Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 27 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fauzia
Abstrak :
Intensitas penggunaan antibiotik yang relatif tinggi menimbulkan berbagai permasalahan yang merupakan ancaman bagi masyarakat, terutama masalah resistensi bakteri terhadap antibiotik. Hal tersebut mendorong dilakukannya penelitian mengenai tanaman penghasil antibakteri alternatif. Mahkota dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl) merupakan tanaman asli Indonesia yang berasal dari Papua yang sudah dikenal sejak lama sebagai obat tradisional. Tanaman ini diketahui berpotensi mengobati berbagai penyakit seperti eksim, jerawat, dan luka gigitan serangga. Kandungan zat aktif yang terdapat pada tanaman mahkota dewa antara lain alkaloid, flavonoid, saponin, terpenoid, tanin, dan lignan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya antibakteri serta konsentrasi terbaik ekstrak etanol daging buah mahkota dewa dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa, dan Klebsiella pneumoniae yang telah resisten terhadap beberapa antibiotik. Pengujian aktivitas antibakteri dilakukan dengan metode uji difusi agar menurut Kirby- Baurer dengan mengamati zona hambat pertumbuhan bakteri uji sebagai parameter. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial dengan dua faktor, yaitu jenis bakteri dan konsentrasi ekstrak. Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh perlakuan terhadap pertumbuhan koloni bakteri uji dengan nilai konsentrasi terbaik 50%. Uji statistik dengan sidik ragam menunjukkan bahwa perbedaan jenis bakteri dan konsentrasi ekstrak masing-masing berpengaruh nyata (P<0,05). Interaksi antar kedua faktor tersebut pun memberikan makna yang nyata (P<0,05). ......Relatively high intensity in using antibiotics caused variation problem that are a treat to society, especially bacterial resistance to antibiotic problems. This problems need to be solved with doing research about plant that could be used as alternative for producing antibacteri. Mahkota dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl) is a native plant, i.e from Papua that have been known as a traditional medicine. This plant is known had potential ability to cure many diseases, such as eczema, acne, and wound caused by insect bits. Active substance in this plant, e.g. alkaloid, flavonoid, saponin, terpenoid, tanin, and lignans. The aims of this study to determine the best concentration of extract ethanol of the crown fruit of Mahkota dewa that showed the highest antibacterial activity in inhibiting the growth of Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa, and Klebsiella pneumoniae that was resistant to many antibiotics. Antibacterial activity assays was conducted with Kirby-Baurer agar diffusion method by observing bacterial growth inhibition zone as parameter. This study was completely randomized factorial design with two factors, the type of bacteria and extract concentration. This study showed that the best concentration that inhibit the growth of bacterial colonial tested was 50%. Statistical test for variance analysis showed that difference type of bacteria and each of concentration extract was significantly (P<0,05). Interaction between the two factors also significant (P<0,05).
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S44533
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nuraini
Abstrak :
Pada beberapa daerah didunia, Multidrug Resistant Pseudomonas aeruginosa merupakan patogen yang dominan terutama dilingkungan rumah sakit. Meropenem merupakan antibiotik golongan karbapenem yang memiliki aktivitas antibakteri terhadap Pseudomonas aeruginosa. Seiring penggunaan meropenem sebagai terapi menyebabkan munculnya Pseudomonas aeruginosa yang resisten terhadap meropenem. Liposom, sebagai karier pengantaran obat telah terbukti sukses meningkatkan aktivitas antibakteri banyak senyawa obat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efek enkapsulasi liposom terhadap aktivitas antibakteri meropenem pada Pseudomonas aeruginosa dan Multidrug Resistant Pseudomonas aeruginosa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode hidrasi lapis tipis untuk enkapsulasi liposom meropenem dan metode dilusi cair untuk penentuan konsentrasi hambat minimum (KHM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi hambat minimum (KHM) larutan meropenem terhadap Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 adalah 3,91 ppm dan terhadap Multidrug Resistant Pseudomonas aeruginosa adalah 250 ppm. Konsentrasi bunuh minimum (KBM) larutan meropenem terhadap Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 adalah 3,91 ppm dan terhadap Multidrug Resistant Pseudomonas aeruginosa adalah 250 ppm sedangkan konsentrasi bunuh minimum suspensi liposom meropenem terhadap Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 adalah 7,81 ppm dan terhadap Multidrug Resistant Pseudomonas aeruginosa adalah 500 ppm. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa enkapsulasi liposom menurunkan aktivitas antibakteri meropenem terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 dan Multidrug Resistant Pseudomonas aeruginosa. ......In some areas in the world, Multidrug Resistant Pseudomonas aeruginosa is the predominant pathogen in the environment, especially hospitals. Meropenem is an antibiotic belonging to the carbapenem class that has antibacterial activity against Pseudomonas aeruginosa. Concomitant use of meropenem in the treatment led to the emergence of Pseudomonas aeruginosa resistant to meropenem. Liposome, as a carrier for drug delivery system, have been successfully improve the activity of many antibacteria compound. The purpose of this research is to determine the effect of liposome encapsulation on antibacterial activity of meropenem against Multidrug Resistant Pseudomonas aeruginosa and Pseudomonas aeruginosa. The method used in this research is thin layer hydration method for liposome encapsulation meropenem and liquid dilution method for determination of minimum inhibitory concentration (MIC). The result of this research shown that the minimum inhibitory concentration (MIC) for meropenem solution against Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 is 3,91 and 250 ppm when against Multidrug Resistant Pseudomonas aeruginosa. Minimum bactericidal concentration (MBC) for meropenem solution against Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 is 3,91 ppm and when against Multidrug Resistant Pseudomonas aeruginosa is 250 ppm while the minimum bactericidal concentration for meropenem liposomal suspension against Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 is 7,81 ppm and when against Multidrug Resistant Pseudomonas aeruginosa is 500 ppm. Thus, the conclusion that can be drawn is liposome encapsulation decrease antibacterial activity of meropenem against Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 and Multidrug Resistant Pseudomonas aeruginosa.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S47205
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Stivan Junan Navidad
Abstrak :
Latar Belakang. Daun kelor (M. oleifera) memiliki kandungan kimia yang berguna sebagai antibakteri pada bakteri Gram positif maupun Gram negatif. Kandungan ini dapat merusak DNA dan membran sel yang nantinya senyawa pada daun kelor akan menembus dinding sel bakteri sehingga zat metabolisme bakteri terbuang hingga mengalami kematian. Bakteri yang digunakan pada penelitian ini adalah Cutibacterium acnes, bakteri anaerobic aerotolerant, bersifat Gram positif. Penelitian ini dilakukan untuk menguji aktivitas ekstrak etanol daun kelor (Moringa oleifera) sebagai antiseptik terhadap C. acnes. Metode: Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah Uji Percentage Kill ekstrak daun kelor dengan etanol sebagai pelarut terhadap bakteri C. acnes. Pada kontrol dimasukkan akuades steril dengan bakteri terstandar Mc Farland 0,5 sedangkan pada perlakuan mengandung ekstrak M. oleifera dengan bakteri yang sama. Kontrol dan perlakuan dilakukan dalam waktu bersamaan dengan waktu kontak selama 1, 2, dan 5 menit. Selanjutnya diinokulasi pada medium agar darah. Setelah diinkubasi secara anaerob, pertumbuhan koloni bakteri dihitung dan persentase kematian dibandingkan antara kontrol dan perlakuan. Hasil Uji Percentage Kill dikatakan memenuhi kriteria apabila hasil yang didapatkan dalam setiap waktu kontak sebesar ≥90%. Hasil: Hasil Uji Percentage Kill dalam waktu kontak 1, 2, dan 5 menit pada bakteri C. acnes masing-masing adalah 59,7%, 72%, dan 91,8%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada menit ke-5 ekstrak daun kelor mampu mengeradikasi bakteri C. acnes secara efektif. Kesimpulan: Eksperimen ini menunjukkan hasil Uji Percentage Kill belum efektif pada menit pertama dan kedua namun efektif pada menit kelima. ......Introduction. Moringa leaves (M. oleifera) contain chemicals beneficial as antibacterials for Gram-positive and Gram-negative bacteria. This content can damage DNA and cell membranes so that the compounds in Moringa leaves will penetrate the bacterial cell walls, and the bacteria's metabolic substances are wasted until they die. The bacteria used in this study were Cutibacterium acnes, an aerotolerant, anaerobic, Gram-positive bacteria. This research was conducted to test the activity of Moringa oleifera leaf extract as an antiseptic against C. acnes. Method: The method employed in this research is the Percentage Kill test of moringa leaf extract with ethanol as the solvent against C. acnes bacteria. In the control group, sterile distilled water with McFarland 0.5 standardized bacteria is used, while the treatment group contains M. oleifera extract with the same bacteria. Both control and treatment are conducted simultaneously with contact times of 1, 2, and 5 minutes. Subsequently, they are inoculated on a blood agar medium. After anaerobic incubation, bacterial colony growth is counted, and the percentage of death is compared between the control and treatment. The Percentage Kill test results meet the criteria if the obtained results at each contact time are ≥90%. Results: The Percentage Kill test results at 1, 2, and 5 minutes of contact with C. acnes bacteria are 59.7%, 72%, and 91.8%, respectively. These results indicate that at the 5th minute, moringa leaf extract can eradicate C. acnes bacteria effectively. Conclusion: This experiment demonstrates that the Percentage Kill test was ineffective in the first and second minutes but became effective in the fifth minute.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfia Chairunnisa
Abstrak :
Latar Belakang: Kandungan kimia daun kelor menunjukkan sifat antibakteri terhadap bakteri gram positif dan gram negatif dengan menghambat sintesis dan metabolisme DNA serta menghancurkan dinding sel. Escherichia coli (E.coli) merupakan bakteri Gram negatif dan anaerob fakultatif yang dinding selnya terpengaruh bila terkena agen fisik dan kimia ringan seperti larutan antiseptik yang dapat digunakan sebagai salah satu metode dalam menekan pertumbuhan E. coli. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui signifikansi kemampuan ekstrak M. oleifera sebagai antiseptik terhadap E.coli. Metode: Menggunakan uji Persentase Kill untuk mengetahui persentase kematian bakteri setelah dikontakkan dengan ekstrak Moringa oleifera (M. oleifera) pada waktu 1, 2 dan 5 menit. Terdapat dua variabel yang akan digunakan yaitu kontrol dan perlakuan yang dilakukan pada waktu bersamaan. Uji Persentase Kill dianggap baik jika hasilnya lebih dari 90% untuk tiap waktu kontak. Hasil: Rata-rata pertumbuhan koloni pada setiap waktu kontak yang diberikan M. oleifera terhadap E. coli adalah 11 pada menit pertama, 8,33 pada menit kedua dan 3,33 pada menit kelima dengan nilai Persentase Kill masing- masing sebesar 93,41%, 94,14%, dan 96,87 %. Kesimpulan: Hasil dari ketiga waktu kontak membuktikan bahwa M. oleifera efektif untuk membunuh E.coli karena nilai persentase kill untuk semua waktu kontak di atas 90% dengan menit ke-5 sebagai persentase hasil kill tertinggi. ......Background: Chemical constituents of Moringa oleifera (M.oleifera) leaves show antibacterial properties against gram-positive and gram-negative bacteria by inhibiting the DNA synthesis and metabolism and also breaking down the cell wall. Escherichia coli (E.coli) is a gram-negative and a facultative anaerobic bacterium in which the cell wall is influenced when exposed to mild physical and chemical agents such as antiseptic solution that can be used as one of the methods in decreasing the growth of E. coli. This research aims to determine significant ability of M. oleifera extract as an antiseptic for E.coli. Method: Using the Percentage Kill test to determine the percentage of bacterial death after contact with M.oleifera extract at 1, 2 and 5 minutes. There are two variables that will be used, namely control and treatment that are carried out at the same time. The Percentage Kill test is considered good if the result is more than 90% for each contact time. Result: The average colony growth at each contact time given by M. oleifera to E. coli was 11 in the first minute, 8.33 in the second minute and 3.33 in the fifth minute with a Percentage Kill results of 93.41%, 94.14%, and 96.87% respectively. Conclusion: The results of the three contact times proved that M. oleifera was effective to eliminate E.coli because the percentage kill value for all contact times was above 90% with 5th minute as the highest kill percentage.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Marshal
Abstrak :
Penelitian ini membahas viabilitas bakteri Staphylococcus aureus terhadap pajanan gelombang audiosonik sebesar 7kHz selama 10 dan 30 detik. Proses penelitian ini dimulai dengan pembuatan kultur bakteri Staphylococcus aureus pada media agar nutrisi kemudian dipindahkan dalam media Brain Heart Infusion (BHI) untuk diberikan pajanan gelombang audiosonik. Setelah selesai diberi pajanan bakteri di inkubasi dan dipindahkan ke media Plate Count Agar (PCA) untuk dinilai viabilitasnya dengan metode Total plate Count. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan viabilitas Staphylococcus aureus sebesar 97,8% pada pajanan 10 detik bila dibandingkan dengan kontrol dan 288% pada pajanan 30 detik. Hasil ini menunjukkan bahwa pajanan gelombang audiosonik memberikan pengaruh positif terhadap viabilitas Staphylococcus aureus. ......This study discuss about the effect of sonification using 7 kHz audiosonic wave within two different duration 10 and 30 seconds to viability of Staphylococcus aureus. This bacteria first cultured in nutrition agar and then transferred to another media, Brain Heart Infusion (BHI) before exposed to the audiosonic waves. After exposure to the wave the bacteria transferred again to Plate Count Agar (PCA) media, for the counting purpose using the Total Plate Count. This study shows that Staphylococcus aureus viability is increased by 97,8% in the 10 seconds exposure and 288% in 30 seconds exposure. This results show that exposure to audisonic waves will give positive effect to Staphylococcus aureus viability.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Angela Marcellina
Abstrak :
Penelitian ini membahas pengaruh frekuensi suara pada dua durasi yang berbeda, yaitu 10 detik dan 30 detik, terhadap viabilitas bakteri Eschericia coli yang dikultur dalam medium Bovine Heart Infusion (BHI) dan Plate Count Agar (PCA). Bakteri yang sudah terpapar gelombang suara dikultur dalam agar nutrisi dan diinkubasi selama 24 jam. Kemudian viabilitas koloni dihitung menggunakan colony counter. Hasil penelitian menunjukkan viabilitas koloni E.coli dipengaruhi gelombang suara audiosonik pada frekuensi 7 kHz dengan durasi berbeda setelah dibandingkan dengan kontrol. Semakin lama durasi suara audiosonik pada frekuensi 7 kHz, semakin turun efek inhibisi terhadap viabilitas. Durasi 10 detik memberikan viabilitas 2,3 % dibanding kontrol sementara pada durasi 30 detik sebesar 58,5 % dari kontrol. ......This study discusses the influence of frequency sound on two different durations, namely 10 seconds and 30 seconds, against the viability of the bacterium Escherichia coli were cultured in medium Bovine Heart Infusion (BHI) and Plate Count Agar (PCA). Bacteria that are exposed to sound waves that were cultured in nutrient and incubated for 24 hours. Then the viability of colonies counted using colony counter. The results show the viability of E. coli colonies influenced the sound waves at a frequency of 7 kHz audiosonic with different duration when compared with controls. The longer the duration of the sound at a frequency of 7 kHz audiosonik, getting down inhibitory effects on viability. Duration of 10 seconds to 2.3% viability compared to controls while the duration of 30 seconds at 58.5% of controls.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Pohan, Dame Joyce
Abstrak :
Ruang lingkup dan cara penelitian : Uji biokimia dengan metoda konvensional rutin merupakan salah satu cara untuk mengidentifikasi bakteri batang negatif Gram baik untuk tujuan diagnosis atau untuk tujuan survei epidemiologi. Untuk mengetahui cara identifikasi yang lebih baik maka dilakukan perbandingan antara metode konvensional rutin dengan sistem Microgen. Pada penelitian ini dilakukan identifikasi secara paralel antara metode konvensional rutin dan Microgen. Hasil dan Kesimpulan : Dari 40 isolat bakteri batang negatif Gram yang diisolasi dengan uji Microgen didapat : 28 isolat (70%) famili Enterobacteriaceae dan 12 isolat (30%) adalah bakteri batang negatif Gram non fastidious sedangkan dengan cara konvesional rutin. diperoleh hasiI 26 isolat (66,67%) Enterobacteriaceae dan 14 isolat (33,33%) batang negatif Gram non fastidious. Terdapat ketidak sesuaian identifikasi sebanyak 5 isolat (12,5% ) sedangkan 35 isolat (87,5%) identifikasinya sesuai antara sistem Microgen dengan konvensional rutin. Ketidaksesuaian identifikasi tersebut 2 (5%) pads tingkat species yaitu antara S.liquefaciens dengan E. aerogenes dan P stutzeri dengan P.aeruginosa, serta 3 isolat( 7,5% ) pada tingkat genus.yaitu Salmonella grup dengan K ozaenae , A. baumannii dengan K ozaenae serta a diversus dengan E. cloacae
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T17706
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alya Iranti
Abstrak :
Resistensi antibiotika merupakan tantangan dalam praktik kedokteran. Salah satu prevalensi resistensi yang cenderung meluas secara global adalah terhadap Enterobacteriaceae penghasil ESBL, suatu kelompok bakteri yang mampu menghancurkan antibiotika beta-laktam, seperti halnya E. coli dan K. pneumoniae. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan kepekaan antibiotika golongan kuinolon dan karbapenem terhadap bakteri penghasil ESBL berdasarkan data yang diperoleh dari LMK FKUI sepanjang tahun 2018-2019. Hasil penelitian menunjukan bahwa prevalensi E. coli dan K. pneumoniae ESBL positif, kurang dari 5% terhitung tahun 2018 hingga 2019. Prevalensi terbanyak berasal dari kisaran usia > 50 tahun dengan jenis kelamin perempuan. Secara umum sensitivitas ESBL terhadap antibiotika golongan kuinolon kurang dari 50% terhadap E. dan K. pneumoniae ESBL positif dari total 7 pasien yang diperiksa. Sementara itu, sensitivitas antibiotika golongan karbapenem terhadap E. coli dan K. pneumoniae ESBL positif mencapai 100% dari total 7 pasien yang diperiksa. Saran untuk menurunkan prevalensi infeksi ESBL dapat dilaksanakan melalui pengendalian infeksi, meningkatkan kesiagaan transmisi, dan pengendalian tingkah laku dalam penggunaan antibiotika.
Antibiotic resistance is considered as a challenging issue in the field of medicine. One of the highest prevalences of antibiotics resistance which tends to constantly increase occurs amongst Enterboacteriaceae that produces extended spectrum beta lactamase (ESBL) such as E. coli and K. pneumoniae, a group of enzyme-producing bacteria that could hydrolyze the beta lactam components. This study aims to compare the sensitivity of class of antibiotics quinolone and carbapenem towards the incidences of ESBL infection during the periods of 2018-2019 at the Clinical Microbiology Laboratory of Faculty of Medicine University of Indonesia. The results showed that the prevalence of both E. coli and K. pneumoniae infection were less than 5%, both in 2018 and 2019. The highest prevalence of ESBL infection occured in females aged 50 and above. Generally, the sensitivity of ESBL towards class of quinolone were less than 50% from total of 7 patients that examined. On the otherside, the sensitivity of ESBL towards class of carbapenem reached 100% from total of 7 patients that examined. From this study, it can be suggested to decrease the prevalence of ESBL infections, several measures that should be applied are controlling and preventing the infection, increasing the awareness of transmission-based precautions, and improving rationalization patients behavior of antibiotics.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Naura Vathania
Abstrak :
ABSTRAK
Infeksi nosokomial dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas pasien, terutama di ruang operasi dan ICU, di mana terdapat aktivitas yang tinggi. Perlu adanya pemantauan dan penjagaan kualitas udara secara bakteriologi sebagai cerminan dari kondisi kebersihan di rumah sakit. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui kualitas udara secara bakteriologi di ruang operasi di beberapa rumah sakit di Jakarta dan sekitarnya sebagai salah satu langkah pencegahan infeksi nosokomial. Desain penelitian ini adalah retroprospektif dengan menggunakan data yang bersumber dari UKK PPM LMK FKUI. Data diperoleh dari 217 pemeriksaan di ruang operasi dan 5 pemeriksaan di ICU yang dilakukan di 17 rumah sakit selama Januari 2018-Juni 2019. Pada tahun 2018, dari 137 pemeriksaan di ruang operasi, 120 (87,59%) di antaranya memenuhi standar baku mutu dan dari 4 pemeriksaan di ICU, 1 (25%) di antaranya memenuhi standar baku. Pada tahun 2019, dari 80 pemeriksaan di ruang operasi, 70 (87,50%) di antaranya memenuhi standar baku dan dari 1 pemeriksaan di ICU, 1 (100%) memenuhi standar baku. Mayoritas ruang operasi di rumah sakit di Jakarta dan sekitarnya memiliki kualitas udara secara bakteriologi yang sudah baik, tetapi ICU memiliki kualitas udara yang tidak memenuhi standar baku mutu.
ABSTRACT
Nosocomial infection is known to increase morbidity and mortality of patients, especially in operating room (OR) and intensive care unit (ICU) as they have high rate of activities that may risk in infection. Monitoring and maintenance of bacteriological quality of air are needed as they can reflect the actual condition of hygiene in hospital. The aim of this study is to know the bacteriological quality of air in several hospitals in Jakarta and the greater area of Jakarta. It is expected that the results of this study can become a basis in taking preventive measures against nosocomial infection. The design of this study was retroprospective. Data were collected from 217 examinations in OR and 5 examinations in ICU done in 17 hospitals between January 2018 and June 2019 by UKK PPM LMK FKUI. In 2018, among 137 results collected in OR, 120 (87,59%) fulfilled the requirement of bacteriological quality of air and among 4 examinations done in ICU, 1 (25%) also fulfilled the requirement. In 2019, among 80 examinations done in OR, 70 (87,50%) fulfilled the requirement and among 1 check done in ICU, 1 (100%) also fulfilled the requirement. It is concluded that the bacteriological quality of air in majority of OR in hospitals in Jakarta and its greater area is good, but that in ICU is not.
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R. Muhammad Kevin Baswara
Abstrak :
Latar Belakang: Candida albicans adalah mikroorganisme komensal yang umum ditemui sebagai flora normal pada tubuh. Namun demikian gangguan kondisi imun dapat menyebabkan jamur ini menjadi berubah menjadi patogen. Mikroorganisme ini salah satu penyebab mortalitas dan morbiditas di dunia. Penggunaan antiseptik bermanfaat untuk pencegahan dan pengobatan infeksi jamur. Moringa oleifera merupakan tanaman yang sering ditemukan di Afrika dan Asia dan memiliki berbagai komponen bioaktif yang memiliki potensi sebagai antiseptik. Metode: Jamur yang digunakan pada penelitian ini C. albicans ATCC 14053. Sampel yang diuji keefektifannya adalah ekstrak daun M. oleifera dengan pelarut etanol 70%. Penelitian ini dilakukan dengan mengukur pertumbuhan koloni C. albicans pada kontrol dan sampel dengan waktu kontak 1, 2, dan 5 menit. Efektivitas antiseptik dinilai dengan melakukan penghitungan sesuai prinsip percentage kill. Hasil: Hasil perhitungan koloni C. albicans dengan metode percentage kill dalam waktu kontak selama 1, 2, dan 5 menit masing-masing adalah 62.39%, 80.85%, dan 90%. Waktu kontak selama 5 menit memiliki efektivitas yang baik. Kesimpulan: Ekstrak daun M. oleifera memiliki potensi sebagai antiseptik yang efektif terhadap C. albicans. ......Introduction: Candida albicans is a commensal microorganism that is commonly found as normal flora in the body. However, immune disorders can cause this fungus to turn into a pathogen. This microorganism is one of the causes of mortality and morbidity in the world. The use of antiseptics is useful for preventing and treating fungal infections. Moringa oleifera is a plant that is often found in Africa and Asia and has various bioactive components that have potency as antiseptic. Method: The fungus used in this research was C. albicans ATCC 14053. The sample whose effectiveness was tested was M. oleifera leaf extract with ethanol 70% solvent. This research was carried out by measuring the growth of C. albicans colonies on controls and samples with contact times of 1, 2 and 5 minutes. The effectiveness of antiseptics was assessed by calculating according to the percentage kill principle. Results: The results of calculating C. albicans colonies using the percentage kill method in contact times of 1, 2, and 5 minutes were 62.39%, 80.85%, and 90%, respectively. A contact time of 5 minutes has good effectiveness. Concl\\\: M. oleifera leaf extract has the potential to be an effective antiseptic against C. albicans
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>