Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 69 dokumen yang sesuai dengan query
cover
R. Martin Joel H.O.
"Dalam situasi krisis ekonomi seperti saat ini, setiap perusahaan akan mengalami kesulitan untuk mendapatkan dana dan pihak perbankan untuk melakukan ekspansi. Sedangkan bila ekspansi tidak dilakukan maka perusahaan tidak akan mampu mempertahankan pertumbuhan penjualan yang diinginkan. Oleh karena itu, penerbitan saham baru perusahaan yang ditawarkan kepada publik pada harga Rp 550 per lembar merupakan cara yang mudah untuk mendapatkan dana. Namun perusahaan juga harus menerima konsekuensi atas tindakannya tersebut yaitu selalu memberikan informasi perusahaan kepda publik sejelas-jelasnya.
Sebaliknya investor sebagai pihak yang menananamkan modalnya melalui pembelian saham baru tersebut perlu menilai kewajaran harga saham yang ditawarkan perusahaan. Pembelian saham yang overvalued akan memberikan kerugian bagi kalangan investor karena pasar akan menyesuaikan harga saham tersebut pada harga wajarnya. Karya Akhir ini berusaha menilai kewajaran harga saham tersebut dengan menggunakan dua metode yaitu discounted cash flow dan P/E multiple.
Hasil perhitungan yang diperoleh dari metode discounted cash flow memperlihatkan harga wajarnya sebesar Rp 678 per lembar. Sedangkan metode P/E multiple memperlihatkan harga wajamya sebesar Rp 476 per lembar. Sehingga dengan adanya hasil dari kedua metode perhitungan tersebut maka harga wajar saham PT Alfa Retailindo Tbk berada pada range Rp 476 hingga Rp 678 per lembar. Bila harga saham PT Alfa Retailindo, Tbk yang ditawarkan pada penawaran saham perdana dìbandingkan dengan harga wajarnya maka harga saham yang ditawarkan tersebut berada pada range harga wajarnya atau dengan kata lain harga saham tersebut fair price. Oleh karena ¡tu investor yang berniat untuk menanamkan modainya di PT Alfa Retailindo, Tbk dapat membeli saham tersebut."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
T3318
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Sugianto Ibrahim
"Sistem lnforrnasi Akuntansi merupakan salah satu hal yang penting bagi manajemen suatu perusahaan, agar manajemen dapat memperoleh suatu informasi yang akurat dan tepat waktu, Pada saat ini sistem informasi yang ada pada PT "X" kurang memadai sehingga manajemen perusahaan mendapat informasi sangat terlambat dan bahkan kadang - kadang inforrnasi yang diperolehnya tersebut tidak akurat.
Hal ini disebabkan antara lain:
Sistem Akuntansi Biaya yang berjalan saat ini tidak baik dan dapat dikatakan menggunakan pendekatan yang disebut dengan traditional approach. Hal ini berakibat informasi yang dihasilkan menjadi tidak akurat, sehingga manajemen dapat mengambil keputusan yang kurang tepat atau salah. Proses akuntansi hanya menggunakan modul general ledger saja. sedangkan untuk yang lainnya masih dilakukan dengan manual. Struktur sistematika kode akun belum sistematis dan tidak dapat menghasilkan kebutuhan informasi manajemen perusahaan. Sehubungan dengan masalah tersebut diatas maka diberikan saran untuk memperbaiki sistem akuntansi yang berjalan saat ini.
Saran perbaikan tersebut adalah sebagal berikut :
Sistem akuntansi bìaya sebaiknya menggunakan pendekatan dengan metode "two stage process", sehingga alcan dapat dihasilkan informasi yang lebih akurat. Proses akuntansi disamping menggunakan modul general ledger, juga diusulkan untuk menggunakan modul account receivable (sales), modul account payable (purchasing), modul inventory sehingga informasi dapat dihasilkan dengan tepat waktu. Sistematika kode akun perlu dimodifikasi sedemikan rupa sehingga mencakup kebutuhan informasi manajemerl perusahaan.
Agar saran - saran tersebut dapat diimplementasikan dengan balk maka diperlukan staf yang mempunyai kemampuan yang cukup dibidang akuntasi serta mempunyai pengetahuan mengenai software akuntansi."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yudi Irawan
"ABSTRAK
Krisis ekonomi yang hingga kini belum juga dapat diatasi oleh pemerintah
Indonesia telah menyebabkan berkurangnya bantuan dari pemerintah pusat untuk
pembangunan daerah karena keterbatasan dana yang dimiliki.
Sementara itu otonomi daerah menurut UU no 22 tahun 1999 tentang
pemerintahan Daerah yang mulai berlaku efektif pada tanggal 1 januari 2001 di satu sisi
memberikan kemandirian dan keleluasaan bagi daerah untuk mengatur wilayahnya
masing-masing, namun di sisi lain, daerah dihadapkan pada tanggung jawab yang lebih
besar untuk memajukan pembangunan di wilayahnya.
Untuk itu diperlukan suatu usaha bagi pemenintah daerah agar dapat tetap
melakukan pembangunan tanpa harus terlalu tergantung pada APBN dan APBD yang
sangat terbatas, hal ¡tu dapat dilakukan melalui investasi yang dilakukan oleh masyarakat,
dan hasilnya tidak hanya di dapat oleh investor saja, namun juga untuk kepentingan
masyarakat.
Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh pemerintah daerah guna meningkatkan
dana pembangunan daerah adalah melalui penerbitan obligasi pemerintah daerah
(municipal bonds). Dengan penerbitan obligasi ini diharapkan pemerintah daerah
mendapatkan dana pembangunan dari masyarakat sedangkan masyarakat mendapatkan
keuntungan yang berasal dari pendapatan bunga serta pokok obligasi tersebut dan juga
keuntungan dari proyek pemenintah daerah yang dibiayai oleh dana obligasi itu.
Untuk penerbitannya, dibutuhkan asas legalitas, suatu landasan hukum yang
bertujuan mengatur segala sesuatu tentang obligasi pemda itu, tidak hanya menyangkut
hak dan kewajiban penerbit obligasi yang dalam hal ini adalah pemda, namun juga
menyangkut hak dan kewajiban investor, sehingga dapat terhindar dari kerugian.
Selain asas legalitas juga diperlukan waktu (timing) yang tepat guna
penerbitannya untuk mengetahuinya dapat dilihat dari kondisi makroekonomi serta pasar
modal Indonesia, dengan pemilihan waktu yang tepat maka obligasi pemda yang
diterbitkan akan mampu di scrap oleh pasar sehingga tujuan dari penerbitannya yaitu
peningkatan dana pembangunan daerah di Indonesia dapat tercapai.
Harus di perhitungkan pula pasar dari obligasi pemda itu sendini, perdagangan
obligasi di Indonesia banyak dilakukan di bursa paralel, untuk itu dibutuhkan suatu
penggerak pasar (market maker) sehingga obligasi pemda dapat merupakan instrumen
keuangan yang likuid dan dapat diperjual-belikan di bursa dengan mudah.
Hal lain yang tidak kalah pentingnya adalah perlu transparansi keuangan pemda
serta sosialisasi kepada masyarakat, hal ini penting agar investor dapat benar-benar
mengetahui seberapa jauh kemampuan pemda untuk dapat memenuhi kewajibannya
melakukan pembayaran atas bunga dan pokok obligasi pemda yang diterbitkannya.
Jika hal-hal tersebut di atas dapat terpenuhi, maka prospek penerbitan obigasi
pemda sebagai upaya peningkatan dan pembangunan daerah di Indonesia akan sangat
menjanjikan, dan dengan tersedianya dana dari masyarakat maka kesinambungan
pembangunan di daerah dapat terus dilaksanakan karena tidak tergantung pada dana
APBD dan APBN.
"
Fakultas Eknonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2000
T3081
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astri Novanita Ali
"Krisis ekonomi telah melanda negeri ini sejak pertengahan tahun 1997. Tak terhitung banyaknya perusahaan yang terpaksa menghentikan kegiatan dengan menu tup pabriknya akibat tekanan ekonomi yang tidak bisa mereka elakkan lagi.
Banyak perusahaan menghentikan kegiatan operasinya disebabkan karena tidak mampu lagi untuk membayar beban keuangannya, terutama karena hutang yang besar, dan nilai tukar Rupiah yang melemah. Sehingga banyak kredit yang akhirnya macet, yang rnenyebabkan beberapa bank dilikuidasi oleh pemerintah.
Hutang perusahaan pada bank-bank tersebut selanjutnya dialihkan kepada BPPN (Badan Penyehatan Perbankan Nasional), untuk kemudian dianalisa, dan atas pertimbangan-pertimbangan tertentu, dimungkinkan untuk direstrukturisasi.
Karya akhir ini mencoba memberikan alternatif -pada suatu perusahaan keramik yang terpaksa menghentikan operasi- bagaimana menyelesaikan kewajibannya kepada BPPN.
Ada dua alternatif yang penulis tawarkan: yaitu apakah kegiatan operasional diteruskan kembali, dengan catatan hutang dapat direstrukturisasi, ataukah perusahaan sebaiknya dibubarkan, dan melikuidasi semua aset yang dimilikinya, untuk kemudian hasil penjualan asettersebutdapatdigunakan untuk melunasi kewajibnya pada pihak BPPN.
Karya akhir ini mencoba mengupas lebih jauh mengenai kondisi keuangan perusahaan, serta menekankan pada proyeksi arus kas yang dapat dihasilkan jika perusahaan kembali beroperasi.
Untuk menunjang analisa, penulis mencoba membahas mengenai industri properti serta keramik di Indonesia pasca krisis, serta prediksinya di masa yang akan datang. Dari kesimpulan yang didapat, proyeksi industri keramik sudah bangkit, dan diperkirakan permintaan atas keramik akan terus meningkat, baik untuk konsumsi lokal, maupun ekspor.
Untuk proyeksi laporan keuangan, penulis menyusun sampai tujuh tahun kedepan, karena dianggap sesuai dengan periode restrukturisasi kredit. Dan dalam kurun waktu tersebut, perusahaan mampu menghasilkan arus kas yang dapat digunakan untuk membayar bunga serta melunasi pokok hutang. Lebih dari itu, bahkan masih tersisa arus kas untuk pemegang saham.
Sebagai contoh, dari proyeksi laporan keuangan, pada akhir tahun ketujuh diperoleh cash flow to equity sebesar Rp.20.786.817.741,- atau setara dengan Rp.11.581.792.121,- apabila dipresent valuekan dengan discount rate 20%. Pada akhir tahun ketujuh diproyeksikan perusahaan masih memiliki nilai Rp. 7.703.401.110,-
Apabila perusahaan hendak dibubarkan, maka estimasi nilai atas penjualan aset adalah Rp.40.994.883.000,- dan setelah dikurangi pelunasan kewajiban serta biaya-biaya lain, maka sisa kas yang dapat diperoleh pemegang sahamadalah Rp. 18.317.536.510.
Estimasi hasil likuidasi perusahaan tidak berbeda jauh dengan nilai perusahaan jika dioperasikan kembali. Sehingga alternatif membubarkan perusahaan dan melikuidasi asetnya terlihat sebagai pilihan yang terbaik, karena menghasilkan dana segar dalam waktu yang lebih cepat. Namun apabila pemegang saham tetap ingin meneruskan kegiatan operasional, hal ini pun dimungkinkan mengingat segala kewajiban dapat dilunasi dari kegiatan operas! perusahaan.
Pada akhir tulisan, penulis mencoba memberikan saran untuk perusahaan, yaitu dengan mencari kreditor baru yang dapat mengambil alih hutang di BPPN, semata-mata demi penghematan yang besar atas tunggakan bunga se'ama tiga tahun ini.
"
2001
T252
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Agustono
"Minyak dan gas bumi memegang peranan penting dalam menyumbangkan penerimaan pada pendapatan pemerintah. Dengan terjadinya krisis ekonomi yang dialami Indonesia sejak Juli 1997 pendapatan pemerintah kembali bertumpu pada sektor minyak dan gas bumi sebagai sumber penerimaan yang dominan.
Pertamina, sebagai pemegang monopoli dalam pengelolaan kedua sumber daya alam tersebut, bekerja sama dengan beberapa perusahaan baik asing maupun dalam negeri. Diantara berbagai bentuk kerjasama yang dilakukan Pertamina, Production Sharing Contract (PSC) atau bisa juga di sebut Kontrak Bagi Hasil adaiah yang terbanyak yang dilakukan. Perusahaan yang melakukan kerjasama dengan Pertamina ini disebut Kontraktor Production Sharing atau KPS.
Perusahaan KPS 'X' adaiah KPS kedua terbesar dalam menghasilkan minyak di Indonesia setelah Caltex dan yang pertama terbesar untuk yang beroperasi di lepas pantai (Offshore). Dengan tingkat produksi rata-rata sekitar 145.000 barrel per nan, sedangkan total tingkat produksi Indonesia adaiah 1,5 juta barrel per hari.
Karya tulis ini dimaksudkan untuk menganalisa kinerja keuangan KPS 'X'. Analisa dilakukan pada laporan keuangan yang dihasilkannya. Laporan Keuangan yang dihasilkan KPS 'X' ada 2 (dua), satu untuk Pertamina yang mengikuti prinsip pelaporan yang sesuai dengan kontrak, sedangkan satu Eagi untuk kantor pusat KPS 'X' di Argentina yang mengikuti General Accepted Accounting Principle (GAAP) atau Prinsip Akuntansi yang berlaku di Argentina. Analisa dilakukan pada kedua laporan tersebut. Juga dianalisa dampak dari perbedaan tersebut.
Dalam menganalisa atas laporan untuk Pertamina, juga diperbandingkan dengan dua perusahaan sejenis yang beroperasi di Indonesia. Sedangkan untuk analisa terhadap laporan pada kantor pusat digunakan analisa rasio yang beriaku pada umumnya.
Hasil analisa dengan membandingkan dengan dua perusahaan sejenis, ternyata KPS 'X' beroperasi tidak lebih efisien, sehingga diharapkan dapat meningkatkan efisiensinya. Tetapi apabila dibandingkan dengan rata-rata industri yang dikeluarkan secara tidak resmi (Unofficial) oleh Pertamina, KPS 'X' masih lebih efisien.
Dari hasil analisa rasio pada faporan keuangan untuk kantor pusat, keadaan keuangan KPS 'X' adalah sehat.
Dari hasil analisa dengan membandingkan kedua laporan tersebut ternyata mempunyai dampak yang amat besar, perbedaan prinsip akuntansi yang diterapkan mengakibatkan kerugian bagi Pertamina. Adanya kebijaksanaan Cosf Recovery yaitu biaya operasi yang dapat mintakan kembali (reimbursement) dari hasil produksi mengakibatkan KPS membebankan biaya sebanyak-banyaknya. Biaya yang berlebihan ini mengakibatkan pengurangan pada penerimaan negara, baik dari pembagian hasil produksi maupun dari pajak penghasilan.
Pertamina harus lebih meningkatkan profesionalisme dalam mengelola sumber daya alam yang dimaksudkan untuk sebesar-besarnya untuk kepentingan negara, agar tidak malah hanya untuk kepentingan KPS asing.
"
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2000
T713
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Alifwansyah
"Krisis ekonomi di Indonesia yang ditandai dengan meningkatnya tingkat suku bunga, merosotnya nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing dan tidak tersedianya likuiditas menghcntikan kegiatan usaha di Indonesia. Kebanyakan usaha yang dibiayai dengan hutang dalam mala uang asing sedangkan pendapatan pcrusahaan dalam rupiah, menyebabkan banyak perusahaan mengalami lonjakan tanggungan hutang dan ketidakmampuan membayar bunga dan pokok hutang yang telah jatuh tempo. Ancaman kebangkrutan melanda hampir semua perusahaan di Indonesia pada saat krisis yang dimulai pertangahan tahun 1997 itu.
PT.XYZ yang merupakan perusahaan terbuka juga mengalami dampak negatif akibat dari krisis ekonomi ini. Salah satu proyeknya yaitu Gedung ABC mengalami kredit bermasaalah. Hal ini disebabkan karena tingginya tingkat suku bunga pinjaman dan rendahnya pendapatan dari hasil sewa ruang perkantoran yang disebabkan banyaknya penyewa yang tidak memperpanjang sewa ruang yang ada. penyewa-penyewa utama berupa bank-bank banyak yang ditutup usahanya juga tidak memperpanjang sewa, perhitungan pendapatan sewa ruang yang sebelumnya dalam mata uang dollar Amerika saat ini diperhilungkan dalam rupiah sementara pinjaman yang ada tetap dalam mata uang dollar Amerika. Sebagai jalan tcrakhir dari penyelesaian hutang PT.XYZ dapat dilakukan dengan assets settlement atau dengan melakukan restrukturisasi hutang yang ada. Pilihan atas kedua alternatif ini tergantung dari tingkat recovery terbaik yang dapat diberikan.
Kasus ini dijadikan penelitian dalam Karya Akhir ini dilihat dari sisi manajemen kcuangan, dengan melakukan pcnilaian tcrhadap asset yang ada dan melakukan retrukturisasi hutang alas gedung ABC. Penilai assets (asset valuation) dilakuakan dengan pendekatan free cashflows (discounted cashflow) untuk menghitung nilai Gedung ABC dan cost approach. Kedua metodc ini digunakan dalam penentuan nilai gedung ABC tersebut dan hasilnya dibandingkan unluk mencari nilai yang realistis dari gedung tersebut. Kedua pendekatan ini dipilih jika altcrnatif assets settlement yang akan diambil dalam penyelesaian hutang yang ada. Aliernatif lain dari penyelesaian hutang tersebut adalah dengan mclakukan restrukturisasi hutang atas gedung ABC. Reslrukiurisasi ini dilakukan dengan memperpanjang jangka waklu pinjaman. pcnyesuaian tingkat bunga dan penghitungan kembali bunga terlunggak. Dari kedua allernatii" pilihan yailu asset settlement dan restrukturisasi pinjaman akan ditentukan tingkat recovery yaitu dengan membandingkan niali saat ini dari asset gedung ABC dan nilai pinjaman terhadap besarnya pinjaman yang ada.
Berdasarkan hasil perhitungan menunjukkan bahwa dengan menggunakan metoda discounted cash flow terhadap penentuan nilai gedung diperoleh hasil bahwa nilai gedung ABC adalah sebesar USS 33.251,000. Perhitungan ini diperoleh berdasarkan hasil penentuan nilai beta sebesar 1.256, market return 11.03%, risk free berkisar 11 % sampai dengan 14%. cost of equity berkisar 10.3% hingga 11% dan cost of debt 12% pa yang menghasilkan WACC sebesar 9.1% sampai dengan 9.7%. Dengan menggunakan cost approach diperoleh nilai gedung sebesar US$ 32,409,784. Berdasrkan hal tersebul diperkirakan nilai pasar dari gedung ABC berkisar USS 32.5 juta. Jika digunakan nilai force value yailu sebesar 70% dari nilai pasar maka akan diperoleh harga sebesar USS 22.75 juta. Bila diketahui nilai pinjaman yang dimiliki oleh gedung ABC sebesar USS 41.6 juta maka akan diperoleh tingkat recovery pmjaman dengan assei settlement sebesar 54.7%. Jika dilakukan penjadwaalan ulang atas pinjaman Gedung ABC maka pokok pinjaman yang ada akan diselesaikan selama 10 tahun dengan tingkat bunga Sibor + margin. Adapun bunga tertunggak akan diselesaikan selama 5 tahun tanpa bunga berjalan (non interest bearing). Pokok pinjaman dikelompokkan kedalam Tranche A sedangkan bunga tertunggak dikelompokkan kedalam Tranche B. Untuk menghitung nilai tunai dari hasil restrukturisasi ini digunakan discount rale 12%, sehingga diperoleh nilai tunai dari pinjaman tersebut sebesar US$ 29,791,553. Nilai tunai ini jika dibandingkan dengan kewajiban pinjaman awal maka akan diperoleh tingkat recovery sebesar 71.6%. Berdasarkan kedua metoda tersebut diperoleh hasil bahwa dengan penjadwalan ulang atas hutang yang ada akan memberikan tingkat recovery tertinggi.
Kajian pada kasus ini merupakan kasus menarik dan memberikan sumbangan bagi pendidikan dan dunia bisnis secara nyata. Bagi dunia pendidikan, kasus ini menunjukkan bahwa pengambilan keputusan dalam bisnis secara nyata dapat dibuktikan dengan rumusan empiris dan teori-teori yang diperoleh dari dunia kampus. Pemilihan strategi yang didasarkan pada prediksi dan perhitungan sebagai pertimbangan awal sebelum menjalankan strategi tersebut akan mengurangi resiko kegagalan dalam pelaksanaanya. Dengan menggunakan teori yang ada, dibutuhkan data-data kondisi perusahaan, pasar dan faktor lain yang mempengaruhinya. Bagi dunia bisnis secara nyata. kasus ini dapat dijadikan pelajaran yang baik bahwa restruklurisasi menjadikan pilihan yang baik yang dapat menghindarkan perusahaan dari ancaman kebangkrutan. Dengan melakukan ncgosiasi untuk mencari penyelesaian secara win-\vin tanpa hams mengurangi kewajiban perusahaan yang akan menurunkan citra perusahaan dimata pemberi pinjaman dan investor yang akan menurunkan nilai saham yang berarti menurukan nilai perusahaan."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2002
T715
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gandira Gutawa S.
"ABSTRAK
Kebutuhan akan jalan tol di Indonesia terutama di Jawa sangat tinggi, hal
ini ditunjukkan dengan pertumbuhan ekonomi yang pesat disusul dengan
pertumbuhan sektor industri mendorong tersedianya sarana transportasi yang
first class untuk menghindari ineffisiensi. Selain itu pula disebabkan oieh tingkat
urbanisasi yang memberikan pertumbuhan jumiah kendaraan yang tinggi serta
meningkatnya jumlah pemakai jalan tol dari tahun ke tahun.
Perkembangan jalan toi di indonesia dimulal sejak tahun 1978 ketika
Jalan tol Jagorawi dibangun. Pengelola jalan toi dipercayakan Pemerintah saat
itu ialah PT. Jasa Marga (BUMN). Dengan sumber dana terbatas yang dimiiiki
Pemerintah, maka dalam kurun waktu 1976-1986 panjang jalan tol yang teiah
dibangun hanya 396 km. Namun sejak 1987 dimana pihak swasta muiai dapat
berpartisipasi dalam pengembangan jalan toi dengan skema BOT pembangunan
jalan tol telah meningkat menjadi +/- 11000 km. Basis hukum keterlibatan swasta
dalam pengembangan jalan tol adaiah Undang-Undang No. 13 tahun 1980
tentang jalan dan peraturan Pemerintah No. 8 tahun 1990 tentang jalan tol yang
memperjeias pengaturan dan penguasaan jalan tol. Khusus mengenai
penetapan tarif toI, demi menjaga kepentingan masyarakat, Pemerintah telah
menetapkan bahwa tarif tol hanya ditetapkan oieh Keputusan Presiden.
DKI Jakarta sebagai Ibukota Negara indonesia telah berkembang
merambah ke daerah sekitarnya terutama wiiayah Jabotabek, sehingga wilayah
Jabotabek tersebut telah menimbulkan pula kurang memadainya prasarana
transportasi darat (jalan raya). Pemerintah telah melaksanakan berbagai
program dan pembangunan Jalan tol. Seperti Jagorawi, Cikampek dan jalan tol
lingkar luar (JORR). Namun demikian, usaha-usaha ini tampaknya masih belum
cukup untuk mengimbangi cepatnya pertumbuhan lalu lintas di wilayah tersebut.
Maka saiah satu upaya untuk mengatasi kebutuhan prasarana transportasi darat
pada sekitar daerah tersebut direncanakan akan dibangun Jalan toi Cibubur
Cileungsi-Bekasi sebagal bagian dari sistem jaringan jalan tol di wilayah
Jabotabek dan sekìtarnya.
Konsorsium yang terdiri dari PT. WIKA dan PT. DKB merencanakan untuk
melakukan investasi jalan tol tersebut, mengingat Investasi ini merupakan
investasi padat modal dan berjangka waktu lama. sehingga konsorsium sebagai
suatu institusi swasta sangat berkepentingan agar reaiisasi pendapatan yang
diperoleh seiama masa konsesi dapat mengembalikan modal yang ditanamkan
serta menghasilkan laba.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa secara kuantitatif kelayakan
investasi proyek Jalan toi Cibubur-Cileungsi-Bekasi yang menekankan pada
pengujian arus kas selama umur investasi dengan melalui beberapa metoda
Capital budgeting.
Dari hasil analisa keuangan diperoleh bahwa arus kas (Free Cash Flows
to Firm) proyek jalan tol Cibubur-Cileungsi-Bekasi dapat memberikan arus
pengembalian internal (IRR) sebesar 16.90%. Bila investasi menggunakan
struktur pendanaan terdiri dan 35%Equity : 65%Debt serta kondisi biaya hutang
(Kd) = 12% dan biaya modal (Keu) = 14% ke dalam analisa arus kas memeberi
indikasi bahwa investasi proyek jalan tol iayak untuk diIaksanakan karena
memenuhi kriteria aspek finansial dimana WACC lebih kecil dari IRR dan
memiliki NPV positif. Namun dengan menggunakan rumusan angsuran
pengembalian pinjaman (bunga dan pokok pinjaman) secara tetap selama
jangka waktu 15 tahun, diperoleh arus kas proyek belum mampu membayar
angsuran pokok pinjaman selama 3 tahun sejak mulai dioperasikan. Sedangkan
arus kas (Free Cash Flows to Equity) dapat memberikan arus pengembalian
internal (IRR) kepada investor sebesar 16.82%. Struktur peanaan terdiri dari
35%E : 65%D merupakan struktur pendanaan yang paling kritis terhadap
keputusan investor untuk menanamkan modalnya karena arus kas investor
Sangat peka/sensitive terhadap perubahan akibat peningkatan suku bunga Iebih
besar 0.15%, peningkatan biaya investasi lebih besar 2% dan penurunan
Pendapatan tol lebih besar 2%. Sehingga dapat dikatakan bahwa investasi jalan
tol pada kondisi saat ini sangat beresiko.
"
Fakultas Eknonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2000
T2120
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indra Adi Putra
"Skripsi ini secara keseluruhan ingin meneliti pengaruh struktur modal dengan variabel-variabel keuangan (termasuk nilai perusahaan) dalam perusahaan yang listing di Indonesia. Pengaruh ini nantinya akan memberikan gambaran tentang seberapa penting aspek struktur modal bagi kinerja keuangan perusahaan. Pengukuran kinerja keuangan ini diestimasi melalui aspek likuiditas, solvabilitas, profitabilitas, dan nilai perusahaan. Untuk membantu memenuhi tujuan tersebut, Penelitian ini menggunakan dua model. Model pertama meliputi nilai perusahaan sebagai variabel dependen dan struktur modal sebagai variabel independen. Pada model kedua, struktur modal berperan sebagai variabel dependen serta memiliki sembilan variabel independen yang terdiri dari rasio likuiditas (current ratio, quick ratio,dan times interest earned), rasio solvabilitas aset (debt-to-total assets
ratio), rasio profitabilitas (profit margin, return on equity,dan return on assets), dan return saham perusahaan-perusahaan yang ada di Bursa Efek Indonesia selama periode 2002-2007. Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan jenis hypotesis testing. Hasil penelitian menun jukkan bahwa pada model pertama, nilai struktur modal memiliki hu bungan negatif dan signifikan dengan nilai perusahaan. Pada model kedua, variabel yang signifikan mempengaruhi struktur modal perusa haan adalah times interest earned (berhubungan negatif), debt to total asset ratio (berhubungan positif), return on equity (berh ubungan positif), dan return on asset (berhubungan negatif). Sedan gkan yang tidak signifikan mempengaruhi struktur modal adalah current ratio (berhubungan negatif), quick ratio (berhubungan negatif), profit margin (berhubungan negatif), dan return saham
(berhubungan positif).

In general, this thesis discuss about how capital structure correlates with financial variables (including value of the firm) for listed compa nies in Indonesia. Finally, the correlations will give us an information about how important capital structure affecting corporate financial performances, which include liquidity, solvability, profitability, and value of the firm. In order to meet its objective, this thesis use two models. First model contain correlation between value of the firm (as dependent variable) and capital structure (as independent variable), while the second model contain correlation among capital structure (as dependent variable) with liquidity ratios (current ratio, quick ratio,dan times interest earned), assets solvability ratio (debt-to-total assets ratio), profitability ratio (profit margin, return on equity,dan return on assets), and stocks return for listed companies in Indonesian Stocks Exchange during 2002-2007. This research is a quantitative research with hypotesis testing. Our research discover that in the first model, capital structure does not have significant influence over the value of the firm and negatively correlated with it. In second model, our research discover that current ratio, quick ratio, times interest earned, profit margin, and return on assets are negatively correlated with the value of the firm while debt total assets, return on equity, and stocks return are positively correlated with the value of the firm. We also discover that times interest earned, debt to total assets ratio, return on assets, and return on equity have significant influence over the value of the firm. While the current ratio, quick ratio, profit margin, and stocks return has not significantly influence the value of the firm."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Anloy, Robert Alexander Louis
Depok: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Cahyani
Depok: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7   >>