Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 21 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lies Emmawati Hadie
Abstrak :
One of the most important factors in the formulation of effective breeding plans for improving the genetic quality of crops and livestock is a knowledge of the relative contribution made by genes to the variability of a trait under consideration. The variability of phenotypic values for quantitative trait can be partitioned into genetic and non genetic (environment) components.

The heritability is defined as a ratio of additive genetic variances to phenotypic variances. The most important function of the heritability is its predictive role. Heritability value is an expression of the reliability of the phenotypic value as a guide to breeding values.

The edible portion trait of giant freshwater prawn has a high heritability, since most of the phenotypic variability is due to genetic variations. Thus, genetic improvement can be made by selecting individuals with preferred phenotype because the offspring-parent correlation should be high. This is called mass selection or individual selection, but it is actually based on the individual's own performance record or phenotype.

The giant freshwater prawn population from Cimanuk (Tanjung Air, West Jawa), Cimandiri (Pelabuhan Ratu, West Jawa) and Walanae (Maros, South Sulawesi), obtained from natural habitat, were used in this study. The determination of heritability were conducted on several charater i.e. carapace length, standard length, dressing perecentage, edible portion and weight. The determination of heritability was based on regression between parents and offsprings. Structure of selection was conducted by individual selection. Parental stocks were selected based on individual breeding value. Natural breeding were used for first and second progeny.

Larvae were reared of eggs originated from individual female that had been mated to double males. Female were reared in 200-litre concrete tanks and newly hatched larvae were placed in 50-litre conical tanks. Water was recirculated through the tanks. The duration of rearing the larvae was 35 days.

Fingerlings were reared in cages replaced on 500 m2 earthen pond. Grow-out of juveniles were reared on 100 m2 earthen ponds. Juveniles were fed pellets with 30 % protein content. The duration of grow-out was 3 months.

The results showed that the heritability values of carapace length, standard length, weight, dressing percentage, and edible portion trait were in the level of medium to high. These suggest that giant freshwater prawn populations from Cimanuk, Cimandiri and Walanae are responsive to selection. Indeed, individual selection on edible portion trait show a positive response to selection. Therefore, selection programme can be utilized for genetic improvement of giant freshwater prawn.

Heritabilitas merupakan rasio antara keragaman aditif dan keragaman fenotipe. Fungsi penting dari heritabilitas adalah bersifat prediktif pada generasi berikutnya. Nilainya dapat memperlihatkan nilai fenotipe yang pada akhirnya dapat digunakan sebagai breeding value . Nilai heritabilitas edible portion trait cukup tinggi pada udang galah. Oleh karena itu, program seleksi dapat diterapkan untuk meningkatkan mutu genetik udang galah.

Penelitian dilakukan dengan menggunakan populasi udang dari Cimanuk (Tanjung Air, Jawa Barat), Cimandiri (Pelabuhan Ratu, Jawa Barat), dan Walanae (Maros, Sulawesi selatan) yang di koleksi dari alam.

Penentuan heritabilitas dilaksanakan pada beberapa karakter yaitu panjang karapas, panjang standar, berat, dressing percentage, dan edible portion. Penetapan nilai heritabilitas didasarkan atas perbandingan antara induk dengan keturunannya. Struktur seleksi yang dilakukan adalah seleksi individu. Untuk memilih induk udang digunakan breeding value.

Untuk memproduksi keturunan F, dan F2 dilakukan pemijahan secara alami. Pemeliharaan larva udang dilakukan dengan menggunakan sistem air jernih. Untuk menghasilkan udang ukuran juvenil dan pembesaran udang, dilakukan di kolam tanah.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai heritabilitas pada karakter panjang karapas (0,68 - 0,86), panjang standar (0,43 - 0,90), berat tubuh (0,85?0,97), dressing percentage (0,49 - 0,95) dan edible portion trait (0,46- 0,67) memperlihatkan nilai medium sampai tinggi. Hasil yang diperoleh ini dapat di interpretasikan bahwa populasi udang dari Cimanuk, Cimandiri dan Walanae memperlihatkan indikasi respon yang positif, jika karakter-karakter tersebut akan di seleksi. Implementasi struktur seleksi individu pada edible portion trait populasi udang galah tersebut memberikan respon yang positif.
1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mirtarini
Abstrak :
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian untuk menguji potensi anti mutagenisitas ekstrak jahe (Zin giber officinale Roscoe) terhadap pembentukan mikronukleus pada sumsum tulang mencit yang diinduksi oleh mitomisin C. Mencit dicekok dengan ekstrak jahe dosis 0; 6,25; 12,5; 25; 50 dan 100 mg/kg berat badan (bb) selama 7 hari berturut-turut. Penghitungan mikronukleus per 1.000 eritrosit polikromatik dilakukan pada sediaan oles sumsum tulang yang telah diwarnai dengan pewarnaan May Gruenwald Giemsa. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ekstrak jahe memiliki aktivitas antimutagenik, yang dibuktikan dengan penurunan jumlah rata-rata mikronukleus pada eritrosit polikromatik setelah dicekok dengan dosis 6,25; 12,5; 25; 50 dan 100 mg/kg bb dibanding kontrol. Hal ini juga didukung oleh hasil uji Kruskal-Wallis yang menunjukkan adanya perbedaan yang nyata antara ke-6 kelompok perlakuan pada a = 0,05 dan uji perbandingan berganda yang menunjukkan jumlah mikronukleus rata-rata pada kelompok dosis 6,25; 12,5; 25; 50 dan 100 mg/kg bb berbeda nyata dengan kelompok kontrol pada a = 0,05. Tidak terdapat hubungan linier antara dosis pencekokan ekstrak jahe dengan penurunan jumlah mikronukleus.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1996
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marleisje
Abstrak :
ABSTRAK
Lengkuas (Alpinia galanga L.) banyak digunakan sebagai penyedap masakan, minuman, dan obat tradisional. Salah satu komponen kimia lengkuas yaitu sesquiterpene, bahkan telah terbukti sebagai antitumor dan antikanker. Penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh pencekokan ekstrak lengkuas pada mencit (Mus musculus L.) dengan dosis 6,25; 12,5; 25; 50; 100 mg/kg bb selama 7 hari berturut-turut terhadap kerusakan sitogenetik yang diinduksi oleh mitomisin C melalui uji mikronukleus. Penghitungan mikronukleus dilakukan pada 1.000 eritrosit polikromatik. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ekstrak lengkuas memiliki aktivitas antimutagenik, terbukti pada dosis 6,25; 12,5; 25; 50; clan 100 mg/kg bb ekstrak lengkuas dapat menghambat kerusakan sitogenetik yang diinduksi oleh mitomisin C pada enitrosit polikromatik sumsum tulang mencit. Walaupun demikian, pencekokan ekstrak lengkuas dengan dosis yang semakin meningkat tidak menyebabkan penurunan jumlah mikronukleus. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui komponenkomponen kimia pada lengkuas yang memiliki aktivitas antimutagenik dan mekanisme antimutageniknya.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1996
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marlina Ardiyani
Abstrak :
ABSTRAK
Pestisida oleh beberapa faktor dapat niencapai iingkungan perairan. Seiain beracun dan dapat membunuh organisme bukan target, beberapa jenis pestisida bersifat mutagenik atau genotoksik. Bentuk pengujian yang relatif inudah dan cepat untuk mendeteksi zat genotoksik di iingkungan perairan adaiah dengan uji mikronukieus. Uji tersebut tidak tergantung pada kariotip dari spesies yang digunakan. Fenelitian ml bertujuan untuk mengetahul pengaruh genotoksik insektisida endosuifan dengan parameter inikronukieus pada eritrosit ikan mas Cyprtntts cczrpo L. Ikan mas dipaparkan pada endosuifan dengan konsentrasi 0; 0,5; 1; 2; 4 ppb selama 72 jam. Untuk mengamati mikronukieus, dibuat preparat apusan darah yang diambil dari bagian ekor, kemudian diwarnai dengan pewarnaan Feuigen. Penghitungan mikronukieus dilakukan pada 5.000 eritrosit. Pengujian statistik menunjukkan jumiah inikronukieus antara konsentrasi U; 0,5; 1; 2; 4 ppb tidak berbeda nyata. Dari analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa pada kondisi penelitian yang dilakukan, endosuifan tidak menginduksi mikronukieus pada eritrosit ikan mas.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1994
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurfitri Bustamam
Abstrak :
Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh genotoksik fungisida benomil pada ikan mas CCyprinus carpio L.5. Kerusakan genetik dideteksi dengan cara menghitung jumlah mikronukieus pada eritrosit ikan mas yang diwarnai dengan pewarnaan Feulgen. Ikan mas dipaparkan selama 72 jam pada benomil dengan konsentrasi 0 Ckontrol3; 0,5; 1; 2 dan 4 ppm. Kolkisin 3,5 ppm digunakan sebagai kontrol positif. Hasil uji Tukey Ca = 0,05Z) menunjukkan rata-rata jumlah mikronukieus akibat pemaparan kolkisin berbeda nyata dibandingkan dengan benomil O; 0,5; 1 dan 2 ppm. Dari empat, konsentrasi benomil yang diujikan, hanya pemaparan benomil 4 ppm yang mengakibatkan rata-rata jumlah mikronukieus berbeda nyata dibandingkan dengan kontrol Co = 0,05!). Selanjutnya analisis regresi linier menunjukkan rata-rata jumlah mikronukieus meningkat sesuai dengan meningkatnya konsentrasi benomil yang dipaparkan CY = 0,966 + 0,203 X3.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1994
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Dahliah Darwis
Abstrak :
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui potensi genotoksik formaidehida pada limfosit manusia. Kerusakan materi genetik dideteksi dengan cara menghitung jumiah mikronukleus pada sediaan limfosit yang diwarnai dengan Giernsa. Daiam pengadaan sediaan iimfosit diterapkan teknik kuitur limfosit dengan irietoda whole blood. Sampel darah berasal dari pnia sehat, tidak merokok, dan berumur 21 tahun. Pemaparan formaldehida terhadap limfosit dilakukan selama tiga jam dengan konsentrasi 0 (kontrol), 5. 10, 15, dan 20 ni/mi. Rata-rata .jumiah mikronukieus pada limfosit yang dipaparkan formaidehida dengan konsentrasi 5 ni/mi adalah 24,267; sedangkan dengan konsentrasi 20 ni/mi adaiah 37,389. Hasii uji Tukey menunjukan pemaparan formaidehida 5 ni/mi mengakibatkan rata-rata jumlah mikronukieus berbeda nyata dibandingican dengan kontrol (a = 0,05). Pemaparan formaidehida 10, 15, dan 20 ni/mi mengakibatkan rata-rata jumiah mikrcinukleus berbeda sangat nyata dibandingkan dengan kontroi (a = 0.01). Analisis regresi ilnier menuniuk]can rata-rata Jumlah mikronukieus meningkat sesual dengan meningkatnya konsentrasi formaidehida yang dipaparkan (Y = 17.3206 + 1.13385'X)
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1994
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pratiwi Dyah Kusumo
Abstrak :
Berdasarkan beberapa hasil penelitian di Jepang ' teh hijau diketahui mempunyai efek anti kanker, oleh karenanya potensi tersebut perlu dikembangkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya hambat ekstrak air teh hijau {Camelia sinensis . Kuntze terhadap proliferasi sel tumor kelenjar susu mencit {Mus musculus L.) galur C3H. Bubur tumor kelenjar susu mencit donor ditransplantasikan pada mencit resipien dan setelah masa laten, mencit resipien dicekok ekstrak air teh hijau dengan dosis 250 mg/kg berat badan mencit, 500 mg/kg berat badan mencit dan 1000 mg/kg berat badan mencit setiap hari selama tiga minggu. Sebagai kontrol pelarut digunakan akuades. Pengamatan dilakukan setiap hari, meliputi perubahan besar volume tumor dan berat akhir tumor. Hasil analisis secara statistik menunjukkan adanya pengaruh bermakna daya hambat ekstrak air teh hijau terhadap proliferasi sel tumor kelenjar susu mencit {Mus musculus L. ) galur C3H pada = 0,05. Daya hambat ini dapat disimpulkan dari perbedaan persentasi pertambahan volume antara mencit kontrol positif dan kontrol pelarut dibandingkan dengan mencit yang diberikan perlakuan dosis 500 mg/kg berat badan mencit dan dosis 1000 mg/kg berat badan mencit. Daya hambat terbesar didapat pada mencit yang diberi perlakuan dosis 500 mg/kg berat badan mencit.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1994
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratih Dewayani
Abstrak :
Pestisida dapat bersifat genotoksik terhadap organisme yang hidup di lingkungan tanah maupun perairan. Bentuk pengujian yang relatif mudah dan cepat untuk mendeteksi zat genotoksik khususnya di lingkungan perairan adalah dengan uji mikronukleus. Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui apakah mikronukleus dapat terinduksi pada berudu katak lembu {Rana catesheiana) yang dipaparkan pada insektisida endosulfan dengan konsentrasi 0; 0,5; 1; 2; dan 4 ppb selama 8 hari. Untuk mengamati mikronukleus dibuat preparat olesan darah yang diambil dari bagian ekor, kemudian diwarnai dengan pevyarnaan Giemsa. Penghitungan mikronukleus dilakukan pada 1000 eritrosit. Basil uji statistik menunjukkan bahwa pemaparan endosulfan selama 8 hari dengan konsentrasi endo sulfan 0,5; 1; dan 4 ppb tidak menginduksi mikronukleus pada eritrosit berudu Rana catesbeiana. Sedangkan pemaparan endosulfan dengan konsentrasi 2 ppb selama 8 hari menginduksi pembentukan mikronukleus yang berbeda nyata bila dibandingkan dengan kontrol (a < 0,05).
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1995
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adriani Ferolina
Abstrak :
ABSTRAK
Sodium sakarin merupakan saiah satu bahan pemanis buatan. Senyawa ini diduga dapat menyebabkan tumor. Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui potensi genotoksik sodium sakarin pada kultur limfosit manusia. Kerusakan materi genetik dideteksi dengan cara menghitung jumlah mikronukleus pada sediaan limfosit binukleat yang diwarnai dengan Giemsa. Penghitungan dilakukan pada 1000 sel limfosit binukleat. Peinaparan dilakukan pada kuitur limfosit selatna 3 jam dengan konsentrasi 0; 1250; 2500; 3750 dan 5000 pg/ml. Pada diagram batang jumlah mikronukleus per 1000 limfosit manusia memperlihatkan kenaikan jumlah mikronukleus. Sedangkan hasil pengujian statistik (uji Dunn) inenunjukkan bahwa jumiah mikronukieus antara konsentrasi 0; 1250; 2500 dan 3750 pg/ml tidak berbeda nyata. Ferbedaan nyata terlihat antara konsentrasi 0 dan 5000 pg/ml (a = 0,2) Dan analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa pada kondisi penelitian yang dilakukan sodium sakarin menginduksi pembentukan mikronukleus pada kuitur limfosit binukleat manusia, tetapi efek genotoksiknya lemah.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1995
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Retno Lestari
Abstrak :
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui gambaran jumlah sel T penolong (Th), sel T penekan (Ts), rasio Th/Ts serta kadar IgE total pada penderita asma atopik dan orang normal. Subyek p enelitian terdiri atas 15 pasien penderita asma atopik yang berkunjung ke Klinik Asma dan Alergi DR. Indraj ana dengan kriteria usia 15--55 tahun, mempunyai riwayat alergi dalam keluarga, tes phadiatop positif, kadar IgE total diketahui dan positif terhadap kadar IgE spesifik pada alergen Dermatophagaides pteronyssinus. Untuk kelompok kontrol dipilih sainpel normal dengan kriteria usia 15--55 tahun dan sehat, tidak mempunyai riwayat alergi dalam keluarga dan tes phadiatop negatif. Analisa kadar IgE total dilakukan dengan teknik ELISA, sedangkan pemeriksaan tes phadiatop dilakukan dengan Enzyme Immunoassay atau dengan ImmunoCAP. Untuk peineriksaan jumlah dan proporsi subset limfosit, yaitu sel T, Th, Ts dan sel B dilakukan dengan menggunakan inikroskop iinunofluoresensi. Hasil uji statistik non parametrik Mann-Whitney pada taraf nyata ° = 0,05, menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kadar rata-rata IgE total pada penderita asma atopik dan orang normal. Kadar rata-rata IgE total pada penderita asma atopik lebih tinggi (419,96 kU/i) dibandingkan orang normal (69,15 kU/l). Hasil Uji Mann- Whitney juga menurijukkan adanya perbedaan proporsi sel T, sel Th dan sel B antara penderita asma atopik dan orang normal. Froporsi rata-rata sel T pada penderita asma atopik iebih rendah (52,90%) dibandingkan orang normal (60,50%). Froporsi rata-rata sel Th pada penderita asma atopik iebih rendah (36,90%) dibandingkan orang normal (44%). Froporsi rata-rata sel B pada penderita asma atopik lebih tinggi (15,20%) dibandingkan orang normal (14%). Namun Uji Mann-Whitney untuk melihat perbedaan jumlah sel T, Th, Ts dan B tidak menunjukkan adanya perbedaan antara penderita asma atopik dan orang normal. Rasio rata-rata Th/Ts pada penderita asma atopik lebih rendah (0,96) dibandingkan rasio orang normal (1,17), walaupun secara statistik tidak menunjukkan adanya perbedaan.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1995
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>