Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 44 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Simamora, Marlincha
"Dewasa ini perkembangan globalisasi sudah tidak lagi terbatas ruang dan waktu. Salah satu dampak dari globalisasi adalah kecenderungan terhadap sikap etnosentrisme konsumen. Penelitian kuantitatif ini bertujuan menganalisis hubungan antara Jenis Kelamin, Socioeconomic Status, dan Internet Usage dengan Consumer Ethnocentrism. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang cukup di antara Consumer Ethnocentrism dengan Jenis kelamin dan Internet Usage, namun tidak terdapat hubungan dengan Socioeconomic Status.

Today the development of globalization is no longer limited to space and time. One of the effects of globalization is the tendency towards consumer ethnocentrism. This quantitative research aims to analyze the relationship between Gender, Socioeconomic Status, and Internet Usage with Consumer Ethnocentrism. The results showed that there was a sufficient relationship between Consumer Ethnocentrism with Gender and Internet Usage, but there was no relationship with Socioeconomic Status."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ginting, Nadia Arzella Josephine
"Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pengaruh social influence terhadap consumer ethnocentrism. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, dengan menggunakan metode quota sampling dimana peneliti menyebarkan kuesioner kepada sejumlah 345 masyarakat Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel Social Influence terbukti memiliki pengaruh sebesar 4.7% terhadap variabel Consumer Ethnocentrism. Penelitian ini berguna bagi para pelaku pasar Indonesia untuk menyusun stategi pemasaran yang dapat menjangkau seluruh target konsumen secara efektif, dengan memberikan gambaran mengenai kecenderungan etnosentrisme konsumen di Indonesia. Penelitian ini juga turut memperkaya studi mengenai hubungan social influence dengan consumer ethnocentrism masih sangat terbatas, terlebih pada budaya Timur yang kolektivis, dimana kelompok sosial lebih diutamakan.

This study aims to prove the impact of social influence on consumer ethnocentrism. This study uses a quantitative approach, using the quota sampling method, where researcher distributes questionnaires to 345 citizens of Indonesia. The result shows that social influence proved to have an influence of 4.7% on consumer ethnocentrism. This researchis useful for Indonesian marketers as a ground to develop marketing strategies that can reach all target consumers effectively, providing an overview of the trends in consumer ethnocentrism in Indonesia. This study also enriches the study of social influence and its relationship with consumer ethnocentrism which is still very limited, especially in collectivist Eastern cultures, where social groups are preferred.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yasqi Harashta
"Skripsi ini membahas tentang representasi yang dilakukan oleh media terhadap atlet disabilitas pada pemberitaan Asian Para Games 2018. Atlet disabilitas termasuk dalam kelompok minoritas yang memiliki masalah representasi di media. Media adalah salah satu agen konstruksi realitas sosial. Representasi atlet disabilitas yang masih berkutat dengan stereotipe dapat membentuk realitas pada khalayak bahwa atlet disabilitas sesuai dengan gambaran yang media lakukan. Maka dari itu, penelitian ini ingin mencari tahu tentang bagaimana media di Indonesia merepresentasikan atlet disabilitas.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode analisis framing yang dikembangkan oleh Robert N. Entman. Analisis framing dilakukan terhadap antaranews.com dan detik.com sebagai dua media yang mendapat penghargaan dari Indonesia Asian Para Games Organizing Committee (INAPGOC) selaku penyelenggara Asian Para Games 2018. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kedua media menggunakan stereotipe super cripple atau sosok yang sangat hebat untuk merepresentasikan atlet disabilitas.

This study discussed about disabled athlete’s representation in media through Asian Para Games 2018 coverage. Disabled athletes as a minority group in society have problem in media representation issue. Media is one of the agents of social construction. Disabled athlete’s media representation almost always about stereotype because reality in journalist’s perspective is about that stereotype. To answer this research question, this research wanted to figure out how Indonesian media represent disabled athlete.
This research uses qualitative approach with framing analysis method developed by Robert N. Entman. This research analyses news articles at antaranews,com and detik.com as two award-winning media from Indonesia Asian Para Games Organizing Committee (INAPGOC) as Asian Para Games 2018 organizing committee. Analysis result shows both media use super cripple stereotype to represent disabled athletes.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ajeng Mayangratih
"Hubungan antarpribadi adalah suatu bentuk hubungan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Salah satu bentuknya adalah hubungan romantis termasuk didalamnya hubungan pacaran jarak jauh sebagai masa penjajakan sebelum menikah. Hubungan pacaran jarak jauh memerlukan usaha yang lebih besar untuk dipertahankan dan dipelihara dibandingkan dengan hubungan pacaran jarak dekat. Hubungan akan berjalan baik jika diiringi dengan komunikasi yang baik. Dengan berkembangnya teknologi, kini komunikasi antarpribadi bisa dilakukan dengan media perantara mesin (machine assisted interpersonal communication). Salah satu bentuk komunikasi lewat mesin ini adalah layanan SMS (Short Message Service) yang memiliki kekurangan dan kelebihan Penelitian ini mempertanyakan bagaimana pasangan yang berpacaran jarak jauh memelihara dan mempertahankan hubungan mereka melalui SMS. Selain itu, peneliti juga ingin mengetahui bagaimana pola dan bentuk komunikasi pasangan pria dan wanita di SMS. Dengan menggunakan paradigma post-positivis metode penelitian kualitatif, peneliti berusaha menjawab pertanyaan penelitian serta menjelaskan hasil temuan penelitian dari kacamata konsep pemeliharaan (maintenance) hubungan dari De Vito dan konsep self disclosure dalam Komunikasi Antarpribadi yang dikaitkan dengan karakteristik pria dan wanita dari Deborah Tannen. Juga dilihat aspek kedalaman (depth) dan keluasan (breadh) informasi dalam hubungan sebagai mana disebut dalam Teori Penetrasi Sosial Altman dan Taylor Peneliti menggunakan teknik depth interview dalam proses pengumpulan data, dan penentuan informan didasarkan pada metode purposeful sampling dengan kriteria tertentu. Hasilnya adalah pasangan yang berpacaran jarak jauh memiliki beberapa strategi tertentu dalam menyiasati hubungan pacaran jarak jauh mereka dengan menggunakan keterbatasan SMS. Beberapa strategi pemeliharaan hubungan jarak jauh melalui SMS yang dilakukan oleh informan adalah be open, be nice, communicate, give assurance, share joint activities, dan be positive. Selain itu ditemukan bahwa pola komunikasi pria dan wanita di SMS memiliki perbedaan. Perbedaan terlihat dari gaya Bahasa dan kekreatifan dalam menggunakan huruf dan simbol dalam SMS. Selain itu perbedaan juga terlihat dari isi SMS. Hasil terakhir adalah penggunaan SMS bagi informan adalah sebagai media pemberi kabar, media untuk self disclosure, dan media komunikasi sehari-hari. Namun SMS tidak bisa dijadikan sebagai media untuk menyelesaikan masalah dalam hubungan pacaran jarak jauh."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
S4259
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yunita Chandradewi Puspaningrum
"Tayangan media massa seringkali menunjukkan standar kecantikan dengan kulit putih, tubuh tinggi dan langsing, serta rambut panjang, lurus, dan hitam. Hal tersebut pun ditunjukkan melalui produk-produk perawatan tubuh dan rambut yang beredar di pasaran luas, yang mayoritas hanya memenuhi kebutuhan khalayak yang 'sesuai' dengan standar kecantikan. Padahal, terdapat khalayak yang kebutuhannya belum terpenuhi dengan produk-produk tersebut. Produk-produk yang beredar di pasaran luas pun seringkali menghasilkan tingkat limbah yang tinggi, yang disebabkan oleh pemilihan bahan baku hingga kemasan yang tidak ramah lingkungan.
Madremia sebagai brand perawatan rambut dan tubuh yang ramah terhadap keragaman jenis rambur dan lingkungan, hadir di tengah-tengah kondisi tersebut. Akan tetapi, kesadaran khalayak akan keberadaan Madremia sebagai brand perawatan rambut dan tubuh yang peduli pada keberagaman jenis rambut dan lingkungan masih rendah. Madremia pun belum memiliki rancangan kegiatan pemasaran yang komprehensif dan terencana yang dapat dievaluasi. Maka dari itu, dibutuhkan suatu rancangan program komunikasi yang dapat meningkatkan brand awareness Madremia.
Rancangan program komunikasi ini bertajuk “Embrace Your Well Being and Nature with Madremia”, yang akan dilaksanakan selama 5 bulan dengan total anggaran sebesar Rp.3.810.000. Khalayak program ini akan menargetkan khalayak yang berdomisili di Jabodetabek dan kota-kota besar di pulau Jawa, berusia 18-30 tahun dengan SES A-B, familiar dengan teknologi digital, aktif menggunakan media sosial, memiliki ketertarikan dengan isu beauty inclusivity dan lingkungan, serta sering melakukan riset sederhana sebelum membeli suatu barang. Progam ini akan dieksekusi melalui beberapa kegiatan, yaitu aktivasi media sosial, brand ambassador, partnership dengan komunitas, serta media relations.

Mass media often show the standard of beauty with white skin, tall and slender bodies, and long, straight, and black hair. This is also shown through the body and hair care products circulating in the wide market, the majority of which only meet the needs of audiences that are 'fit' to the beauty standards. In fact, there are audiences whose needs have not been met with these products. Products circulating in the wide market often produce high levels of waste, which is caused by the selection of raw materials to packaging that is not environmentally friendly.
Madremia as a hair and body care brand that is friendly to various types of hair and the environment exists in the midst of these conditions. However, public awareness of the existence of Madremia as a hair and body care brand that cares about the diversity of hair types and the environment is still low. Madremia does not yet have a comprehensive and planned marketing activity plan that can be evaluated. Therefore, a communication program is needed that can increase Madremia's brand awareness.
This communication program is entitled "Embrace Your Well Being and Nature with Madremia", which will be implemented for 5 months with a total budget of Rp3,810,000. The audience for this program will target audiences who live in Greater Jakarta and its surroundings (Jabodetabek area) and big cities on the island of Java, aged 18-30 years with SES A-B, are familiar with digital technology, actively use social media, have an interest in beauty inclusivity and environmental issues, and often do simple research before buying an item. This program will be executed through several activities, namely social media activation, brand ambassadors, partnerships with the community, and media relations.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Lukita Wijaya
"Kehidupan multikultural di Indonesia membuat kerukunan beragama menjadi penting untuk dijaga dengan baik. Kerukunan antar umat beragama dapat dicapai dengan mengadopsi konsep-konsep komunikasi antarbudaya dan peran dari culture broker untuk meminimalisir terjadinya konflik. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pandangan atau standpoint culture broker umat Buddha keturunan Tionghoa mengenai kerukunan beragama di Indonesia. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif dengan strategi penelitian studi kasus, penelitian ini melakukan wawancara terhadap dua subjek penelitian yang merupakan culture broker. Informan S adalah Penyelenggara Agama Buddha di X yang berlokasi di salah satu kabupaten di Indonesia yang bertugas untuk membina, menaungi, membimbing dan bertanggunjawab atas semua kegiatan keagamaan agama Buddha di kabupaten tersebut. Informan RA merupakan akademisi dan Ketua Umum Organisasi Buddha Y. Hasil penelitian menyoroti peran culture broker dalam menjembatani konflik antarbudaya dan kesalahpahaman komunikasi di tengah dinamika sosial Indonesia yang kompleks. Mereka mengadopsi nilai-nilai Buddha seperti Interdependent Origination, Non-Violence Communication (NVC), dan Mindfulness dalam upaya mereka untuk memfasilitasi dialog yang harmonis dan mengurangi konflik. Namun demikian, standpoint dari penelitian ini juga menunjukkan bahwa kerukunan antarbudaya di Indonesia merupakan hal yang semu. Meskipun beberapa kelompok minoritas tidak merasakan perlakuan diskriminatif secara langsung, tetapi masih terdapat insiden yang tidak adil dan kesulitan dalam memenuhi kebutuhan umat Buddha.

Multicultural life in Indonesia makes it important to maintain religious harmony. Harmony between religious communities can be achieved by adopting the concepts of intercultural communication and the role of culture brokers to minimize conflict. This research aims to explain the views or cultural viewpoints of Buddhists of Chinese descent regarding religious harmony in Indonesia. Using a qualitative approach with a case study research strategy, this research conducted interviews with two research subjects who were culture brokers. Informant S is a Buddhist Religion Organizer in Informant RA is an academic and General Chair of the Buddhist Y Organization. The research results highlight the role of culture brokers in bridging intercultural conflicts and communication misunderstandings amidst Indonesia's complex social dynamics. They adopt Buddhist values ​​such as Interdependent Origination, Non-Violence Communication (NVC), and Mindfulness in their efforts to facilitate harmonious dialogue and reduce conflict. However, the viewpoint of this research also shows that intercultural harmony in Indonesia is a false thing. Although some minority groups do not experience direct discriminatory treatment, there are still incidents of injustice and difficulties in meeting the needs of Buddhists."
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anastasia Winanti Riesardhy
"Identitas tidak lepas dari komunikasi karena komunikasi juga dapat membentuk dan mengubah identitas seseorang. Berangkat dari perspektif identitas dan kaitannya dengan komunikasi, penelitian ini mencoba untuk melihat proses komunikasi identitas ibu rumah tangga berpendidikan tinggi. Studi ini dianggap penting karena penelitian terdahulu mengatakan, semakin tinggi pendidikan perempuan, maka semakin rendah pula keinginannya untuk berhenti bekerja dan menjadi ibu rumah tangga. Selain itu, patriarki yang ada di Indonesia cenderung meyakini bahwa perempuan tidak memerlukan pendidikan tinggi karena akan berakhir di ranah domestik. Faktanya terdapat perempuan berpendidikan tinggi yang secara sadar memilih untuk menjadi ibu rumah tangga. Sadar akan keputusannya yang tidak sejalan dengan narasi perempuan berpendidikan tinggi, mereka kemudian mendirikan komunitas bernama Lab Belajar Ibu (LBI). Penelitian yang menggunakan paradigma post-positivis dan pendekatan kualitatif serta menggunakan strategi penelitian studi kasus ini, bertujuan untuk mengetahui bagaimana ibu rumah tangga berpendidikan tinggi mengkomunikasikan identitasnya. Data diambil dari hasil observasi dan wawancara mendalam. Dengan menggunakan teori komunikasi identitas, hasil penelitian menemukan adanya pergeseran makna ibu rumah tangga. Lebih dari itu, peran keluarga sebagai sistem pendukung juga penting untuk membantu ibu dalam mengkatalis dirinya. Di sisi lain, komunitas daring memiliki andil dalam memberdayakan ibu di masa transisi. Komunitas juga diharapkan dapat menghapus bias gender dan bias kelas sosial dengan memaksimalkan kapasitasnya untuk memberdayakan perempuan yang berada di bawah garis kesenjangan.

Identity cannot be separated from communication because communication can shape and change one's identity. According to the perspective of identity and its relationship with communication, this study examines the communication process of the identity of highly educated homemakers. This study is critical because previous research says that the higher a woman's education, the lower her desire to stop working and become a homemaker. In addition, patriarchy in Indonesia tends to believe that women do not need higher education because they will end up in the domestic sphere. There are highly educated women who consciously choose to become homemakers. Aware that their decision did not align with the highly educated women's narrative, they established a community called Lab Belajar Ibu (LBI). This research uses a post-positivist paradigm, a qualitative approach, and a case study research strategy to determine how highly educated homemakers communicate their identity by referring to communication theoryof identity. Data was collected from observation and in-depth interviews with the founders of LBI. Regarding communication theory of identity, the research found a shift in the meaning of stay-at-home moms. Moreover, the family's role as a support system also helps mothers catalyze themselves. On the other hand, the online community empowers mothers in transition. The community is also expected to erase gender and social class bias by maximizing its capacity to empower underprivileged women."
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarah Meirizka Syahfi
"
ABSTRACT
Penelitian ini bertujuan untuk mendekripsikan interaksi antara orang tua dan remaja pada percakapan mengenai perilaku seks dalam hubungan pacaran. Tujuan tersebut dilatarbelakangi oleh tantangan yang dihadapi orang tua dalam memberikan pendidikan seks kepada anaknya dari berbagai level faktor seperti perasaan malu, kurangnya pengetahuan, persepsi tabu, mispersepsi menganjurkan hubungan seksual, dan pengalaman yang minim terkait pendidikan seks dari orang tua terdahulu. Tantangan-tantangan tersebut memengaruhi keterampilan dan keterbukaan komunikasi orang tua dalam memberikan pendidikan seks. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan strategi studi kasus. Peneliti mewawancarai 12 informan dari enam kasus pasangan orang tua dan remaja yang terlibat dalam percakapan mengenai perilaku seks dalam hubungan pacaran berdasarkan kombinasi gender. Hasil dari penelitian ini menyajikan lima jenis gaya percakapan dan enam jenis strategi percakapan yang dilatarbelakangi oleh parent-child connectedness, pola komunikasi keluarga, serta pengetahuan, sikap, tindakan, dan keyakinan mengenai seksualitas.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Genta Ridzqi Merdeka
"ABSTRAK
Genesa merupakan sports apparel yang didirikan pada tahun 2016 di Depok Jawa Barat dan berfokus pada penjualan jersey sepak bola serta futsal. Genesa saat ini menjual dua jenis produk, yang pertama adalah jersey retail dan custom jersey. Brand positioning Genesa adalah sebagai apparel yang berkualitas namun masih terjangkau harganya atau mereka sering menyebutnya sebagai premium affordable apparel. Genesa memiliki rata-rata penjualan 713 jersey per bulan atau 8.563 per tahun 2019. Berdasarkan analisis peneliti Industri sports apparel di Indonesia memiliki persaingan yang ketat akibat dominasi yang tidak hanya diwarnai oleh merek lokal saja, tetapi juga merek global. Lalu, strategi word of mouth menjadi strategi yang paling berpengaruh di bisnis apparel lokal. Selain itu, ditengah kondisi pasar yang serba digital dan target pelanggan yang merupakan digital savvy, genesa juga memiliki kelemahan karena belum memiliki strategi advokasi pelanggan dan belum memaksimalkan penggunaan data pelanggan dengan bantuan teknologi, yaitu dalam hal ini konsep Electronic Customer Relationship Management (E-CRM). Genesa sendiri memiliki program loyalitas Pelanggan yang sifatnya Experience (Genesa Eleven) dan tidak dimiliki oleh kompetitor, tetapi responsifitas dari admin Genesa termasuk rendah dan bisa melemahkan hubungan dengan pelanggan. Idealnya, dengan kondisi pasar yang serba digital dan target pelanggan yang merupakan digital savvy, proses pendekatan untuk membangun hubungan antara konsumen dan merek yang memiliki efek memperluas pasar dapat dibangun melalui bantuan teknologi, salah satunya dengan konsep E-CRM. Sayangnya, Genesa sebagai salah satu pelaku industri belum memanfaatkan konsep ini sebagai strategi mereka, padahal Genesa bisa menjadi pemain pertama yang memanfaatkan E-CRM daripada kompetitor utamanya. Program advokasi pelanggan bertajuk `Genesa Inspire` hadir untuk untuk membangun hubungan antara konsumen dan brand Genesa dengan mengajak advokat Genesa menginspirasi orang terdekatnya dengan menyebarkan pesan merek Genesa. Program ini memiliki efek memperluas pasar dengan bantuan teknologi, yaitu dengan menggunakan fitur E-CRM sebagai berikut: a) Fitur E-CRM yang diusulkan berupa fitur referral untuk memfasilitasi penyebaran pesan oleh advokat kepada calon pelanggan Genesa. Insentif pelanggan bersifat two ways incentives, dimana referrer dan target referrer mendapatkan pilihan insentif. b) Fitur Customer Service berbasis artificial inteligent (AI) bernama CAPTAIN (Chatbolt Programme Assistant) untuk meningkatkan responsifitas admin agar hubungan kepada pelanggan bisa maksimal karena bisa diakses selama 24 jam. Fitur ini terintegrasi dengan situs, Whatsapp dan Line.

ABSTRACT
Genesa is a sports apparel that was founded in 2016 in Depok, West Java and focuses on selling soccer jersey and futsal. Genesa currently sells two types of products, the first being retail and custom jersey. Genesa brand positioning is a quality apparel but still affordable or they often call it as affordable affordable apparel. Genesa has an average of 713 jersey sales per month or 8,563 per 2019. Based on the analysis of researchers Sports apparel industry in Indonesia has intense competition due to domination which is not only colored by local brands, but also global brands. Then, the word of mouth strategy became the most influential strategy in the local apparel business. In addition, amidst all-digital market conditions and digital savvy target customers, Genesa also has weaknesses because it does not yet have a customer advocacy strategy and has not maximized the use of customer data with the help of technology, in this case the concept of Electronic Customer Relationship Management (E-CRM ). Genesa itself has a Customer loyalty program that is Experience (Genesa Eleven) and is not owned by competitors, but responsiveness from the Genesa admin is low and can weaken customer relationships. Ideally, with all-digital market conditions and target customers who are digital savvy, the process of approach to building relationships between consumers and brands that have the effect of expanding the market can be built through the help of technology, one of them is with the concept of E-CRM. Unfortunately, Genesa as one of the industry players has not utilized this concept as their strategy, even though Genesa could be the first player to utilize E-CRM rather than its main competitors. The customer advocacy program entitled `Genesa Inspire` is here to build relationships between consumers and the Genesa brand by inviting Genesa advocates to inspire their closest people by spreading the Genesa brand message. This program has the effect of expanding the market with the help of technology, namely by using the E-CRM features as follows: a) The proposed E-CRM feature is a referral feature to facilitate the dissemination of messages by advocates to prospective Genesa customers. Customer incentives are two ways incentives, where referrers and target referrers get the choice of incentives. b) An artificial intelligence-based Customer Service (AI) feature called CAPTAIN (Chatbolt Program Assistant) to improve admin responsiveness so that customer relations can be maximized because it can be accessed for 24 hours. This feature is integrated with the site, Whatsapp and Line.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Simanjuntak, Magda Sabrina Theofany
"Ditetapkan sebagai ketua pelaksana percepatan penurunan stunting, BKKBN diberikan tugas tambahan sebagai instansi yang mendukung pelaksanaan kampanye perubahan perilaku terkait penurunan stunting. Dalam hal ini, BKKBN melakukan kampanye melalui berbagai saluran, salah satunya yaitu dengan menggunakan media sosial Instagram. Studi ini akan menggali bagaimana proses produksi pesan yang dilakukan oleh BKKBN dalam mengomunikasikan kampanye perubahan perilaku pada Instagram @bkkbnofficial. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan prinsip-prinsip dalam pemasaran sosial dengan tujuan dapat menjadi sarana bagi BKKBN untuk dapat melakukan kampanye perubahan perilaku dengan lebih efektif dan tepat sasaran. Penelitian ini menggunakan paradigma pragmatisme yang menekankan pada individu yang memegang penafsiran kerangka kerja berdasarkan hasil penelitian (tindakan, situasi dan konsekuensi penelitian). Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam dengan dua orang informan, dimana satu orang sebagai penanggung jawab kampanye perubahan perilaku di BKKBN dan satu orang dari pihak ketiga (vendor) yang bertanggung jawab secara teknis terkait pesan pada @bkkbnofficial serta observasi dan studi dokumen. Penelitian ini menemukan bahwa BKKBN telah memiliki latar belakang, fokus, tujuan, segmentasi sasaran, pesan kunci dan rencana implementasi yang baik dalam melaksanakan kampanye perubahan perilaku, namun, terdapat beberapa aspek yang perlu diperdalam sehingga pelaksanaan kampanye perubahan perilaku dapat menghasilkan perubahan sosial pada masyarakat

Appointed as the lead executor for accelerating stunting reduction, the National Population and Family Planning Board (BKKBN) has been assigned the additional task of supporting the implementation of behavior change campaigns related to reducing stunting. In this context, BKKBN conducts campaigns through various channels, one of which is social media, particularly Instagram. This study explores how BKKBN produces messages to communicate behavior change campaigns on the Instagram account @bkkbnofficial. The research employs social marketing principles to provide BKKBN with the means to conduct more effective and targeted behavior change campaigns. The study adopts a pragmatic paradigm, emphasizing individuals who interpret the framework based on research results (actions, situations, and consequences of the research). Data collection was carried out through in-depth interviews with two informants: one responssible for behavior change campaigns at BKKBN and one from a third party (vendor) who is technically responssible for the messages on @bkkbnofficial, as well as through observations and document studies. The study found that BKKBN has a good background, focus, goals, target segmentation, key messages, and implementation plans for conducting behavior change campaigns. However, there are several aspects that need to be further developed so that the behavior change campaign can lead to social changes in the community."
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>