Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Azlan Sain
"Latar belakang: Pasien gagal jantung dengan penurunan fraksi ejeksi memiliki angka readmisi yang lebih tinggi dibandingkan dengan fraksi ejeksi normal, dan angka readmisi paling tinggi pada 30-hari pertama pascakeluar admisi sebelumnya. Sekitar 30% pasien dengan gagal jantung juga mengalami Diabetes Melitus (DM) Tipe-2. Sejauh ini, belum ada prediktor kejadian readmisi dalam 30-hari pada pasien dengan populasi tersebut di RSJPDHK, khususnya prediktor dari sisi klinis dan metabolik.
Tujuan: Mengetahui prediktor klinis dan metabolik terhadap kejadian readmisi dalam 30-hari pada pasien Gagal Jantung Dekompensasi Akut (GJDA) dengan penurunan fraksi ejeksi dan DM tipe-2.
Metode: Studi dilakukan secara kohort retrospektif, data diambil dari rekam medis berdasarkan admisi pasien yang memenuhi kriteria inklusi antara Januari 2016-Januari 2021. Luaran klinis terbagi menjadi kelompok readmisi dan kelompok non-readmisi. Luaran klinis yang dinilai adalah kejadian readmisi akibat perburukan kondisi gagal jantung pada 30-hari pascaadmisi terakhir di RSJPDHK. Dilakukan analisis multivariat untuk menentukan prediktor yang bermakna menentukan readmisi dalam 30-hari
Hasil: Dari total 747 subjek penelitian, 179 subjek termasuk ke dalam kelompok readmisi, dan 568 subjek termasuk ke dalam kelompok non-readmisi (angka readmisi 24%). Analisis regresi logistik multivariat menunjukkan bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian readmisi dalam 30-hari adalah: irama fibrilasi atrium (OR 2.616; 95% IK: 1.604-4.267; p 0.000), serta denyut jantung saat pulang rawat (OR 1.022; 95% IK: 1.005-1.039; p 0.010). Kadar gula darah post-prandial < 140 mg/dL menjadi prediktor protektif untuk kejadian readmisi dalam 30-hari (OR 0.528; 95% IK: 0.348-0.802; p 0.003).
Kesimpulan: Dua faktor klinis yaitu irama fibrilasi atrium dan denyut jantung saat akhir masa rawat menjadi prediktor readmisi yang bermakna terhadap kejadian readmisi dalam 30-hari akibat perburukan kondisi gagal jantung, sedangkan kadar gula darah post-prandial < 140 mg/dL menjadi faktor protektif untuk kejadian readmisi 30-hari pada populasi pasien gagal jantung dengan penurunan fraksi ejeksi dan DM tipe-2.

Background: Patients Heart Failure with reduced Ejection Fraction (HFrEF) had higher readmission rates than normal ejection fractions, and readmission rates were highest in the first 30-days post-admission. About 30% of patients with heart failure also have Type-2 Diabetes Mellitus (DM). So far, there is no predictors for the incidence of 30-days readmission in patients with this kind of population in National Cardiovascular Centre Harapan Kita (NCCHK).
Objective: To determine the clinical and metabolic predictors of 30-days readmission in patients with Acute Decompensated Heart Failure (ADHF) with reduced ejection fraction and type-2 DM.
Methods: The study was conducted in a retrospective-cohort, data were taken from medical records based on admissions of patients who met the inclusion criteria between January 2016-January 2021. The clinical outcomes were divided into readmission and non-readmission groups. The clinical outcome assessed was the incidence of readmission due to worsening of the condition of heart failure at 30-days after the last admission at NCCHK. Multivariate analysis was performed to determine significant predictors for 30-day readmission.
Result: Of the total 747 research subjects, 179 subjects were included in the readmission group, and 568 subjects included in the non-readmission group (readmission rate 24%). Multivariate logistic regression analysis showed that the factors associated at 30-days readmission were: atrial fibrillation rhythm (OR 2.616; 95% CI: 1.604-4,267; p 0.000), heart rate at discharge (OR 1.022; 95% CI: 1.005-1.039; p 0.010). Post-prandial blood glucose level < 140 mg/dL was a protective predictor for 30-day readmission (OR 0.528; 95% CI: 0.348-0.802; p 0.003).
Conclusions: Two clinical factors, namely atrial fibrillation and heart rate at the end of hospitalization, were significant predictors of readmission in 30 days due to worsening of heart failure, while postprandial blood sugar levels < 140 mg/dL were protective factors for 30-days readmission in population of heart failure with reduced ejection fraction and type-2 DM.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Iwan Junianto
"Latar Belakang : Remodelling otot jantung terkait latihan fisik merupakan mekanisme adaptasi fisiologis tubuh terhadap beban jantung yang meningkat. Tipe/karakteristik, intensitas, dan durasi latihan menentukan besarnya beban jantung dan berpengaruh terhadap pola dan tingkat remodelling otot jantung. Didapatkan pola remodelling yang berbeda antara tentara dengan atlet atau orang biasa. Pada tentara, intensitas latihan fisik yang diterima lebih berat dibandingkan atlet maupun orang biasa, dengan durasi kumulatif yang lebih lama, serta beban volume dan pressure overload yang diterima lebih besar. Selain itu, tentara juga menghadapi stresor psikis yang tinggi, serta waktu istirahat/recovery pasca latihan yang berbeda dibandingkan dengan atlet maupun orang biasa.
Tujuan : Untuk melihat pengaruh latihan fisik Para Komando dengan terjadinya remodelling ventrikel kiri baik fisiologis maupun patologis pada populasi Pasukan Khusus TNI Angkatan Udara dibandingkan latihan fisik reguler
Metode : Studi ini merupakan studi observasional potong lintang. Remodelling otot jantung pasukan khusus TNI Angkatan Udara yang menjalani latihan fisik Para Komando dibandingkan dengan anggota militer yang menjalanin latihan fisik reguler. Parameter remodelling otot jantung yang dinilai antara lain Left Ventricular Mass Index (LVMI), fungsi ventrikel kiri (Left Ventricular Ejection Fraction/LVEF Biplane dan Global Longitudinal Strain/GLS), dan Myocardial Work (Global Constructive Work, Global Waste Work, Global Work Index, Global Work Efficiency).
Hasil : Terdapat 43 orang pasukan khusus yang menjalani latihan fisik Para Komando dan 43 orang anggota militer yang menjalani latihan fisik reguler. Kelompok pasukan khusus yang menjalani latihan fisik Para Komando memiliki usia yang lebih tua dibandingkan dengan anggota militer yang menjalani latihan fisik reguler, 27 (23-30) vs 20 (20-26) tahun p < 0.001. Setelah dilakukan analisis multivariat dengan memperhitungkan faktor usia, pada kelompok latihan fisik para komando dibandingkan dengan latihan fisik reguler didapatkan hasil LVMI 79,67 ± 18,5 vs 79,64 ± 13,1 g/m2, p = 0.993; LV GLS -21 (-16 s.d -25) vs -19 (-15 s.d -22)%, p = 0.003; LV GWI 1843,8 ± 239,7 vs 1800,5 ± 258,6 mmHg%, p = 0.464; LV GCW 2140,4 ± 257,4 vs 2111,1 ± 273,8 mmHg%, p = 0.619; LV GWW 41 (12-152) vs 52 (18-117) mmHg%, p = 0.009; LV GWE 97 (94-99) vs 97 (93-99)%, p = 0.002.

.Background: Cardiac muscle remodelling related to physical exercise is a physiological adaptation mechanism as a respons to cardiac load. Type, characteristic, intensity, and duration of exercise determine the magnitude of the cardiac load and affect the pattern and rate of remodelling of the heart muscle. Different remodelling patterns were found between soldiers and athletes or ordinary people. In soldiers, the intensity of physical exercise is heavier than that the athletes or ordinary people, with a longer cumulative duration, greater volume and pressure load. In addition, soldiers also faced with high psychological stressors, as well as different recovery times after training compared with athletes and ordinary people
Objective: To observe the effect of the Commandos' physical training on the occurrence of physiological or pathological left ventricular remodelling in Airforce Elite Soldiers compared to regular physical exercise.
Methods: This study is a cross sectional observational study. Cardiac remodelling of elite soldiers who underwent Commandos’ physical training compared to regular troops who underwent regular training. The heart muscle remodelling parameters being assessed include Left ventricular Mass Index (LVMI), Left Ventricular Ejection Fraction/LVEF Biplane, Global Longitudinal Strain/GLS, and Myocardial Work (Global Constructive Work, Global Waste Work, Global Work Index, Global Work Efficiency).
Results: There were 43 elite soldiers who underwent Commandos’ physical training and 43 regular troops who underwent regular training. The elite soldiers group had an older age compared with regular troops, 27 (23-30) vs 20 (20-26) years p < 0.001. After doing a multivariate analysis taking into account the age factor, in the group of Commandos' physical training compared to regular physical exercise, the LVMI results are 79,67 ± 18,5 vs 79,64 ± 13,1 g/m2, p = 0.993; LV GLS -21 (-16 s.d -25) vs -19 (-15 s.d -22)%, p = 0.003; LV GWI 1843,8 ± 239,7 vs 1800,5 ± 258,6 mmHg%, p = 0.464; LV GCW 2140,4 ± 257,4 vs 2111,1 ± 273,8 mmHg%, p = 0.619; LV GWW 41 (12-152) vs 52 (18-117) mmHg%, p = 0.009; LV GWE 97 (94-99) vs 97 (93-99)%, p = 0.002.
Conclusions: The Commandos' physical training is associated with better echocardiographyc result compared to regular physical exercise, indicated by higher LVEF, LV GLS, GWE, and lower GWW value
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agita Maryalda Zahidin
"Latar Belakang: Kompleks prematur ventrikel (KVP) dikaitkan dengan risiko penurunan fungsi ventrikel dan gagal jantung, dan meningkatkan mortalitas jangka panjang. Variasi sirkadian yang rendah merupakan salah satu prediktor terjadinya kardiomiopati yang diinduksi oleh KVP. KVP idiopatik tipe independen merupakan salah satu bentuk dari KVP dengan gambaran distribusi variasi sirkadian yang rendah. Namun tidak semua KVP independen memiliki variasi sirkadian yang rendah. Belum ada studi yang menilai perbedaan fungsi sistolik intrinsik VKi menggunakan global longitudinal strain (GLS) pada KVP idiopatik independen dengan KVP idiopatik non-independen.
Tujuan: Mengetahui hubungan antara kompleks ventrikel prematur idiopatik tipe independen dengan GLS ventrikel kiri melalui ekokardiografi speckle tracking pada pasien tanpa penyakit jantung struktural.
Metode: Penelitian ini merupakan studi potong lintang dengan menggunakan data pasien aritmia ventrikel idiopatik yang dikumpulkan di RSPJD Harapan Kita Jakarta pada bulan Februari 2021- Mei 2021. Evaluasi KVP idiopatik dilakukan dengan EKG 12 sandapan, pemeriksaan Holter monitoring 24 jam. Data dasar ekokardiografi diambil dan penilaian fungsi sistolik intrinsik ventrikel kiri (Vki) dilakukan menggunakan ekokardiografi speckle tracking dengan global longitudinal study (GLS).
Hasil: Dari 67 pasien KVP idiopatik yang disertakan dalam penelitian, didapatkan sebesar 27 pasien (40,2%) dengan KVP tipe independen dan 40 pasien (59,8%) dengan KVP non-independen. Sebanyak 31 (46,3%) pasien memiliki disfungsi sistolik ventrikel kiri pada pemeriksaan GLS (kurang dari -18). KVP tipe independen (OR 5,3; IK 95% 1,10-33,29; p = 0,038), beban KVP 9% (OR 16; IK 95% 1,58-163,61; p = 0,019), jenis kelamin laki-laki (OR 6,58; IK 95% 0,80-0,99; p = 0,029), dan episode TV non-sustained (OR 13,88; IK 95% 1,77-108,53; p = 0,012) berhubungan secara signifikan dengan penurunan fungsi sistolik intrinsik Vki.
Kesimpulan: Kompleks ventrikel prematur idiopatik tipe independen berhubungan dengan penurunan sistolik intrinsik ventrikel kiri melalui ekokardiografi speckle tracking. Evaluasi tipe KVP idiopatik perlu dilakukan karena berhubungan dengan prognosis pasien dalam praktik klinis.

Background: Premature ventricular complexes (PVC) was associated with a risk of decreased ventricular function and heart failure, and increased long-term mortality. Low circadian variation is one of the predictors of PVC-induced cardiomyopathy. Independent-type-PVC (I-PVC) is a form of PVC with a low distribution of circadian variation. However, not all I-PVC show low circadian variation. No studies have been performed to examine differences in intrinsic systolic function of left ventricle (LV) using global longitudinal strain (GLS) in independent versus non-independent idiopathic PVC.
Objective: To determine the relationship between I-PVC and intrinsic systolic function of LV using speckle tracking echocardiography in patients without structural heart disease.
Methods: A cross-sectional study was conducted using data from patients with idiopathic ventricular arrhythmias collected at RSPJD Harapan Kita Jakarta in February 2021-May 2021. Evaluation of idiopathic PVC was carried out using a 12-lead ECG, 24-hour Holter monitoring. Basic echocardiography was performed then LV intrinsic systolic function was assessed using speckle tracking echocardiography with global longitudinal study (GLS).
Results: Of the 67 patients with idiopathic PVC included in the study, 27 (40.2%) patients included in independent PVC group and 40 (59.8%) patients in non-independent PVC group. A total of 31 (46.3%) patients had LV systolic dysfunction on GLS examination (less than -18). Independent-type-PVC (OR 5.3; 95% CI 1.10-33.29; p = 0.038), PVC burden of 9% (OR 16; 95% CI 1.58-163.61; p = 0.019), male gender (OR 6.58; 95% CI 0.80-0.99; p = 0.029), and non-sustained VT episodes (OR 13.88; 95% CI 1.77-108.53; p = 0.012) was significantly associated with a decrease in LV intrinsic systolic function.
Conclusion: Independent-type-PVC was associated with decreased in LV intrinsic systolic function assessed by speckle tracking echocardiography. Evaluation of the type of idiopathic PVC needs to be considered since it is related with patient's prognosis in clinical practice.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Yusuf Fathoni
"Latar Belakang: Variabilitas Tekanan Darah (VTD) didefinisikan sebagai rerata variasi tekanan darah sepanjang hari dikur dengan Pemeriksaan Tekanan Darah Ambulatori (PTDA). VTD yang berlebihan berpotensi memicu kejadian kardiovaskular terutama pada pasien kardiovaskular dengan resiko tinggi. VTD jangka pendek digunakan sebagai stratifikasi resiko namun masih terdapat ketidak jelasan VTD manakah yang lebih bermakna untuk melihat luaran kariovaskular terutama pada pasien hipertensi dengan penyakit kardiovaskular
Tujuan: Mengetahui hubungan VTD dengan luaran kardiovaskular pada populasi hipertensi dengan penyakit kardiovaskular yang melakukan pemeriksaan PTDA di Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita
Metode: Sebuah penelitian kohort retrospektif dengan subjek penelitian hipertensi dengan penyakit kardiovaskular yang melakukan PTDA
Hasil: Dari total 197 subjek yang memenuhi kriteria inklusi terdapat hipertensi sustained sebesar 139 (70,6%). VTD berupa riser sebesar (30.5%), non-dipper (43.1%), dipper (23.9%) dan extreme dipper (2%). Sedangkan untuk lonjakan tekanan darah pagi hari didapatkan sebanyak (50.8%). Selama pemantauan terjadi luaran kardiovaskular sebesar 16,2%. Analisis multivariat menggunakan cox regression menunjukan bahwa variabilitas tekanan darah tidak memiliki hubungan yang bermakna terhadap luaran kardiovaskular
Kesimpulan: Variabilitas tekanan darah berupa penurunan tekanan darah malam hari, lonjakan tekanan darah pagi hari dan weighted Standard deviation tidak berhubungan degan luaran kardiovaskular pada pengamatan minimal 1 tahun."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library