Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fridyan Ratnasari
"Latar Belakang: FA merupakan salah satu masalah aritmia yang paling umum terjadi dengan prevalensi yang terus meningkat seiring dengan penuaan populasi dan peningkatan angka kejadian penyakit kardiovaskular. Manajemen FA dengan ablasi mampu mengurangi gejala pasien, namun angka rekurensi FA yang masih tinggi (10- 30%) pasca ablasi terus menjadi bahan penelitian dengan mekanisme yang masih belum dipahami. Remodelling atrial memiliki peran penting dalam progresi FA. Ketebalan dinding atrium kiri yang bervariasi menyebabkan adanya perbedaan propagasi dan penetrasi dari tindakan ablasi, sehingga penilaian ketebalan dinding atrium kiri penting dalam proses tindakan ablasi FA.
Tujuan: Mengetahui hubungan antara ketebalan atrium kiri dengan rekurensi aritmia atrial pasca ablasi FA.
Metode: Penelitian ini merupakan studi kohort retrospektif dengan menggunakan data pasien ablasi fibrilasi atrium di RSJPD Harapan Kita pada periode Januari 2018- Januari 2023. Evaluasi rekurensi aritmia atrial dilakukan dengan EKG 12 sadapan, pemeriksaan Holter monitoring 24 jam. Penilaian ketebalan dinding atrium kiri dilakukan dengan pemeriksaan CT scan kardiak. Dilakukan analisis bivariat dan multivariat antara ketebalan dinding atrium kiri dengan rekurensi aritmia atrial pasca ablasi.
Hasil: Dari 127 pasien pasca ablasi FA, didapatkan rata-rata pasien berusia 55 tahun dengan jenis kelamin laki-laki 64%. Berdasarkan tipe FA didapatkan 65% merupakan FA paroksismal. Ketebalan dinding atrium kiri (OR 1,56; IK 95% 1,20-2,03; p value < 0,001) dan diameter atrium kiri berdasarkan ekokardiografi (OR 1,07; IK 95% 1,00- 1,14; p value 0,0038) berhubungan secara signifikan dengan rekurensi aritmia atrial pasca ablasi.

Background: Atrial fibrillation (AF) is the most common arrhythmia and its prevalence increases with age. Management of catheter ablation is effective in reducing symptom burden but its recurrence rate is still considered high (10-30%) with unclear mechanism. Atrial remodeling plays important role in AF progression. The left atrial wall thickness (LAWT) is heterogenous which cause different propagation and penetration of ablation power. Recurrence of arrhythmia atrial after catheter ablation for atrial fibrillation (AF) has been considered as a common phenomenon but its mechanism and implication in long-term outcome has not been fully understood.
Objective: We aimed to clarify the relation between left atrial wall thickness and arrhythmia atrial recurences after ablation
Metode: A total of 127 patients with history of catheter ablation for AF were consecutively recruited from period of January 2018- January 2023. Recurrences was defined as recurrence of atrial tachyarrhythmia using surface electrocardiogram and Holter monitoring. LAWT was assessed using cardiac CT scan. The statistical analysis was performed to find the relationship between the left atrial wall thickness and arrhythmia atrial recurrences.
Results: From 127 patients post catheter ablation for AF, patients included mean age of 55 years old and 64% patients are male. Based on type of AF, most of patients (65%) are paroxysmal AF. The mean left atrial wall thickness (OR 1,56; IK 95% 1,20- 2,03; p value < 0,001) and diameter of left atrium from echocardiography (OR 1,07; IK 95% 1,00-1,14; p value 0,0038) were significantly associated with arrhythmia atrial post catheter ablation.
Conclusion: Left atrial wall thickness assessed with CT cardiac increased 4.4 times arrhythmia atrial recurrences post catheter ablation of AF.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Abduh
"Latar Belakang: Pada pasien dengan penyakit jantung, gangguan pada fungsi paru dapat memperburuk kondisi jantung dengan menyebabkan terjadinya dekompensasi. Infeksi virus SARS-CoV-2 berpotensi mengakibatkan terjadinya fibrosis paru dan gangguan fungsi paru lainnya yang dapat dinilai dengan pemeriksaan spirometri dan kadar ST2 terlarut dalam darah. Infeksi COVID-19 varian Omicron mengakibatkan luaran yang relatif lebih baik dibandingkan varian Delta namun jumlah kasusnya lebih banyak dan tetap dapat mengakibatkan komplikasi tersebut. Oleh sebab itu, penelitian ini akan membandingkan kedua parameter tersebut pada pasien pasca infeksi COVID-19 varian Omicron dan Delta.
Tujuan: Mengetahui hubungan kadar ST2 terlarut dan luaran spirometri pada pasien pasca COVID-19 varian Omicron dibandingkan varian Delta pada pasien dengan penyakit kardiovaskular serta perbedaan pada kedua populasi.
Metode: Studi observasional potong lintang pada 76 pasien dengan penyakit jantung yang terinfeksi COVID-19 varian Omicron dan Delta dilakukan pemeriksaan spirometri dan kadar ST terlarut 12 minggu pasca konfirmasi negatif. Analisis statistik dilakukan untuk mengetahui hubungan antara kadar ST2 terlarut pada varian Omicron dibandingkan dengan Delta terhadap gangguan fungsi paru menggunakan spirometri dan perbedaan luaran kedua varian.
Hasil: Dari 76 subjek penelitian, proporsi pasien dengan varian Omicron lebih banyak dibandingkan Delta (53 orang berbanding 23 orang), dengan perbedaan pada proporsi pasien dengan gagal jantung, penyakit jantung koroner, penerima vaksin dan distres pernafasan akut pada admisi. Kadar ST2 terlarut (p=0.026, OR 1.01 (95% CI 1.00-1.01)) dan kondisi gagal jantung (p=0.019, OR 6.07 (95% CI 1.34-27.47)) memiliki hubungan terhadap kejadian luaran gambaran spirometri abnormal khususnya gambaran restriksi terutama pada varian Omicron, namun hubungan ini lemah dan kemaknaan klinis tidak signifikan.
Hasil studi ini mengindikasikan bahwa kadar ST2 terlarut, meskipun lemah, mungkin memiliki asosiasi terhadap kelainan spirometri pada penyintas COVID-19, namun temuan ini terbatasi oleh perbedaan pada masing-masing populasi dari studi ini.

Background: In patients with heart disease, impaired lung function can exacerbate cardiac conditions due to decompensation. Infection by the SARS-CoV-2 virus has the potential to cause pulmonary fibrosis and other lung impairment which could be assessed by spirometry and measurement of soluble ST2 levels. Omicron infection resulted in a relatively better outcome than the Delta variant but higher number of cases and it could still cause these complications. Therefore, this study aims to compare these two parameters in survivors of COVID-19 infected by Omicron and Delta variant.
Objective: To determine the relationship between soluble ST2 levels and spirometry outcomes in patients with cardiovascular disease after COVID-19 infection by Omicron variant as compared to the Delta variant and the differences in the two populations.
Methods: A cross-sectional observational study on 76 patients with heart disease who were infected by Omicron and Delta variant of COVID-19 underwent spirometry and blood sampling for soluble ST levels at the Outpatient clinic in 12 weeks after confirmed negative. Statistical analysis will be performed to find out the association between soluble ST2 levels in the Omicron variant compared to Delta and impairment of lung function using spirometry and the difference in the outcomes of the two variants.

 

Results: From 76 study subjects, the proportion of survivor of Omicron variant was higher than Delta (53 versus 23), with differences in the proportion of patients with heart failure, coronary artery disease, recipients of vaccine and acute respiratory distress syndrome on admission. Soluble ST2 levels (p=0.026, OR 1.01 (95% CI 1.00-1.01)) and heart failure (p=0.019, OR 6.07 (95% CI 1.34-27.47)) have a significant association to abnormal spirometry pattern, especially the restrictive pattern in the Omicron variant, however this relationship may be weak and the clinical implication might be insignificant.

Conclusion: The results of this study indicate that soluble ST2 levels, although weak, may have an association with spirometry abnormalities in COVID-19 survivors, but these findings may be limited by differences in each population and study design.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library