Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aji Wicaksono
Abstrak :
ABSTRAK
Delta bersifat dinamis dan selalu berubah bentuk akibat interaksi dari sungai dan laut. Delta Ci Punagara sejak tahun 1972 selalu bertambah luas, sehingga berpotensi berubah bentuk secara spasial. Tujuan penelitian untuk menganalisis perubahan spasial delta dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Berdasarkan overlay peta tahun 1972, 1994, dan 2015 terjadi abrasi dan akresi di delta, sehingga mengubah bentuk delta dari Irreguler menjadi Bird-Foot. Arus dan gelombang yang sejajar garis pantai menyebabkan abrasi dan menghasilkan wilayah akresi. Pasang surut yang kecil cenderung membangun pantai. Peningkatan debit Ci Punagara diikuti peningkatan sedimentasi akibat perubahan penggunaan tanah terutama menipisnya hutan menyebabkan daratan delta bertambah luas.
ABSTRACT
and the sea. Delta Ci Punagara since 1972 become broader, potentially deform spatially. The aim of research to analyze the spatial changes in the delta and the factors that influence it. Based overlay maps in 1972, 1994 and 2015 occurred in the delta erosion and accretion, thereby transforming the delta of the irregular into Bird-Foot. Currents and waves are parallel to the shoreline causing abrasion and produce accretion region. Small tidal tends to build up the beach. Increased discharge of Ci Punagara followed by increased sedimentation due to changes in land use, especially depletion of forests leads expanding inland delta.
2016
S64649
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Krisna Darma Putra Wangsa
Abstrak :
ABSTRAK
Ujunggenteng adalah lokasi yang banyak terdapat terumbu karang dan sebagai kampung nelayan, banyak aktivitas manusia yang terjadi diatas terumbu karang yang menyebabkan rusaknya terumbu karang, tujuan penelitian ini untuk mengetahui karakteristik lokasi terumbu karang pada perairan sekitar Ujunggenteng, serta mengetahui apa saja faktor yang menyebabkan kerusakan terumbu karang dari faktor fisik dan faktor manusia menggunakan metode Lyzenga. Faktor fisik terumbu karang, suhu permukaan laut, salinitas dan arus permukaan laut diperoleh melalui hasil pengolahan citra Landsat 5-TM dan Landsat 8-OLI yang di padukan dengan survei lapangan. Faktor manusia merupakan faktor utama pada kerusakan terumbu karang dengan perubahan yang besar berada pada wilayah dekat dengan tubir yang menghadap langsung ke arah laut lepas.
ABSTRACT
Ujunggenteng is the location that there are many coral reefs and as a fishing village, many human activities that occur on coral reefs which cause the destruction of coral reefs, the purpose of this study was to investigate the characteristics of the location of the coral reefs in the waters around Ujunggenteng, and to know what are the factors that cause damage to reefs corals of physical factors and human factors using methods Lyzenga. Physical factors coral reefs, sea surface temperature, salinity and sea surface currents obtained through the processing of Landsat 5 TM and Landsat-8-OLI is in the mix with field surveys. The human factor is a major factor in the destruction of coral reefs with large changes that are in the area close to the edge facing directly toward the open sea.
2016
S65606
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Rayhan Kamil
Abstrak :
Penelitian ini membahas tentang sebaran rumput laut berdasarkan kondisi fisik yang mencakup suhu permukaan laut, muatan padatan tersuspensi (MPT), arus, salintas, serta oksigen terlarut (DO) untuk menentukan wilayah potensial pengembangan budidaya rumput laut di Pantai Ujunggenteng. Penelitian deskriptif ini menggunakan analisis spasial dengan menerapkan metode penginderaan jauh dan survey lapangan pada 15 lokasi untuk pengumpulan dan pengolahan datanya. Setelah data terkumpul dan terolah analisis selanjutnya yang digunakan adalah metode overlay peta. Hasil penelitian menunjukan sebaran rumput laut merata hampir di setiap karang dan menunjukan adanya kesesuaian kondisi fisik pantai dengan syarat budidaya rumput laut di Pantai Ujunggenteng. Berdasarkan sebaran dan kondisi fisik perairan inilah kemudian dapat ditentukan bahwa wilayah yang potensial adalah wilayah karang dan teluk serta bagian timur pantai dengan radius sampai 200 meter dari bibir pantai, wilayah yang cukup potensial adalah wilayah dengan radius 300-700 meter dari bibir pantai, sedangkan sisanya yang merupakan wilayah laut lepas adalah wilayah yang tidak potensial untuk pengembangan budidaya rumput laut. ...... This research discusses the distribution of seaweed by the physical conditions that include sea surface temperature, total suspended solids, currents, salinity, and dissolved oxygen (DO) to determine areas of potential development seaweed cultivation in Ujunggenteng beach. This is a descriptive research which uses spatial by applying the method of remote sensing and field surveys in 15 locations for the collection and processing of data. Once the data is collected and processed further analysis is the method of overlaying a map. Based on the distribution and physical condition of the water is then determined that the potential area is the region of the reefs and bays along the east coast with a radius of up to 200 meters from the coast, an area of considerable potential is an area with a radius of 300-700 meters from the beach, while the rest which is an open sea area is the area that is not potential for the development of seaweed cultivation.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S64949
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suci Salmaningsih Royeza
Abstrak :
ABSTRAK
Kecamatan Pelabuhanratu merupakan wilayah rawan bahaya gempabumi karena berada pada zona subduksi lempeng dan sesar Cimandiri. Sesar Cimadiri merupakan sumber gempa utama kejadian gempa yang ada di Pelabuhanratu. Untuk itu perlu dilakukan penelitian tentang analisis perkembangan karakterisitik permukiman penduduk pada wilayah rawan gempabumi di Pelabuhanratu. Berdasarkan hasil pengolahan citra Landsat pada tahun 1989 hingga 2013, diketahui terjadinya perluasan wilayah pemukiman yang sangat signifikan yaitu dari 588,125 Ha menjadi 1738 Ha. Analisis arah kecenderungan pemukiman menggunakan metode trend surface analyst atau analisis menunjukkan kecenderungan perkembangan pemukiman di Pelabuhanratu mengarah ke wilayah dengan tingkat rawan gempa tinggi. Karakterisitik pemukiman dilihat dari tiga aspek yaitu kerapatan bangunan, permanensi bangunan dan pola pemukiman. Kerapatan bangunan yang tinggi mendominasi wilayah penelitian, baik itu di wilayah rawan gempa rendah, sedang maupun tinggi. Sedangkan untuk kerapatan bangunan kelas rendah dan sedang juga tersebar di seluruh kawasan rawan gempa, namun dengan porsi yang kecil. Untuk aspek permanensi bangunan, sebanyak 80% pemukiman di wilayah penelitian terdiri dari bangunan permanen yang tersebar di setiap wilayah rawan gempa, sedangkan sisanya merupakan bangunan non permanen. Bangunan non permanen pada umumnya berada di dekat pantai. Untuk pola permukiman, pada wilayah rawan gempa tinggi dan rendah, pola pemukimannya bersifat tersebar, sedangkan pada wilayah rawan gempa sedang pola pemukimannya bersifat memusat.
ABSTRACT
Subdistrict Pelabuhanratu is an earthquake hazard-prone areas because they are on the subduction zone plate and Cimandiri fault. Cimadiri fault is a source of major earthquakes in Pelabuhanratu. It is necessary to do a research of the development and the settlements characteristis in earthquake-prone areas in Pelabuhanratu. Based on the results of the processing Landsat imagery in 1989 to 2013, known to the expansion of residential areas is very significant, from 588.125 ha to 1738 ha. Analysis of the tendency towards settlement using trend surface analysis showed a trend analyst or residential developments in Pelabuhanratu leads to an area with a high level of earthquake-prone. Characteristic settlement seen from three aspects: building density, the permanence of the building and settlement patterns. High building density dominated the area of research, both in the earthquake-prone region of low, medium or high. As for the density of low and medium grade buildings also scattered throughout the earthquake-prone region, but small portions. For permanence aspect of the building, as much as 80% of the homes in the study area consists of permanent buildings scattered in every region prone to earthquakes, while the rest are non-permanent buildings. Non-permanent buildings are generally located near the coast. For the settlement patterns, in earthquake-prone regions of high and low, scattered nature of settlement patterns, while the earthquake-prone region were settlements patterns are converging.
2015
S60896
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library