Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 13 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dimas Kirana Mahaputra
"Latar Belakang: Cisplatin sebagai agen kemoterapi merupakan salah satu modalitas terapi pada kanker padat seperti kanker ovarium. Sejumlah studi membuktikan adanya efek samping hepatotoksik cisplatin. Hal ini dapat mengakibatkan kemoterapi tidak efektif, karena dosis cisplatin dikurangi atau bahkan dihentikan pemberiannya. Dewasa ini, obat berbasis tanaman banyak diteliti, salah satunya kurkumin. Kurkumin mempunyai efek hepatoprotektif namun bioavailabilitasnya sangat rendah. Sejumlah penelitian membuat formula nanokurkumin untuk meningkatkan bioavaibilitasnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian nanokurkumin pada gambaran histologis jejas liver yang diinduksi oleh cisplatin pada tikus model kanker ovarium. Metode: Penelitian ini menggunakan bahan biologis tersimpan dari penelitian sebelumnya. Terdapat 5 kelompok perlakuan; kontrol, DMBA; DMBA+Cisplatin; DMBA+Cis+kurkumin; dan DMBA+Cis+nanokurkumin. Pewarnaan Masson Trichrome dipakai untuk mengamati akumulasi kolagen sebagai penanda fibrosis. Selanjutnya dilakukan kuantifikasi jaringan kolagen /Collagen Proportionate Area (CPA), serta skoring fibrosis hati (skor ISHAK). Hasil: Induksi DMBA dan terapi cisplatin dapat mengakibatkan fibrosis hati, ditandai dengan deposisi kolagen yang lebih tinggi dibanding kelompok kontrol. Pemberian nanokurkumin menunjukkan adanya perbaikan secara histologis berupa fibrosis periportal yang ringan dan skor fibrosis yang lebih rendah secara signifikan (p<0.05) dibanding kelompok lainnya. Pemberian nanokurkumin juga menunjukkan persentase akumulasi kolagen (CPA) yang rendah, namun tidak signifikan (p>0.05) secara statistik. Kesimpulan: Pemberian nanokurkumin pada model kanker ovarium yang diterapi dengan cisplatin pada tikus menunjukkan efek hepatoprotektor dengan memperbaiki skor fibrosis dan mengurangi akumulasi kolagen pada jaringan liver. Diperlukan penelitian lebih lanjut yang membandingkan beragam dosis dan formulasi untuk mengetahui efikasi nanokurkumin yang paling baik sebagai hepatoprotektor pada model kanker ovarium yang diterapi dengan cisplatin.

Background: Cisplatin as a chemotherapy is one of the main modalities of therapy in patients with solid tumours like ovarian cancer. Studies have proven the hepatotoxicity of cisplatin, which causes dose reduction and even termination. Nowadays, herbal based drug is intensively studied, one of them is curcumin. Curcumin is known to have a hepatoprotective effect, albeit with very low bioavailability. To solve this, many research have formulated nanocurcumin to increase its bioavailability. This research aims to find out the effect of nanocurcumin in liver fibrosis induced by cisplatin in ovarian cancer of rat’s model. Method: Our study uses stored biological materials from previous study. The groups are; Control; DMBA; DMBA+Cisplatin; DMBA+Cisplatin+Curcumin; DMBA+Cisplatin+Nanocurcumin. Liver fibrosis is observed with Masson Trichrome stain to view collagen accumulation as fibrosis marker. Afterwards, quantification of collagen fibers (CPA) and liver fibrosis grading (ISHAK) is done. Results: Induction of DMBA with cisplatin treatment causes liver fibrosis, indicated by higher collagen deposition compared to the normal group. Administration of nanocurcumin shows improvement in histological structure such as milder periportal fibrosis and significantly lower liver fibrosis grade (p<0.05) compared to other groups. Administration of nanocurcumin also results in lower collagen percentage (CPA), however it is statistically insignificant (p>0.05). Conclusion: Administration of nanocurcumin in rat ovarian cancer model treated with cisplatin shows hepatoprotective effect by reducing both fibrosis grade and collagen accumulation in the liver. Further study is required with varying dose and formulations to know the nanocurcumin’s best efficacy as hepatoprotector in ovarian cancer model treated with cisplatin.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sirait, Marthin Anggia
"Latar belakang: Penuaan merupakan proses biologis yang ditandai dengan proses
degenerasi pada sel yang menyebabkan perubahan struktur dan penurunan fungsi
jaringan dan organ. Prevalensi sejumlah penyakit degeneratif meningkat pada
kelompok lansia, salah satunya adalah penyakit organ ginjal. Biaya penanganan
penyakit ginjal saat ini masih sangat mahal, sehingga dapat membebani ekonomi
negara dan masih menjadi suatu masalah di dunia kedokteran. Salah satu
mekanisme proses penuaan adalah adanya stres oksidatif. Tanaman Centella
asiatica (CA) dan Acalypha indica (AI) diketahui memiliki kandungan antioksidan
tinggi. Sejumlah penelitian menunjukkan kemampuan CA dan AI dalam
memperbaiki kondisi stres oksidatif.
Tujuan: Mengetahui pengaruh pemberian ekstrak CA dan AI terhadap gambaran
histologis glomerulus pada ginjal tikus Sprague-Dawley tua.
Metode: Penelitian ini menggunakan sampel bahan biologis tersimpan berupa blok
parafin jaringan ginjal dari penelitian sebelumnya. Terdapat 5 kelompok perlakuan:
tikus usia muda (8-12 minggu), tikus usia tua (20-24 bulan), tikus tua + AI, tikus
tua + CA, dan tikus tua + Vitamin E. Perlakuan diberikan selama 28 hari sebelum
terminasi tikus. Organ ginjal diproses menjadi preparat histologis dengan
pewarnaan hematoksilin-eosin, dan dilakukan pengukuran 3 variabel yaitu jumlah
glomerulus, diameter glomerulus, dan persentase luas ruang Bowman.
Hasil: Tikus usia tua mempunyai kecenderungan untuk mempunyai jumlah
glomerulus yang lebih sedikit dan persentase luas ruang Bowman yang lebih kecil
dibanding kelompok lainnya, namun secara statistik tidak bermakna (ANOVA
p=0,260 dan p=0,141). Pengukuran diameter glomerulus juga menunjukkan
kecenderungan tikus tua mempunyai diameter yang lebih besar (ANOVA p=0,000),
tetapi tidak menunjukkan adanya perbedaan bermakna pada pemberian AI (p
=0,697) maupun CA (p=0,158).
Simpulan: Ekstrak Acalypha indica dan Centella asiatica tidak menyebabkan
perubahan bermakna pada gambaran histologis glomerulus tikus tua. Diperlukan
penelitian lebih lanjut dengan menggunakan dosis yang lebih besar dan durasi
perlakuan lebih lama untuk mengetahui efek anti-aging pada ginjal dari AI dan CA.

Background: Aging is a biological process marked by cellular degeneration that
causes structural changes and declining organ function. The prevalence of
degenerative diseases has increased in the elderly population, one of which is
kidney disease. The current cost for kidney diseases management is very expensive,
therefore it could burden the country’s economy, and it is still a major health
problem. One of the main underlying mechanism in the aging process is oxidative
stress. Herbal plants such as Centella asiatica (CA) and Acalypha indica (AI) are
known to have high antioxidant levels. Previous studies have shown that CA and
AI have the capability to inhibit the oxidative stress.
Purpose: To investigate the effect of Acalypha indica and Centella asiatica extract
on glomerular histology of the old Sprague-Dawley rats.
Method: We used stored biological samples of the kidney paraffin blocks taken
from the previous study. There were 5 treatment groups: younger age rats (8-12
weeks), older age rats (20-24 months), old rats + AI, old rats + CA, and old rats +
Vitamin E. Treatments were given in 28 days and then the rats were terminated.
The kidneys were processed into histological slides with hematoxylin-eosin
staining. There were 3 variables measured from the samples, which were
glomerular number, glomerular diameter, and Bowman’s space area percentage.
Result: The old rats tend to have fewer glomerular number and narrowing
Bowman’s space area percentage compared to other groups, however they are not
statistically significant (ANOVA p=0,260 dan p=0,141). The old rats also have the
tendency of bigger glomerular diameter (ANOVA p=0,000), however it is not
significantly different in AI (p=0,697) and CA treatment (p=0,158).
Conclusion: Our study showed that the extract of Acalypha indica and Centella did
not cause any histological changes in the glomerulus of the older age rats. Further
studies are needed using higher dosage and longer duration of treatment to
investigate the antiaging effect of AI and CA in the aging kidney
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laurensia Jesselyn Prasetyo
"Latar belakang: Indonesia memiliki struktur penduduk tua (aging population) dengan angka kesakitan lansia yang tergolong tinggi. Jika usia harapan hidup yang tinggi tidak diimbangi dengan kualitas kesehatan lansia, hal ini justru dapat meningkatkan beban tanggungan negara. Oleh karena itu, upaya peningkatan healthspan, perlu dilakukan. Stres oksidatif merupakan salah satu mekanisme yang berperan dalam patogenesis berbagai penyakit degeneratif pada penuaan. Sejumlah penelitian menunjukkan manfaat keanekaragaman tanaman herbal Indonesia pada berbagai penyakit degeneratif dan penuaan, termasuk Centella asiatica (CA) dan Acalypha indica (AI). CA dan AI diketahui memiliki efek antioksidan dan dapat berpotensi menjadi agen antipenuaan serta proteksi terhadap organ hati.
Tujuan: Mengetahui pengaruh pemberian ekstrak etanol Centella asiatica dan Acalypha indica terhadap struktur histologi hati tikus Sprague-Dawley tua.
Metode: Penelitian ini menggunakan sampel organ hati tikus Sprague-Dawley jantan dari bahan biologis tersimpan penelitian sebelumnya. Kelompok penelitian terdiri atas kontrol positif (tikus tua berusia 20-24 bulan dengan vitamin E 15 IU), kontrol negatif (tikus tua dengan plasebo berupa akuades), perlakuan CA (tikus tua dengan CA 300 mg / kg), perlakuan AI (tikus tua dengan AI 250 mg / kg), dan tikus muda berusia 8-12 minggu yang diberikan plasebo (akuades). Tikus diberi perlakuan yang sesuai selama 28 hari kemudian diterminasi. Organ hati diproses menjadi sediaan histologis dengan pewarnaan Hematoksilin-Eosin, dan dilakukan skoring menggunakan NAS (NAFLD Activity Score) serta persentase steatosis untuk menilai efek penuaan pada struktur histologis hati.
Hasil: Pemberian ekstrak etanol CA dan AI pada tikus tua menunjukkan tren NAFLD Activity Score dan persentase steatosis jaringan hati yang cenderung lebih rendah dibandingkan kelompok tikus tua (kontrol negatif), namun tidak signifikan secara statistik (Kruskal-Wallis p=0,139 dan p=0,119).
Simpulan: Pemberian ekstrak etanol Centella asiatica dan Acalypha indica tidak menyebabkan perubahan yang signifikan terhadap gambaran histologi hati tikus Sprague-Dawley tua. Penelitian lebih lanjut dengan durasi perlakuan yang lebih lama diperlukan untuk dapat mengamati potensi antipenuaan kedua tanaman terhadap histologi organ hati tikus tua.

Background: Indonesia has an aging population structure with a relatively high elderly morbidity rate. If life expectancy is not balanced with good quality of health of the elderly, it will increase nation’s financial burden. In this regard, it is necessary to make efforts to improve healthspan. Oxidative stress is one of the mechanisms that plays a role in the pathogenesis of various degenerative diseases related to aging. A number of studies have shown the benefits of the diversity of Indonesian herbal plants on various degenerative diseases and aging, including Centella asiatica (CA) and Acalypha indica (AI). CA and AI are known to have antioxidant effects and therefore can potentially be antiaging and hepatoprotective agents.
Purpose: To determine the effect of the ethanol extract of Centella asiatica and Acalypha indica on liver histology of old Sprague-Dawley rats.
Method: This study used liver samples from male Sprague-Dawley rats in a form of paraffin blocks taken from previous study. Male rats were divided into five groups, namely positive control (old rats aged 20-24 months with vitamin E 15IU), negative control (old rats with aquadest as placebo), CA treatment (old rats with CA 300 mg / kg), AI treatment (old rats with AI 250 mg / kg), and young rats aged 8-12 weeks given aquadest as placebo. The rats were given the appropriate treatment for 28 days then terminated. The livers were processed into histological slides stained with Hematoxylin-Eosin, and scoring was carried out using NAS (NAFLD Activity Score) and steatosis percentage to assess the effect of aging on the histological structure of the liver.
Result: The administration of CA and AI ethanol extract to old rats led to a trend of lower NAFLD Activity Score and percentage of liver tissue steatosis compared with old rats (negative control), however they were not statistically significant (Kruskal-Wallis p = 0.139 and p = 0.119).
Conclusion: The ethanol extract of Centella asiatica and Acalypha indica did not cause significant changes to the liver histology of old Sprague-Dawley rats. Further studies with a longer treatment duration are needed to be able to observe the antiaging potential of the two plants on the liver histology of old rats.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astheria Eryani
"Latar Belakang: Luka bakar memerlukan alternatif terapi selain silversulfadiazin SSD karena bersifat sitotoksik. Conditioned medium dari kultur selpunca mesenkimal asal jaringan lemak ADSC-CM disingkat CM kaya akansejumlah sitokin, vascular endothelial growth factor VEGF dan epidermalgrowth factor EGF yang berperan dalam re-epitelisasi. Proses ini didominasioleh migrasi, proliferasi dan diferensiasi keratinosit. Protein K19 merupakanpenanda sel progenitor keratinosit. ADSC-CM diharapkan mampu menjadialternatif SSD dalam terapi luka bakar.
Metode: Penelitian dilakukan pada tikus model luka bakar Sprague dawley empat luka per ekor yaitu kontrol K , CM, medium complete MC dan SSDyang diberikan secara topikal. Penutupan luka secara makroskopis diukurmenggunakan visitrak digital pada hari ke-6, 12, 18 dan 24. Re-epitelisasi,ekspresi dan distribusi K19 diamati dengan pewarnaan hematoksilin-eosin danimunohistokimia.
Hasil: Luas luka makroskopis menunjukkan bahwa kelompok CM mengalamipengurangan luas paling cepat, berbeda bermakna dengan kelompok K dan tidakbermakna dengan kelompok SSD. Hal tersebut sebanding dengan ekspresi K19pada epidermis. Secara mikroskopis, re-epitelisasi dimulai dari tepi luka,kelompok CM paling efektif daripada K, MC dan SSD.
Kesimpulan: Penelitian ini menunjukkan bahwa CM paling efektif untuk reepitelisasidan ekspresi K19 sebagai progenitor sel keratinosit Aplikasi CMtopikal berpotensi sebagai alternatif terapi pada penyembuhan luka bakar.Kata kunci: Luka bakar, Mesenchymal Conditioned Medium, Keratin 19 K19 ,Re-epitelialisasi, Penutupan Luka.

Background Burns require alternative therapies other than silver sulfadiazine SSD for cytotoxic. Conditioned medium from adpose derived stem cell ADSCCMabbreviated CM is rich in a number of cytokines, vascular endothelialgrowth factor VEGF and epidermal growth factor EGF , which play a role inre epithelialization. This process is dominated by migration, proliferation anddifferentiation of keratinocytes. K19 protein is a marker of keratinocyteprogenitor cells. ADSC CM is expected to be an alternative SSD in the treatmentof burns.
Methods The study was conducted on rats models of burns Sprague dawley four wounds per animal, control K , CM, complete medium MC and the SSD isadministered topically. Macroscopic wound closure was measured using a digitalvisitrak on days 6, 12, 18 and 24. Re epithelialization, and distribution K19expression was observed by hematoxylin eosin staining andimmunohistochemistry.
Results As a macroscopic indicates that the CM group were reduced of thefastest wide, a significant difference with the group K, meaningless with SSD.This is comparable with the expression of K19 in the epidermis. Microscopically,re epithelialization starts from the edge of the wound, the group CM mosteffectively than K, MC and SSD.
Conclusion This study shows that the most effective CM to re epithelializationand K19 expression as keratinocyte progenitor cells CM topical applicationpotential as an alternative therapy in the healing of burns."
Depok: Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elvin Clara Angmalisang
"ABSTRAK
Conditioned medium CM asal kultur sel punca mesenkimal diketahui mengandung sejumlah sitokin dan faktor pertumbuhan yang berperan sebagai agen regeneratif. Ephrin-B2 adalah protein transmembran yang berperan penting dalam proses angiogenesis. Pada luka bakar, angiogenesis merupakan salah satu proses yang penting untuk penyembuhan luka. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek dari aplikasi topikal CM pada ekspresi ephrin-B2 sebagai marker angiogenesis pada penyembuhan luka bakar. Penelitian ini menggunakan sampel blok parafin dari jaringan kulit luka bakar tikus model hari ke-7, 14, dan 21 setelah pembuatan luka, yang terdiri atas kelompok kontrol, medium complete MC , dan CM. Ekspresi ephrin-B2 diperiksa dengan pulsan imunohistokimia, kemudian dievaluasi distribusinya secara deskriptif dan dilakukan penghitungan terhadap jumlah pembuluh darah yang mengekspresikan ephrin-B2 untuk evaluasi angiogenesis. Penelitian ini menunjukkan bahwa distribusi ekspresi ephrin-B2 ditemukan pada sel-sel endotel dan otot polos pembuluh darah pada jaringan granulasi penyembuhan luka bakar. Jumlah pembuluh darah baru pada jaringan granulasi kelompok CM lebih banyak dibandingkan dengan dengan kelompok kontrol dan MC pada hari ke-7, 14, dan 21.

ABSTRACT
Conditioned medium CM is known to contain cytokines and growth factors that can act as regenerative agents. Ephrin B2 is a transmembrane protein that plays important role in the process of angiogenesis. Sufficient blood supply through angiogenesis in burn wound healing is one of the most important factors. This study aims to investigate the effect of topical CM applications on ephrin B2 expression as angiogenesis markers in burn wound healing. This study used paraffin block samples from burn wound skin tissue of mouse models collected on days 7, 14, and 21 post wounded. The groups were control, medium complete MC , and CM group. Immunohistochemical staining was performed to detect ephrin B2 expression and its distribution was evaluated in descriptive manner. Angiogenesis was evaluated by calculating the number of blood vessels that expressed ephirn B2. Our results showed that ephrin B2 is expressed in endothelial cells and smooth muscle of blood vessels within granulation tissues. There was no different in distribution pattern of ephrin B2 expression between groups. Topical application of CM on burn wound showed to have more number of new blood vessels that expressed ephrin B2 on day 7, 14, and 21 post wounded, compared to control and MC groups p
"
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salbiah
"Klofazimin diketahui mampu menekan pertumbuhan tumor baik secara in vitro maupun in vivo, sehingga merupakan kandidat antikanker yang cukup potensial. Namun, hingga saat ini mekanisme klofazimin secara molekuler dalam menghambat kanker belum sepenuhnya diketahui. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efek molekular klofazimin pada kolitis terkait kanker usus besar yang diamati pada jalur pensinyalan wnt/β-catenin. Penelitian ini menggunakan mencit jantan galur Balb/c (n=36 ekor) yang secara acak dibagi dalam kelompok: Kontrol normal, kontrol negatif, kelompok kuratif (dosis 0.2, 0.4, dan 0.8 mg/20g BB) dan kelompok preventif dosis 0.4 mg/20g BB. Induksi kolitis terkait kanker menggunakan kombinasi dua senyawa kimia Azoxymethane dan Dextran Sodium Sulfate (AOM/DSS). Mekanisme molekuler Klofazimin diamati dengan memeriksa ekspresi caspase-3 dan IL-1β menggunakan metode sandwich ELISA, β-catenin dan Axin-2 menggunakan metode Imunohistokimia, serta pemeriksaan histologi jaringan usus besar menggunakan pulasan H&E. Hasil analisis ELISA menunjukkan bahwa hewan yang diperlakukan dengan klofazimin dosis kuratif 0.8 mg/20g BB dapat memiliki ekspresi IL-1β yang lebih rendah, β-catenin, axin-2, dan Caspase-3 yang lebih tinggi dibanding hewan yang hanya diinduksi AOM/DSS. Kesimpulannya adalah klofazimin berpotensi untuk menghambat pertumbuhan kolitis terkait usus besar pada dosis kuratif 0.8 mg/20g BB.

Clofazimine is known to be able to suppress tumor growth both in vitro and in vivo, making it a potential anticancer candidate. However, until now the molecular mechanism of clofazimine in inhibiting cancer is not fully known. This study aims to analyze the molecular effect of clofazimine on colitis-associated colon cancer (CAC) observed in the wnt/β-catenin signaling pathway. This study used male mice strain Balb/c (n = 36 individuals) who were randomly divided into groups: normal control, negative control, curative group (dose 0.2, 0.4, and 0.8 mg/20g BW), and preventive group dose 0.4 mg/d 20g BB. Induction of colitis-related colon cancer using a combination of two chemical compounds Azoxymethane and Dextran Sodium Sulfate (AOM/DSS). The molecular mechanism of clofazimine was observed by examining the expression of caspase-3 and IL-1β using the sandwich ELISA method, β-catenin and Axin-2 using the immunohistochemical method, as well as histological examination of colon tissue using H&E staining. The results of the ELISA analysis showed that animals treated with a curative dose of clofazimine 0.8 mg/20g BW had lower expression of IL-1β, β-catenin, axin-2, and Caspase-3 than animals induced by AOM/DSS. The conclusion is that clofazimine has the potential to inhibit the growth of colitis associated with the large intestine at a curative dose of 0.8 mg/20g BW."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farah Fadhilah Rosyadi
"Latar Belakang: Menopause merupakan fase biologis alami yang ditandai dengan berakhirnya siklus menstruasi dan penurunan kadar estrogen, yang dapat menyebabkan berbagai gangguan muskuloskeletal, terutama osteoporosis. Terapi sulih hormon yang digunakan untuk mengatasi berbagai gangguan akibat defisiensi estrogen, mempunyai efek samping serius seperti kanker dan penyakit kardiovaskuler. Oleh karena itu diperlukan alternatif terapi yang lebih aman. Salah satu bahan alam yang berpotensi adalah propolis. Propolis diketahui mempunyai banyak manfaat bagi kesehatan karena efek antioksidan, anti-inflamasi, dan efek estrogenik. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efek propolis terhadap rasio osteoblas dan osteoklas, gambaran trabekula dan densitas tulang mencit yang diovariektomi. Metode: Penelitian eksperimental ini menggunakan 25 ekor mencit Swiss Webster yang dibagi menjadi lima kelompok: kontrol (sham), ovariektomi (OVT), OVT+Propolis I&II (dosis 0,042 mg/gBB & 0,084 mg/gBB), dan OVT+Estrogen. Setelah 30 hari perlakuan, dilakukan analisis kadar kalsium tulang, rasio osteoblas/osteoklas, dan evaluasi mikroarsitektur tulang menggunakan MicroCT. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan kelompok OVT+Propolis dosis I memiliki rasio osteoblas/osteoklas (13,6 ± 1,7) yang signifikan lebih tinggi dibanding dengan kelompok OVT (p= 0,009) dan OVT+Propolis II (p= 0,030). Kelompok ini juga menunjukkan kadar kalsium (5,86 ± 0,96 mmol), jumlah trabekular (3,15 ± 0,05 mm⁻¹), dan densitas tulang (1,04 ± 0,01 GV) yang lebih tinggi dibandingkan kelompok OVT, namun secara statistik tidak signifikan. Propolis dosis 0,084 mg/gBB tidak menunjukkan efek yang lebih baik dari pada dosis rendah. Kesimpulan: Propolis dosis 0,3 g/kgBB memiliki potensi dalam memperbaiki kondisi tulang pada mencit model ovariektomi melalui peningkatan optimalisasi rasio osteoblas/osteoklas, dan perbaikan mikroarsitektur tulang, yang sebanding dengan pemberian estrogen.

Background: Menopause is a natural biological phase characterized by the cessation of menstrual cycles and a decline in estrogen levels, which can lead to various musculoskeletal disorders, particularly osteoporosis. Hormone replacement therapy, commonly used to address estrogen deficiency-related issues, carries serious side effects, such as cancer and cardiovascular diseases. Therefore, safer therapeutic alternatives are needed. One promising natural substance is propolis, which is known for its health benefits due to its antioxidant, anti-inflammatory, and estrogenic effects. This study aims to analyze the effects of propolis on the osteoblast-to osteoclast ratio, trabecular structure, and bone density in ovariectomized mice. Methods: This experimental study involved 25 Swiss Webster mice divided into five groups: control (sham), ovariectomy (OVT), OVT+Propolis I&II (doses 0.042 mg/gBW & 0.084 mg/gBW), and OVT+Estrogen. After 30 days of treatment, analyses were conducted on bone calcium levels, the osteoblast/osteoclast ratio, and bone microarchitecture using MicroCT. Results: The results showed that the OVT+Propolis I group had a significantly higher osteoblast/osteoclast ratio (13.6 ± 1.7) compared to the OVT group (p = 0.009) and OVT+Propolis II group (p = 0.030). This group also demonstrated higher calcium levels (5.86 ± 0.96 mmol), trabecular number (3.15 ± 0.05 mm⁻¹), and bone density (1.04 ± 0.01 GV) than the OVT group, although these differences were not statistically significant. The 0.084 mg/gBW dose of propolis did not exhibit superior effects compared to the lower dose. Conclusion: A propolis dose of 0.042 mg/gBW shows potential in improving bone conditions in ovariectomized mice by optimizing the osteoblast/osteoclast ratio and enhancing bone microarchitecture, comparable to the effects of estrogen therapy."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2025
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Panjaitan, Ani Oranda
"Latar Belakang: Uji tube formation merupakan uji paling luas yang digunakan sebagai uji vaskulogenesis/ angiogenesis secara in vitro. Sel punca mesenkimal atau mesenchymal stem cell MSC merupakan sel punca dewasa yang multipoten. Efek parakrinnya terhadap neovaskularisasi sudah banyak diketahui. Secara umum MSC diketahui tidak mengekspresikan penanda permukaan hematopoetik CD34 namun ada pendapat yang menyatakan bahwa MSC secara in vivo mengekspresikan CD34 dan kehilangan ekspresinya saat dikultur secara in vitro. MSC asal lemak dianggap masih memiliki ekspresi CD34 pada kultur in vitro pada pasase awal oleh beberapa ahli. MSC yang paling banyak digunakan dalam uji tube formation adalah BM-MSC padahal ASC juga berpotensi bagi terapi dan rekayasa sel punca. Hingga saat ini potensi vaskulogenesis antara ASC dan BM-MSC masih belum jelas mana yang lebih baik dan apakah ekspresi CD34 mempengaruhi hal ini. Pada penelitian ini kami ingin membandingkan potensi vaskulogenesis antara MSC asal lipoaspirat dengan MSC asal sumsum tulang melalui uji tube formation dan ekspresi CD34.
Hasil: Pengukuran kualitas vaskulogenesis menunjukkan bahwa rerata panjang tube lebih tinggi pada BM-MSC, rerata jumlah loop lebih banyak pada BM-MSC dan rerata jumlah titik percabangan lebih banyak pada BM-MSC. Tidak ditemukan kadar CD34 yang tinggi pada ASC.
Kesimpulan: BM-MSC memiliki kemampuan lebih baik dalam membentuk tube formation dibandingkan dengan ASC. Tidak ditemukan hubungan antara kadar CD34 dengan kemampuan vaskulogenesis MSC.

Objective: Test tube formation is the most widely used method as an in vitro vasculogenesis test. Mesenchymal stem cells MSC is a multipotent adult cells known not expressing CD34 just like endothelial progenitor cells EPC that play a role in vasculogenesis. Adipose derived stem cells MSCs ASC is considered to still express CD34 2 in cultures. Bone Marrow BM MSCs is most widely used MSCs in vasculogensis research. ASC has great potential for stem cell therapy and engineering. The potential of vasculogenesis between ASC and BM MSC remains unclear which one is better and whether CD34 expression affects this. In this study we wanted to compare the potential of vasculogenesis between MSC of lipoaspiric origin and MSC from bone marrow through tube formation test and CD34 expression. Tube formation assay is the most widely used method as an in vitro vasculogenesis test. Mesenchymal stem cells MSCs are multipotent adult cells. known not to express CD34 surface marker which is expressed by haemapoietic stem cells, but according to some experts bone marrow mesenchymal stem cells BM MSCs express CD34 in vivo and lose its expression when they are cultured in vitro, while adipose derived stem cells ASCs still have CD34 expression in the early passages when cultured in vitro. BM MSCs are the most widely used MSC, but ASCs are also used in stem cell therapy and tissue engineering for angiogenesis purposes. Until now the potential of vasculogenesis between ASCs and BM MSCs is still unclear. Expression of CD34 is also unknown whether effecting the quality of tube formation. In this study we wanted to compare the potential of vasculogenesis between ASC and BM MSCs through tube formation test and CD34 expression.
Results: Measurements of vasculogenesis quality showed higher tube length, number of loops and mean number of branch points on BM MSC. Both BM MSCs and ASCs showed low CD34 levels.
Conclusion: BM MSCs showed better tube formation ability compared with ASCs. No association was found between CD34 levels and MSC vasculogenesis capability.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Miftah Fadhilah Auliya
"Sektor pertanian merupakan sektor yang memiliki peran penting baik di tingkat daerah maupun nasional karena sektor pertanian dapat dijadikan sebagai sektor strategis untuk perencanaan pembangunan saat ini dan masa yang akan datang. Namun seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, kebutuhan akan lahan untuk pemukiman dan aktivitas kependudukan juga semakin meningkat. Hal tersebut menyebabkan terjadinya fenomena alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan non pertanian, sehingga sisa lahan pertanian harus dimanfaatkan semaksimal mungkin agar hasil pertanian tetap dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana luas areal pertanian basis tanaman pangan, faktor-faktor yang mempengaruhinya, dan perbedaan luasan dasar tanaman pangan rendah dan tinggi. Areal basis yang diteliti adalah areal pangkal tanaman pangan yang mampu mengekspor produksi ke luar batas dengan menggunakan variabel luas tanam, ketinggian, dominasi lereng, pengairan, jarak dari ibu kota kabupaten, dan kepadatan jaringan jalan. Variabel diolah dan dianalisis menggunakan analisis spasial dan statistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lahan pokok tanaman pangan mempunyai karakteristik berdasarkan variabel yang cenderung hampir sama. Setelah dilakukan uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada variabel tertentu yang mempengaruhi luas pangkal tanaman pangan. Setelah dilakukan survey di daerah basis tinggi di Kecamatan Leuwidamar dan daerah basis rendah di Kecamatan Cipanas, yang membedakan jumlah pangkalan di kedua kecamatan tersebut adalah kurangnya minat petani di Kecamatan Cipanas terhadap tanaman pangan, sehingga di Kecamatan Cipanas, hasil kebun seperti manggis, cengkeh, dan ketimun.

The agricultural sector is a sector that has an important role both at the regional and national levels because the agricultural sector can be used as a strategic sector for current and future development planning. However, along with the increase in population, the need for land for settlement and population activities is also increasing. This causes the phenomenon of the conversion of agricultural land into non-agricultural land, so that the remaining agricultural land must be used as much as possible so that agricultural products can still meet the needs of the community. This study aims to analyze how wide the area of ​​basic food crops is, the factors that influence it, and the differences in the basic area of ​​low and high food crops. The base area studied is the base area for food plants capable of exporting production outside the boundary by using variables of planting area, height, slope dominance, irrigation, distance from the district capital, and road network density. Variables were processed and analyzed using spatial and statistical analysis. The results showed that the staple land of food crops had characteristics based on variables that tended to be almost the same. After the statistical test was carried out, it showed that there were no certain variables that affected the base area of ​​the food plant. After conducting a survey in the high base area in Leuwidamar District and the low base area in the Cipanas District, what distinguishes the number of bases in the two sub-districts is the lack of interest of farmers in Cipanas District towards food crops, so that in Cipanas District, garden products such as mangosteen, cloves, and cucumber."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuda Nabella Prameswari
"Tingginya angka mortalitas kanker ovarium (OC) disebabkan oleh pertumbuhan kanker yang cepat dan asimtomatik, serta belum ada faktor penanda untuk mengetahui progresivitasnya. OC epitelial (EOC) bersifat progresif dan agresif terkait kemampuan proliferasi yang tinggi. Salah satu faktor penentu progresivitas OC adalah angiogenesis yang diatur oleh VEGF yang dapat diinduksi oleh ligasi CD40. Adanya variasi genetik CD40 dan VEGF diduga berpengaruh terhadap progresivitas EOC (low dan high grade). Tujuan penelitian ini adalah menganalisis CD40 (rs1883832) dan VEGF (rs699947) yang dikaitkan dengan progresivitas EOC. Desain penelitian adalah potong lintang pada 65 EOC, 65 sehat dan 15 kontrol (jaringan kontralateral EOC). Analisis genotip menggunakan metode PCR ARMS dan analisis ekspresi mRNA menggunakan qPCR. Antara EOC dan kontrol terdapat perbedaan genotip dan alel CD40 dan VEGF, ditemukan ekspresi relatif mRNA CD40 dan VEGF pada EOC signifikan lebih tinggi, dibandingkan kelompok kontrol, ditemukan korelasi positif signifikan antara variasi genetik CD40 dan VEGF dengan ekspresi relatif mRNAnya, tidak ditemukan korelasi antara ekspresi relatif mRNA CD40 dengan VEGF. Variasi gen CD40 (rs1883832) dan VEGF (rs699947) menyebabkan ekspresi relatif mRNA yang berbeda dan signifikan pada kelompok low grade, high grade dan kontrol. Variasi kedua gen tersebut berhubungan dengan suseptibilitas individu terhadap EOC.

The high mortality rate of ovarian cancer (OC) is caused by grows quickly and asymptomatic and there are no tumor markers to determine its progresses. Epithelial OC (EOC) is progressive and aggressive due to its high proliferative capacity. One of the determinants of OC progression is angiogenesis, which is regulated by VEGF can be induced by CD40 ligation. Genetic variation of CD40 and VEGF is suspected to influence the progression of EOC (low and high grade). The aim of this study was to analyze the CD40 (rs1883832) and VEGF (rs699947) associated with EOC progression. The study design was cross-sectional in 65 EOC, 65 healthy and 15 controls (contralateral of EOC tissue). Genotyping analysis used PCR ARMS method and mRNA expression analysis used qPCR. Between EOC and control there are differences in CD40 and VEGF genotypes and alleles, it was found that the relative mRNA expression of CD40 and VEGF in EOC was significantly higher, than the control group, a significant positive correlation between genetic variation of CD40 and VEGF with their relative mRNA expression, no correlation was found between the relative mRNA expression of CD40 and VEGF. Gene variations in the CD40 (rs1883832) and VEGF (rs699947) led to different and significant relative expression of mRNA in the low grade, high grade, and control groups. Variation of these two genes is associated with individual susceptibility to EOC."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>