Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 99 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Annisa Pramita Siwi
"ABSTRAK
Penelitian etnobotani tumbuhan obat belum banyak dikaitkan dengan penelitian mengenai vegetasi hutan sebagai sumber tumbuhan obat. Telah dilakukan penelitian oleh Anas (2013), Rahma (2013), dan Sehati (2013) yang mendata 213 jenis Angiospermae berhabitus pohon (tingkat pohon, belta, dan semai) dari 53familidi zona inti Taman Nasional Bukit Duabelas (TNBD). Data tersebut menjadi bahan studi potensi tumbuhan obat untuk mengetahui manfaat pengobatan spesies tumbuhan dari ketiga penelitian tersebut. Studi dilakukan melalui penelusuran pustaka, wawancara ahli, dan dokumentasi tumbuhan. Delapan puluh tiga jenis merupakan tumbuhan obat yang digunakan berbagai etnis di Indonesia dengan keragaman bagian yang digunakan dan penyakit yang diobati. Daun merupakan bagian tumbuhan obat yang paling banyak digunakan. Jenis penyakit yang paling banyak diobati dengan tumbuhan obat adalah gangguan gastrointestinal. Bioaktivitas dari 14 jenis tumbuhan telah diketahui sesuai dengan penggunaan tumbuhan tersebut. Sebanyak 28 jenis berada dalam database IUCN red list dengan 5 jenis berada dalam daftar high risk. Aquilaria malaccensis merupakan satu-satunya jenis yang berada dalam apendiks II CITES

ABSTRACT
Analysis about forest vegetation are rarely related to medicinal potency of the plants. There are 213 species of Angiospermae in tree form (tree, belt, and seedling level) from 53 family recorded from Anas? (2013), Rahma?s (2013), and Sehati?s (2013) researches in the core zone of Bukit Duabelas National Park. This data become the material of analysis about medicinal ethnobotanyto understand about medicinal properties of plant species? from those three researches. The analysis is done by literature study, interview with ethnobotany researcher, and plant documentation. There are eighty three species used as medicinal plants in several Indonesian tribes and ethnics with high variation in use and disease.Leaves are the most frequently used part of medicinal plants and gastrointestinal disfunctions treatment are the one that use the most medicinal plants. Comparation between ethnobotanical study and bioactivity assay only shows correlation for fourteen species. Known that 28 species are in the IUCN redlist database with 5 species in highrisklist. Aquilaria malaccensis is the only plant included in the appendix II of CITES.
"
2016
S63401
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dinda Noviandini
"ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian mengenai perilaku sosial dan reproduksi bekantan Nasalis larvatus (van Wurmb, 1787) di Taman Safari Bogor. Penelitian bertujuan untuk mengevaluasi interaksi sosial antara bekantan jantan dengan betina dan antarindividu bekantan betina, serta mengevaluasi perilaku reproduksi pada jantan dan betina. Metode pengamatan yang digunakan yaitu scan sampling dan ad libitum sampling dengan interval waktu 15 (lima belas) menit tanpa jeda. Waktu pengamatan dalam satu hari yaitu selama 6 jam dan dilaksanakan selama empat pekan pada bulan November 2019. Subjek yang diamati dalam penelitian yaitu satu individu bekantan jantan dewasa berusia 20 tahun (J) dan dua individu bekantan betina dewasa berusia 14 tahun (B1) dan 11 tahun (B2) yang ditempatkan bersama di dalam kandang kaca. Perilaku sosial yang terjadi di antara individu bekantan menunjukkan tingginya perilaku afiliatif (rerata 99,28%) dan rendahnya perilaku agresi (rerata 0,72%). Perilaku reproduksi dilakukan oleh kedua pasangan bekantan jantan dan betina dengan total perilaku reproduksi antara J dengan B1 lebih tinggi (37 interaksi) dibanding antara J dengan B2 (5 interaksi). Berdasarkan uji t yang dilakukan dengan nilai α = 0,05, total perilaku reproduksi kedua pasangan berbeda secara signifikan dengan nilai P < 0,05. Kedua pasangan bekantan memiliki total tiga individu anak sehingga pengamatan terhadap perilaku pengasuhan dan interaksi antarindividu anak bekantan juga dilakukan secara ad libitum. Kedua individu betina melakukan perilaku pengasuhan menggendong, menyusui, social grooming, kontak tubuh, bermain, dan allomothering. Peran induk jantan dalam pengasuhan yaitu membangun kedekatan dengan kedua induk betina dan melakukan perilaku melindungi anggota kelompok. Interaksi yang dilakukan antarindividu anak bekantan yaitu kontak tubuh, bermain, dan social grooming.

ABSTRACT
The research on social and reproductive behaviours of proboscis monkey Nasalis larvatus (van Wurmb, 1787) at Taman Safari Bogor has been done. The purposes of the research are to evaluate social interactions between male and female proboscis monkeys, and between the females, and to evaluate reproductive behaviours in males and females. Observation methods used were scan sampling and ad libitum sampling with fifteen minutes intervals without pause. The observation time was 6 hours per day and was done for four weeks in November 2019. Subjects observed in the study were one adult male aged 20 years (J) and two adult females aged 14 years (B1) and 11 years (B2) in a glass cage. Social behaviours indicates high affiliative behaviours (average 99,28%) and low aggressive behaviours (average 0,72%). Reproductive behaviours carried out by both pairs and the higher number of reproductive behaviours happened between J and B1 (37 interactions) than J and B2 (5 interactions). Based on the t-test, the number of reproductive behaviours of the pairs significantly different with the value of P < 0,05. Both pairs of proboscis monkeys have total three children, so observations of parenting behaviours (parental care) and interactions between the child also carried out with ad libitum method. Both adult females carried out parenting behaviours consist of carrying, breastfeeding, social grooming, body contact, social playing, and allomothering. The male established closeness with both females and performed protective behaviours for the group members as his contribution to parenting behaviours. The interactions carried out between the children were body contact, social playing, and social grooming."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Pramita Siwi
"ABSTRAK
Penelitian etnobotani tumbuhan obat belum banyak dikaitkan dengan penelitian mengenai vegetasi hutan sebagai sumber tumbuhan obat. Telah dilakukan penelitian oleh Anas (2013), Rahma (2013), dan Sehati (2013) yang mendata 213 jenis Angiospermae berhabitus pohon (tingkat pohon, belta, dan semai) dari 53familidi zona inti Taman Nasional Bukit Duabelas (TNBD). Data tersebut menjadi bahan studi potensi tumbuhan obat untuk mengetahui manfaat pengobatan spesies tumbuhan dari ketiga penelitian tersebut. Studi dilakukan melalui penelusuran pustaka, wawancara ahli, dan dokumentasi tumbuhan. Delapan puluh tiga jenis merupakan tumbuhan obat yang digunakan berbagai etnis di Indonesia dengan keragaman bagian yang digunakan dan penyakit yang diobati. Daun merupakan bagian tumbuhan obat yang paling banyak digunakan. Jenis penyakit yang paling banyak diobati dengan tumbuhan obat adalah gangguan gastrointestinal. Bioaktivitas dari 14 jenis tumbuhan telah diketahui sesuai dengan penggunaan tumbuhan tersebut. Sebanyak 28 jenis berada dalam database IUCN red list dengan 5 jenis berada dalam daftar high risk. Aquilaria malaccensis merupakan satu-satunya jenis yang berada dalam apendiks II CITES.

ABSTRACT
Analysis about forest vegetation are rarely related to medicinal potency of the plants. There are 213 species of Angiospermae in tree form (tree, belt, and seedling level) from 53 family recorded from Anas’ (2013), Rahma’s (2013), and Sehati’s (2013) researches in the core zone of Bukit Duabelas National Park. This data become the material of analysis about medicinal ethnobotanyto understand about medicinal properties of plant species’ from those three researches. The analysis is done by literature study, interview with ethnobotany researcher, and plant documentation. There are eighty three species used as medicinal plants in several Indonesian tribes and ethnics with high variation in use and disease.Leaves are the most frequently used part of medicinal plants and gastrointestinal disfunctions treatment are the one that use the most medicinal plants. Comparation between ethnobotanical study and bioactivity assay only shows correlation for fourteen species. Known that 28 species are in the IUCN redlist database with 5 species in highrisklist. Aquilaria malaccensis is the only plant included in the appendix II of CITES.
"
Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Akmal Ariyananda
"[Studi keanekaragaman spesies lumut hati dan lumut sejati di hutan kota Universitas Indonesia telah dilakukan pada Februari--November 2014. Pengambilan data dilakukan menggunakan metode jelajah bebas. Tercatat sebanyak 22 spesies lumut yang terdiri atas 8 spesies lumut hati dan 14 spesies lumut sejati. Spesies lumut hati yang ditemukan berasal dari 3 famili dan 5 genus, sementara spesies lumut sejati
berasal dari 6 famili dan 8 genus. Spesies lumut hati yang ditemukan yaitu Calypogeia arguta, Frullania intermedia, Frullania muscicola, Cheilolejeunea intertexta, Cheilolejeunea ryukyuensis, Drepanolejeunea japonica, Lejeunea catanduana, Lejeunea curviloba. Spesies lumut sejati yang ditemukan yaitu Bryum apiculatum, Bryum atrovirens, Calymperes tenerum, Fissidens pseudoceylonensis, Fissidens strictulus, Fissidens zollingeri, Octoblepharum albidum, Barbula indica, Hyophila apiculata, Hyophila involuta, Hyophila javanica, Isopterygium minutirameum, Vesicularia dubyana, Vesicularia reticulata.;A study of liverworts and mosses at urban forest of Universitas Indonesia was conducted on February--November 2014. Data were collected using broad survey method. There were 22 species collected which were consisted of 8 liverworts and 14 mosses species. The liverworts derived from 3 family and 5 genus while mosses derived from 6 family and 8 genus. The liverworts species are Calypogeia arguta, Frullania intermedia, Frullania muscicola, Cheilolejeunea intertexta, Cheilolejeunea ryukyuensis, Drepanolejeunea japonica, Lejeunea catanduana, Lejeunea curviloba. The mosses species are Bryum apiculatum, Bryum atrovirens, Calymperes tenerum, Fissidens pseudoceylonensis, Fissidens strictulus, Fissidens zollingeri, Octoblepharum albidum, Barbula indica, Hyophila apiculata, Hyophila
involuta, Hyophila javanica, Isopterygium minutirameum, Vesicularia dubyana, Vesicularia reticulata., A study of liverworts and mosses at urban forest of Universitas Indonesia was conducted on February--November 2014. Data were collected using broad survey method. There were 22 species collected which were consisted of 8 liverworts and 14 mosses species. The liverworts derived from 3 family and 5 genus while mosses derived from 6 family and 8 genus. The liverworts species are Calypogeia arguta, Frullania intermedia, Frullania muscicola, Cheilolejeunea intertexta, Cheilolejeunea ryukyuensis, Drepanolejeunea japonica, Lejeunea catanduana, Lejeunea curviloba. The mosses species are Bryum apiculatum, Bryum atrovirens, Calymperes tenerum, Fissidens pseudoceylonensis, Fissidens strictulus, Fissidens zollingeri, Octoblepharum albidum, Barbula indica, Hyophila apiculata, Hyophila
involuta, Hyophila javanica, Isopterygium minutirameum, Vesicularia dubyana, Vesicularia reticulata.]"
2015
S58392
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Luthfan Ahmadhani Akbar
"Penelitian mengenai struktur komunitas capung di kawasan Situ Kampus Universitas Indonesia Depok, Jawa Barat telah dilakukan pada bulan November 2017. Penelitian bertujuan untuk mengetahui struktur komunitas capung serta memantau perubahan struktur komunitas capung di situ-situ kampus Universitas Indonesia Depok. Penentuan lokasi pengambilan sampel dilakukan pada 6 situ dengan metode purposive sampling.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 16 spesies lamun dari dua subordo dan 4 famili. Orthetrum testaceum memiliki indeks nilai penting tertinggi di pagi hari dan Zyxomma obtusum pada sore hari. Nilai indeks keanekaragaman di seluruh situ Kampus UI tergolong rendah. Nilai indeks kemerataan pada Situ Kenanga dan Situ Salam tergolong tidak merata, sedangkan Situ Agathis, Mahoni, Puspa dan Ulin tergolong kurang merata. Nilai indeks dominansi pada Situ Kampus UI tergolong rendah. Secara umum, Kualitas perairan Situ Kampus UI tergolong tercemar sedang.

Research on community structure of dragonflies and damselflies in lakes of University of Indonesia Depok, West Java, was conducted on November 2017. The study aims to determine the community structure of dragonflies and damselflies and to monitor the changes in community structure of dragonflies and damselflies in University of Indonesia Lakes. The location of sampling in 6 lakes was determined by purposive sampling.
The results showed that there are 12 species of dragonflies and 4 species of damselflies from 4 families. Orthetrum testaceum has the highest importance index at morning and Zyxomma obtusum at evening. The diversity index value in University of Indonesia lakes are considered as low. Evennes index value in University of Indonesia lakes are considered low at lake Kenanga and lake Salam while on situ Agathis, Mahoni, Puspa and Ulin are considered moderate. The dominance index in University of Indonesia lakes was low. Generally, based on dragonflies and damselflies diversity, water quality in University of Indonesia lakes are considered moderately polluted.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Intan Chrisna Prastika
"Daerah aliran sungai DAS Cilutung merupakan salah satu anak sungai dari Cimanuk. Berkembangnya kegiatan penduduk di DAS Cilutung seperti bertambahnya pemukiman, kegiatan industri, dan kegiatan pertanian dapat mengakibatkan perubahan fisik, kimia, dan biologi pada perairan sungai. Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui besarnya koefisien saprobik perairan DAS Cilutung dengan menggunakan plankton sebagai bioindikator melalui indeks saprobik.
Penelitian yang dilakukan menggunakan metode survei, dimana penetapan stasiun pengambilan sampel dengan purposive sampling. Penempatan stasiun didasarkan atas perkiraan beban pencemar dan kegiatan masyarakat sekitar. Penelitian dilakukan di tiga stasiun berbeda yang merepresentasikan bagian yang tercemar oleh pemukiman warga, industri, dan pertanian. Penelitian dilakukan pada bulan Februari hingga Mei 2018. Parameter lingkungan juga turut diukur dalam penelitian. Data dalam penelitian merupakan data kuantitatif berupa jumlah dan jenis spesies plankton, kemudian dihitung nilai koefisien saprobiknya dengan metode indeks saprobik.
Hasil yang didapat dikaitkan dengan tabel koefisien saprobitas perairan dengan tingkat pencemaran perairan. Hasil penelitian diperoleh enam divisi plankton yaitu Chlorophyta, Chrysophyta, Cyanophyta, Euglenophyta, Charophyta, dan Ciliophora. DAS Cilutung memiliki rentang nilai saprobik berkisar antara 0,75--0,86. Nilai yang didapat menggambarkan perairan tersebut tercemar ringan pada fase B-Mesosaprobik, dengan sedikit bahan pencemar organik.

Cilutung watershed is one of the tributaries of Cimanuk river. The development of population activities in Cilutung watershed such as increasing settlements, industrial activities, and agricultural activities can result in physical, chemical, and biological changes in river waters. The research aimed to find out the magnitude of the saprobic coefficient of Cilutung watershed waters by using plankton as bioindicator through saprobik index.
The research conducted using survey method, where determination of sampling station with purposive sampling. Station placement is based on estimated pollution load and surrounding community activities. The study was conducted at three different stations representing parts contaminated by residents, industry, and agriculture. The study was conducted from February to May 2018. Environmental parameters were also measured in the study. The data in this study is quantitative data in the form and number of species of plankton, then calculated saprobic coefficient value with saprobic index method.
The result obtained is related to table of water saprobic coefficient with water pollution level. The results obtained by six plankton divisions are Chlorophyta, Chrysophyta, Cyanophyta, Euglenophyta, Charophyta, and Ciliophora. Cilutung watershed has a range of saprobic values ranging from 0,75 0,86. The values obtained illustrate the waters are lightly contaminated in the B Mesosaprobic phase, with little organic pollutants.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sisilia Heyden
"Substrat makrofita memengaruhi kelimpahan dan keanekaragaman struktur komunitas epifiton. Mikroalga yang berpotensi bersifat perifitik menjadi komponen penyusun struktur komunitas epifiton. Berdasarkan penelitian sebelumnya, epifiton pada Utricularia berkeanekaragaman sedang dengan Cosmarium dan diatom sebagai penyusun utama komunitas epifiton, sementara epifiton pada Hydrilla dan Chara yaitu Closterium, Cosmarium, Euastrum, Micrasterias, Pleurotaenium, dan Staurastrum.
Penelitian ini bertujuan mengetahui perbedaan antara struktur komunitas epifiton pada Utricularia sp. dengan Hydrilla sp. dan mengetahui plankton yang berpotensi menjadi epifiton di Situ Alam FMIPA UI. Komponen yang dikaji yaitu kelimpahan dan keanekaragaman epifiton.
Penelitian dilakukan pada bulan Maret 2018 hingga Mei 2018 menggunakan metode purposive sampling dan mengambil sampel epifiton pada Utricularia sp., Hydrilla sp., gelas objek, dan plankton pada sampel air. Pengambilan tiap sampel dilakukan 3 kali dengan pengulangan 1 kali dalam jarak waktu 2 minggu.
Penelitian menunjukkan 67 genus dengan 1 genus planktonik yang hanya ditemukan di sampel gelas objek saja. Kelimpahan epifiton pada Utricularia sp. sebanyak 84.609 sel/ml, lebih tinggi dibanding epifiton pada Hydrilla sp. yaitu 74.392 sel/ml. Nilai keanekaragaman epifiton pada kedua tanaman tersebut dikategorikan keanekaragaman rendah H rsquo;< 2,302. Keanekaragaman komunitas epifiton pada Utricularia sp. berbeda dengan komunitas epifiton pada Hydrilla sp. P0,05.

Macrophytes as substrate affect abundance and diversity in community structure of epiphyton with periphytic microalgae become part of it. Previous research showed medium diversity of epiphyton on Utricularia mostly consists of Cosmarium and diatom, also Closterium, Cosmarium, Euastrum, Micrasterias, Pleurotaenium, and Staurastrum was found on epiphyton of Hydrilla and Chara.
The purpose of this research is to know the differences between community structure of epiphyton on Utricularia sp. and Hydrilla sp., also to know planktons that become epiphyton at Situ Alam FMIPA UI. Abundance and diversity of epiphyton community are the main discussion in this research.
Research begins on March 2018 until May 2018. Using purposive sampling method, samples were taken from Utricularia sp., Hydrilla sp., object glass, and water. Each sample was taken thrice, one repetition, once every 2 weeks.
Research shows 67 genera, including 1 planktonic genus that was found only on object glass. The abundance of epiphyton on Utricularia sp. shows 84.609 cell ml, higher than 74.392 cell ml that was found on epihyton of Hydrilla sp. Both diversity indices are categorized as low diversity.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aida Mawardah
"Penelitian mengenai kualitas air DAS Cilutung yang dilakukan pada tiga Sub DAS merepresentasikan kegiatan yang berbeda di lingkungan sekitar Sub DAS, diantaranya kegiatan mandi cuci kakus MCK pada Sub DAS Cideres, tambang pasir pada Sub DAS Cijurey, dan pertanian pada Sub DAS Cisaar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai kualitas air DAS Cilutung, Majalengka, Jawa Barat berdasarkan makroinvertebrata dan dianalisis menggunakan metode Biological Monitoring Working Party - Average Score Per Taxon BMWP - ASPT . Parameter lingkungan juga turut diukur dalam penelitian ini.
Hasil penelitian didapatkan 23 famili makroinvertebrata bioindikator kualitas perairan, diantaranya Chrysomelidae, Cincidelidae, Gyrinidae, Heteroceridae, Baetidae, Cydnidae, Gerridae, Mesoveliidae, Naucoridae, Aeshnidae, Lindeniidae, Corduliidae, Lestidae, Libellulidae, Perlidae, Perlodidae, Hydropsychidae, Limnephilidae, Palaemonidae, Parathelpusidae, Viviparidae, Lymnaidae, dan Thiaridae. DAS Cilutung, Majalengka, Jawa Barat memiliki kisaran nilai ASPT 5--5,9 yang menunjukkan bahwa kondisi perairan tergolong kedalam kualitas air tercemar ringan.

A research of water quality assessment in Cilutung Watershed has been conducted at three Sub Watershed representing the diverse activities around them, which are toilet activites on Cideres Sub Watershed, sands mining on Cijurey Sub Watershed, and farming on Cisaar Sub Watershed. This research aimed to determine the quality of Cilutung Watershed, Majalengka, Jawa Barat using benthic makroinvertebrates as bioindicator through Biological Monitoring Working Party Average Score Per Taxon BMWP ASPT method. Environmental parameter is also measured.
The results obtained were twentythree families of benthic macroinvertebrates namely Chrysomelidae, Cincidelidae, Gyrinidae, Heteroceridae, Baetidae, Cydnidae, Gerridae, Mesoveliidae, Naucoridae, Aeshnidae, Lindeniidae, Corduliidae, Lestidae, Libellulidae, Perlidae, Perlodidae, Hydropsychidae, Limnephilidae, Palaemonidae, Parathelpusidae, Viviparidae, Lymnaidae, and Thiaridae. Cilutung Watershed, Majalengka, Jawa Barat has ASPT range between 5 5,9 which classified as fairly polluted water quality.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadia
"Telah dilakukan penelitian terhadap perilaku pengasuhan anak pada keluarga Macaca hecki Matschie, 1901 di Pusat Primata Schmutzer, Taman Margasatwa Ragunan Jakarta. Penelitian bertujuan untuk mengamati pengasuhan terhadap infant yang ditempatkan dalam satu kelompok dan ada atau tidaknya keterlibatan anggota keluarga lain dalam peran pengasuhan. Metode yang digunakan yaitu focal animal sampling dan ad libitum sampling dengan interval waktu 10 menit tanpa jeda selama 25 hari dengan total waktu 7500 menit. Pengamatan dilakukan selama lima hari dalam sepekan. Pengamatan perilaku pengasuhan dimulai pada pukul 09.00--15.00 WIB. Waktu pengamatan disesuaikan dengan Macaca hecki yang bersifat diurnal aktif pada pagi hingga sore hari dan disesuaikan dengan perizinan yang diberikan oleh pihak Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta. Aktivitas pengasuhan yang diamati berupa perilaku menggendong, menelisik, mendekat, istirahat, bergerak, kontak tubuh, menyusui dan penolakan. Subjek pengamatan yaitu satu kelompok Macaca hecki yang terdiri dari induk jantan, induk betina, empat ekor anak dan satu infant. Pola pengasuhan yang terjadi menunjukan induk betina mendominasi dari seluruh perilaku harian aktivitas pengasuhan sebesar 92,99, diikuti oleh kakak ketiga 11, kakak keempat 4,5, kakak pertama 4,195, kakak kedua 3,56 serta induk jantan 0,09. Aktivitas perilaku pengasuhan yang mendominasi adalah aktivitas istirahat.

Research has been toward parenting behavior of Macaca hecki Matcshie, 1901 family in Pusat Primata Schmutzer, Taman Margasatwa Ragunan Jakarta. Research conducted to observe parenting toward infant that placed in one group family and the presence or absence of other family members 39 involvement in parenting roles. The focal animal sampling and ad libitum sampling methods is used to record parenting behavior within 10 minute intervals without interlude of 25 days with a total time of 7500 minutes. Observations were made five days a week. Observation of parenting behavior begins at 09.00 15.00 WIB. The observation time is adjusted to diurnal Macaca hecki active in the morning to late afternoon and adjusted to the permission given by the Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta. Parenting activities observed include carrying, allogrooming, approaching, resting, moving, body contact, breastfeeding and rejection. The subject of observation is one group family of Macaca hecki include male parent, female parent, four childerns and one infant. The pattern of parenting that occurs shows the female parent dominates from all the daily behavior of parenting activities by 92.99, followed by third sister 11, fourth brother 4.5, first brother 4.195, second sister 3.56 and male parent 0.09. Resting is the activities of parenting behavior that dominate."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zhafira Nisrina
"Kondisi di penangkaran berbeda dengan kondisi di habitat alami. Hal tersebut dapat memengaruhi perilaku, salah satunya ialah perilaku pengasuhan. Telah dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui perilaku pengasuhan monyet hitam sulawesi Macaca nigra di Taman Margasatwa Ragunan. Subjek penelitian terdiri dari tiga individu yaitu induk betina, induk jantan dan anak. Pengambilan data perilaku pengasuhan M. nigra menggunakan metode focal animal sampling dan ad libitum sampling dengan interval waktu 10 menit tanpa jeda selama 25 hari dengan total waktu pengamatan 7500 menit. Pengamatan dilakukan selama lima hari dalam satu minggu. Waktu pengamatan dalam satu hari dimulai dari pukul 09.00--15.00 WIB. Perilaku pengasuhan yang teramati meliputi perilaku menggendong, menelisik, mendekat, istirahat, bergerak, kontak tubuh, menyusui dan penolakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa induk betina mendominasi perilaku pengasuhan, sementara induk jantan hanya melakukan perilaku penolakan. Rerata persentase perilaku pengasuhan tertinggi yang dilakukan induk yaitu menggendong 29,45 10,97 dan terendah yaitu perilaku penolakan 0,12 0,21.

Conditions in captivity are different from those in natural habitats. It can affect animal behavior, one of them is parenting behavior. Research has been conducted to know the parenting behavior of celebes black macaques Macaca nigra in Taman Margasatwa Ragunan. Subject of the study consists of three individuals, female parent, male parent and infant. Data of parenting behavior of M. nigra is collected using focal animal sampling and ad libitum sampling methods with 10 minutes interval without interlude for 25 days with a total time of 7500 minutes. Observations were made five days a week. Observation time in one day starting from 09 00 to 15 00 pm. Parenting activities observed include cradling, allogrooming, approaching, resting, moving, body contact, nipple contact and rejection. The results show that the female parent dominates parenting behavior, while the male parent only show rejecting behavior. The highest percentage of parenting behaviors performed by the parent was cradling 29,45 10,97 and the lowest was rejection behavior 0,12 0,21.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>