Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 53 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Karlina Nur Fitria
Abstrak :
Chronic venous insufficiency (CVI) merupakan salah satu gangguan pada sistem vaskular Bagian dari sistem vaskular yang dipengaruhi oleh CVI yaitu sistem vena pada ekstremitas bawah. Hal ini menganggu aliran darah pada ekstremitas bawah sehingga dapat menimbulkan komplikasi luka, nyeri, dan keterbatasan rentang gerak pergelangan kaki. Masalah keperawatan yang ditegakkan yaitu nyeri akut dan gangguan integritas kulit. Karya Ilmiah Akhir Ners (KIAN) ini menguraikan analisis asuhan keperawatan dan penerapan range of motion pada pasien dengan CVI untuk meningkatkan keterbatasan rentang gerak pada pergelangan kaki dan penyembuhan luka. Hasil evaluasi dari penerapan tersebut menunjukkan peningkatan rentang gerak pergelangan kaki dari 100 menjadi 150 tetapi tidak ada peningkatan penyembuhan luka selama 6 hari perawatan. Selain itu, terdapat penurunan nyeri dari skala 6 menjadi 5. Berdasarkan hasil tersebut diharapkan latihan ROM dapat diterapkan pada pelayanan kesehatan terutama pada pasien CVI dengan keterbatasan rentang gerak pergelangan kaki. ......Chronic venous insufficiency (CVI) is one of the disorders that affects vascular system. Part of the vascular system that is affected by CVI is venous system in the lower extremities. This disrupts blood flow in the lower extremities which may cause complications such as venous leg ulcer. The main nursing problem in this case is impaired skin integrity. This nursing scientific paper aims to elaborate analysis of nursing care and range of motion application in patient with CVI to increase ankle ROM limitation and wound healing. Evaluation of the ROM application shows increase in ankle ROM from 100 to 150 during 6 days of care. However, there is no increase in the healing rate after 6 days of application. According to the evaluation, ROM exercise is proposed to be applied in healthcare services particularly for CVI patients with ankle ROM limitations
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rafa Mulia Ashari
Abstrak :
Kanker kandung kemih merupakan adanya infiltrasi sel-sel abnormal di dalam atau dinding lapisan kandung kemih. Tatalaksana kanker kandung kemih yaitu dengan melakukan operasi Transuretral Resection of Bladder Tumour (TURBT). Efek samping operasi ini berupa nyeri yang dapat mengganggu rasa nyaman pasien. Masalah keperawatan utama yang dapat ditegakkan adalah nyeri akut. Oleh karena itu, perawat berperan dalam memberikan manajemen mandiri keperawatan non farmakologi, salah satunya berupa terapi musik. Studi kasus ini bertujuan untuk menganalisis asuhan keperawatan pada kanker kandung kemih post TURBT dan penerapan intervensi terapi musik dalam mengontrol nyeri post TURBT. Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus pada pasien usia 62 tahun yang mengalami kanker kandung kemih yang telah menjalani operasi TURBT dan mengeluh nyeri dengan skala 6 (nyeri sedang). Hasil penelitian menunjukkan tiga diagnosa keperawatan yaitu nyeri akut, gangguan eliminasi urin, dan risiko infeksi; terdapat penurunan tingkat nyeri post operasi dari skala 6 (nyeri sedang) menjadi skala 2 (nyeri ringan) setelah melakukan terapi musik selama 3 hari. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memotivasi perawat menerapkan intervensi keperawatan berbasis bukti terkini dalam mengatasi nyeri secara non farmakologi setelah operasi melalui penerapan terapi musik. ......Bladder cancer is an infiltration of abnormal cells in the lining of the bladder. Management of bladder cancer is performed by Transuretral Resection of Bladder Tumour (TURBT). The impact of this surgery pain which can interfere with the patient's comfort. The main nursing problem that can be enforced is acute pain. Therefore, nurses play a role in providing non-pharmacological nursing self-management, one of which is music therapy. This case study aims to analyze nursing care for post-TURBT bladder cancer and the application of music therapy interventions in controlling post-TURBT pain. This study used a case study approach in a 62-year-old patient with bladder cancer who had undergone TURBT surgery and complained of pain on a scale of 6 (moderate pain). The results showed three nursing diagnoses, namely acute pain, impaired urinary elimination, and risk of infection; there was a decrease in the level of postoperative pain from a scale of 6 (moderate pain) to a scale of 2 (mild pain) after doing music therapy for 3 days. The results of this study are expected to motivate nurses practicing evidence based in nursing intervention to overcome post surgery pain with the application of music therapy.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Pandan Enggarwati
Abstrak :
Penderita diabetes tipe 2 berisiko mengalami depresi yang secara negatif memengaruhi penurunan aktivitas perawatan diri. Bukti terbaru menunjukkan dukungan sosial bermanfaat dalam menurunkan risiko depresi dan meningkatkan aktivitas perawatan diri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek mediasi dukungan sosial antara hubungan gejala depresi terhadap aktivitas perawatan diri penderita diabetes tipe 2 melalui pendekatan cross sectional pada 94 responden. Hasil analisis regresi linier berganda menunjukkan komplikasi penyakit diabetes tipe2 signifikan memengaruhi aktivitas perawatan diri (p=0,000; R2=0,515). Hasil analisis jalur dan tes sobel menunjukkan bahwa dukungan sosial memediasi efek secara signifikan pada hubungan gejala depresi terhadap aktivitas perawatan diri (z=-0,162 > ttabel 1.96; pengaruh langsung -0,499; pengaruh tidak langsung= -0,0789; total efek=40,3%). Skrining gejala depresi dan intervensi yang melibatkan dukungan sosial perlu dilakukan pada pasien diabetes tipe 2 yang dicurigai mengalami penurunan aktivitas perawatan diri. ...... People with type 2 diabetes are at risk of experiencing depression which which affects in self-care activities. Recent evidence shows that social support is beneficial in reducing the risk of depression and positively affect the increase in self-care activities. This study aims to determine the mediating effect of social support on the relationship between depressive symptoms and self-care activities of people with type 2 diabetes through a cross sectional approach on 94 respondents. The results of multiple linear regression analysis showed that complications of type 2 diabetes significantly affects activities related to depression treatment (p = 0,000; R2 = 0.515). The results of path analysis and the sobel test show that social support significantly mediates the effect of relationship between depressive symptoms and self-care activities (z = -0,162> table 1.96; direct effect -0,499; indirect effect = -0,0789; total effect = 40, 3%). Screening for depressive symptoms and interventions which involves social support are strongly suggested for patients with type 2 diabetes who are suspected of showing decline in self-care activities.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Noviana Sari
Abstrak :
ABSTRAK
Nasi putih merupakan makanan pokok masyarakat Indonesia yang memiliki indeks glikemik tinggi. Hal ini berbanding terbalik dengan anjuran diet untuk mengonsumsi makanan dengan indeks glikemik rendah. Oleh karena itu, diperlukannya pengetahuan mengenai indeks glikemik bagi pasien diabetes melitus. Penelitian ini metode studi analisis korelasi dengan desain cross-sectional menggunakan teknik cluster random sampling. Sebanyak 106 subjek dari sebelas kecamatan di Kota Depok. Hasil penelitian ini dengan analisis uji chi square menunjukan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan indeks glikemik dengan kesesuaian diet pada pasien diabetes melitus p=0,082, ?=0,05 . Banyak faktor lain yang memengaruhi kesesuaian diet, selain pengetahuan. Tetapi, informasi mengenai indeks glikemik dan diet diabetes mellitus tetap dianggap penting dan perlu adanya edukasi bagi pasien.
ABSTRACT
White rice is the Indonesians staple food which has a high glycemic index. This is contrary to the diabetes mellitus dietary recommendations of eating a low glycemic index food. Therefore, it is necessary to understand glycemic index knowledge for diabetes mellitus patients. This study applied a correlation analysis method with a cross sectional using a cluster random sampling technique. One hundred six subjects were selected from eleven sub districts in Depok City. The data were analyzed using a chi square test. The result showed that there was no correlation between knowledge of glycemic index and diabetes mellitus patients diet p 0.082, 0.05 . Beside the knowledge, many factors affect the diet. However, information on the glycemic index and diabetes mellitus diet remains important and needs to be delivered for diabetic patients.
2017
S69814
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arisanti Prabandini
Abstrak :
Ventilator associated-pneumonia VAP adalah pneumonia yang terjadi pada pasien yang terpasang ventilator melalui trakeostomi atau intubasi endotrakeal selama lebih dari 2 hari perawatan. VAP merupakan infeksi yang paling sering terjadi pada ICU dan menjadi penyebab morbiditas mayor, mortalitas, serta peningkatan biaya perawatan. Penelitian retrospective dengan pendekatan cross sectional bertujuan untuk mendapatkan gambaran kejadian VAP pada pasien di ICU RSUD dr. Soedono Madiun bulan Mei 2016 ndash; April 2017. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar pasien yang mengalami VAP adalah berusia dewasa madya 45,2 dengan jenis kelamin laki-laki 52,4 pada late onset 66,7 . Skor komorbiditas rendah 81,0 dan terbesar adalah cedera serebrovaskuler 35,7 . Sering di jumpai bakteri gram negatif 88,1 . Kejadian VAP tinggi disebabkan lama perawatan, kepatuhan klinisi pada pelaksanaan hand hygiene, SOP VAP bundle masih dalam pengembangan, serta mutasi perawat. Penting dilaksanakan penyusunan SOP intervensi VAP bundle yang efektif dan pendokumentasian kejadian VAP sesuai dengan standar CPIS sehingga kejadian VAP dilaporkan tepat. ......Ventilator associated pneumonia VAP is defined as pneumonia that occured in patient with mechanical ventilation used tracheostomy or endotracheal intubation more than 2 days treatment. VAP is the most common infection in intensive care units ICUs and cause of mortality, major morbidity, and increased finansial burden. This retrospective study with cross sectional approach aimed to explain the VAP incidence of patient in ICU RSUD dr. Soedono Madiun in periode May 2016 until April 2017. The result of this study indicated that the most of patients that developed VAP was median age adult 45,2 male 52,4 late onset VAP 66,7 . The comorbidity score was low 81,0 and the most common was cerebrovascular injury 35,7 . The negative gram bacteria. was the most common microorganism 88,1 . The VAP incidence was high, because of the patient rsquo s length of stay, clinician rsquo s submission of hand hygiene, standard operational procedure of VAP bundle care still unfixed, and staff mutation. So important to arranged effective standard operational procedure of VAP bundle care and appropriate documentation of VAP incidence used CPIS until VAP incidence report was right.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
S68892
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yasmin Az Zahrah
Abstrak :
Pola makan online fast food yang berlebihan dapat memicu obesitas. Penelitian dilakukan pada mahasiswa karena mahasiswa ada pada tahap usia dewasa dimana metabolisme melambat dan tren pemesanan makanan online paling banyak dilakukan oleh mahasiswa. Penelitian ini mengidentifikasi hubungan pola makan online fast food, aktivitas fisik, dan riwayat genetik dengan obesitas. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan populasi seluruh Mahasiswa Universitas X angkatan 2016-2019 dan total sampel sebanyak 164 responden. Data diperoleh dari lembar Kuesioner FFQ dan IPAQ melalui G-form secara online. Hasil analisis bivariat dengan uji Chi-Square menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pola makan online fast food dengan IMT/obesitas (p>0,005), demikian pula untuk variabel aktivitas fisik juga tidak  menunjukkan hubungan yang bermakna dengan obesitas (p=0,746), Namun, untuk riwayat genetik, terdapat hubungan yang bermakna dengan obesitas (p<0,05). Hal tersebut menunjukkan bahwa pola makan online fast food tidak secara langsung dapat memicu obesitas. Terdapat berbagai faktor lain yang dapat memicu terjadinya obesitas, salah satunya adalah riwayat genetik.
The fast-food online diet can outweigh obesity. The research was conducted on students because students were at the stage of adulthood where metabolism slows down and the trend of ordering food online is mostly done by students. This study identified the relationship between fast food online diet, physical activity, and genetic history with obesity. The research design used was cross sectional with a population of all University X students class 2016-2019 and a total sample of 164 respondents. Data obtained from the FFQ and IPAQ questionnaire sheets through the online G-form. The results of the bivariate analysis with the Chi-Square test showed that there was no significant relationship between online fast food eating patterns and BMI/obesity (p> 0.005), likewise for physical activity variables also did not show a significant relationship with obesity (p = 0.746) However, for genetic history, there was a significant association with obesity (p <0.05). This shows that eating fast food online does not directly lead to obesity. There are various other factors that can trigger obesity, one of which is genetic history.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Angga Perdana Kesuma
Abstrak :
Kontrol glikemik yang baik berhubungan dengan menurunnya komplikasi diabetes. Penyandang DM yang teratur mengontrol gula darah menunjukkan presentase hasil penurunan risiko komplikasi sebesar 35% dengan kata lain kontrol gula darah rutin menurunkan resiko komplikasi. Data penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa kepatuhan penyandang DM dalam mengontrol gula darah masih sangat rendah. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui adalah mengetahui faktor yang mempengaruhi penyandang DM tipe 2 melakukan pemeriksaan gula darah. Penelitian ini menggunaan desain deskriptif analitik dengan pendekatancross sectional. Sampel penelitian ini berjumlah 100 penyandang DM Tipe 2 yang diambil dengan cara purposivesampling. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara faktor psikososial (persepsi (p=0.001), efikasi diri (0.027) dan social incentive (p= 0.014)) dengan keaptuhan monitoring gula darah. Semakin positif persepsi dan social incentive maka akan meningkatkan keaptuhan monitoring gula darah pada penyandang DM tipe 2. Semakin baik efikasi diri maka akan semakn meningkatkan keaptuhan monitoring gula darah pada penyandang DM tipe 2 ......Good glycemic control is associated with reduced diabetes complications. People with DM regularly control blood glucose showed a good percentage reduce the risk of complications by 35%. Result of previous research data showed that adherence of DM in controlling blood glucose is still very low. The purpose of this study is to know the factors that affect people with type 2 diabetes to check blood glucose. This research uses descriptive analytic design with cross sectional approach. The sample of this study amounted to 100 people with Type 2 DM taken by purposivesampling. The results showed there was a correlation between psychosocial factor (perception (p = 0.001), self efficacy (0.027) and social incentive (p = 0.014)) with compliance monitoring of blood sugar and HbA1c. The more positive the perception and social incentive will improve compliance monitoring of blood glucose in type 2 diabetes mellitus. The better self efficacy will be to improve compliance monitoring blood glucose in people with type 2 diabetes mellitus.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anita Maria Ulfa
Abstrak :
Malnutrisi didapat di rumah sakit dapat mempengaruhi proses kesembuhan pada pasien. Berbagai gizi diperlukan untuk mempercepat kesembuhan. Responden penelitian ini 138 data pasien anak berusia 1 bulan sampai usia 18 tahun masa perawatan Januari-Desember 2017. Penelitian menggunakan pendekatan cross-sectional dengan model retrospektif. Pasien anak dengan organomegali, retensi cairan, dehidrasi, dan pasien dengan pulang atas permintaan pasien (APS) tidak masuk penelitian. Pengukuran status gizi menggunakan BB/TB untuk usia ≤ 5 tahun dan IMT/U untuk > 5 tahun. Hasil uji statistik antara status awal masuk RS dan lama rawat sebesar 0,689 untuk BB/TB dan 0,869 untuk IMT/U. Tidak ada hubungan antara status gizi awal masuk rumah sakit dan lama rawat (nilai P > α). Pemeriksaan awal terkait gizi sangat diperlukan untuk membantu dalam pemberian perawatan dari awal dan mempercepat proses penyembuhan. ......Nutrition problem acquired in hospital effect to healing process. Nutritions need to recovery. This research used 138 respondent age between 1 month and 18 years old registered January to December 2017. Study Cross-sectional and retrospective. Patients with organomegaly, fluid retention, dehydration, and turn out of hospital by request exclude respondent. Nutritional status measured by weight for height (≤ 5 years old) and body mass index (BMI) for age (>5 years old). Statistic test between nutritional status at admission and length of stay is 0,689 for BB/TB and 0,869 for IMT/U. there is no correlation between nutritional status at admission and length of stay (P value > α). Nutrition screening at admission important to support giving early treatment and increasing recovery
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riastuti Handayani
Abstrak :
Manajemen kaki diabetik sangat penting bagi orang yang mengalami diabetes melitus. Lansia dengan proses penuaan akan mengalami berbagai penurunan fungsi organ termasuk pembuluh darah, saraf, dan ketahanan terhadap infeksi. Kondisi tersebut menyebabkan lansia memiliki resiko lebih tinggi untuk  mengalami masalah kaki diabetik. Perilaku perawatan kaki merupakan bagian dari manajemen kaki diabetik. Pengetahuan perawatan kaki yang tepat merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku perawatan kaki. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sejauh mana pengetahuan lansia tentang perawatan kaki diabetik dan bagaimana perilaku perawatan kaki pada lansia. Penelitian ini merupakan peneltiian kuatitatif dengan desain cross sectional yang menggunakan teknik probability sampling dengan teknik simple random sampling pada 82 lansia dengan diabetes melitus tipe 2. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner Diabetic Foot Care Knowledge Scale merupakan kueisioner yang sering dipakai dalam mengukur pengetahuan seseorang penderita diabetes tentang perawatan kaki, dan The Nottingham Assessment of Functional Foot Care untuk mengukur perilaku perawatan kaki. Hasil penelitian ini menunjukan 52,4 % responden berpengetahuan baik, 47,6 % responden berpengetahuan cukup dan tidak ada responden yang berpengetahuan kurang. Perilaku perawatan kaki pada responden menunjukan 61 % berperilaku positif dan 39% berperilaku negatif. Hasil Analisa korelasi chi-square antara pengetahuan tentang perawatan kaki dengan perilaku perawatan kaki diperoleh nilai r-Value (0,000) < a (0,05), sehingga dapat disimpulkan terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan tentang perawatan kaki dengan perilaku perawatan kaki pada lansia dengan diabetes melitus tipe 2. ......Diabetes foot care is crucial for individuals with diabetes mellitus. Elderly individuals undergoing the aging process experience various declines in organ functions, including blood vessels, nerves, and resistance to infections. This condition predisposes the elderly to a higher risk of developing diabetic foot problems. Foot care behavior is an integral component of diabetic foot management. Adequate knowledge of foot care is one of the factors influencing foot care behavior. This research aims to identify the extent of elderly individuals' knowledge regarding diabetic foot care and assess their foot care behavior. The study employs a quantitative approach with a cross-sectional design, utilizing probability sampling techniques through simple random sampling on 82 elderly individuals with type 2 diabetes mellitus. The instruments  used including the Diabetic Foot Care Knowledge Scale questionnaire, frequently used to assess a diabetic patient's knowledge of foot care, and The Nottingham Assessment of Functional Foot Care to evaluate foot care behavior. The research findings reveal that 52.4% of respondents have good knowledge, 47.6% have sufficient knowledge, and no respondents have inadequate knowledge. Regarding foot care behavior, 61% of respondents exhibit positive behavior, while 39% exhibit negative behavior. The chi-square correlation analysis between knowledge of foot care and foot care behavior yields a ρ-Value (0.000) < α (0.05), indicating a significant relationship between the level of knowledge of foot care and foot care behavior in elderly individuals with type 2 diabetes mellitus.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deva Anggriawan
Abstrak :
Hipertensi sebagai penyakit tidak menular di Indonesia masih tergolong tinggi prevalensinya. Hal penting yang harus dilakukan oleh pasien hipertensi adalah mengontrol tekanan darahnya agar mencegah komplikasi dan mencapai kualitas hidup yang baik. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross-sectional. Sampel penelitian berjumlah 100 pasien yang berusia ≥18 tahun di kotamadya Jakarta Timur Puskesmas Kecamatan Makasar. Sampel didapatkan dengan teknik convenience sampling. Penelitian ini menggunakan beberapa kuesioner, di antaranya adalah kuesioner dukungan keluarga, motivasi, persepsi terkait penyakit hipertensi dan manajemennya, dan kepatuhan manajemen hipertensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien memiliki kepatuhan manajemen hipertensi yang tinggi sekitar 82%. Hasil penelitian dianalisis menggunakan uji chi-square menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan beberapa faktor dengan kepatuhan manajemen hipertensi, di antaranya meliputi durasi pengobatan antihipertensi (p value = 0,022 pada ± = 0,05), dukungan keluarga (p value = 0,009 pada  ± = 0,05), motivasi (0,002 pada α = 0,05), dan persepsi terkait penyakit dan manajemen hipertensi (p value = 0,0001 pada ± = 0,05). Dapat disimpulkan bahwa kepatuhan manajamen hipertensi di Kecamatan Makasar Jakarta Timur berada di kategori tinggi, dan faktor-faktor yang mempengaruhi hal tersebut meliputi durasi pengobatan antihipertensi, dukungan keluarga, motivasi, dan persepsi terkait penyakit dan manajemennya. ......Hypertension as a non-communicable disease in Indonesia is still relatively high in prevalence. The important thing that hypertensive patients must do is control their blood pressure to prevent complications and achieve a good quality of life. This research is a quantitative study with a cross-sectional design. The research sample consisted of 100 patients aged ≥18 years in the East Jakarta municipality, Makasar District Health Center. The sample was obtained using convenience sampling technique. This study used several questionnaires, including questionnaires on family support, motivation, perceptions regarding hypertension and its management, and compliance with hypertension management. The results showed that patients had high hypertension management compliance of around 82%. The results of the study were analyzed using the chi-square test, showing that there was a significant relationship between several factors and compliance with hypertension management, including duration of antihypertensive treatment (p value = 0.022 at ± = 0.05), family support (p value = 0.009 at α = 0 .05), motivation (0.002 at ± = 0.05), and perceptions regarding hypertension disease and management (p value = 0.0001 at ± = 0.05). It can be concluded that compliance with hypertension management in Makasar District, East Jakarta is in the high category, and the factors that influence this include duration of antihypertensive treatment, family support, motivation, and perceptions regarding the disease and its management.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6   >>