Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 14 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Margono
"Telah dilakukan substitusi parsial Gd terhadap La pada sistem superkonduktor suhu kritis tinggi La1.85Sr0.15CuO4 , momen magnet Gd diharapkan akan merusak superkonduktivitas bahan dan menurunkan L. Pengukuran Tc-nya dilakukan dengan alat susceptometer. Konsentrasi Gd dari senyawa La1.85Sr0.15CuO4 bervariasi dari x = 0 sampai dengan 0.16. Hasil pengulcuran. memperlihatkan penurunan Tc yang relatif lambat.

Partial substitution of Gd for La had been conducted in high-Tc La1.85Sr0.15CuO4 superconductor system, Gd magnetic moment was expected to reduce superconductivity and decrease critical temperature L. Tc measurement was performed by using an ac susceptometer. Gd concentration of La1.85Sr0.15CuO4 compound was varied from x = 0 up to 0.16. The result showed that L decrease was relatively slow."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Daulay, M. Arizal
Depok: Universitas Indonesia, 1994
S28152
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Madali
"ABSTRAK
Penelitian ini akan mensimulasikan temperatur transisi pada superkonduktor NdBa2Cu3O7-x. Superkonduktor NdBa2Cu3O7-x terdiri dari satu bidang CuO. Sumulasi temperatur transisi superkonduktor NdBa2Cu3O7-x dapat dipelajari dengan menggunakan model ASYNNNI. Dalam model ASYNNNI, oksigen di tempatkan pada bidang CuO secara acak. Kandungan oksigen yang diberikan akan mempengaruhi besarnya temperatur transisi. Temperatur transisi tertinggi terjadi pada superkonduktor NdBa2Cu3O7-x dengan kandungan oksigen 90% yaitu sekitar 30 K. Temperatur transisi tidak dihasilkan dalam simulasi dua bidang CuO, karena bahan ini tidak bersifat superkonduktor"
2009
T21606
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Andri Suherman
"ASYNNNI model adalah salah satu model yang menerangkan mekanisme pengaturan atom oksigen pada bidang basal (bidang CuO) senyawa BSCCO yang terdiri dari senyawa Bi2Sr2CuO7-x (BSCCO 2201), senyawa Bi2Sr2CaCu2O9-x (BSCCO 2212), dan senyawa Bi2Sr2Ca2Cu3O11-x (BSCCO 2223). Atom-atom oksigen terletak pada lapisan bidang CuO. BSCCO 2201 mempunyai satu lapisan bidang CuO, BSCCO 2212 mempunyai dua lapisan bidang CuO, dan BSCCO 2223 mempunyai tiga lapisan bidang CuO. Pengaturan atom oksigen dan banyak lapisan bidang basal sangat mempengaruhi sifat senyawa tersebut. Senyawa dengan struktur kristal ortorombik bersifat superkonduktor, sedangkan senyawa dengan struktur tetragonal bersifat non-superkonduktor. Temperatur transisi adalah keadaan terjadinya transisi sifat struktur bahan non-superkonduktor ke struktur superkonduktor atau sebaliknya.
Temperatur transisi dari perubahan struktur tetragonal ke struktur ortorombik sangat dipengaruhi oleh kandungan oksigen. Temperatur transisi ternyata berubah-ubah dengan berubahnya kandungan oksigen. Telah dihitung temperatur transisi senyawa BSCCO, diperoleh hasil untuk BSCCO 2201 dengan temperatur transisi tertinggi 13.5 K, untuk BSCCO 2212 dengan temperatur transisi tertinggi 83 K, dan untuk BSCCO 2223 dengan temperatur transisi tertinggi 110 K. Simulasi ini telah menunjukkan adanya perubahan fasa yang ditunjukkan oleh lonjakan harga kalor jenis Cv pada temperatur tertentu.
Simulasi ini menggunakan metoda Monte Carlo, algoritma Metropolis, dan Glauber Dynamics. Program ini ditulis menggunakan bahasa C."
Jakarta: Universitas Indonesia, 2006
T20835
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saepul Qodar
"Penelitian ini akan mensimulasikan temperatur transisi pada superkonduktor TBCCO. Secara umum, superkonduktor TBCCO dapat dituliskan sebagai dimana m adalah jumlah bidang TlO dan n adalah jumlah bidang CuO. Simulasi temperatur transisi superkonduktor TBCCO dapat dipelajari dengan menggunakan model ASYNNNI. Dalam model ASYNNNI, oksigen di tempatkan pada bidang CuO secara acak. Kandungan oksigen dan jumlah bidang CuO akan mempengaruhi besarnya temperatur transisi. Temperatur transisi tertinggi terjadi pada superkonduktor TBCCO yang mempunyai tiga bidang CuO dengan m1n2n1n2mOCuCaBaTl2m. Untuk 2m, temperatur transisi tidak dihasilkan dalam simulasi empat bidang CuO, karena bahan ini tidak bersifat superkonduktor.

This research will simulate the transition temperature in supercondustors TBCCO. Generally, superconductors TBCCO can be written as where m is the number of TlO planes and n is the number of CuO planes. Simulation of transition temperature in superconductors TBCCO can be studied using ASYNNNI model. In ASYNNNI model, oxygen is placed in CuO planes randomly. The oxygen content and the number of CuO planes will affect on transition temperature level. The highest transition temperatur level is in three CuO planes superconductors TBCCO with m1n2n1n2mOCuCaBaTl2m. For 2m, transition temperature is not resulted in four CuO planes simulation because the material is not superconductor."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
T39893
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Simamora, S.P. Bonando
Depok: Universitas Indonesia, 1994
S28195
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Purwadi
"Superkonduktor GdBa2Cu30 dibuat dengan cara 7-x memanaskan campuran 1/2 mol Gd203 2 mol CuO Temperatur pemanasan bervariasi BaCQ3 dan 3 mol sesuai dengan tiga tahapan pemanasannya yaitu kalsmasi sintenng dan annealing 2 + 3 + Kation Cu dan Cu dalam sistem Gd-Ba-Cu-0 ditentukan dengan 2 + 3 + metode titrasi yodometri Pada penentuan Cu dan Cu dalam suatu sampel dengan metode titrasi yodometri kation 2 + 3 + + - Cu dan Cu direduksi menjadi Cu sedang I dioksidasi membentuk I dalam bentuk gas Kemudian Iz yang dibebaskan 2 - S203 yang sudah 2 + Titrasi yodometri untuk penentuan kation Cu dititrasi dengan ion distandardisasi 3 + dan Cu dilakukan dengan titrasi kombinasi (Titrsi 1 dan Titrasi 2) untuk penentuan Cu 2+ (jumlah total kation tembaga) PProses kalsmasi oksida Gd-Ba-Cu pada temperatur 940°C-960°C selama 5 jam menghasilkan fraksi Cu yang tertinggi dibandingkan temperatur-temperatur yang lain Kalsmasi pada temperatur 940°C dan 980°C kedua temperatur tersebut 3 + sebesar menunjukkan harga fraksi Cu sedangkan kalsmasi pada temperatur 980°C menunjukkan fraksi 0 083 Cu 3 + sebesar 0 056 Proses smtenng oksida Gd-Ba-Cu pada temperatur 940° C atau 960°C selama 30 jam dan kombinasi antara kedua temperatur 3 + smtenng tersebut menghasilkan fraksi Cu dan 3+ 2+ perbandingan Cu /Cu yang tinggi dibandingkan temperatur-temperatur 3 + smtenng lainnya yaitu fraksi Cu dan 3 + 2 + berkisar antara 0 227-0 234 perbandingan Cu- /Cu berkisar antara 0 293-0 305 Pada proses annealmg tiga temperatur yang dicoba yaitu 400°C 500°C dan 600°C Oksida Gd-Ba-Cu dikalsinasi dan disintermg pada temperatur yang sama temperatur 400°C menghasilkan fraksi Cu3+=0 234 perbandingan Cu3 + /Cu2+=0 305 Annealmg pada temperatur 500°C annealmg pada atau menghasilkan 3 + 3 + 2 + fraksi Cu 0 232 atau perbandingan Cu /Cu 0 302 Temperatur 600°C menunjukkan fraksi Cu3 + 0 224 atau perbandingan Cu3 + /Cu2 +=0 288 Makin rendah temperatur annealmg 3 + makin tinggi hasil fraksi Cu atau perbandingan Cu 2+ /Cu 2+"
1994
S29912
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Santoso Purwoadi
"Studi Pengaruh Temperatur Sinterisasi Terhadap Kandungan
Oksigen .Superkonduktor YBa 2cu 3ox Dengan Memakai Cara Titras
i Yodometri
xi + 68f~ halarnan tabel , gambar , lampiran
Senyawa keramik YBa2cu3ox dibuat dengan mencampur -
kan r 2o3
, Baco3 ,dan CuO dal am perbandingan mol ~ ·~ 2. : 3
, melalui berbagai t ahapan kerja yaitu kal s inasi, sinterisasi,
dan anea isasi. Se:riyawa i ni dapat bertindak sebagai
superkonduktor pada temper atur kritis yang sangat
rendah ( 93 K ).
Mutu superkonduktor YBa2cu3ox ditentukan oleh tinggi-
rendahnya temperatur saat munculnya gejala superkon -
duktivi tas, yang berkai tan dengan kandungan oksigen su
perkonduktor YBa2cu
3ox tersebut. Penelitian ini menyelidiki pengaruh tinggi-renda~-
nya temperatur proses sinterisasi terhadap kandungan
oksigen superkonduktor YBa2cu3ox. Kte-beradaan gejala
superkonduktivitas pada c.uplikan dibuktika:n melalui
cara - cara uji efek Meissner - Ochsenfeld dan perbandingan
pola difraksi sinar X, sementara untuk menentukan
kandungan oksigennya dipakai cara t.i trasi yodometri.
Hasil P,eneli tian menunjukkan bahwa semakin tinggi
temperat.ur sinteri sasi. superkondukt.or YBa2cu,ox,. kandungan oksigennya semakin rendah"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1995
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aisyah Anita
"Di lapangan AA, metoda seismik inversi digunakan untuk menghasilkan volume akustik impedansi. Hasil dari metode ini tidak hanya menghasilkan resolusi yang lebih baik untuk interpretasi struktur yang lebih akurat , tetapi juga memberikan pengertian lebih baik tentang prediksi sifat-sifat fluida dan resrevoar. Seismik inversi AVO merobah seismik data menjadi P-impedansi (hasil dari densitas dan kecepatan gelombang-P), S-impedansi (hasil dari densitas dan kecepatan gelombang-S), dan densitas (ρ) yang menjadikan pemisahan fluida dan litologi menjadi lebih baik. Sebelum membahas AVO inversi, reservoar fisika batuan dianalisa untuk tujuan Fluid Replacement Modeling (FRM). Melalui FRM, dilakukan pertukaran fluida menggunakan persamaan Biot Gassmann untuk mengetahui pengaruh fluida pada sifat-sifat elastik batuan. Awalnya, Vp, Vs, ρ dan Sw dari suatu fluida harus diketahui. Kemudian, hasil analisa dibawa memalui perbandingan antara sumur seismogram sintesa dari fluida yang berbeda atau sifat-sifat batuan dengan data seismik menggunakan hasil ekstraksi wavelet. Perbedaan fluida dengan perbedaan sifat-sifat batuan menunjukkan perbedaan respons amplitudo dan karakternya. Hasil studi ini diharapkan memperkuat interpretasi seismik untuk pemisahan fluida dan litologi. Selanjutnya, melalui studi diharapkan dapat digunakan untuk mengoptimalkan produksi oil dan gas dan di lapangan AA.

At AA Field, we applied seismic AVO inversion methods to generate acoustic impedance volume. The results of this approach provide not only better resolution for more accurate structural interpretations, but also allow us to perform better fluids and reservoir properties predictions. Seismic AVO inversion transforms seismic data into P-impedance (product of density and P-wave velocity), S-impedance (product of density and S-wave velocity), and density (ρ) for better discrimination on fluid and lithology effects. Prior to AVO Inversion, rock physics of the reservoir were analyzed for Fluid Replacement Modeling (FRM) purposes. Through this FRM, we employed Biot Gassmann fluid substitution to investigate fluid effects on rocks elastic properties. Initially, we setup input logs of Vp, Vs, ρ, and fluid saturation (Sw) with known fluid type. Later on the workflow, analysis was carried-out through comparison between well synthetic seismogram of different fluids or rock properties with seismic data using extracted wavelet. Different fluid with different rock properties exhibit different amplitude responses and characters. This study has enhanced our seismic interpretation for fluid and lithology discriminations. Furthermore, this study can be used for optimization of oil and gas productions at AA Field."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
T21629
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Latifah Zafirah
"ABSTRAK
Penelitian ini mensimulasi temperatur kritis superkonduktor FeSe dengan menggunakan model ASYNNNI yang menggambarkan kandungan selenium pada Kristal FeSe secara acak. Kandungan selenium pada FeSe mempengaruhi terjadinya temperatur kritis. Temperatur kritis dihasilkan oleh simulasi dengan kandungan selenium sebanyak 90 , 80 , dan 70 . Temperatur kritis menunjukkan bahwa kristal FeSe bersifat superkonduktor. Tidak ditemukannya temperatur kritis pada simulasi dengan kandungan selenium lainnya menunjukkan tidak adanya superkonduktivitas.

ABSTRACT
This research meant to simulate FeSe superconductor 39 s critical temperature with ASYNNNI model which randomly show selenium in FeSe crystal. Concentration of selenium affects critical temperature in FeSe. Critical temperature showed by simulation contained 90 , 80 , 70 of selenium. Critical temperature shows that FeSe crystal is a superconductor. Absence of critical temperature in another selenium concentration shows that there is no superconductivity."
2017
S70170
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>