Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hajra Faki Ali
"Penelitian ini mengusulkan pengembangan model monolingual untuk Natural Language Inference (NLI) dalam bahasa Swahili untuk mengatasi keterbatasan model multibahasa saat ini. Studi ini melakukan fine-tuning pada model SwahBERT yang sudah dilatih sebelumnya untuk menangkap hubungan semantik dan nuansa kontekstual unik dalam bahasa Swahili. Komponen penting dari penelitian ini adalah pembuatan dataset SwahiliNLI, yang dirancang untuk mencerminkan kompleksitas bahasa Swahili, sehingga menghindari ketergantungan pada teks bahasa Inggris yang diterjemahkan. Selain itu, kinerja model SwahBERT yang telah di-fine-tune dievaluasi menggunakan dataset SwahiliNLI dan XNLI, dan dibandingkan dengan model multibahasa mBERT. Hasilnya menunjukkan bahwa model SwahBERT mengungguli model multibahasa, mencapai tingkat akurasi sebesar 78,78% pada dataset SwahiliNLI dan 73,51% pada dataset XNLI. Model monolingual juga menunjukkan presisi, recall, dan skor F1 yang lebih baik, terutama dalam mengenali pola linguistik dan memprediksi pasangan kalimat. Penelitian ini menekankan pentingnya menggunakan dataset yang dihasilkan secara manual dan model monolingual dalam bahasa dengan sumber daya rendah, memberikan wawasan berharga untuk pengembangan sistem NLI yang lebih efisien dan relevan secara kontekstual, sehingga memajukan pemrosesan bahasa alami untuk bahasa Swahili dan berpotensi menguntungkan bahasa lain yang menghadapi keterbatasan sumber daya serupa.

This research proposes the development of a monolingual model for Natural Language Inference (NLI) in Swahili to overcome the limitations of current multilingual models. The study fine-tunes the pre-trained SwahBERT model to capture Swahili's unique semantic relationships and contextual nuances. A critical component of this research is the creation of a SwahiliNLI dataset, crafted to reflect the intricacies of the language, thereby avoiding reliance on translated English text. Furthermore, the performance of the fine-tuned SwahBERT model is evaluated using both SwahiliNLI and the XNLI dataset, and compared with the multilingual mBERT model. The results reveal that the SwahBERT model outperforms the multilingual model, achieving an accuracy rate of 78.78% on the SwahiliNLI dataset and 73.51% on the XNLI dataset. The monolingual model also exhibits superior precision, recall, and F1 scores, particularly in recognizing linguistic patterns and predicting sentence pairings. This research underscores the importance of using manually generated datasets and monolingual models in low-resource languages, providing valuable insights for the development of more efficient and contextually relevant NLI systems, thereby advancing natural language processing for Swahili and potentially benefiting other languages facing similar resource constraints."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Akbar Maliki Haqoni Jati
"Pencarian korban pada daerah bencana biasanya memiliki kondisi medan yang tidak menguntungkan bagi penyelamat sehingga bisa menyebabkan korban yang ingin diselamatkan tidak mendapatkan penanganan dalam tepat waktu. Sistem pencarian korban berbasis Multi-UAV (Unmanned Aerial Vehicles) muncul sebagai solusi untuk memfasilitasi operasi pencarian yang lebih mudah. Penggunaan perangkat Multi-UAV dalam pencarian korban memerlukan aliran data yang besar, sering kali membebani jaringan dan protokol yang ada, mengakibatkan ketidakstabilan dalam latensi dan penurunan FPS (Frame Per Second). FogVerse, framework dengan model komunikasi Publish-Subscribe, menawarkan solusi dengan sistem yang peka terhadap throughput, sehingga menstabilkan latensi dan meningkatkan FPS, terutama di daerah bencana dengan keterbatasan konektivitas internet. Sistem pencarian korban berbasis Multi-UAV beroperasi dengan mendeteksi manusia di daerah bencana dengan model deep learning. Penelitian ini mengatasi tantangan dalam pencarian korban dengan Multi-UAV dan juga menunjukkan faktor-faktor yang dapat memengaruhi latensi, seperti penggunaan CPU (Central Processing Unit), Memori, dan GPU (Graphics Processing Unit) dari komponen yang terlibat dalam sistem. Di antara berbagai model, model YOLOv8n yang telah dilakukan transfer learning dipilih dan dibandingkan dengan model awal sebelum transfer learning. Model tersebut menunjukkan peningkatan dibanding model aslinya, termasuk peningkatan precision/recall sebesar 0.384/0.562, peningkatan mAP sebesar 0.555, dan pengurangan waktu inferensi sebesar 2.2 ms. Model itu sendiri menunjukkan peningkatan latensi rata-rata sekitar 9.775 milidetik di semua skenario. Meskipun berkinerja sedikit lebih baik dalam hal FPS dengan 1 atau 2 UAV, model awal YOLOv8n umumnya mencapai FPS yang lebih tinggi ketika digunakan 3 atau 4 UAV. Arsitektur Multi UAV FogVerse memberikan FPS yang lebih unggul dan latensi yang lebih stabil dibandingkan dengan arsitektur Centralized, meskipun memiliki memori dan GPU usage yang lebih tinggi. Namun, keunggulan FPS-nya menurun dengan penggunaan UAV yang lebih banyak, menunjukkan tantangan alokasi sumber daya, sementara arsitektur Centralized mempertahankan penggunaan sumber daya yang konsisten tetapi mengalami lonjakan latensi dan frame loss yang lebih tinggi.

The search for victims in disaster-stricken areas typically involves challenging terrain conditions for rescuers, potentially resulting in delayed assistance for those in need. A Multi-UAV (Unmanned Aerial Vehicles) based victim search system emerges as a solution to facilitate more efficient search operations. The use of Multi-UAV devices in victim searches generates substantial data streams, often overwhelming existing networks and protocols, leading to instability in latency and decreased FPS (Frame Per Second). FogVerse, a framework with a Publish-Subscribe communication model, offers a solution with a system that is sensitive to throughput, thereby stabilizing latency and improving FPS, especially in disaster-stricken areas with limited internet connectivity. The Multi-UAV based victim search system operates by detecting humans in disaster areas with a deep learning model. This research addresses challenges in victim searches with Multi-UAV, while also shows factors that can influence latency, such as CPU (Central Processing Unit), Memory, and GPU (Graphics Processing Unit) usage of the components involved in the system. Across different models, the transfer-learned YOLOv8n model is chosen and compared to its original model. The transfer-learned model shows enhancements over the original model, including an increase in precision/recall by 0.384/0.562, an mAP improvement of 0.555, and a reduction in inference time by 2.2 ms. The model itself shows an average latency improvement of approximately 9.775 milliseconds across all scenarios. Although it performs slightly better in terms of FPS with 1 or 2 UAVs, the standard YOLOv8n model generally achieves higher FPS when 3 or 4 UAVs are used. The Multi UAV FogVerse Architecture provides superior FPS and more stable latency compared to the Centralized architecture, despite higher memory and GPU usage. However, its FPS advantage decreases with more UAVs, suggesting resource allocation challenges, while the Centralized architecture maintains consistent resource usage but suffers from higher latency and frame loss."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dixon Frederick
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan membandingkan ukuran ow terhadap FCT slowdown dari empat protokol network telemetry, yaitu INT, PINT, LINT, dan DINT, dalam mekanisme High Precision Congestion Control (HPCC) menggunakan simulator NS3. Implementasi HPCC bertujuan untuk mengoptimalkan kinerja jaringan berkecepatan tinggi dengan meminimalkan latensi dan mengontrol congestion secara e sien menggunakan teknik network telemetry. Dalam penelitian ini, metrik yang digunakan untuk evaluasi adalah Flow Completion Time (FCT) slowdown, yang mem- bandingkan FCT antara ow yang mengandung data telemetry dan ow yang tidak. Hasil dari simulasi ini memberikan wawasan tentang keunggulan masing-masing protokol pada mekanisme HPCC dengan berbagai skenario jaringan.

This study aims to analyze and compare the ow size against the FCT slowdown of four network telemetry protocols: INT, PINT, LINT, and DINT, within the High Precision Congestion Control (HPCC) mechanism using the NS3 simulator. The implementation of HPCC aims to optimize the performance of high-speed networks by minimizing latency and ef ciently controlling congestion using network telemetry techniques. In this study, the metric used for evaluation is Flow Completion Time (FCT) slowdown, which compares the FCT between ows containing telemetry data and those that do not. The simulation results are provide insights into each protocol’s advantages in various network scenarios."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reyza Abyan Gerrit Caloh
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan membandingkan ukuran flow terhadap FCT slowdown dari empat protokol network telemetry, yaitu INT, PINT, LINT, dan DINT, dalam mekanisme High Precision Congestion Control (HPCC) menggunakan simulator NS3. Implementasi HPCC bertujuan untuk mengoptimalkan kinerja jaringan berkecepatan tinggi dengan meminimalkan latensi dan mengontrol congestion secara efisien menggunakan teknik network telemetry. Dalam penelitian ini, metrik yang digunakan untuk evaluasi adalah Flow Completion Time (FCT) slowdown, yang membandingkan FCT antara flow yang mengandung data telemetry dan flow yang tidak. Hasil dari simulasi ini memberikan wawasan tentang keunggulan masing-masing protokol pada mekanisme HPCC dengan berbagai skenario jaringan.

This study aims to analyze and compare the flow size against the FCT slowdown of four network telemetry protocols: INT, PINT, LINT, and DINT, within the High Precision Congestion Control (HPCC) mechanism using the NS3 simulator. The implementation of HPCC aims to optimize the performance of high-speed networks by minimizing latency and efficiently controlling congestion using network telemetry techniques. In this study, the metric used for evaluation is Flow Completion Time (FCT) slowdown, which compares the FCT between flows containing telemetry data and those that do not. The simulation results are provide insights into each protocol’s advantages in various network scenarios."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reyza Abyan Gerrit Caloh
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan membandingkan ukuran flow terhadap FCT slowdown dari empat protokol network telemetry, yaitu INT, PINT, LINT, dan DINT, dalam mekanisme High Precision Congestion Control (HPCC) menggunakan simulator NS3. Implementasi HPCC bertujuan untuk mengoptimalkan kinerja jaringan berkecepatan tinggi dengan meminimalkan latensi dan mengontrol congestion secara efisien menggunakan teknik network telemetry. Dalam penelitian ini, metrik yang digunakan untuk evaluasi adalah Flow Completion Time (FCT) slowdown, yang membandingkan FCT antara flow yang mengandung data telemetry dan flow yang tidak. Hasil dari simulasi ini memberikan wawasan tentang keunggulan masing-masing protokol pada mekanisme HPCC dengan berbagai skenario jaringan.

This study aims to analyze and compare the flow size against the FCT slowdown of four network telemetry protocols: INT, PINT, LINT, and DINT, within the High Precision Congestion Control (HPCC) mechanism using the NS3 simulator. The implementation of HPCC aims to optimize the performance of high-speed networks by minimizing latency and efficiently controlling congestion using network telemetry techniques. In this study, the metric used for evaluation is Flow Completion Time (FCT) slowdown, which compares the FCT between flows containing telemetry data and those that do not. The simulation results are provide insights into each protocol’s advantages in various network scenarios."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Johanes Raka Triadana Nikaputra
"
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan membandingkan ukuran flow terhadap
FCT slowdown dari empat protokol network telemetry, yaitu INT, PINT, LINT, dan
DINT, dalam mekanisme High Precision Congestion Control (HPCC) menggunakan
simulator NS3. Implementasi HPCC bertujuan untuk mengoptimalkan kinerja jaringan
berkecepatan tinggi dengan meminimalkan latensi dan mengontrol congestion secara
efisien menggunakan teknik network telemetry. Dalam penelitian ini, metrik yang
digunakan untuk evaluasi adalah Flow Completion Time (FCT) slowdown, yang membandingkan
FCT antara flow yang mengandung data telemetry dan flow yang tidak. Hasil
dari simulasi ini memberikan wawasan tentang keunggulan masing-masing protokol pada
mekanisme HPCC dengan berbagai skenario jaringan.

This study aims to analyze and compare the flow size against the FCT slowdown of four
network telemetry protocols: INT, PINT, LINT, and DINT, within the High Precision
Congestion Control (HPCC) mechanism using the NS3 simulator. The implementation
of HPCC aims to optimize the performance of high-speed networks by minimizing
latency and efficiently controlling congestion using network telemetry techniques. In this
study, the metric used for evaluation is Flow Completion Time (FCT) slowdown, which
compares the FCT between flows containing telemetry data and those that do not. The
simulation results are provide insights into each protocol’s advantages in various network
scenarios.
"
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Johanes Raka Triadana Nikaputra
"
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan membandingkan ukuran flow terhadap
FCT slowdown dari empat protokol network telemetry, yaitu INT, PINT, LINT, dan
DINT, dalam mekanisme High Precision Congestion Control (HPCC) menggunakan
simulator NS3. Implementasi HPCC bertujuan untuk mengoptimalkan kinerja jaringan
berkecepatan tinggi dengan meminimalkan latensi dan mengontrol congestion secara
efisien menggunakan teknik network telemetry. Dalam penelitian ini, metrik yang
digunakan untuk evaluasi adalah Flow Completion Time (FCT) slowdown, yang membandingkan
FCT antara flow yang mengandung data telemetry dan flow yang tidak. Hasil
dari simulasi ini memberikan wawasan tentang keunggulan masing-masing protokol pada
mekanisme HPCC dengan berbagai skenario jaringan.

This study aims to analyze and compare the flow size against the FCT slowdown of four
network telemetry protocols: INT, PINT, LINT, and DINT, within the High Precision
Congestion Control (HPCC) mechanism using the NS3 simulator. The implementation
of HPCC aims to optimize the performance of high-speed networks by minimizing
latency and efficiently controlling congestion using network telemetry techniques. In this
study, the metric used for evaluation is Flow Completion Time (FCT) slowdown, which
compares the FCT between flows containing telemetry data and those that do not. The
simulation results are provide insights into each protocol’s advantages in various network
scenarios.
"
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irham Wahyu Arieffadhila
"ChatGPT adalah sebuah generative AI yang dikembangkan oleh OpenAI dan telah memiliki pengguna yang banyak. Penggunaan ChatGPT di lingkungan akademik menjadi sebuah perhatian karena berpotensi untuk melanggar etika akademis yang ada. Pemahaman ethics khususnya dalam menggunakan AI menjadi penting untuk dipahami oleh mahasiswa agar dapat terhindar dari sanksi akademis dan dapat menggunakan AI tersebut dalam ranah yang wajar. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi faktor-faktor penentu penggunaan AI secara etis oleh mahasiswa dalam pengerjaan tugas perkuliahan, menggunakan Health Belief Model untuk memprediksi sikap mahasiswa untuk berperilaku etis dan Theory of Planned Behavior untuk menjelaskan niat mahasiswa dalam berperilaku etis ketika menggunakan AI. Penelitian ini dilakukan dengan metode explanatory sequential mixed methods. Penelitian dimulai dengan melakukan wawancara dengan 12 mahasiswa untuk menyusun indikator variabel. Penelitian dilanjutkan dengan metode kuantitatif dengan menganalisis data kuesioner dari 394 mahasiswa Universitas Indonesia. Data kuantitatif dianalisis menggunakan Partial Least Square Structural Equation Model (PLS-SEM) dengan bantuan program SmartPLS 4. Penelitian ini dilanjutkan dengan metode kualitatif untuk memperdalam temuan dari metode kuantitatif, melalui wawancara dengan 10 responden, yang kemudian transkripnya dianalisis menggunakan metode thematic analysis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perceived susceptibility, perceived severity, perceived benefits, perceived barriers memiliki pengaruh terhadap attitude towards ethical use of AI. Selain itu, attitude towards ethical use of AI, subjective norms, perceived behavioral control , dan cues to action memiliki pengaruh terhadap ethical use of AI intention. Ethics curriculum hanya memberikan pengaruh moderasi terhadap hubungan attitude towards ethical use of AI dengan ethical use of AI intention saja, tetapi tidak memberikan pengaruh moderasi terhadap hubungan subjective norms maupun perceived behavioral control dengan ethical use of AI intention. Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi teoritis dan praktis dalam penggunaan AI secara etis di bidang akademik.

ChatGPT is a generative AI developed by OpenAI and has gained a significant number of users. The use of ChatGPT in academic settings has raised concerns due to its potential to violate existing academic ethics. Understanding ethics, particularly in using AI, is crucial for students to avoid academic sanctions and to use AI appropriately. This study aims to identify the determinants of ethical AI usage by students in completing academic assignments, employing the Health Belief Model to predict students' attitudes toward ethical behavior and the Theory of Planned Behavior to explain students' intentions to behave ethically when using AI. This research was conducted using the explanatory sequential mixed methods approach. The study began with interviews involving 12 students to develop variable indicators. It was followed by a quantitative method, analyzing questionnaire data from 394 Universitas Indonesia students. The quantitative data were analyzed using the Partial Least Square Structural Equation Model (PLS-SEM) with the help of SmartPLS 4 software. The research then proceeded with a qualitative method to deepen the findings from the quantitative method through interviews with 10 respondents, whose transcripts were analyzed using the thematic analysis method. The findings show that perceived susceptibility, perceived severity, perceived benefits, and perceived barriers influence attitude towards ethical use of AI. Additionally, attitude towards ethical use of AI, subjective norms, perceived behavioral control, and cues to action influence ethical use of AI intention. The ethics curriculum was found to moderate only the relationship between attitude towards ethical use of AI and ethical use of AI intention, but not the relationships between subjective norms or perceived behavioral control and ethical use of AI intention. This study is expected to provide theoretical and practical contributions to promoting ethical AI usage in academic contexts."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Danang Widyorukmantiyoro A. S
"ChatGPT adalah sebuah generative AI yang dikembangkan oleh OpenAI dan telah memiliki pengguna yang banyak. Penggunaan ChatGPT di lingkungan akademik menjadi sebuah perhatian karena berpotensi untuk melanggar etika akademis yang ada. Pemahaman ethics khususnya dalam menggunakan AI menjadi penting untuk dipahami oleh mahasiswa agar dapat terhindar dari sanksi akademis dan dapat menggunakan AI tersebut dalam ranah yang wajar. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi faktor-faktor penentu penggunaan AI secara etis oleh mahasiswa dalam pengerjaan tugas perkuliahan, menggunakan Health Belief Model untuk memprediksi sikap mahasiswa untuk berperilaku etis dan Theory of Planned Behavior untuk menjelaskan niat mahasiswa dalam berperilaku etis ketika menggunakan AI. Penelitian ini dilakukan dengan metode explanatory sequential mixed methods. Penelitian dimulai dengan melakukan wawancara dengan 12 mahasiswa untuk menyusun indikator variabel. Penelitian dilanjutkan dengan metode kuantitatif dengan menganalisis data kuesioner dari 394 mahasiswa Universitas Indonesia. Data kuantitatif dianalisis menggunakan Partial Least Square Structural Equation Model (PLS-SEM) dengan bantuan program SmartPLS 4. Penelitian ini dilanjutkan dengan metode kualitatif untuk memperdalam temuan dari metode kuantitatif, melalui wawancara dengan 10 responden, yang kemudian transkripnya dianalisis menggunakan metode thematic analysis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perceived susceptibility, perceived severity, perceived benefits, perceived barriers memiliki pengaruh terhadap attitude towards ethical use of AI. Selain itu, attitude towards ethical use of AI, subjective norms, perceived behavioral control , dan cues to action memiliki pengaruh terhadap ethical use of AI intention. Ethics curriculum hanya memberikan pengaruh moderasi terhadap hubungan attitude towards ethical use of AI dengan ethical use of AI intention saja, tetapi tidak memberikan pengaruh moderasi terhadap hubungan subjective norms maupun perceived behavioral control dengan ethical use of AI intention. Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi teoritis dan praktis dalam penggunaan AI secara etis di bidang akademik.

ChatGPT is a generative AI developed by OpenAI and has gained a significant number of users. The use of ChatGPT in academic settings has raised concerns due to its potential to violate existing academic ethics. Understanding ethics, particularly in using AI, is crucial for students to avoid academic sanctions and to use AI appropriately. This study aims to identify the determinants of ethical AI usage by students in completing academic assignments, employing the Health Belief Model to predict students' attitudes toward ethical behavior and the Theory of Planned Behavior to explain students' intentions to behave ethically when using AI. This research was conducted using the explanatory sequential mixed methods approach. The study began with interviews involving 12 students to develop variable indicators. It was followed by a quantitative method, analyzing questionnaire data from 394 Universitas Indonesia students. The quantitative data were analyzed using the Partial Least Square Structural Equation Model (PLS-SEM) with the help of SmartPLS 4 software. The research then proceeded with a qualitative method to deepen the findings from the quantitative method through interviews with 10 respondents, whose transcripts were analyzed using the thematic analysis method. The findings show that perceived susceptibility, perceived severity, perceived benefits, and perceived barriers influence attitude towards ethical use of AI. Additionally, attitude towards ethical use of AI, subjective norms, perceived behavioral control, and cues to action influence ethical use of AI intention. The ethics curriculum was found to moderate only the relationship between attitude towards ethical use of AI and ethical use of AI intention, but not the relationships between subjective norms or perceived behavioral control and ethical use of AI intention. This study is expected to provide theoretical and practical contributions to promoting ethical AI usage in academic contexts."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Teuku Shafwan Alim
"ChatGPT adalah sebuah generative AI yang dikembangkan oleh OpenAI dan telah memiliki pengguna yang banyak. Penggunaan ChatGPT di lingkungan akademik menjadi sebuah perhatian karena berpotensi untuk melanggar etika akademis yang ada. Pemahaman ethics khususnya dalam menggunakan AI menjadi penting untuk dipahami oleh mahasiswa agar dapat terhindar dari sanksi akademis dan dapat menggunakan AI tersebut dalam ranah yang wajar. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi faktor-faktor penentu penggunaan AI secara etis oleh mahasiswa dalam pengerjaan tugas perkuliahan, menggunakan Health Belief Model untuk memprediksi sikap mahasiswa untuk berperilaku etis dan Theory of Planned Behavior untuk menjelaskan niat mahasiswa dalam berperilaku etis ketika menggunakan AI. Penelitian ini dilakukan dengan metode explanatory sequential mixed methods. Penelitian dimulai dengan melakukan wawancara dengan 12 mahasiswa untuk menyusun indikator variabel. Penelitian dilanjutkan dengan metode kuantitatif dengan menganalisis data kuesioner dari 394 mahasiswa Universitas Indonesia. Data kuantitatif dianalisis menggunakan Partial Least Square Structural Equation Model (PLS-SEM) dengan bantuan program SmartPLS 4. Penelitian ini dilanjutkan dengan metode kualitatif untuk memperdalam temuan dari metode kuantitatif, melalui wawancara dengan 10 responden, yang kemudian transkripnya dianalisis menggunakan metode thematic analysis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perceived susceptibility, perceived severity, perceived benefits, perceived barriers memiliki pengaruh terhadap attitude towards ethical use of AI. Selain itu, attitude towards ethical use of AI, subjective norms, perceived behavioral control , dan cues to action memiliki pengaruh terhadap ethical use of AI intention. Ethics curriculum hanya memberikan pengaruh moderasi terhadap hubungan attitude towards ethical use of AI dengan ethical use of AI intention saja, tetapi tidak memberikan pengaruh moderasi terhadap hubungan subjective norms maupun perceived behavioral control dengan ethical use of AI intention. Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi teoritis dan praktis dalam penggunaan AI secara etis di bidang akademik.

ChatGPT is a generative AI developed by OpenAI and has gained a significant number of users. The use of ChatGPT in academic settings has raised concerns due to its potential to violate existing academic ethics. Understanding ethics, particularly in using AI, is crucial for students to avoid academic sanctions and to use AI appropriately. This study aims to identify the determinants of ethical AI usage by students in completing academic assignments, employing the Health Belief Model to predict students' attitudes toward ethical behavior and the Theory of Planned Behavior to explain students' intentions to behave ethically when using AI. This research was conducted using the explanatory sequential mixed methods approach. The study began with interviews involving 12 students to develop variable indicators. It was followed by a quantitative method, analyzing questionnaire data from 394 Universitas Indonesia students. The quantitative data were analyzed using the Partial Least Square Structural Equation Model (PLS-SEM) with the help of SmartPLS 4 software. The research then proceeded with a qualitative method to deepen the findings from the quantitative method through interviews with 10 respondents, whose transcripts were analyzed using the thematic analysis method. The findings show that perceived susceptibility, perceived severity, perceived benefits, and perceived barriers influence attitude towards ethical use of AI. Additionally, attitude towards ethical use of AI, subjective norms, perceived behavioral control, and cues to action influence ethical use of AI intention. The ethics curriculum was found to moderate only the relationship between attitude towards ethical use of AI and ethical use of AI intention, but not the relationships between subjective norms or perceived behavioral control and ethical use of AI intention. This study is expected to provide theoretical and practical contributions to promoting ethical AI usage in academic contexts."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library