Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 42 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Rachmita Chaerunisa
"Lutung perak (Trachypithecus cristatus) tergolong ke dalam status vulnerable berdasarkan IUCN yang menyebabkan salah satu lembaga konservasi ex-situ yakni Taman Margasatwa Ragunan berperan dalam melestarikannya. Perubahan kondisi lingkungan yang signifikan dapat memunculkan gejala stres sehingga mereka harus menyesuaikan diri di lingkungan yang baru. Dalam proses tersebut, penting untuk melihat perilaku yang dapat terdampak salah satunya perilaku pengasuhan anak (parental care). Terdapat tipe pengasuhan berupa alloparental care pada lutung perak. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perilaku pengasuhan anak pada lutung perak di luar habitat aslinya yang berada di Pusat Primata Schmutzer, Taman Margasatwa Ragunan. Terdapat 7 individu yang menjadi subjek penelitian, yaitu dua jantan dewasa, tiga betina dewasa, satu betina remaja dan satu anak lutung perak. Metode dalam penelitian ini berupa scan sampling dan ad-libitum sampling. Berdasarkan hasil, terdapat 9 perilaku dengan nilai rata-rata tertinggi berupa feeding sebesar 15,6 kali saat hari libur satwa dan breastfeeding sebesar 14,3 kali saat akhir pekan. Secara keseluruhan pengasuhan anak lutung perak di Taman Margasatwa Ragunan tergolong baik karena tidak memunculkan perilaku agonistik.

The silver langur (Trachypithecus cristatus) is classified as vulnerable according to the IUCN, which causes one of the ex-situ conservation institutions, Ragunan Wildlife Park, to play a role in preserving it. Significant changes in environmental conditions can lead to symptoms of stress so that they must adjust to the new environment. In this process, it is important to look at behaviors that can be affected, one of which is parental care behavior. There is a type of alloparental care in silver langurs. This study aims to analyze parenting behavior in silver langurs outside their natural habitat at the Schmutzer Primate Center, Ragunan Zoo. There were 7 individuals that became the subject of the study, namely two adult males, three adult females, one juvenile female and one infant silver langur. The methods in this study were scan sampling and ad-libitum sampling. Based on the results, there were 9 behaviors with the highest average value of feeding 15,6 times during animal holidays and breastfeeding 14,3 times on weekends. Overall, the parenting of silver langur children in Ragunan Wildlife Park is classified as good because it does not cause agonistic behavior."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Naurah Naziihah
"ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian di Kawasan mangrove Muara Angke untuk menyeleksi spesies burung yang dapat dijadikan spesies indikator dengan menggunakan metode Indicator Value pada bulan September sampai dengan Desember tahun 2018. Kawasan mangrove Muara Angke merupakan salah satu kawasan hutan mangrove di Indonesia yang awalnya memiliki luas 1200 ha pada tahun 1960, namun kebijakan pemerintah yang mengalihfungsikan hutan mangrove menjadi pemukiman warga dan tambak menyebabkan luas kawasan tersebut berkurang menjadi 326 ha. Kawasan mangrove tersebut memiliki peranan penting bagi burung, yaitu sebagai feeding ground, nesting ground dan nursery ground berbagai jenis burung. Penelitian dilakukan di Hutan Lindung, Arboretum Mangrove dan Taman Wisata Alam Muara Angke serta bertujuan untuk mengkaji burung sebagai bioindikator dan mengetahui korelasi antara nilai Indicator Value dengan struktur habitat ketiga lokasi tersebut. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan 35 spesies burung di ketiga lokasi tersebut. Indicator Value digunakan untuk untuk mengetahui bagaimana kelimpahan berbagai macam spesies dapat dijadikan indikator untuk mengetahui kualitas suatu lingkungan. Lima spesies dengan nilai Indicator Value tertinggi ialah bondol jawa (Lonchura leucogastroides), madu sriganti (Cinnyris jugularis), remetuk laut (Gerygone sulphurea), cangak abu (Ardea cinerea), dan cangak merah (Ardea purpurea). Analisis korelasi Rank Spearman dilakukan antara nilai kelimpahan jenis gereja erasia (Passer montanus), bondol jawa (Lonchura leucogastroides) dan remetuk laut (Gerygone sulphurea) dengan data struktur habitat, yaitu tutupan kanopi, spesies pohon yang mendominasi, desibel suara dan tutupan sampah. Hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa gereja erasia memiliki korelasi negatif dan signifikan terhadap tutupan sampah.

ABSTRACT
Research has been carried out on September to December 2018 in Muara Angke mangrove area to selected birds as indicator species. Muara Angke mangrove area is one of the mangrove forest areas in Indonesia which initially had an area of 1200 ha in 1960, but the government policy that transferred the function of mangrove forests to residential settlements and ponds caused the area to decrease to 326 ha. The mangrove area has an important role for birds, as feeding grounds, nesting grounds and nursery grounds for variety of birds. The study was conducted in Hutan Lindung, Arboretum Mangrove dan Taman Wisata Alam Muara Angke and aimed to study birds as bioindicators and understand the correlation between the value of the Indicator Value and the habitat structure of the three locations. This study recorded a total of 35 bird species from all three locations. The indicator value was used to find out how the abundance of various species can be used as an indicator to determine the quality of an environment. Five species with the highest indicator value are Javan munia (Lonchura leucogastroides), Olive-backed sunbird (Cinnyris jugularis), Golden-bellied gerigone (Gerygone sulphurea), Grey heron (Ardea cinerea), and Purple heron (Ardea purpurea). Analysis of Spearman Rank correlation was carried out between tree sparrow (Passer montanus), javan munia (Lonchura leucogastroides) and golden-bellied gerigone (Gerygone sulphurea) species abundance with habitat structure data, such as canopy cover, tree species that dominated the sites, sound decibels and garbage cover. The results indicated that tree sparrow have negative but significant correlation with canopy cover"
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bhisma Gusti Anugra
"ABSTRACT
Taman Nasional Baluran merupakan taman nasional yang terletak di Kabupaten Situbondo Jawa Timur dan merupakan habitat alami dari Jalak putih-punggung abu. Jalak putih-punggung abu (Acridotheres tricolor Horsfield, 1821) merupakan burung berukuran sedang (23 cm) dari famili sturnidae. Populasi jalak putih umum dijumpai di savana, namun belum ada catatan mengenai populasi burung tersebut di habitat lain selain savana. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelimpahan relatif dan penggunaan habitat dari populasi jalak putih-punggung abu pada beberapa habitat di Baluran. Kelimpahan relatif populasi jalak putih dihitung dengan menggunakan rumus encounter rates, sedangkan penggunaan habitat akan dianalisis dengan menggunakan PCA. Penelitian dilakukan pada bulan Oktober hingga November 2018 di 6 habitat berbeda yaitu savana padang rumput, savana hutan, savana restorasi, hutan musim, hutan akasia, dan hutan pantai. Berdasarkan hasil perhitungan encounter rates habitat savana padang rumput memiliki nilai encounter rates tertinggi sebesar 11,16; sedangkan habitat hutan pantai menjadi habitat dengan nilai encounter rates terendah sebesar 0. Hasil analisis PCA menunjukkan bahwa penggunaan habitat jalak putih-punggung abu cenderung ditentukan berdasarkan oleh struktur habitat dengan banyak Brachiaria reptans Acacia nilotica, gebang, (Corypha utan), terdapat batang pohon mati, dan pohon berdiameter besar, serta keberadaan pohon asam (Tamarindus indica) dan serasah yang sedikit.

ABSTRACT
Baluran National Park (TNB) is a national park located in Situbondo Regency, East Java one of the natural habitats of the Grey-Backed Myna. Grey-backed myna (Acridotheres tricolor Horsfield, 1821) is a medium-sized bird (23 cm) from the family sturnidae. The population of grey-backed myna is common in savannahs, but there is no record of these bird populations in habitats other than savanna. This study aims to determine the relative abundance and habitat use of grey-backed myna populations in several habitats in Baluran. The relative abundance of the grey-backed myna population is calculated using the encounter rates, while the habitat use will be analyzed using PCA. The study was conducted in October to November 2018 in 6 different habitats: grassland savannah, woodland savannah, restoration savannah, dry minsoon forest, acacia forest, and beach forest. The results showed that grassland savannah had the highest encounter rates with score 11,16; and the beach forest is a habitat with the lowest encounter rates with score 0. The results of PCA analysis show that the habitat use of grey-backed myna tends to be determined by habitat structure with the abundant of Brachiaria reptans, Acacia nilotica, gebang (Corypha utan), dead tree stem, and trees with large diameter, also a habitat with fewer tamarind trees (Tamarindus indica) and detritus."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wendy Achmmad Mustaqim
"Sebanyak 57 jenis Angiosperma epifit (6 jenis merupakan hemiepifit) dari 12 suku tercatat selama eksplorasi di Gunung Payung. Jumlah angiosperma epifit yang dijumpai lebih kurang 10,08% dari total jumlah jenis di Jawa. Orchidaceae merupakan suku dengan anggota terbanyak, yaitu 31 jenis atau menyusun 60,78% dari total jenis yang ditemukan. Trichotosia fusca, jenis di Jawa belum banyak diketahui, tercatat selama pengamatan di Gunung Payung.

A total of 57 species of epiphytic angiosperms (6 as hemiepiphytes) from twelves families of angiosperms were recorded during exploration in Mount Payung. Orchidaceae is the most diverse family with total of 31 species or 60.78% from total number of species found. Compared to Java, a number of 10.08% of epiphytic angiosperms can be found in Mount Payung. Trichotosia fusca, an insufficiently known orchids in Java, found during exploration.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S54538
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bramantya Prayoga Nugraha
"Urbanisasi mengakibatkan habitat alami lenyap tergusur oleh bertambahnya luas wilayah pemukiman dan perkotaan dan mengakibatkan perubahan pada burung, baik pada tingkat individu, populasi, maupun komunitas. Urbanisasi mengakibatkan perubahan distribusi area pada burung: Urban Exploiter, Urban Adapter, dan Urban Avoider. Perlu ada penelitian untuk melihat distribusi burng di wilayah Kampus UI. Penelitian dilakukan untuk mengetahui parameter laju urbanisasi yang terjadi di wilayah kampus Universitas Indonesia Depok dan wilayah di sekitarnya. Penelitian dilakukan pada bulan Mei-September 2013 di kampus UI dengan metode point count dan studi habitat. Tabulasi data disajikan dalam bentuk grafik dan tabel dan data diolah dengan menggunakan metode Distance Sampling, Principal Component Analyisis dan Chi-Square.
Data menunjukkan bahwa terdapat pembagian urbanisasi yang jelas antara 3 tipe habitat di kampus UI, dan terdapat 25 jenis burung di kampus UI dengan 12 diantaranya urban avoider, 7 Urban adapter, dan 6 Urban exploiter. Variabel habitat yang berpengaruh terhadap distribusi komunitas burung ini adalah, Tutupan Tajuk, Jumlah pohon dan pancang, DBH pohon dan pancang, Jumlah Bangunan, Laju Kendaraan dan pejalan kaki, jalan setapak dan Jalan Raya. Adanya asosiasi ini menunjukkan bahwa urbanisasi mempengaruhi komunitas burung di kampus Universitas Indonesia.

Urbanization can causing natural habitats disappearance & displaced by residential and urban area. Habitat change has resulted in changes of birds, both at the individual, population, or community. Urbansasi gradient changes due process has resulted in changes in the distribution area of the bird. Bird community is divided into 3 : Urban Exploiter, Urban Adapter, and Urban Avoider. Research is needed to see bird distribution in the area of University of Indonesia. The study was conducted to determine the parameters of urbanization that occurred in the campus of the University of Indonesia in Depok and surrounding areas. The study was conducted in the month of May to September 2013 in the area of University of Indonesia using point counts and habitat studies . Tabulation of the data presented in the form of graphs and tables and the data processed using Distance Sampling method, Principal Component Analyisis and Chi - Square.
From these data shows that there are difference between urbanization gradient in 3 habitat type on campus. Data shows there are 25 species of birds on the UI campus with 12 of them urban avoider, 7 Urban adapters, and 6 Urban exploiter. Habitat variables that influence the distribution of the bird community is, canopy cover , number of Sapling, number of trees, DBH of Tree, DBH of Sapling number of buildings, rate vehicles, rate of pedestrian, and pedestrian road & vehicle road The existence of this association suggests that urbanization affects bird community at the University of Indonesia.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S57531
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nuruliawati
"Studi mengenai respons burung terhadap efek tepi telah dilakukan pada tiga tipe habitat yaitu kawasan hutan, kawasan agrisilvikultur dan kawasan tepi Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS). Studi dilakukan pada bulan Agustus--September 2014 dan Maret--April 2015 di ketiga tipe habitat yang terletak di desa Sumberejo dan Pemerihan, Lampung Barat. Metode yang digunakan adalah point count dalam transek sejauh 1 km yang dibuat masing-masing ke arah hutan dan kebun dengan jarak antar titik yaitu 200 m. Hasil Cluster Analysis menghasilkan 8 kelompok dengan komposisi yang berbeda Secara umum, komunitas burung di TNBBS didominasi oleh spesialis tepi (ST). Sebanyak 30 jenis burung merespon positif terhadap keberadaan tepi dan didominasi oleh jenis dari suku Pycnonotidae. Namun, analisis berdasarkan tipe tepi menunjukkan bahwa komunitas burung TNBBS merespon negatif terhadap keberadaan jalan. Faktor vegetasi seperti komposisi vegetasi dan bukaan kanopi, serta tingkat intensitas gangguan diduga memengaruhi komposisi burung yang terdapat di kawasan tersebut. Struktur vegetasi yang lebih kompleks pada kawasan tepi berpotensi sebagai penyedia sumberdaya yang lebih beragam bagi komunitas burung. Namun, gangguan seperti aktivitas kendaraan dan perubahan lahan dapat berpengaruh terhadap ketidakhadiran jenis yang membutuhkan area yang lebih luas seperti Enggang gading dan Kuau raja. Kajian mengenai efek tepi terhadap burung diperlukan untuk menunjang manajemen konservasi biodiversitas di kawasan tepi TNBBS.

A study on bird community response to edge effect along the Bukit Barisan Selatan National Park (BBSNP) was conducted on August--September 2014 and March--April 2015 in three types of habitat: forest, agriculture and edge at Pemerihan and Sumberejo villages, West Lampung. The aim of the study was to determine the bird composition based on the habitat type and edge type. The bird survey was carried out using point count method in 1 km transect that established in both forest and agriculture area in those districts. Each transect composed of six point counts at 200 m intervals. By using Cluster Analysis, eight cluster represented each response of bird species to edge type and habitat type. The result showed, in general, edge area in BBSNP has the highest number of bird species than the other type of habitat. Thirty species was classified as edge species and dominated by species from Pycnonotidae. There were no number of birds in cluster which has high abundance in edge area with road as its edge type. The disturbance intensity and vegetation are the most important factors that affected the presence of bird in each habitat with different type of edge. Vegetation complexity along edge, as a combination between forest and agriculture, provides more resource for birds. Despite the benefit, the presence of road and habitat encroachment along the edge may probably responsible to the absence of forest-dependent species such as Helmeted hornbill and Great argus. More research on edge response on birds may support the better the management system of edge area around BBSNP, West Lampung."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
S60850
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Anggraeni
"Stasiun Penelitian Way Canguk, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan merupakan kawasan hutan tropis dataran rendah yang berada di bagian selatan Pulau Sumatera. Sejumlah penelitian yang telah dilakukan di kawasan tersebut belum banyak mengeksplorasi keragaman tumbuhan termasuk tumbuhan paku dan likofit. Tujuan penelitian yang telah dilakukan adalah mengetahui dan menjelaskan keragaman tumbuhan paku dan likofit di stasiun penelitian Way Canguk. Metode penelitian yang digunakan adalah metode jelajah bebas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Stasiun Penelitian Way Canguk memiliki 60 jenis tumbuhan paku dan 4 jenis likofit. Keragaman tersebut didominasi oleh suku Polypodiaceae dan Pteridaceae. Kunci identifikasi dan deskripsi jenis disajikan.

Way Canguk Research Station, Bukit Barisan Selatan National Park (BBSNP), is a lowland tropical forest lies in southtern part of Sumatra. There were few botanical research conducted in this area, which includes research on diversity of ferns and lycophytes. This research was conducted to describe diversity of ferns and lycophytes in Way Canguk Research Station. Specimens were collected from several accessible location. Sixty species of ferns and four species of lycophytes have been recorded during this research. Most of the specimens were dominated by species of Polypodiaceae and Pteridaceae. Identification key to species and species description are provided.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
S61734
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Virdianasari
"ABSTRAK
Penelitian mengenai struktur komunitas Gastropoda dan mangrove sudah dilakukan di Kawasan PLTU Karimun, Pulau Karimun Besar, Kepulauan Riau pada Mei 2016. Penelitian bertujuan untuk dapat mengetahui struktur komunitas Gastropoda dan mangrove di area pesisir kawasan PLTU Karimun, Pulau Karimun Besar. Selain itu juga, menganalis hubungan santara kerapatan mangrove dengan kepadatan Gastropoda pada area tersebut. Pengambilan sampel Gastropoda dilakukan di setiap stasiun pengamatan dengan metode purposive random sampling bersamaan dengan pengamatan ekosistem mangrove menggunakan metode garis berpetak. Petak 1 x 1 m ditaruh pada setiap petak 10 x 10 m di stasiun-stasiun pengamatan. Hasil penelitian diperoleh 8 jenis Gastropoda dan 8 jenis mangrove. Keanekaragaman jenis Gastropoda dan mangrove di area penelitian termasuk kategori yang tinggi dengan indeks keanekaragaman 2,04 dan 1,98. Kemerataan jenis mangrove di area penelitian tergolong kategori yang hampir merata dengan indeks 0,95. Kemerataan jenis Gastropoda di area penelitian tergolong kategori merata dengan indeks 0,98. Tingkat kesamaan jenis Mangrove dan Gatropoda tertinggi terdapat pada stasiun 1 dan 3. Terdapat hubungan antara kerapatan mangrove dengan kepadatan Gastropoda di Kawasan PLTU Karimun. Hal tersebut didukung dengan adanya korelasi positif yang didapat dengan menggunakan uji Spearmann pada software SPSS 16 (R = 0,829).

ABSTRAK
A study about communnity structure of Gastropods and Mangrove at PLTU Karimun?s area, Pulau Karimun Besar, Kepulauan Riau has been conducted on May 2016. The objectives of the study were aimed to determine the community structure of Gastropods and mangroves at PLTU Karimun?s coastal area. And also, to analyze a correlation between closeness of mangrove species and density of Gastropods. Sample of Gastropods were collected in three stations using purposive random sampling method with mangroves ecosystem obeservation using quadrate transect method. 1 x 1 m quadrate for Gastropods were put on each 10 x 10 m quadrate for mangroves observation. The results showed 8 species Gastropods and 8 species of mangroves. Species diversity for Gastropods (H? = 2,04) and Mangroves (H? = 1,98) in three stations is categorized as high ranged. The evenness of Mangroves (e = 0,95) is classified into almost evenly. The evenness of Gastropods (e = 0,98) is classified as evenly. The highest similarity index for Mangroves and Gastropods was found in station 1 and 3. There is a correlation between closeness of mangroves and density of Gastropods at PLTU Karimun?s area. It was supported with positive correlation obtained by using Spearmann test with SPSS 16 software (R = 0,829)"
2016
S63667
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Avifah
"Studi mengenai keragaman burung penyedia jasa ekosistem telah dilakukan pada dua tipe habitat yaitu kawasan perkebunan dan kawasan tepi hutan Suaka Margasatwa Cikepuh (SM Cikepuh). Studi dilakukan pada bulan Maret 2016. Metode yang digunakan adalah point count dalam transek sejauh 1 km yang dibuat masing-masing ke arah hutan dan ke arah perkebunan dengan jarak antar titik 200 m. Total titik yang digunakan yaitu 30 titik. Hasil penelitian menunjukan terdapat 37 jenis burung penyedia jasa ekosistem yang terdapat di hutan dan perkebunan. Komposisi jenis burung penyedia jasa ekosistem di kedua habitat secara umum berbeda. Jenis yang mendominasi di kedua habitat yaitu jenis Pycnonotus aurigaster. Hasil korelasi Spearman menunjukan di habitat hutan terdapat korelasi antara jumlah jenis burung Pycnonotus aurigaster dengan jumlah tumbuhan Microcos tomentosa (Sig 2-tailed 0,028 P < 0,05). Diketahui bahwa Pycnonotus aurigaster merupakan agen penyebar biji dari Microcos tomentosa. Jenis burung yang berpeluang sebagai agen penyerbuk di perkebunan jati maupun kelapa yaitu Nectarinia jugularis.

A study on bird diversity as ecosystem services provider was conducted on two types of habitat namely agriculture and forest edge Suaka Margasatwa Cikepuh (SM Cikepuh) on March 2016. The method used in this study was point count within 1 km transects that made toward the forest edge and the agriculture by 200 m distance between point, respectively. Thirty points were used. The result showed that there were 37 species of bird ecosystem services provider lived in forest edge and agriculture. The composition of bird species ecosystem services provider both in forest edge and agriculture was generally different. Dominant species in both habitat was Pycnonotus aurigaster. Spearman correlation showed that there was correlation between Pycnonotus aurigaster with Microcos tomentosa in the edge forest (Sig. 2-tailed 0,028 P < 0,05). The Pycnonotus aurigaster was known as agent seed dispersal at Microcos tomentosa. Bird species that was likely had a role as pollinators in agriculture was Nectarinia jugularis."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S64452
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>