Search Result  ::  Save as CSV :: Back

Search Result

Found 3 Document(s) match with the query
cover
Moh. Ainul Yaqin
"Pembentukan koalisi partai politik dalam pemilihan kepala daerah merupakan suatu fenomena yang menarik diteliti. Penelitian ini menganalisis proses pembentukan koalisi partai politik mayoritas pendukung Machfud Arifin – Mujiaman pada Pilkada Kota Surabaya tahun 2020. Penelitian ini menggunakan teori motivasional pembentukan koalisi Geoffrey Pridham, teori koalisi politik oleh William Riker yang menekankan pada (minimal winning coalition), dan pilihan rasional (rational choice) untuk melihat kepentingan dasar para aktor dalam menentukan koalisi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan teknik pengumpulan data wawancara dan studi dokumentasi. Temuan penelitian menunjukkan proses pembentukan koalisi pendukung Machfud Arifin-Mujiaman diawali dengan wacana strategis antara Gerindra, PKB, PAN, NasDem, PPP, Golkar, Demokrat dan PKS untuk menumbangkan dominasi kekuasaan PDIP di Surabaya. Machfud Arifin yang mantan Kapolda Jawa Timur dianggap sebagai kandidat potensial karena memiliki kekuatan finansial, jejaring politik, dan lobi dalam membangun mitra koalisi. Machfud Arifin menjadi trigger dalam proses pembentukan koalisi tersebut. Terjadi dinamika horizontal-vertikal, karena masing-masing partai mendorong kadernya menjadi pendamping Machfud Arifin. Motivasi pembentukan koalisi pendukung Machfud Arifin-Mujiaman dipengaruhi tiga hal, yakni ideologis yang menekankan pada pembaharuan kepemimpinan, historis partai yang terjalin sebelum pilkada 2020, dan faktor pragmatis untuk meraih kekuasaan dengan penggabungan delapan partai politik. Selain itu, para aktor politik mengusung Machfud Arifin dengan pilihan rasional, dengan merujuk hasil survei elektabilitas, modal finansial dan jejaring politik kandidat. Koalisi bersifat dinamis, diperlukan komitmen dan visi yang sama, dan mekanisme pengatur konflik dalam menjaga keutuhan koalisi.

The formation of a coalition of political parties in the regional head election is a interesting phenomenon to be studied. This study analyzes the process of coalition formation the majority political party supporting Machfud Arifin-Mujiaman in the Surabaya City Election 2020. This study uses Geoffrey .'s motivational theory of coalition formation Pridham, political coalition theory by William Riker which emphasizes (minimum winning coalition), and rational choice to see the basic interests of the actors in determining the coalition. This study uses a qualitative approach, with techniques interview data collection and documentation study. Research findings show The process of forming a coalition supporting Machfud Arifin-Mujiaman begins with a discourse strategic partnership between Gerindra, PKB, PAN, NasDem, PPP, Golkar, Democrats and PKS to subvert the dominance of PDIP power in Surabaya. Former Machfud Arifin The East Java Regional Police Chief is considered a potential candidate because he has the power finance, political networks, and lobbying in building coalition partners. Machfud Arifin became trigger in the process of forming the coalition. There are horizontal-vertical dynamics, because each party encouraged its cadres to become Machfud Arifin's companion. The motivation for forming a coalition supporting Machfud Arifin – Mujiaman is influenced by three things, namely the ideology that emphasizes the renewal of leadership, the historical party that intertwined before the 2020 elections, and the pragmatic factor to gain power by amalgamation of eight political parties. In addition, political actors carry Machfud Arifin with a rational choice, by referring to the results of the electability survey, financial capital and candidate political network. Coalition is dynamic, it requires the same commitment and vision, and conflict management mechanisms in maintaining the integrity of the coalition. "
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rachmad Al Fajar
"Fenomena habib yang terjun dalam kegiatan politik bermula dari penistaan agama yang dilakukan oleh Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), kemudian disusul berbagai demonstrasi para habib serta pencalonan Anies Baswedan dan Sandiaga Salahudin Uno sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta. Di wilayah Jagakarsa terdapat sosok Habib Idrus bin Hasyim Alatas yang memiliki modal sosial dan modal kultural untuk mendukung pasangan Anies-Sandi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus yang bertujuan untuk mengetahui fenomena pemanfaatan modal sosial dan modal kultural Habib Idrus dalam mendukung pasangan Anies-Sandi, pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi dan dokumentasi, kemudian dianalisis menggunakan reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Penelitian ini menggunakan teori modal sosial yang digagas oleh Putnam dan modal kultural yang digagas oleh Turner. Pengambilan teori tersebut dikarenakan sudah sesuai dengan permasalahan penelitian yang fokus pada modal sosial dan modal kultural Habib Idrus bin Hasyim Alatas dalam memenangkan pasangan Anies-Sandi di Wilayah Jagakarsa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa modal sosial Habib Idrus bin Hasyim Alatas yakni adanya Yayasan Pesantren Assaadah yang menjadi motor penggerak perubahan di Wilayah Jagakarsa dan modal kultural Habib Idrus bin Hasyim Alatas yakni beliau sebagai keturunan Rasulullah SAW. Modal sosial dan modal kultural Habib Idrus bin Hasyim Alatas di implementasikan dalam JARKOMM (Jaringan Komunikasi Masjid dan Musholla) untuk melaksanakan kegiatan dakwah yang bertujuan untuk meningkatkan elektoral pasangan Anies-Sandi di Pilkada DKI Jakarta tahun 2017. Implikasi teori dalam penelitian ini yaitu modal sosial Putnam dan modal kultural Turner menunjukkan adanya kesesuaian dengan praktek penggunaan modal sosial dan modal kultural Habib Idrus bin Hasyim Alatas untuk memenangkan pasangan Anies-Sandi.

The phenomenon of the habib who took part in political activities began with the blasphemy of religion by Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), then followed by various demonstrations of the habibs and the nominations of Anies Baswedan and Sandiaga Salahudin Uno as Governor and Deputy Governor of DKI Jakarta. In the Jagakarsa area, there is a figure of Habib Idrus bin Hasyim Alatas who has social and cultural capital to support the Anies-Sandi couple. This research uses a qualitative approach with a case study method that aims to determine the phenomenon of the use of social capital and cultural capital of Habib Idrus in supporting the Anies-Sandi couple, collecting data using interviews, observation and documentation, then analyzed using data reduction, data presentation and drawing conclusions. This study uses the theory of social capital which was initiated by Putnam and cultural capital which was initiated by Turner. The theory was adopted because it was in accordance with research problems that focused on social capital and cultural capital of Habib Idrus bin Hasyim Alatas in winning the Anies-Sandi pair in the Jagakarsa Region. The results showed that the social capital of Habib Idrus bin Hasyim Alatas was the Assaadah Islamic Boarding School Foundation which became the driving force of change in the Jagakarsa Region and the cultural capital of Habib Idrus bin Hasyim Alatas, namely he was a descendant of the Prophet Muhammad. Social capital and cultural capital of Habib Idrus bin Hasyim Alatas are implemented in JARKOMM (Mosque and Musholla Communication Network) to carry out da'wah activities aimed at increasing the election of the Anies-Sandi couple in the 2017 DKI Jakarta Regional Head Election. The theoretical implication in this study is Putnam's social capital. and Turner's cultural capital which shows that there is compatibility with the practice of using social and cultural capital of Habib Idrus bin Hasyim Alatas to win the Anies-Sandi pair.

 

Keywords

Habib Idrus bin Hasyim Alatas; Social Capital; Cultural Capital; Local Elections for the Special Capital Region of Jakarta 2017. "

Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
La Ode Muhammad Adam Nur
"Penelitian ini menganalisis upaya pemanfaatan identitas etnis Buton oleh Kubu Ali Mazi – Lukman Abunawas pada pemilihan Gubernur Sulawesi Tenggara tahun 2018 serta apa faktor yang menyebabkan pemilih etnis Buton mendukung Ali Mazi – Lukman Abunawas dalam pemilihan Gubernur Sulawesi Tenggara tahun 2018. Dalam mengkaji topik ini penulis menggunakan teori identitas etnis Isajiw (1999) yang terdiri dari dimensi kognitif, dimensi moral dan dimensi afektif. Analisis data yang digunakan adalah deskripitif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa upaya pemanfaatan identitas etnis Buton oleh Kubu Ali Mazi – Lukman Abunawas pada Pilgub Sultra tahun 2018 yakni dengan penggunaan kelompok pemuda Buton, figur lokal dan simbol etnik Buton berupa bahasa daerah Buton pada masa kampanye. Bahasa etnis menjadi instrumen dalam melakukan pendekatan secara emosional karena akan terasa adanya perasaan kekitaan antara kandidat dan masyarakat. Faktor penyebab dukungan pemilih etnis Buton  kepada Ali Mazi dan Lukman Abunawas dipengaruhi oleh faktor sosiologis pemilih beretnis Buton yang masih dipengaruhi oleh Perangkat Adat Kesultanan Buton. Kemenangan Ali Mazi dipengaruhi juga oleh masyarakat etnis Buton yang cenderung memilih berdasarkan kesamaan etnis. Teori identitas etnis yang dikemukakan Isajiw (1999) relevan untuk diterapkan pada studi kasus tentang identitas etnis Buton dalam Pilgub Sultra 2018 di Kota Baubau. Studi ini melihat dimensi kognitif, dimensi moral, dimensi afektif dan pendekatan primordial sangat mempengaruhi kandidat dalam memperoleh suara pemilih masyarakat etnis Buton di Kota Baubau pada Pilgub Sultra tahun 2018.

This study analyzes the utilization efforts of Butonese ethnic identity by Ali Mazi - Lukman Abunawas in 2018 Southeast Sulawesi governor election and what the factors that caused Butonese ethnic voter support Ali Mazi – Lukman Abunawas in the election. In studying this topic, the writer used ethnic identity theory of Isajiw (1999) that consists of cognitive, moral and affective dimension. This research used qualitative descriptive analysis. The research result showed that the utilization efforts of Butonese ethnic identity by Ali Mazi - Lukman Abunawas in 2018 Southeast Sulawesi governor election are by the use of Butonese youth community, local figure and ethnicity symbol such as their local language during the campaign. It can be the instrument to build emotional bonding like the sense of belonging between the candidate and the community. The caused factors behind Butonese ethnic support to the candidate were influenced by the sociological factors of Butonese voters who are still influenced by Buton Sultanate customs. Their victory is also influenced by the community votes that are usually based on their ethnicity similarity. Ethnicity identity theory that is presented by Isajiw (1999) is relevant to be implemented in the case study of Butonese identity in Southeast Sulawesi governor election in Baubau. This study is looking on cognitive, moral and affective dimension as well as primordial approach that influence the Butonese votes in Baubau for Southeast Sulawesi governor election 2018. "
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library