Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 24 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Netty Hartati
Abstrak :
Penelitian ini berusaha mengkaji tentang kecenderungan perilaku dan motif prososial anak berbakat intelektual umum dengan cara membandingkannya dengan anak tidak berbakat intelektual umum. Perilaku prososial yang diteliti menggunakan teori yang dikemukakan oleh Mussen dan kawan-kawan (1984), terdiri dari empat dimensi yaitu berbagi, membantu orang yang membutuhkan, bekerjasama dengan orang lain dan mengungkapkan simpati. Sedangkan untuk motif prososial menggunakan teori Staub (1979), yaitu "self-gain ", "beliefs" dan "empathy". Penelitian ini menggunakan rancangan kuesioner dengan sampel sebanyak 124 orang siswa kelas 2 SMU.N. 68 dan SMU.N.70 Jakarta tahun 199611997, terdiri dari 62 orang siswa berbakat intelektual umum dan 62 orang siswa tidak berbakat intelektual umum. Pengambilan sampel menggunakan teknik purporsive sampling. Dari sampel penelitian tersebut diperoleh informasi sebagai berikut: 1. Ada perbedaan antara anak berbakat intelektual umum dengan anak tidak berbakat intelektual umum dalam perilaku prososial pads dimensi membantu. Dimana anak tidak berbakat intelektual umum memiliki kecenderungan yang lebih positif dari anak berbakat intelektual umum. 2. Perbedaan peran jenis kelamin terhadap perilaku dan motif prososial hanya terdapat pada anak tidak berbakat intelektual umum Dimana anak perempuannya memiliki kecenderungan yang lebih positif dari anak laki-lakinya. 3. Ada perbedaan antara anak perempuan berbakat intelektual umum dengan anak perempuan tidak berbakat intelektual umum dalam kualifikasi tingkat pengorbanan perilaku prososial. 4. Ada perbedaan antara anak berbakat intelektual umum dengan anak tidak berbakat intelektual umum dalam motif prososial yaitu pads motif "self-gain", dimana anak tidak berbakat intelektual umum lebih dipengaruhi oleh motif Mi. 5. Mengungkapkan rasa simpati, merupakan perilaku prososial yang lebih cenderung kearah positif dimiliki oleh anak berbakat intelektual umum. 6. Sedangkan motif prososial yang dominan mempengaiuhi anak berbakat intelektual umum adalah motif empati. Berdasarkan ternuan penelitian tersebut, diajukan beberapa saran : 1. Perlu dilakukan pembinaan perilaku membantu dan mau berkorban untuk orang lain terhadap anak berbakat intelektual umum baik melalui jalur sekolah maupun jalur luar sekolah. 2. Sebagai penelitian lanjutan, disarankan menggunakan sampel yang lebih besar serta pengembangan variasi item pernyataan yang digunakan atau melakukan penelitian eksperimental lapangan.
1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Darwis Hude
Abstrak :
Penelitian ini bermula dari pengamatan Penulis pada kalangan penghafal Al-Quran (huf az) yang mengalami kesulitan dalam menyambung urutan-urutan ayat Al-Quran di dalam peta mentalnya, terutama antara akhir ayat dengan awal ayat berikutnya dan antara ujung ayat di suatu halaman dengan ayat pada halaman berikutnya. Padahal menghafal Al-Quran adalah menyalin seluruh 6.236 ayat (lebih dari 600 halaman) ke dalam memori secara persis, dan dengan pengungkapan yang lancar serta persis pula. Ada dua variabel di antara sejumlah variabel yang diduga dapat menjawab kesulitan tersebut : penggunaan metode menghafal Pisah-Sambung dan pengaturan takrir (pengulangan hafalan). Metode Pisah-Sambung atau dalam istilah Bahasa Arab "zwaqaf summa wasal" berbasis pada Metode Bagian (Part Method, Tariqatul juz'iyah) yang diharapkan sama kuatnya dengan Metode Global (Whole Method, Tariqatul Kulliyah). Sedangkan pengaturan takrir didasarkan pada teori H. Ebbinghaus tentang retensi dan lupa menurut perjalanan waktu. Tujuan penelitian adalah mencoba melihat penggunaan metode menghafal Pisah-Sambung dan pengaturan takrir terhadap kelancaran hafalan Al-Quran. Subyek penelitian dipilih secara purpossive sampling dari mahasiswa Institut PT IQ Jakarta tahun pertama. Karakteristik sampel antara lain : IQ Rata-rata dan nilai bahasa Arab antara 60-70 pada nilai tes masuk Institut tersebut.. Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimental semu (quasi-experimental) dengan disain faktorial dua kali dua. Sedangkan untuk analisis data digunakan Analisis Varian Satu-Jalur (One-Way Anova). Uji kebermaknaan (signifikansi) melalui uji-t, uji-F, dan uji-Scheffe. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan metode menghafal Pisah-Sambung dan pengaturan takrir secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang bermakna pada α = 0,05 baik untuk waktu singkat (sekitar setengah hari sesudah perlakuan) maupun untuk waktu lama (seminggu kemudian). Sementara jika hanya menggunakan metode menghafal Pisah-Sambung saja tanpa pengaturan takrir temyata tidak menimbulkan pengaruh yang bermakna untuk waktu singkat, tapi bermakna untuk waktu yang larva. Sebaliknya, jika hanya ada pengaturan takrir tanpa metode menghafal Pisah-Sambung maka hasilnya bermakna untuk waktu singkat, namun tidak bermakna untuk waktu yang lama. Kesimpulan, penggunaan metode menghafal Pisah-Sambung memperkuat hafalan subyek, sedangkan pengaturan takrir memperlancar hafalan subyek saat itu. Penggabungan keduanya memberi hasil lebih baik. Pengaturan rakrir dengan frekuensi lebih sering dilakukan segera setelah suatu materi dihafalkan. Saran, perlu ada studi lanjut tentang masalah ini dan seputar penghafalan Al-Quran dengan sampel yang lebih besar dan luas melalui true experimental research.
1996
T2291
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elizabeth L Tanty
Abstrak :
Ketunarunguan adalah kecacatan yang disebabkan oleh kurang maksimalnya fungsi organ pendengaran (Mittler, 1987)- Masalah utama ketunarunguan terletak pada ketidakmampuan dalam melakukan komunikasi yang berdampak pada ketrampilan berbahasa, kemampuan menulis, penyesuaian sosial, prestasi akademis, serta aspek perkembangan dan kehidupan. Kendala komunikasi ini berpangkal dari kesulitan para penyandang tunarungu dalam menyampaikan pikiran, perasaan, gagasan, kebutuhan, dan kehendak mereka. Selain sulit bagi orang lain untuk mengerti, mereka juga sukar untuk memahami orang lain sehingga timbul perasaan terkucil atau terisolasi dari lingkungan sosial mereka (Mangunsong, 1998). Oleh karena itu, seorang penyandang tunarungu perlu dilihat sebagai pribadi yang memiliki berbagai kemampuan serta ketidakmampuan secara bersamaan. Setelah itu, kelebihan yang dimiliki perlu dikembangkan dan diangkat menjadi suatu andalan (Semiawan, 2002). Penelitian ini dilakukan untuk menjawab permasalahan yang timbul dengan menguji 3 hipotesis menggunakan metode korelasi. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan antara motivasi belajar dan persepsi tentang dukungan orang tua baik secara masing-masing maupun bersamaan terhadap prestasi akademis siswa penyandang tunarungu di SLTPLB. Sampel penelitian adalah siswa SLTPLB bagian B Santi Rama sehanyak 49 orang siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga hipotesis diterima, yaitu ada hubungan yang positif dan signifikan antara motivasi belajar dan persepsi tentang dukungan orang tua secara sendiri-sendiri maupun bersamaan terhadap prestasi akademis siswa penyandang tunarungu. Hal ini berarti hasil penelitian menunjukkan bahwa bila motivasi belajar dan dukungan orang tua pada siswa penyandang tunarungu semakin besar baik secara sendiri-sendiri maupun bersamaan, maka prestasi akademis yang diperoleh akan semakin meningkat. Akan tetapi, hubungan antara dukungan orangtua dan prestasi akademis ternyata Iebih kuat dibandingkan hubungan antara motivasi belajar dan prestasi akademis. Kesimpulan penelitian adalah dukungan orang tua mempunyai kontribusi yang besar bagi keberhasilan siswa penyandang tunarungu di sekolah, karena mereka sangat membutuhkan dukungan dari lirngkungan sekitar terutama dari orangtua dalam mengatasi kendala komunikasi sebagai sarana pencrimaan dan pengakuan eksiqnsi dalam pergaulan. Pembabasan kesimpulan diuraikan dalam diskusi dan implikasi penelitian, kemudian dikemukakan beberapa saran praktis yang diharapkan dapat bermanfaat, agar tumbuh konsep diri yang realistik dan mampu mewujudkan kehidupan yang dicita-citakan.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Adi Arti Satriyo
Abstrak :
Penelitian ini bermula dari pemikiran tentang penyelenggaraan Program Bimbingan dan Konseling di Sekoiah, teru tama di Sekolah Menengah Atas yaitu adanya berbagai persepsi yang muncul dari kalangan siswa tentang peran konselor di sekoiah. Padahai iayanan utama Bimbingan dan Konseling di sekoiah ditujukan pada para siswa. Hal ini yang mendorong penulis untuk meiakukan penelitian. Bimbingan dan Konseling juga merupakan bagian integrai dari kese1uruhan proses pendidikan, oieh karena itu periu mendapat perhatian untuk menunjang tercapainya tujuan pendidikan. Melalui tinjauan pustaka tentang persepsi siswa khususnya terhadap peran konse1or di sekolah, maka ingin. Dibuktikan hipotesa penelitian pada seratus empat pu1uh empat siswa SMA di Salatiga, yaitu: 1. Ada perbedaan persepsi siswa SMA terhadap peran konselor, bila peran konselor di sekoiah berbeda. Hipotesa 1 diterima atau terbukti. 2.Ada perbedaan persepsi siswa SMA terhadap peran konselor, antara siswa SMA yang pernah wawancara atau konseling dengan konselor di sekolah dengan yang belum pernah. Hipotesa 2 diterima atau terbukti. Penulis menyarankan diadakan penelitian lebih lanjut dengan subyek penelitian: kepala sekolah, staf pengajar, staf administrasi dan orang tua siswa, supaya diperoleh hasil penelitian yang mewakili persepsi dari semua pihak terhadap peran konselor.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tikky Suwantikno Sutjiaputra
Abstrak :
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh terpuruknya kondisi pendidikan di Indonesia, khususnya pendidikan kreativitas. Padahal kreativitas merupakan suatu hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia saat ini dan masa yang akan datang. Melalui kajian teoritis diperoleh pemahaman bahwa guru dengan perannya sebagai pemimpin mempunyai pengaruh yang besar terhadap perkembangan kreativitas siswa. Gaya kepemimpinan (Telling, Selling, Participating Delegating) dan kreativitas guru di dalam kelas diperkirakan merupakan dua faktor di antara faktor Lainnya yang mempengaruhi kreativitas siswa. Oleh karena 'itu penelitian ini bermaksud menjawab permasalahan bagaimanakah pengaruh dan pola hubungan variabel gaya kepemimpinan (Telling, Selling, Participating Delegating) dan kreativitas guru terhadap kreativitas siswa. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sejumlah 133 siswa kelas 5 SD pada sekolah BPK PENABUR Tasikmalaya, Serang, Jatibarang dan Indramayu dimana sekolah-sekolah tersebut masih menggunakan sistem guru kelas, dengan rincian 57 siswa dari dua kelas di Tasikmalaya, 37 siswa dari dua kelas di Serang, 23 siswa dari satu kelas di Jatibarang dan 16 siswa dari satu kelas di Indramayu. Untuk mengukur gaya kepemimpinan guru (Telling, Selling, Particgnczting, Delegating) dan kreativitas guru di dalam kelas digunakan instrumen yang disusun sendiri oleh penulis, yang sebelum digunakan telah dilakukan uji coba terlebih dahulu terdapat 38 siswa kelas 5 SD BPK PENABUR Bogor. Alat ukur gaya kepemimpinan (Telling, Selling, Participating, Delegating) dan kreativitas guru di dalam kelas tersebut merupakan alat ukur sekunder berupa skala penilaian subyektif dari siswa (persepsi siswa). Sedangkan untuk mengukur kreativitas siswa digunakan Tes Kreativitas Figural dari Torrance yang telah diadaptasi dan dibakukan untuk murid-murid di Indonesia oleh Utami Munandar. Dari hasil analisis dengan menggunakan Pearson Product Moment diperoleh informasi bahwa korelasi antara setiap dimensi gaya kepemimpinan (Telling, Selling, Participating, Delegating) dengan kreativitas siswa tidak ada yang sesuai dengan pemahaman teoritis bahwa gaya kepemimpinan Telling dan Delegating berhubungan secara signifikan dan negatif sedangkan gaya kepemimpinan Selling dan Participating berhubungan secara signifikan dan positif Namun dari hasil analisis tersebut ditemukan korelasi yang signifikan antara setiap gaya kepemimpinan (Telling, Selling, Participating, Delegating) dengan kreativitas guru di dalam kelas yang sesuai dengan kajian teoritis, dimana gaya kepemimpinan Telling berkorelasi negatif dan signifikan dengan kreativitas guru, r = - 0,233 (p=0,0l2), sedangkan gaya kepemimpinan Selling dan Participating berkorelasi positif dan signifikan dengan kreativitas guru, korelasi gaya kepemimpinan Selling dengan kreativitas guru sebesar r = 0,652 (p=0,000) dan korelasi antara gaya kepemimpinan Participating dengan kreativitas guru sebesar r = 0,226 (p=0,006). Disamping itu diperoleh informasi bahwa pengaruh setiap dimensi gaya kepemimpinan (Telling, Selling, Participating, Delegating), dan kreativitas guru terhadap kreativitas siswa sangatlah kecil, karena berdasarkan analisis regresi hanya diperoleh skor R square sebesar 0.093 yang artinya variabel-variabel prediktor tersebut hanya memberikan sumbangan pengaruh sebesar 9,3 %, sedangkan yang 90,7 % merupakan sumbangan pengaruh dari variabel lain. Penelitian ini juga memberikan temuan, bahwa kreativitas siswa SD di kota Jatibarang (M= 21,6957) dan Indramayu (M= 21,5625) lebih rendah dibandingkan kreativitas siswa SD di kota Tasikmalaya (M= 26,842l) dan.n Serang (M=25,9730). Perbedaan kreativitas antar sekolah dinilai sangat signifikan melalui analisis statistik ANOVA karena diperoleh skor F= 12,404 (p=0,000). Perbedaan tersebut diduga disebabkan karena adanya perbedaan kondisi psikologis pribadi siswa, lingkungan sekolah, masyarakat dan budaya di setiap sekolah Temuan lainnya adalah bahwa terjadi perbedaan persepsi siswa di setiap sekolah (kota) terhadap gaya kepemimpinan Telling (F=4,216, p=0,007), Participating (F=3,966, p=0,0l0) dan Delegating (F=3,465, p=0,0l8). Sedangkan terhadap gaya kepemimpinan Selling tidak terdapat perbedaan yang signifikan (F=l,967, p=0,122). Perbedaan persepsi siswa di setiap sekolah (kita) juga tidak terjadi terhadap kreativitas guru (F=0,32l, p=0,810). Berdasarkan hasil-hasil penelitian, kesimpulan dan diskusi dapat diajukan saran-saran yang berkaitan dengan : 1. Sampel penelitian, diharapkan sampel penelitian diusahakan diwakili oleh kelompok sekolah yang Lebih banyak agar dapat diperoleh sampel yang lebih bersifat heterogen 2. Alat ukur, alat ukur dalam penelitian ini merupakan alat ukur yang disusun sendiri oleh penulis dan bam pertama kali digunakan, kiranya perlu dikembangkan lebih lanjut dengan perbaikan aspek bahasa dan penambahan item yang lebih banyak, agar diperoleh data yang lebih terperinci. 3. Variabel penelitian, mengingat variabel prediktor, yaitu gaya kepemimpinan (Telling, Selling, Participating dan Delegating) dan kreativitas guru hanya memberikan sumbangan pengaruh sebesar 9,3% terhadap variabel kriterium, yaitu kreativitas siswa, sedangkan 90,7% merupakan sumbangan pengaruh dari variabel lainnya, maka perlu dilakukan penelitian yang lebih mendalam tentang kreativitas siswa dengan melibatkan variabel-variabel lain secara terpadu, baik yang bersifat inrelelctzf maupun non-inrelektiff 4. Dalam kaitan peningkatan mutu pendidikan, khususnya pendidikan kreativitas di BPK PENABUR maka pengurus BPK PENABUR membentuk dan menugasi suatu tim guna meneliti lebih lanjut masalah ini dan perlu dirancang suatu evaluasi internal atau cause root analysis di setiap sekolah.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2002
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Juli K. Adi
Abstrak :
Penelitian ini bermula dari kekhawatiran para pendidik mengenai pengaruh negatif kegiatan luar sekolah terhadap prestasi belajar di sekolah. Tujuan. penelitian dipusatkan untuk melihat perbedaan prestasi belajar di sekolah dan kreativitas antara siswa yang Ikut kursus musik dan yang tidak kursus musik di SD kelas VI. Setelah dibahas mengenai teori-teori perkembangan kreativitas pada anak dan peranannya dalam pendidikan, fungsi belahan otak, peranan musik dalam pendidikan anak, konsep berpikir kreatif dalam musik, kekhususan belahan otak dengan aspek melodi, hubungan musik dengan kemampuan ruang dan verbal, maka dapat diajukan 6 hipotesa. Hipotesa-hipotesa ini diuji secara statistik menggunakan data yang diperoleh dari 52 siswa sebagai sampel. Keterbatasan jumlah sampel disebabkan terbatasnya jumlah siswa kelas VI yang ikut kursus musik. Data diolah dengan menggunakan perhitungan analisa kovarians dan korelasi parsial. Tiga dari hipotesahipotesa tersebut diterima. Kesimpulan dari penelitian menunjukkan bahwa prestasi belajar dan kreativitas verbal siswa-siswa yang ikut kursus musik lebih tinggi dibanding dengan siswa-siswa yang tidak ikut kursus musik. Namun demikian perbedaan ini tidak berarti disebabkan oleh keikutsertaan kursus musik, sebab dari hasil perhitungan korelasi lama kursus dengan ke dua variabel tersebut ternyata tidak menunjukkan adanya hubungan. Tesis ini ditutup dengan saran-saran praktis bagi pendidik dan orang tua maupun kepada peneliti lain yang berminat meneruskan penelitian sejenis ini.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1989
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suhairi As
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini berangkat dari pemikiran bahwa Sekolah Dasar merupakan dasar (fundamen) yang akan memberikan corak, warna, serta arah bagi pendidikan pada tingkat selanjutnya. Faktor utama yang berpengaruh terhadap mutu pendidikan di tingkat Sekolah Dasar ini adalah guru. Karena itu perhatian yang mendalam terhadap mutu guru sebagai "human faktor" merupakan keharusan yang tidak dapat ditawar-tawar lagi.

Penelitian ini mengkaji hubungan antara kinerja mengajar dengan penguasaan psikologi pendidikan, indeks prestasi, dan mengajar mengingat secara teoritik ketiga aspek tersebut sangat erat kaitannya dengan mutu kinerja mengajar guru. Pentingnya penguasaan psikologi pendidikan karena keterkaitannya yang erat dengan kinerja mengajar sebagai landasan teoritik kepengajaran. Sementara indeks prestasi dan pengalaman merupakan faktor yang dapat lebih memantapkan kualitas kinerja mengajar khususnya pada guru-guru Sekolah Dasar. Berdasarkan kajian teoritik diajukan empat hipotesis guna dibuktikan kebenarannya. Penelitian ini dilakukan pada guru-guru yang mengajar di Sekolah Dasar Negeri yang telah berpengalaman mengajar ± 5 tahun. Hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut:

1. Dilihat dari sisi penguasaan psikologi pendidikan, ternyata terdapat hubungan yang positif dan signifikan dengan kinerja mengajar, namun tingkat penguasaan psikologi pendidikan pada guru-guru SD masih nisbih rendah.

2. Indeks prestasi juga mempunyai hubungan dengan kinerja mengajar. Seperti halnya penguasaan psikologi pendidikan, guru-guru SD lulusan SPG pada umumnya memiliki IP sedang.

3. Pengalaman mengajar tidak memiliki hubungan dengan kinerja mengajar. Artinya meskipun guru tersebut telah mengajar puluhan tahun tetapi tidak mengakibatkan meningkatnya kualitas kinerja mengajarnya.

Dari temuan-temuan tersebut diajukan saran agar pengajaran psikolog pendidikan di lembaga pendidikan guru lebih ditingkatkan, mengingat pentingnya pelajaran tersebut sebagai dasar untuk melakukan tugas-tugas kepengajaran. Sedangkan untuk indeks prestasi, disarankan agar kehadiran PGSD dapat meningkatkan kualitas proses belajar mengajarnya, hingga kelak lulusan PGSD memiliki IP yang tinggi yang sekaligus memproyeksikan kualitas profesional guru SD. Sementara yang berkaitan dengan pengalaman mengajar, disarankan agar pembinaan karier guru SD mengacu pada upaya menjadikan guru SD sebagai profesi yang bermutu tinggi dengan segala aspek keprofesionalannya. Upaya-upaya yang harus dilakukan adalah memantapkan sistem supervise yang objektif. Penataran-penataran yang dilakukan harus melalui analisis yang cermat terhadap kebutuhan nyata di lapangan, sehingga penataran akan mempunyai nilai implikasi yang tinggi.Selain itu perlu diadakan penelitian pengembangan, dengan memperluas jangkauan sampel, penggunaan metode yang lebih cermat dan terpadu, alat ukur yang Baku, dan memanfaatkan penelitian ini sebagai bahan masukan dalam upaya meningkatkan kualitas guru Sekolah Dasar.
1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hartini Nara
Abstrak :
Hasil penelitian Post-Kommer dan Perrone (dalam Isaacson, 1996), diketahui bahwa 30 % dari siswa berbakat di sekolah menengah yang menjadi responden penelitian merasa tidak siap dalam membuat keputusan mengenai karir mereka. Menurut Santrock (2003), orang tua dan teman sebaya memiliki pengaruh yang sangat kuat pada pemilihan karir remaja. Suasana yang ada dalam keluarga banyak mempengaruhi perkembangan kepribadian anak, intelektual, konsep diri, dan selanjutnya juga mempengaruhi proses pemilihan karir. Suasana dalam keluarga terkait erat dengan pola asuh yang digunakan orang tua dalam membesarkan anaknya sehari-hari apakah otoriter (Authoritarian), permisif (Permissive) atau otoritatif (Authoritative) (Baumrind dalam Santrock, 2003). Hal lain yang diduga mempengaruhi pemilihan karir adalah persepsi jender. Perempuan sering distereotipkan kurang kompeten dibandingkan laki-laki, penyatuan stereotip jender ke dalam konsep diri anak memicu anak perempuan ke arah rasa kurang percaya diri dibandingkan dengan anak laki-laki dalam kemampuan intelektual umum mereka. Kurangnya rasa percaya diri dapat menyebabkan anak perempuan memiliki harapan yang rendah untuk berhasil pada kegiatan akademis dan pekerjaan (Santrock, 2002). Penelitian ini untuk menjawab permasalahan yang timbul dengan menguji 8 hipotesis. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan antara pola asuh (otoriter, otoritatif, permisif) dan persepsi jender secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama terhadap pemilihan karir pada siswa akselerasi. Selain itu juga untuk mengetahui apakah ada perbedaan persepsi jender antara siswa perempuan dan laki-laki.. Sampel penelitian adalah siswa kelas 2 program akselerasi dari 4 sekolah di Jakarta sebanyak 47 siswa. Analisa data yang digunakan adalah korelasi Pearsons Product Moment, Multiple Regression dengan metode step wise dan t-test. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan antara pola asuh otoriter dan pola asuh permisif dengan pemilihan karir tetapi ada hubungan yang signifikan antara pola asuh otoritatif dengan pemilihan karir. Ditemukan juga ada hubungan yang signifikan antara persepsi jender dengan pemilihan kanr. Sedangkan secara bersama-sama, pola asuh otoriter, otoritatif, permisif dan persepsi jender memberikan sumbangan yang bermakna terhadap pemilihan karir namun hanya pola asuh otoritatif yang memberikan sumbangan sedangkan dua pola asuh yang lain tidak. Temuan yang cukup menarik adalah tidak adanya perbedaan persepsi jender antara siswa perempuan dan laki-laki, hal ini mengindikasikan adanya pergeseran cara pandang kaum muda terhadap peran jender tradisonal. Saran kepada orang tua agar lebih mengutamakan penggunaan pola asuh otoritatif daripada dua pola asuh yang lain. Berusaha menjadi sahabat dan mendengarkan keinginan anak adalah salah satu cara untuk membantu mengarahkan mereka dalam pemilihan karir. Disarankan kepada guru bimbingan konseling agar lebih proaktif membantu anak akselerasi, mengeksplorasi berbagai informasi karir baik melalui penjelasan langsung maupun melalui media cetak dan elektronik.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T18529
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurbiana Dhieni
Abstrak :
ABSTRAK< b>
Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif terhadap Prestasi Belajar dan Kreativjtas Anak Kelas IV SDI Al Azhar.

Peneljtjan dilakukan di Sekolah sekolah Dasar Islam Al Azhar yang berada di bawah riaungan Yayasan Pesantren Islam Al Azhar Jakarta pada tahun ajaran 1990 1991. Metode penelitian yang dipakai adalah Expost facto dengan sampel seluruhnya berjumlah 135 orang. Pengukuran yang dipergunakan adalahtes prestasi belajar (ulangan umum), tes Inteligensi CPM (Coloured Progressive matrices), tes kreativitas Verbal dan Figural serta instrurnen observasi (check list) untuk mengetahui kadar CBSA yang ada di Sekolah sekolah dengan rentangan skor 20 sampal 200. Teknik analisa yang dipergunalçan adalah Multiple Regresi

Penelitian menyimpulkan bahwa pendekatan CBSA memiliki pengaruh hubungan yang signifikan dan positif terhadap prestasi belajar dan kreativitas anak kelas IV SDI Al Azhar Yayasan Pesantren Islam Al Azhar Jakarta.
1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sukirman
Abstrak :
Penelitian ini berawal dari pemikiran bahwa prestasi belajar mahasiswa dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor yang berasal dari dalam diri mahasiswa (faktor internal) maupun faktor yang berasal dari luar diri mahasiswa (faktor eksternal). Inteligensi sebagai faktor internal kognitif, dan kemandirian serta kebiasaan belajar sebagai faktor internal yang non kognitif (kepribadian), berpengaruh terhadap prestasi belajar mahasiswa, Pada penelitian ini prestasi belajar mahasiswa program D2 PGSD yang tidak terlalu tinggi disebabkan oleh berbagai faktor. Inteligensi, kemandirian dan kebiasaan belajar merupakan faktor yang berpengaruh terhadap prestasi belajar mahasiswa D2 PGSD IKIP Semarang. Penelitian ini mengkaji hubungan antara inteligensi, kemandirian dan kebiasaan belajar dengan prestasi belajar mahasiswa. Sampel penelitian diambil sebanyak 4 kelas (161 mahasiswa) secara random dari semua mahasiswa D2 PGSD semester IV tahun ajaran 1994/1995 yang berjumlah 10 kelas (400 mahasiswa). Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan tes inteligensi yaitu dengan tes Standard Progresive Matrics (SPM) dari Raven, angket kemandirian, dan angket kebiasaan belajar serta prestasi belajar diperoleh dari rata-rata IPK selama tiga semester. Dari penelitian ini ditemukan bahwa dari empat hipotesis yang diajukan semuanya diterima. Keempat hipotesis tersebut adalah . (1) Ada hubungan yang positif dan signifikan antara inteligensi dengan prestasi belajar (r = .5335) dengan p = .01; (2) Ada hubungan yang positif dan signifikan antara kemandirian dengan prestasi belajar (r =.3402) dengan p.01; (3) Ada hubungan yang positif dan signifikan antara kebiasaan belajar dengan prestasi belajar (r = .3498) dengan p = .01; (4) Ada hubungan yang positif dan signifikan antara inteligensi, kemandirian dan kebiasaan belajar dengan prestasi belajar. Selanjutnya dari hasil temuan itu diajukan saran hendaknya perlu ditingkatkan usaha untuk mendorong mahasiswa agar dapat berprestasi secara optimal melalui peningkatan kemandirian dan kebiasaan belajar ke tingkat yang lebih baik lagi. Pemberian motivasi ini dapat dilakukan oleh dosen mata kuliah, dosen wali, ketua UPP, pimpinan fakultas maupun ketua program D2 PGSD. Dalam penelitian lanjutan yang berkaitan dengan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap prestasi belajar hendaknya tidak hanya melibatkan faktor-faktor internal saja, tetapi juga mencakup faktor-faktor eksternal maupun internal yang mungkin berpengaruh terhadap prestasi belajar seperti status sosial ekonomi orang tua, situasi proses perkuliahan, jumlah SKS atau beban kredit yang diambil, masa depan yang berkaitan dengan lapangan pekerjaan. Dan perlu menggunakan alat-alat ukur yang lebih standar, artinya alatalat ukur yang digunakan sebagai pengumpul data sebaiknya diujicobakan terlebih dahulu di lapangan, dan validitas serta reliabilitas dianalisis dengan beberapa teknik yang memungkinkan.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>