Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 34 dokumen yang sesuai dengan query
cover
I Made Arjun Suputra Jaya
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meneliti hubungan kepuasan berpacaran dengan kebahagiaan subyektif dimoderatori oleh keinginan untuk menikah pada individu dewasa muda yang berpacaran berbeda agama. Partisipan dalam penelitian ini sebanyak 145 orang. Penelitian ini menggunakan alat ukur yaitu Relationship Assessment Scale RAS , Scale of Positive and Negative Experience SPANE , dan Satisfaction with Life Scale SWLS . Analisis data dilakukan menggunakan moderasi model satu yang dikemukakan oleh Hayes. Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara keinginan untuk menikah dalam hubungan kepuasan berpacaran dan kebahagiaan subyektif pada individu dewasa muda yang menjalani hubungan berpacaran berbeda agama c = 0,047; t = 2,674; sig. = 0,008 .

ABSTRACT
This study aims to examine the correlation between relationship satisfaction and subjective well being moderated by willingness to marry among young adults in deferent religion relationship. Partisipants in this study is 145 persons. Measurement in this study using Relationship Assessment Scale RAS , Scale of Positive and Negative Experience SPANE , and Satisfaction with Life Scale SWLS . Data analysis using moderated model one which proposed by Hayes. The result of this study indicates that there is an interaction between the willingness to marry in the relationship of relationship satisfaction and subjective well being in young adults in deferent religion relationship c 0,047 t 2,674 sig. 0,008 .
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ainun Rahma Dwi Putri
"Karyawan lini depan menghadapi tuntutan tampilan ekspresi emosi spesifik yang telah ditentukan oleh perusahaan selama berinteraksi dengan pelanggan secara langsung. Emosi yang sebenarnya dirasakan tidak selalu sejalan dengan emosi yang harus ditampilkan sehingga karyawan perlu menerapkan strategi emotional labor yaitu surface acting maupun deep acting. Penggunaan strategi emotional labor dapat menimbulkan dampak positif maupun negatif terhadap performa kerja individu.
Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara strategi emotional labor berupa surface acting dan deep acting dengan performa kerja yang terbagi atas task performance, contextual performance, dan counterproductive work behavior. Sebanyak 90 karyawan sales retail Jabodetabek mengisi kuesioner yang berisi alat ukur emotional labor dari Diefendorff, Croyle, dan Gosserand (2005) dan Individual Work Performance Questionnaire (IWPQ). Hasil analisis korelasi menemukan bahwa strategi surface acting secara signifikan berhubungan positif dengan counterproductive work behavior (r=0.314, p<0.01) dan strategi deep acting berhubungan signifikan positif dengan contextual performannce (r=0.114, p<0.05) pada karyawan sales retail.

Frontline employees face the display rules when interacting with customers as to meet
organizationally desired outcomes. They have to regulate their emotions in a situation
where felt emotions are incongruent with the display rules through emotional labor
strategy by using surface or deep acting. The use of emotional labor strategy impacts
employee’s job performance positively and negatively. The purpose of this study was to
examine the relationship between surface acting and deep acting with task performance,
contextual performance, and counterproductive work behavior in retail sales workers. A
total of 90 Jabodetabek retail sales workers completed a questionnaire that includes
emotional labor scale from Diefendorff, Croyle, dan Gosserand (2005) and Individual
Work Performance Questionnaire (IWPQ). The result found that surface acting was
significantly correlated with counterproductive work behavior ((r=0.314, p<0.01) while
deep acting was significantly correlated with contextual performance (r=0.114, p<0.05).
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Nurhalimah Br.
"Penelitian ini dilakukan untuk menginvestigasi hubungan antara pengasuhan orangtua dengan theory of mind (ToM) anak usia 6-8 tahun. Partisipan penelitian ini adalah 107 anak sekolah (61 laki-laki, 46 perempuan) dan orangtuanya di Bogor, Indonesia. Peneliti mendapatkan skor ToM anak melalui pengukuran menggunakan skala ToM (Wellman & Liu, 2004) dan second order false belief (Astington et al., 2002; Sullivan et al., 1994) serta skor pengasuhan orangtua menggunakan inventori pengasuhan (PAI) Vinden (2001) yang disempurnakan oleh OReilly dan Peterson (2015). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang negatif dan signifikan pada skor pengasuhan otoritarian dan total skor ToM anak (r = -.199, p < 0.05). Artinya, semakin otoriter pengasuhan orangtua, maka semakin kecil skor ToM anak. Tidak ditemukan hubungan yang signifikan antara pengasuhan orangtua dan perolehan ToM anak.

This study aims to investigate the correlation between parenting attitude and theory of mind (ToM) among 6-8 years old children. Participant of this study are 107 pupils (61 boys, 46 girls) and their parents in Bogor, Indonesia. We assessed childs ToM using ToM Scale Wellman & Liu (2004), and second order false belief task (Astington et al., 2002; Sullivan et al.,1994). We assessed parenting style using Parenting Attitude Inventory (PAI) Vinden (2001) that has been modified by OReilly and Peterson (2015). The result of this study showing a negative and significant correlation between autoritarian parenting and childs ToM total score (r = -.199, p < 0.05). This result indicate that more autoritarian parenting styles lead to less childs ToM. There is no significan correlation between autoritative parenting and childs ToM has been found."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adilla Afiani
"ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengeksplorasi fenomena victim-perpetrator cycle dalam kekerasan seksual yang terjadi di Indonesia dan bertujuan untuk melihat gambaran faktor-faktor yang berperan dalam siklus tersebut. Terdapat tiga orang partisipan dalam penelitian ini yang merupakan remaja yang sedang berhadapan dengan hukum terkait kasus kekerasan seksual di Jakarta. Pengambilan data dilakukan dengan metode in-depth interview, yang kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis tematik. Hasil penelitian menunjukkan partisipan memiliki masalah self-control, adanya internalizing dan externalizing behavior terkait pengalaman kekerasan, memiliki masalah keluarga, berasal dari lingkungan rumah dan pertemanan yang berisiko terhadap paparan kekerasan seksual dan kekerasan fisik

ABSTRAK
This research was conducted as an exploration study toward victim perpetrator cycle in sexual abuse case in Indonesia and aimed to describe cotributing factors in that cycle. Three participants were involved in tis resarch who are juvenile prisoners with sexual abuse case in Jakarta. Researcher used an in depth interview methods in gathering the data and thematic analysis was conducted. The result shows that partcipants wee having self conrol problem, showing internalizing and externalizing behavior toward his sexual abuse experience, having family prolems, have been living in a risky peer and neighborhood environment with a high probability of sexual or physical abuse exposure. "
2017
S67073
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Devira Ayusta Putri
"Penggunaan internet di Indonesia semakin meningkat, terutama penggunaan media sosial. Penggunaan media sosial tidak hanya memiliki dampak positif bagi kehidupan sehari-hari, namun juga memiliki dampak negatif yang bisa mengganggu kehidupan. Salah satu faktor yang bisa membuat seseorang menggunakan media sosial secara berlebihan adalah preference for online social interaction POSI . POSI telah ditemukan memiliki hubungan dengan trait kepribadian tertentu dan juga perceived social support, namun penelitian mengenai hal ini menunjukkan hasil yang berbeda-beda. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara trait kepribadian dan perceived social support dengan POSI. Penelitian dilakukan pada 225 orang pengguna aktif media sosial yang berusia 18 ndash; 40 tahun. Ketiga alat ukur yang digunakan dalam penelitian terbukti reliabel dengan koefisien reliabilitas berada pada rentang 0,7 ndash;0,9. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa trait kepribadian extraversion, agreeableness, dan conscientiousness ditemukan berhubungan negatif secara signifikan dengan POSI, neuroticism berhubungan positif, sedangkan openness tidak ditemukan berhubungan secara signifikan dengan POSI. Perceived social support juga ditemukan berkorelasi negatif secara signifikan dengan POSI.

The internet use in Indonesia keeps increasing, especially the use of social media. Social media use does not just have positive effects, but also have negative effects that can disrupt daily life. One factor that could possibly make someone use social media excessively is preference for online social interaction POSI . POSI was found correlated with particular personality traits and also with perceived social support, but the research about these topics showed mixed results. This study aims to examine the relationships between personality traits and perceived social support with POSI. The study was conducted among 225 active social media users aged 18 ndash 40 years. All the instruments used in this study were proved reliable with reliability coefficient ranging from 0,7 ndash 0,9. The results of this study showed that extraversion, agreeableness, and conscientiousness had significant negative correlations with POSI, neuroticism had positive correlation, meanwhile openness was found having no significant correlation with POSI. Perceived social support also found to be negatively correlated with POSI.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Ramadhanti
"Dewasa muda, khususnya mahasiswa sedang dalam kondisi dimana mereka memiliki sistem kekebalan tubuh yang prima sehingga mereka seringkali mengabaikan penerapan gaya hidup sehat. Tetapi, apakah dengan adanya faktor risiko seperti adanya kerabat yang mengidap penyakit kanker membuat mereka menata kembali gaya hidup untuk menjadi lebih sehat? Oleh karena itu menjadi penting adanya untuk menguji faktor apa saja yang berkontribusi dalam penerapan perilaku sehat pada mahasiswa. Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara perceived threat dan self-efficacy dalam perilaku sehat dengan perilaku sehat pada mahasiswa yang memiliki kerabat dengan riwayat kanker. Studi ini berhasil menghimpun 138 partisipan mahasiswa Universitas Indonesia yang memiliki kerabat dengan riwayat kanker. Mahasiswa UI mengisi kuesioner secara daring yang mengukur tentang perceived threat, self-efficacy, dan perilaku sehat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perceived threat tidak signifikan terhadap perilaku sehat pada kedua faktornya yaitu perceived susceptibility (r = -0,03, p = 0,72) dan perceived seriousness (r = -0,015 p = 0,86). Hasil lainnya menunjukkan bahwa self-efficacy (r = 0,26, p = 0,02) memiliki hubungan dengan perilaku sehat. Penjelasan lebih lanjut mengenai hasil penelitian didiskusikan.

Young adults, especially college student is going through a condition where their immune system, has reached its peak. The problem is, they tend to be not putting too much attention on practicing healthy lifestyle behavior. Would they change their health behavior, if they have a cancer fighter relative? Therefore, it is important to examine what factors that contribute on practicing health behavior on college student. This research aims to examine the relationship between perceived threat and health behavior self-efficacy with health behavior on college student whose having familial risk of cancer. 138 students of Universitas Indonesia with a familial risk of cancer were involved in this research. UI student fill out the online questionnaires that measure perceived threat, self-efficacy and health behavior. The results indicate that the relationship between perceived threat on cancer and health behavior was not significant both on perceived susceptibility (r = -0,03, p = 0,72), and perceived seriousness (r = -0,015 p = 0,86). Other results shows that health behavior self-efficacy and health behavior were positively correlated and significant (r = 0,26 , p = 0,02). Further explanation about the results is discussed."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Chouirunissa Maharani Putri
"Guru merupakan faktor yang berperan dalam mengembangkan kreativitas siswanya. Upaya yang dilakukan guru dalam mengembangkan kreativitas siswanya disebut creativity-fostering teacher behavior. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara kepribadian Big Five dan creativity-fostering teacher behavior pada guru sekolah dasar di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek). Pada penelitian ini, instrumen pengukuran yang digunakan adalah Big Five Inventory (BFI) (John, 1990) dan Creativity-Fostering Teacher Index (CFTIndex) (Soh, 2000) dengan 131 guru sebagai partisipan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dimensi kepribadian openness, conscientiousness, extraversion, dan agreeableness dan creativity-fostering teacher behavior berkorelasi negatif signifikan (r(131) = -.328 ; -.252 ; -.263 ; -.214, p < 0.05, two-tailed, serta dimensi kepribadian neuroticism dan creativity-fostering teacher behavior ditemukan tidak berhubungan (r(131) = .132, p < 0.05, two-tailed). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tinggi rendahnya skor kepribadian guru pada dimensi openness, conscientiousness, extraversion, dan agreeableness berlawanan dengan tingkat perilaku guru yang mengembangkan kreativitas siswanya dan tinggi rendahnya skor kepribadian guru pada dimensi neuroticism tidak berhubungan dengan perilaku guru yang mengembangkan kreativitas siswanya.

Teachers are the factors that play a role in fostering the creativity of their students. Efforts made by the teacher to foster the creativity of their students are called creativity-fostering teacher behavior. This study aims to see the relationship between Big Five personality and creativity-fostering teacher behavior in elementary school teachers in Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, and Bekasi (Jabodetabek). In this study, the measurement instruments used were the Big Five Inventory (BFI) (John, 1990) and the Creativity-Fostering Teacher Index (CFTIndex) (Soh, 2000) with 131 teachers as the participants. The results showed that the personality dimensions of openness, conscientiousness, extraversion, agreeableness and creativity-fostering teacher behavior had a significant negative correlation (r(131) = -.328; -.252; -.263; -.214, p < 0.05, two-tailed), as well as the personality dimensions of neuroticism and creativity-fostering teacher behavior were found to be unrelated (r(131) = .132, p < 0.05, two-tailed). The results of this study indicate that the teacher's personality score on the dimensions of openness, conscientiousness, extraversion, and agreeableness contrasts with the level of teacher behavior that develops student creativity, and the teacher's personality score on the neuroticism dimension is not related to teacher behavior that develops student creativity."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elisabeth Nathania Alvet
"ABSTRAK
Generasi milenial dikenal memiliki keterlibatan kerja yang rendah. Salah satu cara untuk meningkatkannya dengan kemandirian kerja yang diperantarai perilaku kreasi kerja. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa kreasi kerja memediasi kemandirian kerja dan keterlibatan kerja. Variabel pada penelitian ini diukur menggunakan alat ukur Utrecht Work Engagement Scale (UWES), Work Design Questionaire (WDQ-9), dan Job Crafting Scale (JCS). Penelitian dengan desain korelasional dan cross-sectional ini menggunakan metode analisis model mediasi sederhana dari Hayes. Partisipan sebesar 255 orang merupakan karyawan berusia 21-36 tahun. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kreasi kerja dapat memediasi secara signifikan kemandirian kerja dan keterlibatan kerja karyawan milenial (r = 0.23, p<0.01).

ABSTRACT
Millenials are known to have low work engagement. One way to improve it is with job autonomy which is mediated by job crafting behavior. Previous studies have shown that job crafting mediates job autonomy and work engagement. The variables in this study were measured using the Utrecht Work Engagement Scale (UWES), Work Design Questionnaire (WDQ-9), and Job Crafting Scale (JCS). This correlational and cross-sectional research used a simple mediation model analysis method from Hayes. The number of participants was 255 employees aged 21-36 years. The results of this study indicate that job crafting significantly mediated job autonomy and work engagement of millennial employees (r = 0.23, p <0.01)."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tangkulung, Joshua Gustaf
"Pandemi Covid-19 memaksa sebagian karyawan di Indonesia untuk bekerja dari rumah.
Perubahan ini menciptakan beberapa tantangan baru yang perlu dihadapi para karyawan
untuk mempertahankan kesejahteraan serta performanya. Modal psikologis dapat menjadi
faktor pelindung untuk membantu para karyawan menghadapi tantangan-tantangan baru
tersebut. Penelitian bertujuan untuk menyelidiki hubungan antara kreasi pekerjaan dengan
modal psikologis. Penelitian ini mengambil 291 sampel karyawan yang bekerja dari rumah
dari berbagai industri dengan rentang umur 19-61 tahun. Penelitian ini menggunakan
Psychological Capital Questionnaire-12 (PCQ-12) untuk mengukur modal psikologis dan
Job Crafting (JCS) untuk mengukur kreasi pekerjaan. Hasil analisis korelasi Spearman rankorder
menemukan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara kreasi pekerjaan
ekspansif dan non-ekspansif dengan modal psikologis. Hubungan positif yang signifikan
antara kreasi pekerjaan non-ekspansif dengan modal psikologis menjadi pembahasan yang
menarik sebab bertentangan dengan hipotesis penelitian. Temuan ini memberikan implikasi
penting dengan memberikan informasi terkait strategi yang tepat untuk diaplikasikan
organisasi guna meningkatkan modal psikologis karyawannya yang bekerja dari rumah

Covid-19 pandemic forced some of the Indonesian workers to work from home. This change
created new challenges that those workers need to face in order to maintain their well-being
and performance. Psychological capital (PsyCap) could become a protective factor to help
those workers to face the new challenges. This research focused on identifying the correlation
between job crafting and PsyCap. This research gathered 291 samples of work from home
(WFH) workers from many industries with age ranging from 19-61. This research used
Psychological Capital Questionnaire-12 (PCQ-12) to measure PsyCap and Job Crafting Scale
(JCS) to measure job crafting. The result from Spearman rank-order analysis showed a
significant positive correlation between expansive and non-expansive job crafting with
PsyCap. The significant positive correlation between non-expansive job crafting and PsyCap
became an interesting discussion because it rejected one of this research hypotheses. This
finding gave organizations crucial information about the right strategy to increase WFH
workers' PsyCap.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Avhyra Zalfa Cahyani Virgyanne
"Software engineer tengah dibutuhkan karena semakin maraknya transformasi digital. Software engineer menghadapi tuntutan kerja kognitif dan kuantitatif yang tinggi dan hal tersebut dapat menurunkan keterlibatan kerja. Keterlibatan kerja penting bagi software engineer karena diperlukannya produktivitas untuk memenuhi target kerja yang tinggi. Dukungan sosial dapat meningkatkan keterlibatan kerja, tetapi terdapat inkonsistensi mengenai dampak langsung dukungan sosial terhadap keterlibatan kerja. Penelitian ini kemudian mengajukan kerja sebagai mediator. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara dukungan sosial dan keterlibatan kerja serta peran mediasi kreasi kerja dalam hubungan antara keduanya. Penelitian ini menggunakan tipe kuantitatif, desain cross-sectional, dan strategi korelasional. Partisipan adalah 113 software engineer yang telah bekerja minimal satu tahun di perusahaan saat ini. Ditemukan hubungan positif yang signifikan antara dukungan sosial dan keterlibatan kerja dan kreasi kerja memediasi penuh hubungan antara keduanya. Hasil mengimplikasikan bahwa kreasi kerja berperan penting dalam peningkatan keterlibatan kerja dan kreasi kerja dapat ditingkatkan dengan dukungan sosial.

Software engineers are pivotal in the era of Indonesia’s digital transformation. They face high quantitative and cognitive demands, which may lower work engagement. Work engagement is essential for software engineers to improve productivity and meet their work targets. Work engagement can be increased with social support. This study presents job crafting as a mediator due to the inconsistency regarding the direct effect of social support on work engagement. This study aims to examine the relationship between social support and work engagement and the mediating role of job crafting. This study is quantitative with a correlational strategy and cross-sectional design. Participants were 113 software engineers with at least one year of experience in their current organization. Social support positively and significantly relates to work engagement, and job crafting fully mediates the relationship. The result implies that job crafting is crucial in increasing work engagement and can be enhanced by social support."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>