Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 18 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Annisa Sophia Rainy
Abstrak :
ABSTRAK Radio komersial sebagai media massa yang memberikan informasi dan juga hiburan kepada para pendengarnya membutuhkan keuntungan agar tetap tumbuh dan berkembang untuk mempertahankan bisnis. Penyiar dalam radio komersial merupakan garda terdepan bagi radio komersial untuk menjaring banyaknya pendengar agar menarik perusahaan-perusahaan yang menjual barang dan jasa melakukan kerjasama iklan. Penyiar yang berfungsi sebagai daya tarik membutuhkan air personality yang unik dan berbeda dari penyiar-penyiar lainnya. Penelitian etnografi ini menggambarkan bahwa pembentukan air personality penting dimiliki oleh penyiar sebagai bagian dari cara untuk menunjang fungsi bisnis dalam industri media. Trax FM, radio komersial anak muda, membebaskan penyiarnya untuk membentuk air personality sesuai dengan kepribadian dirinya sendiri melalui proses pembelajaran yang berdasarkan praktik dan juga pengalaman penyiar. Dalam prosesnya, penyiar dapat melakukan praktik agensi berdasarkan air personality hingga dapat berperan dalam proses perkembangan radio Trax FM. Namun demikian, agen yang berada dalam struktur sulit untuk dilihat terlepas dari kekuasaan tersebut. Dalam konteks neoliberal, peranan Trax FM dalam pembentukan air personality sangat penting, namun agensi pun harus bisa memposisikan diri dalam struktur. Sehingga baik agensi dan struktur, terlihat tidak sepenuhnya bebas.
ABSTRACT Commercial radio as a mass media that provides information and entertainment to its listeners requires profits to keep growing and developing to maintain the business. Broadcasters in commercial radio are the frontline for commercial radio to attract many listeners in order to engage companies that sell goods and services to do advertising cooperation. Broadcasters that have a function as an attraction require unique air personality and different from other broadcasters. This ethnographic research illustrates that the formation of an air personality possessed by broadcasters as part of a way to support business functions in the media industry. Trax FM, as a commercial radio for young people, gives flexibility to the broadcasters to form air personality according to their own personality through a learning process that is based on practice and the broadcaster's experience. In the process, broadcasters can practice agency based on air personality so they can play a role in the process of developing Trax FM radio. However, agents in the structure are difficult to see apart from that power. In the neoliberal context, the role of Trax FM in the formation of air personality is very important, but the agencies must be able to position themselves in the structure. So that both the agency and the structure, it look not completely free.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elvi Suryani
Abstrak :
ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk memberikan pemahaman terkait konstruksi pengetahuan dan stereotip tentang magang di Jepang, realitas dan pengalaman yang signifikan, serta strategi individu maupun kolektif dalam menghadapi permasalahan dan perbedaan realitas. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan metode penelitian Antropologi, yaitu melakukan observasi partisipan dan wawancara mendalam dengan trainee asal Indonesia yang bekerja di pabrik material baterai Kichinan, Kitakyushu. Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan trainee mengenai Jepang dan magang di Jepang dikonstruksi oleh berbagai pihak yang memanipulasi pengetahuan untuk kepentingan masing-masing, sehingga pengetahuan yang telah dikonstruksi kurang relevan dengan realitas trainee. Selama menghadapi realitas hidup dan magang di Jepang, trainee terus melakukan proses belajar, mengubah dan memperbarui pengetahuannya, hingga pengetahuan tersebut dapat dijadikan acuan dalam menentukan strategi. Para trainee menggunakan strategi kolektif berupa solidaritas berdasarkan hubungan senior-junior. Di samping itu, masing-masing mereka memiliki strategi individu untuk mengatasi berbagai permasalahan selama hidup dan magang di Jepang.
ABSTRACT This research was conducted to complement another research about Indonesian trainees, providing comprehensive and deep understanding of the construction of knowledge and stereotypes of internship in Japan, reality and significant experiences, and strategies by both individuals and collective in dealing with problems and differences of reality. This research used qualitative approach by Anthropological research methods, which is doing participant observation and indeepth interviews with Indonesian trainees who work in the Kichinan battery material factory, Kitakyushu. The results showed that knowledge of trainees about Japan and internship in Japan were constructed by various parties who manipulated knowledge for their own interests, so the knowledge which was constructed is not relevant to the trainees. While confronting the realities of life and internship in Japan, trainees continued the process of learning, changing and reforming of their knowledge, so that knowledge can be used to determining proper strategies. The trainees used a collective strategy consisting of solidarity based on senior-junior relations. In addition, each of them has an individual strategy to resolve various problems during life and internships in Japan.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shifa Fauziah
Abstrak :
ABSTRAK
Diskriminasi terhadap kelompok gay di Indonesia merupakan latar belakang dari penelitian ini. Adanya diskriminasi membuat mereka menyembunyikan identitasnya dan memilih untuk menikah dengan perempuan. Mereka membutuhkan ruang agar dapat merasa nyaman dan aman untuk mengekspresikan dan menunjukkan identitasnya. Kemajuan teknologi membantu mereka dalam menemukan ruang tersebut. Line di dalam penelitian ini dilihat sebagai sebuah cyberqueer space, yaitu tempat ketika pengalaman-pengalaman gay dapat terjadi dengan lebih mudah dari pada di offline. Oleh karena itu, melalui penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode wawancara mendalam terhadap ke-enam infoman dan pengamatan baik di online ataupun offline, saya mencoba melihat identitas dan ekspresi diri yang dilakukan oleh individu gay di dalam grup mak-mak. Ekspresi yang mereka tunjukkan terlihat dari pembentukan identitas gay yaitu dari penerimaan hingga perasaan bangga akan identitasnya. Cara gay mengartikulasi identitasnya di Line berbeda-beda dan bermacam-macam, ada yang memilih hanya sedikit menambahkan apa yang telah ada dalam dirinya, ada pula yang mengubah total seluruh identitas aslinya. Interaksi yang dilakukan dalam grup membentuk hubungan sosial yaitu pertemanan, romantisme dan pekerjaan.
ABSTRACT
Discrimination against gay group in Indonesia is the background of this research. Discrimination makes them hide their identity and choose to marry women. They need space in order to feel comfortable and safe to express and show their credentials. Advances in technology help them in finding the space. Line in this study is seen as a cyberqueer space, that place when the experiences of gay can occur more easily than in the real world. Therefore, through the study used a qualitative approach with in-depth interviews on all six informant and observations both in the real world or the virtual world, I try to see the identity and self-expression by individuals in a group of gay-mak mak. They show visible expression of gay identity formation, namely from reception to feeling proud of their identity. How gay identity in Line articulate different and diverse, there are selected only a few add what we have in him, there is also a change in total throughout his true identity. Interaction is done in a group that is forming social relationships of friendship, romance and work.
2016
S65958
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lia Setiawatiningsih
Abstrak :
ABSTRAK
Tulisan ini mengangkat analisis pada praktik tata kelola governance Gapoktanhut Jati Mustika dalam implementasi program pinjaman tunda tebang di Desa Tempuran, Kabupaten Blora menggunakan pendekatan kualitatif. Melalui analisis tersebut ditemukan adanya kesenjangan antara rancangan program dan implementasi program di lapangan. Kesenjangan tersebut kemudian ditemukan sebagai hasil dari praktik ilegal aparat negara state illegality yang melibatkan pengurus gapoktanhut dan perangkat Desa Tempuran. Praktik ilegalitas ini diketahui dan diakui keberadaannya oleh masyarakat di Tempuran, namun tetap dibiarkan terjadi begitu saja. Tulisan ini menunjukkan bagaimana praktik ilegalitas dapat bertahan di masyarakat dengan mengamatinya dari sudut pandang komunitas.
ABSTRACT
This paper raise an analysis on Gapoktanhut Jati Mustika governance practice in the implementation of pinjaman tunda tebang program in Tempuran village, Blora Regency of Central Java using qualitative approach. Through this analysis it is found that there is a gap between the program rsquo s initial design, and its actual implementation in practice. That gap is later discovered to be a product of state illegality practice involving both the gapoktanhut and village officials. This practice of illegality is known and being acknowledge by the rest of the Tempuran community, yet they allow it to happen as it is. This paper tries to decipher how this practice of illegality can persist by observing it through the community point of view.
2017
S68500
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sean Setio Haliman
Abstrak :
Skripsi ini mengaji aspek relasi dan kepercayaan dari kongsi dagang alat pemadam api ringan di LTC Glodok yang melakukan kegiatan perdagangan didasari oleh kekeluargaan dalam kongsi dan etnisitas. Kegiatan bisnis keluarga dalam kongsi dilakukan dalam situasi mengandalkan perjanjian dan aturan secara informal yang disepakati bersama sehingga dapat disebut sebagai organisasi tertutup. Persaingan bisnis juga dipengaruhi oleh aspek perbedaan kelompok etnis, sehingga bisnis dan keluarga berjalan beriringan. Dengan menggunakan metode etnografi, skripsi ini menunjukkan bahwa guangxi dan xinyong terwujud dalam tindakan dan relasi bisnis baik dalam kegiatan anggota kongsi maupun di luar kongsi. Pemfokusan pada relasi dan kepercayaan dapat memperlihatkan bagaimana sebuah organisasi bisnis berdasarkan etnis bekerja. Aturan dalam kongsi tidak hanya dipengaruhi oleh aspek relasi dan kepercayaan semata. Tindakan dan relasi dalam kongsi juga dipengaruhi oleh kebudayaan Hakka secara berkelanjutan yang menjadi mayoritas di kongsi. ......This thesis examines the relation and trust aspects of the fire extinguisher trading partnership in LTC Glodok which conducts trading activities based on kinship in joint venture and ethnicity. Family business activities in joint venture are carried out in situations of relying on informal agreements and rules that are mutually agreed upon so that they can be called a closed system organization. Business competition is also influenced by aspects of different ethnic groups, so that business and family go hand in hand. By using the ethnographic method, this thesis shows that guangxi and xinyong are manifested in the actions and business relations both in the activities of members of the joint venture and outside the community. Focusing on relationships and trust can show how a business organization based on ethnicity works. Shared rules in joint venture are not only influenced by aspects of relationships and beliefs. Actions and relationships in joint venture are also influenced by the Hakka culture on an ongoing basis, which is the majority in the joint venture.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Basyarul Aziz
Abstrak :
Tesis ini memaparkan bahwa kecamatan Rungkut, Surabaya mendapatkan perhatian khusus melalui adanya zonasi parkir sebagai teritorialisasi untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah. Zonasi parkir di Kecamatan Rungkut tidak memiliki dampak. Zonasi parkir parkir tetap berjalan tetapi dihadapkan dengan munculnya penguasa dan parkir tidak resmi. Di sisi lain, Pemerintah Kota mendorong kelompok parkir tidak resmi untuk diresmikan tetapi Pemerintah Kota Surabaya absen dalam hal teknis. Zonasi parkir dianggap sentralistik tetapi munculnya kelompok parkir etnis Madura di aras lokal menjadi tandingan bagi anggapan tersebut. Dari latar belakang saya menggunakan teritorialisasi negara untuk membedah zonasi parkir. Saya berargumentasi bahwa zonasi parkir merupakan praktik teritorialisasi negara yang pada penjelasannya menyanggah teritorialisasi berjalan sentralistik. Perlu untuk menempatkan diskusi ini dalam konteks lokal atau berbasis etnisitas sehingga menghasilkan sintesa bahwa negara kurang mapan dalam membentuk teritori bagi zonasi parkir lantaran arus peranan etnisitas dalam konteks kelompok usaha parkir etnis Madura di Kecamatan Rungkut yang begitu kuat. Kurang mapannya teritori diikuti dengan adanya akses dan relasi kuasa oleh kelompok etnis Madura dalam penguasaan wilayah yang formal dan informal sehingga membuat ruang kelompok lainnya menjadi terbatas. Berbagai mekanisme akses muncul disini. Saya mendiskusikan mereka yang mampu mengontrol maupun mempertahankan akses sebagai upaya dalam melakukan strategi bertahan. Metode etnografi memungkinkan untuk eksplorasi tentang relasi kuasa, jaringan sosial dan etnisitas. Selanjutnya, saya mempertanyakan mengapa lahan parkir terkonsentrasi pada kelompok parkir etnis Madura. Saya menjawabnya dengan memaparkan dari kelompok parkir yang memenangkan distribusi akses dan melihat kelompok ini mendistribusikan demi keuntungan kelompok.This thesis explained that Rungkut sub-district, Surabaya, received special attention through the existence of zoned parking as territorialization to increase Own-Source Revenue. Zoned Parking in Rungkut Subdistrict have no impact. Zoned Parking continues to run but is faced with the emergence of rulers and unofficial parking. On the other hand, the city government pushed for unofficial parking to be inaugurated but Municipal Administration was absent in technical matters. Zoned parking is considered a centralistic assumption, but the emergence of Madurese ethnic parking groups at the local level is a match for this assumption. From the background I used territorialization state to zoned parking. I argue that zoned parking is a practice of territorialization of the state which, in its pursuit, denies territoriality to be centralized. It is necessary to place this discussion in a local context or based on ethnicity so as to produce a synthesis that the country is less well established in the territory for parking zoning because of the role of ethnicity in the context of the Madurese ethnic parking group in Rungkut District which is so strong. The lack of well-established territory is followed by access and power relations by Madurese ethnic groups in formal and informal territorial control, which makes the other group space limited. Various access mechanisms appear here. Here I discuss those who are able to control and maintain access as an effort to carry out a defense strategy. Ethnographic methods allow for exploration of power relations, social networks and ethnicity. Next, I questioned why parking lots were concentrated in the ethnic Madurese parking group. I answered it by presenting the life history of the parking group who winner the access distribution and saw this group distributing it for group profits.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
T51860
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eko Rahmanto
Abstrak :
Permainan Pokemon Go merupakan permainan yang booming pada tahun 2016. Permainan ini mengajak tidak hanya anak-anak namun seluruh keluarga untuk bermain permainan tersebut. Dalam kontestasi keluarga, tentunya lebih banyak kegiatan dikepalai oleh kepala keluarga yaitu bapak. Tulisan ini ingin melihat bahwasannya perempuan dalam permainan Pokemon Go pun dapat menjadi sosok seorang ibu yang memiliki tanggung jawab domestik dan mengurus anak namun juga menjadi seorang yang berbeda ketika menjadi pemain Pokemon Go. Ibu yang membawa serta keluarganya dalam bermain permainan ini memiliki peran yang berbeda dalam dengan ibu yang berada di rumah. Adanya negosiasi serta perubahan peran seorang ibu dalam menjalani hobinya menjadi gambaran bahwasannya ibu yang menjadi orang tua dalam urusan rumah tangga bisa menjadi seorang gamers yang tidak hanya dapat menyokong keluarga tapi juga mengajak serta mengarahkan keluarga ini dalam bermain permainan tersebut. Permainan Pokemon Go yang sejatinya menggabungkan antara dunia nyata dan dunia virtual menjadikan permainan realitas virtual ini menjadi permainan keluarga yang menarik dimainkan. Nilai-nilai yang ditanamkan soerang ibu yang berasal dari keluarga dapat dielaborasikan dengan nilai-nilai yang ada dalam permainan pokemon, tulisan ini mencoba melihat dengan kacamata etnografi bagaimana seorang ibu menjadi seorang gamers dalam keluarga di komunitas Pokemon Go Bandarlampung. ......Pokemon Go is booming in 2016. This game invites not only children but the whole family to play. In family contestation, of course, more activities are headed by the head of the family, namely the father. This paper wants to show that women in the game Pokemon Go can also be mother figures who have domestic responsibilities and take care of children but also become different people when they become Pokemon Go players. Mothers who bring their families to play this game have a different role than mothers who are at home. The existence of negotiations and changes in the role of a mother in carrying out her hobby illustrates that mothers who become parents in household affairs can become gamers who can not only support the family but also invite and direct this family to play these games. The Pokemon Go game, which actually combines the real world and the virtual world, makes this virtual reality game an interesting family game to play. The values instilled by a mother who comes from a family can be elaborated on with the values that exist in the game of Pokemon. This paper tries to see through an ethnographic lens how a mother becomes a gamer in the family in the Pokemon Go Bandarlampung community.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Sandi Perdani
Abstrak :
Penelitian dilakukan pada Masyarakat Kukusan di masa awal pandemi COVID-19. Data dikumpulkan melalui penelitian lapangan menggunakan teknik wawancara mendalam dan observasi partisipan dengan memperhatikan protokol kesehatan dan penggunaan berbagai alat komunikasi untuk menggali data di masa pandemi COVID-19. Temuan dalam penelitian ini, Masyarakat Kukusan berinteraksi secara resiprokal dengan virus COVID-19 dalam proses adaptive co-management untuk mengelola ketakutan dalam masyarakat. Pemaknaan virus COVID-19 sebagai bentuk makhluk yang diciptakan oleh Tuhan dan hidup berdampingan dengan masyarakat Kukusan membuat masyarakat Kukusan mampu mengendalikan ketakutan di masa pandemi. Dengan demikian, pandemi COVID-19 yang merubah tatanan sistem ekosistem yang terdapat manusia di dalamnya di respons dengan pengelolaan ketakutan yang baik melalui adaptive co-management dengan tokoh agama sebagai adaptive manager. Saya berargumentasi bahwa menejemen ketakutan di tengah pandemi mampu secara perlahan membuat masyarakat dan COVID-19 mampu hidup berdampingan dengan sistem ekosistem yang baru. ......The research was conducted in Kukusan community in the early days of the COVID-19 pandemic. The data was collected through fieldwork using in-depth interview techniques and participants' observations by paying attention to health protocols and the use of various communication tools to dig up data during the COVID-19 pandemic. The findings in this study, Kukusan community interacted reciprocally with the COVID-19 virus in the process of adaptive co-management to manage fear in the community. The use of the COVID-19 virus as a form of being created by God and coexisting with the Kukusan community makes the Kukusan community able to control fear during the pandemic. Thus, the COVID-19 pandemic that changed the order of the ecosystem system contained in it in response with good management of fear through adaptive co-management with religious leaders as adaptive managers. I argue that managing fear in the midst of a pandemic is able to slowly make people and COVID-19 able to coexist with the new ecosystem system.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Guntur Cobobi
Abstrak :
Konsep individualitas dan kolektivitas telah lama menjadi bahan perdebatan para ilmuwan sosial. Umumnya mereka berasumsi jika tindakan-tindakan individual dan kolektif tidaklah dapat berdiri sendiri-sendiri, sebab pada dasarnya dua hal tersebut akan selalu ada dalam ketegangan-ketegangan yang muncul dari interaksi manusia itu sendiri. Namun asumsi-asumsi ini hampir semuanya berangkat dari studi terhadap masyarakat tradisional yang sebenarnya telah terikat secara struktur dan kultur atau paling tidak berada dalam suatu ruang bersama seperti kampung atau wilayah yang tentunya telah memiliki standar tersendiri sebagai masyarakat kolektif. Tentu saja jika studinya diubah pada masyarakat virtual yang tidak terikat secara struktur dan spasial seperti pada ruang sosial yang tercipta melalui game online yang memiliki banyak kompleksitas, maka relevansinya bisa saja akan berubah. Penelitian ini menggunakan metode etnografi virtual bertujuan untuk memahami pengetahuan, nilai serta perilaku para pemain game PUBG Mobile ketika mereka berada di dalam permainan maupun ketika menemukan dirinya berada dalam komunitas yang terbentuk oleh ekosistem game itu sendiri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa para pemain game PUBG Mobile justru tidak terikat oleh alur permainan (gameplay) yang diusung oleh platform. Dalam ruang interaksi yang kompleks, para pemain justru selalu berada pada situasi antara menjadi individual ataupun menjadi kolektif. Hal ini tidak terlepas dari bagaimana mereka dibentuk oleh komunitas atau ekosistem game itu sendiri, seperti tren-tren yang dipopulerkan oleh para streamer dan Youtuber yang meningkatkan nilai prestise item-item seperti skin, outfit, skill, kill, rank dan tier yang mengarah pada penguatan unsur individualitas. Hal inilah yang mengarahkan pemain untuk kemudian menempatkan kolektivitas sebagai sarana pemenuhan segala tujuan individualnya. Tidak sedikit kasus di mana pemain juga menampilkan individualitasnya justru di dalam permainan yang semestinya dimainkan secara kolektif. Dinamika hubungan antar pemain game PUBG Mobile tersebut, pada dasarnya menunjukkan bahwa manusia ternyata akan selalu hidup dalam ketegangan antara menjadi individual (otonom) dan juga kolektif (related). ......The concepts of individuality and collectivity have long been the subject of debate by social scientists. Generally, they assume that individual and collective actions cannot stand alone, because basically, these two things will always exist in tensions that arise from human interaction itself. However, almost all of these assumptions came from the study of traditional communities that are actually bound structurally and culturally or at least exist in a common space such as a village or an area which of course has its own standard as a collective society. Of course, if the study were to be changed in a virtual society that was not bound structurally and spatially as in the social spaces created through online games that have a lot of complexity, then their relevance might change. This study uses a virtual ethnographic method that aims to understand the knowledge, values , and behavior of PUBG Mobile game players when they are in the game or when they find themselves in a community formed by the game ecosystem itself. The results show that PUBG Mobile game players are not bound by the gameplay carried out by the platform. In a complex space of interaction, the players are always in a situation between being an individual or being a collective. This is inseparable from how they are formed by the community or the game ecosystem itself, such as trends popularized by streamers and YouTubers that increase the prestige value of items such as skins, outfits, skills, kills, ranks, and tiers that lead to strengthening individuality. This is what directs players to then place collectivity as a means of fulfilling all their individual goals. There are not a few cases where players also display their individuality in games that should be played collectively. The dynamics of the relationship between PUBG Mobile game players basically shows that humans will always live in the tension between being individual (autonomous) and also collective (related).
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aliya Dwi Rachmadina
Abstrak :
ABSTRAK Di era New economy, industri influencer merupakan bentuk nyata dari perkembangan ekonomi. Industri influencer yang terdiri dari tiga unsur yaitu influencer marketing, influencer media sosial, dan audiens media sosial. Dalam mengkaji studi ini, fokus analisis saya adalah audiens media sosial yang terbagi menjadi digital immigrant dan digital native. Bagi kedua kategori audiens media social, influencer merupakan collaborative filtering yang berguna sebagai penyaring informasi. Walaupun influencer media social lebih berguna menjadi collaborative filtering bagi audiens digital native dibanding dengan audiens digital immigrant.
ABSTRACT In the New economy era, the influencer industry is a tangible form of economic development. The influencer industry consists of three elements such as influencer marketing, social media influencer, and social media audience. In reviewing this study, my focus on analysis was a social media audience that divided into digital immigrant and digital native. For both categories of social media audiences, influenceres are a form of collaborative filtering that is useful as information filters. Altough social media influencers are more useful as filters for digital native audiences compared to digital immigrant audiences.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>