuk ekspresi protein rekombinan target. Ekspresi protein rekombinan GagHIV1-eGFP dan VP22-GagHIV1-eGFP dengan sistem E.coli belum berhasil diperoleh, kemungkinan disebabkan oleh ukuran protein yang besar (>60 kDa). Sedangkan protein rekombinan eGFP (31,38 kDa) dan VP22-eGFP (27,02 kDa) telah berhasil diekspresikan dan dipurifikasi. Analisis lokalisasi protein rekombinan VP22-eGFP menunjukkan terdapat fluoresen hijau di sitoplasma dan nukleus sel vero. Sedangkan protein rekombinan eGFP tidak ditemukan fluoresen di dalam sel vero. Kesimpulan: Ekspresi protein rekombinan GagHIV1-eGFP dan VP22-GagHIV1-eGFP dengan sistem E.coli masih perlu dioptimasi. Protein rekombinan VP22-eGFP pada penelitian ini dibuktikan dapat berpenetrasi ke sitoplasma dan inti sel vero. Selain vaksin GagHIV1, plasmid rekombinan pQE80L-eGFP dan pQE80L-VP22-eGFP yang diperoleh pada penelitian ini juga berpotensi untuk pengembangan vaksin sub unit eksogen virus lainnya yang ingin diubah menjadi bersifat endogen.
Background: HIV-1 vaccine based Gag protein is expected to stimulate the immune response of CD8 + T cells (cytotoxic). Gag protein produced in E.coli prokaryotic expression system serves as an exogenous antigen. Fusion of VP22 protein is expected to deliver Gag HIV1 proteins to the cytoplasm of cell thus functions as an endogenous antigen. Fusion of eGFP protein is performed as a fluorescent marker for localization analysis conducted as the in vitro evidence of VP22-eGFP recombinant protein ability to penetrate and get into vero cell cytoplasm. Methodology: Sequence of VP22, Gag HIV1, and eGFP is inserted into pQE80L plasmid through the transformation method. The eGFP, VP22-eGFP, GagHIV1-eGFP, and VP22-GagHIV1-eGFP recombinant proteins were cloned and expressed in E. coli system. Recombinant protein purification process was conducted using Ni-NTA [QIAGEN]. Localization of recombinant proteins were analyzed using conventional fluorescence and confocal microscopy. Results: Construction of a recombinant plasmid encoding eGFP, VP22-eGFP, GagHIV1-eGFP, and VP22-GagHIV1-eGFP proteins has successfully obtained and the accuracy of the nucleotide base composition has been demonstrated by DNA sequencing. The results of the DNA sequence showed an open reading frame corresponding to the target recombinant protein expression. Expression of GagHIV1-eGFP and VP22-GagHIV1-eGFP recombinant proteins in E. coli system has not successfully obtained, probably due to the large size of the protein (> 60 kDa). While the recombinant protein VP22-eGFP (31,38 kDa) and eGFP (27,02 kDa) was successfully expressed and purified. Localization analysis of VP22-eGFP recombinant protein performs green fluorescent in cytoplasm and nucleus of vero cells. While eGFP recombinant protein in vero cell was not performs green fluorescent. Conclusion: Expression of GagHIV1-eGFP and eGFP-VP22-GagHIV1 recombinant protein in E.coli system still need to be optimized. The VP22-eGFP recombinant protein in this study indicates can penetrate to the cytoplasm and nucleus vero cells. Besides Gag HIV1 vaccines, pQE80L-eGFP and pQE80L- VP22-eGFP recombinant plasmids in this study can be utilized for the development of other viruses exogenous subunit vaccines which would be turned into endogenous.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Made Ayu Gitagayatri
Abstrak :
Protein pol termasuk dalam tiga gen signifikan yang mengkode protein struktural HIV-1. Namun, sebagian besar tes diagnostik HIV hanya melibatkan dua produk HIV yang signifikan yaitu, protein Env atau Gag, yang berarti bahwa sebagian besar tes diagnosa HIV dilakukan atau dikembangkan menggunakan antigen yang sama. Hal ini pada akhirnya dapat menghasilkan hasil positif palsu yang berulang jika ada antibodi yang bereaksi silang karena sebagian besar tes disiapkan hanya dengan antigen umum yang sama. Solusi untuk masalah ini adalah mengembangkan uji diagnostik alternatif yang berbeda menggunakan antigen utama lain, seperti protein Pol. Salah satu produk protein Pol, enzim Integrase, termasuk dalam salah satu protein imunogenik HIV, yang berarti dapat digunakan untuk meningkatkan spesifisitas tes diagnostik HIV. Menggunakan protein Pol Immunodominant 2 (Pol ID2), sebuah protein yang terdiri dari Integrase dan RNAse H, yang sudah dikembangkan sebelumnya menggunakan subtipe HIV-1 yang paling menonjol di Indonesia (HIV-1 CRF01_AR), penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan tentang kondisi optimal untuk mengekspresikan protein rekombinan Pol ID2 dalam plasmid pQE-80L Escherichia coli (E. coli) dengan harapan dapat berkontribusi terhadap pengembangan dan peningkatan kemandirian tes diagnostik HIV-1 di Indonesia. Metode: Penelitian ini dilakukan menggunakan metode desain studi eksperimental analitik. Dalam penelitian ini, protein rekombinan Pol Immunodominant 2 (ID2) dalam plasmid pQE-80L E. coli diekspresikan pada beberapa variabel media kultur, konsentrasi penginduksi, dan waktu induksi. Kultur ekspresi divisualisasikan menggunakan elektroforesis SDS PAGE dan didokumentasikan menggunakan mesin ImageQuant Las 4000. Meskipun tidak ada analisis statistik yang dilakukan, software analisis gel Image Lab 6.1 digunakan untuk menganalisis, mengukur, dan mendapatkan rasio kuantitas absolut dari konsentrasi protein pada setiap variabel. Hasil: Protein rekombinan Pol ID2 yang diperoleh dari HIV-1 subtipe CFR01_AE dapat diekspresikan secara optimal menggunakan media Terrific Broth dengan menggunakan 1mM Isopropil- beta-D-thiogalactopyranoside (IPTG) selama 3 jam induksi. Kesimpulan: Dapat disimpulkan bahwa plasmid pQE80L-Pol ID2 yang sebelumnya sudah dikembangkan di laboratorium PRVKP FKUI-RSCM dapat mengekspresikan protein rekombinan Pol ID2 dari HIV-1 subtipe CFR01_AR yang dikembangkan di bawah laboratorium yang sama. Protein dapat diekspresikan secara optimal dalam media kultur Terrific Broth menggunakan IPTG 1mM selama 3 jam induksi pada suhu 37oC. ......Background: Pol protein is included in the three significant genes that encode a structural protein of HIV-1. However, most HIV diagnostic tests involve only the two significant HIV products, Env or Gag protein, which means that most manufacturers use the same antigen sequence to develop these tests. This may eventually result in repetitive false-positive results if there is any cross-reacting antibody since the test is prepared only with the same common antigens. A solution to this problem is developing a different alternative diagnostic assay using a different major antigen such as Pol genes. One of the Pol gene products, viral enzyme integrase, is included in one of the immunogenic proteins of HIV, meaning that it may be used to improve the specificity of HIV diagnostic assays. Using a previously generated Pol Immunodominant 2 (Pol ID2) protein, comprised of Integrase and RNAseH, obtained from the most prominent HIV-1 subtype in Indonesia (HIV-1 CRF01_AR), this research aims to gain knowledge regarding the optimal conditions to express Pol ID2 recombinant protein in pQE-80L plasmid of Escherichia coli (E. coli) in hopes to contribute towards the development and self-reliance of HIV-1 diagnostic tests in Indonesia. Experimental, analytical study design was used for this research. The Recombinant Pol Immunodominant 2 (ID2) protein in the pQE-80L plasmid of E. coli was expressed under several variables of culture media, inducer concentration, and induction time. The expression culture was visualized using SDS PAGE and documented using ImageQuant Las 4000 machine. Although no statistical analysis was done, Image Lab 6.1 gel analysis software was used to analyze, quantify, and obtain the absolute quantity ratio of protein concentration of each variable. Result: Pol ID2 recombinant protein obtained from HIV-1 subtype CFR01_AE are optimally expressed using Terrific Broth media using 1mM Isopropyl-beta-D-hiogalactopyranoside (IPTG) for 3 hours of induction. Conclusion: It could be concluded that pQE80L-Pol ID2 plasmid previously developed in IHVCB FMUI-RSCM Laboratory can express Pol ID2 recombinant protein from HIV-1 subtype CFR01_AR that is constructed under the same laboratory. The protein expression is optimized in Terrific Broth culture media using 1mM IPTG inducer for 3 hours of induction in 37oC.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Awatif Al Makiyah
Abstrak :
Ekspresi gen sintentik gag HIV-1 subtipe CRF01_AE dalam E. coli BL21 dan E. coli BL21-CP telah dilakukan. Gen gag merupakan salah satu gen pada HIV-1 yang tidak mengalami mutasi secara signifikan sehingga gen tersebut dapat digunakan untuk pengembangan vaksin yang dapat dimanfaatkan dalam jangka waktu yang panjang. Pengembangan vaksin HIV membutuhkan protein Gag untuk digunakan sebagai antigen yang mampu merespon pembentukan antibodi pada hewan uji coba. Protein Gag didapatkan dengan cara melakukan ekspresi gen gag yang telah diklon ke dalam vektor ekspresi pQE-81L, dan ditransformasi ke dalam bakteri E. coli BL21 dan E. coli BL21-CP. Ekspresi dilakukan dengan tiga faktor optimasi yaitu, suhu, konsentrasi isopropyl-β-D-thiogalactopyranoside (IPTG) dan waktu ekspresi setelah induksi dilakukan. Analisis hasil ekspresi dilakukan dengan SDS-PAGE dan menunjukkan tidak ada protein Gag yang dihasilkan pada semua keadaan optimasi yang dilakukan. Kegagalan ekspresi gen gag pada E. coli BL21 dan E. coli BL21-CP disebabkan oleh peristiwa kodon bias, dan pemilihan sel inang ekspresi yang kurang tepat.
Expression of gag gene on HIV-1 subtype CRF01_AE in E. coli BL21 and E. coli BL21-CP had been conducted. Gag gene on HIV-1 is one of the genes that can?t be significantly mutated, so it can be utilized for long term vaccines development. HIV vaccine development requires Gag protein as antigen in order to response antibody formation in animal experiment. Gag protein was obtained by gag gene expression that had been cloned into expression vector pQE-81L and transformed into E. coli BL21 and E. coli BL21-CP. Expression of the gag gene as optimized by temperature, isopropyl-β-D-thiogalactopyranoside (IPTG) concentration, and expression time after IPTG induction. The expression was analyzed by SDS-PAGE and it showed no protein produced in all optimization conditions. The failure of gag gene expression in E. coli BL21 and E. coli BL21-CP caused by codon ray and inappropriate host cell.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S44903
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Puji Rahayu
Abstrak :
Telah dilakukan pengklonaan gen Cd40 ligand (Cd40l) dari Mus musculus ke dalam sel inang Escherichia coli TOP10. Gen Cd40l adalah gen pengkode protein CD40L, anggota dari tumor necrosis factor (TNF) superfamily (TNFSF). CD40L merupakan salah satu kandidat adjuvan karena diketahui sebagai salah satu immunoagent paling efektif dari keluarga TNFSF. CD40L berikatan dengan reseptornya pada sel makrofag, sel T dan sel B yang teraktivasi berfungsi menginduksi aktivasi sel APC dan sel B. Penelitian bertujuan mengklona gen Cd40l ke dalam sel inang Escherichia coli TOP10 dengan perantara vektor pcDNA 3.1(+). Fragmen gen Cd40l tanpa mengandung start codon (ATG) dengan panjang 644 pasang basa, diamplifikasi melalui transkripsi balik dengan RNA sel PMBC mencit sebagai pola cetaknya. Gen Cd40l telah berhasil diklona ke dalam E.coli TOP10. Hasil analisis menunjukkan sekuen hasil klona memiliki similaritas 100% terhadap sekuen acuan pada database GeneBank yaitu Mus musculus CD40 ligand (Cd40lg), mRNA, coding sequence dengan accession number NM_011616.2 ......Cloning of Cd40 ligand (Cd40l) gene from Mus musculus into Escherichia coli TOP10 had been conducted. Cd40l gene encodes CD40L protein which is a member of the tumor necrosis factor super family (TNFSF). CD40L is one of candidate adjuvant as known as one of most effective immunoagent. Binding of CD40L to its receptor on the surface of macrophage, activated T cell, and activated B cell induces activation of APC and B cell. The aim of research is to clone Cd40l gene into E.coli TOP10 using pcDNA 3.1(+) vector. 644 base pairs of Cd40l fragment without start codon (ATG) was amplified from RNA PMBC cell with RT-PCR. Cd40l gene was successfully cloned to E.coli TOP10. The analysis showed 100% similarity between Cd40l clone and GeneBank database, Mus musculus CD40 ligand (Cd40lg), mRNA, coding sequence with accession number NM_011616.2
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S44318
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fika Rahmadewi
Abstrak :
Penelitian bertujuan untuk mendapatkan antibodi poliklonal kelinci yang distimulasi oleh protein rekombinan globular head neuraminidase (NA) dan mengukur titer antibodi poliklonal. Protein rekombinan globular head NA berhasil diekspresikan secara intraseluler pada sel E.coli BL21 codon plus dengan induksi IPTG 0,1 mM dan dipurifikasi menggunakan resin Ni-NTA. Protein rekombinan globular head NA yang telah dipurifikasi digunakan sebagai antigen untuk menstimulasi antibodi poliklonal kelinci. Hasil penelitian menunjukkan bahwa telah dihasilkan antibodi poliklonal terhadap globular head neuraminidase dan titer antibodi paling tinggi dihasilkan sebesar 1,352.
The aim of this study was to determine rabbit polyclonal antibody stimulated by neuraminidase (NA) globular head recombinant protein and also to measure the polyclonal antibody titer. NA globular head recombinant protein has been expressed in E.coli BL21 codon plus intracellularly induced by 0,1 mM IPTG and has been purified by Ni-NTA resin. The purified of NA globular head recombinant was used as antigen to stimulate rabbit polyclonal antibody. The result shows that rabbit polyclonal antibody of neuraminidase globular head was produced and the highest antibody titer was 1,352.
Depok: Universitas Indonesia, 2012
S1307
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Munfarida
Abstrak :
Acquired Immunodeficiency Syndrome disebabkan oleh infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) terhadap sel-sel T CD4+, limfosit, dan makrofag. Sebanyak 90.7% penderita HIV di Indonesia terinfeksi oleh HIV-1 subtipe CRF01_AE. Protein Gag P7 yang dikode oleh gen gag p7 dan terdapat di dalam genom HIV-1 merupakan protein yang dapat digunakan sebagai obat antiretrovirus dan kandidat antigen untuk sistem diagnostik. Penelitian bertujuan untuk memperoleh fragmen DNA gag p7 (nukleokapsid) HIV-1 yang berukuran 210 pb. Fragmen gen gag p7 diperoleh dari hasil Reverse Transcriptase Polymerase Chain Reaction (RT-PCR) dengan menggunakan primer forward AE_p7F dan primer reverse AE_p7R. Cetakan DNA (template) berasal dari RNA virus yang diambil dari serum pasien penderita HIV-1 di Indonesia. Hasil visualisasi pada gel poliakrilamida 10% menunjukkan bahwa fragmen gen gag p7 (nukleokapsid) berhasil teramplifikasi dengan ukuran 210 pb.
Acquired immunodeficiency syndrome caused by human immunodeficiency virus infections to the CD4+ cells, lymphocyte, and macrophage. More than 90.7 % HIV patient in Indonesia were infected by HIV-1 subtype CRF01_AE. The Gag P7 protein coded by gag p7 gene which found in HIV genome was known as protein in which could be used for antiretroviral drugs (ARV) and diagnosis of HIV-1 infections. The purpose of research is to get DNA fragment of gag p7 (nucleocapsid) gene of HIV-1 which has length 210 bp. Fragment of gag p7 gene could be gotten from the process of reverse transcriptase polymerase chain reaction (RT-PCR) in which use primer forward AE_p7F and primer reverse AE_p7R. The templates is RNA virus that taken from patient?s serum of HIV-1 in Indonesia. The electrophoresis visualization shown that fragment of gag p7 (nucleocapsid) gene was success amplified in which has length 210 bp.
Depok: Universitas Indonesia, 2012
S43689
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Wahyuni
Abstrak :
Protein rekombinan yang difusikan ke suatu peptida tag dapat diimobilisasi pada matriks yang telah dilapisi substrat berafinitas dengan tag tersebut. Dalam proses purifikasi, protein tag kadang kala dipisahkan dari protein rekombinan. Pemisahan tag dapat dilakukan dengan menyisipkan sekuens pengenalan protease di antara tag dan protein rekombinan yang memungkinkan pemisahan tag dari protein rekombinan oleh restriksi enzim protease. Pads beberapa sistem purifikasi, protease yang telah difusikan dengan tag telah digunakan untuk memotong peptida tag, sehingga baik tag maupun protease yang memotong tag dan protein dapat dipisahkan dari protein rekombinan. Sistem tersebut sangat menguntungkan namun hanya protease PreScission (protease Human Rhinovirus) yang telah dikembangkan untuk sistem tersebut. Oleh karena itu, untuk memperoleh alternatif lain dari sistern tersebut. dilakukan konstruksi vektor pengekspresi protease MLV di dalam sistem ekspresi protein fus; tag GST. Gen protease MLV disisipkan di antara situs restriksi BamHI dan EcoRl pGEX-6P-l, di hilir ORF GST dan situs pengenalan protease PreScission. Penyisipan gen protease MLV di dalam plusmid rekombinan (pG6P I .Pro) dikonfirmasi dengan analisis perbaiidingan pola migrasi. pG6P 1.Pro yang dibandingkan dengan plasniid wild type (pGEX-6P-I) dal. identifikasi insert pada jel agarose setelah restriksi dengan BamHI-EcoRI. Kombinasi orientasi gen protease dalam pG6PI. Pro dengan analisis restriksi enzim Apal, dan BstEII. Konfirmasi akhir yang bersifat definitif dilakukan dengan sekuensing pO6Pl.Pro. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa pG6P 1.Pro telah berhasil dikonstruksi dengan benar. namun dari basil ekspresi protein fusi GST-Protease MLV tidak mendapatkan protein fusi utuh (43,8 kDa). Mutasi 'pada N terminal protease tidak mempengaruhi ekspresi protein fusi GST-Protease MLV dan tetap tidak menghasilkan protein fusi yang utuh (44,8 kDa dan 43,97 kDa), Kegagalan ekspresi protein fusi tersebut mungkin disebabkan adanya peristiwa autokatalisis.
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nidya Sutanto
Abstrak :
Kanker serviks yang banyak menyerang wanita di dunia disebabkan oleh human papillomavirus. Gen Late-2 (L2) human papillomavirus adalah gen yang menyandi protein kapsid minor dan memiliki daerah conserved yang mampu menginduksi cross-neutralizing antibodies. Penelitian bertujuan memperoleh klona gen L2. Gen L2 diamplifikasi menggunakan primer L2F (forward) dan L2R (reverse) serta diligasi dengan vektor pBluescript II KS (+) yang sebelumnya didigesti dengan enzim NotI. Hasil ligasi ditansformasi menggunakan metode kejutan panas ke dalam Escherichia coli TOP10 yang sebelumnya telah dibuat menjadi kompeten. Hasil efisiensi transformasi adalah 5,8 x 105 cfu/μg. Hal tersebut menunjukkan E. coli cukup kompeten karena berada pada kisaran antara 5 x 105—2 x 107 cfu/μg. Hasil transformasi ditumbuhkan dalam medium LB agar berampisilin yang telah ditambahkan X-gal dan IPTG. Sebanyak lima koloni putih dan 10 koloni biru tumbuh dalam medium, namun tak satupun koloni putih tersebut membawa plasmid rekombinan. Hasil analisis menunjukkan gen L2 belum berhasil diklona. Adanya koloni putih kemungkinan disebabkan mutasi, sedangkan sedikitnya koloni yang tumbuh disebabkan proses ligasi yang tidak berhasil.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S31616
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9   >>