Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 88 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Utami Widyaningsih
"Slow city atau kota perlahan merupakan satu dari fenomena yang baru-baru ini muncul di negara eropa sejak tahun 1999. Kemunculannya menjawab dari sebagian masyarakat yang lelah dengan kondisi kota yang umumnya terlihat hiruk pikuk dan sibuk tiada henti. Gerakan slow city menginginkan kondisi kota yang lebih nyaman untuk didiami. Agenda yang dijalankan kota slow city menitikberatkan pada menjaga dan mempertahankan kondisi budaya lokal dan memajukan kekhasan di dalam kotanya. Budaya slow menjadi tolok ukur dalam terbentuknya slow city. Pada kasus ini waktu bukan dianggap lagi sebagai sesuatu yang sekedar bernilai kuantitas melainkan kualitas, sehingga tujuan akhir dari gerakan ini adalah mencapai kualitas hidup yang lebih baik. Kualitas hidup yang ingin dicapai dari perkumpulan ini diturunkan ke dalam konsep 3E yakni economy, environment, equity. Konsep tersebut dijalankan melalui program yang berlandaskan pada good food, good environment dan good community.
Slow city berkembang di negara eropa meskipun budaya slow juga dimiliki oleh beberapa negara timur, salah satunya adalah kota di Indonesia, yaitu kota Yogyakarta. Skripsi ini akan menganalisis pendekatan kota Yogya sebagai salah satu kota di negara timur yang memiliki akar budaya sama dengan gerakan slow city, dengan semboyan kota Yogya ?alon-alon asal kelakon?. Seperti apakah persamaan maupun perbedaan dari keadaan kota-kota tersebut? Studi kasus pada kota Yogya selanjutnya menjawab apakah kota Yogya memiliki potensi serta karakteristik untuk bisa menjadi kota slow city.

Recently, Slow city rise in some Europe countries. It comes to face some people that tired with the condition of the world. The condition of the world that signed with many things technologies. It makes people easy to done everything. Everything become fast. Slow city is a city based on slow philosophy. It develops the culture and the unique of the city. Slow city movement want the condition which are pleasant to life. In other word slow city will give the citizen good quality of life. The agenda which are done are maintain and preserve the locality of the region. The concept of its quality included 3E: economy, environment, equity. The concept is done through the program good food, good environment and good community.
Slow city growth in many Europe countries, but some east countries actually has the slow culture like slow city movement. One of that?s country is Indonesia, especially for Yogyakarta. Yogyakarta with its slow culture: ? slowly but safety?. I will explore the same and the difference between slow city and Yogyakarta. The Analysis of Yogyakarta will be answer that the Yogyakarta has the potency to become a slow city?
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S48426
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Deazaskia Prihutami
"Seiring dengan perkembangan kota dan manusia yang hidup di dalamnya, ruang publik selain menjadi gaya hidup juga menjadi suatu kebutuhan. Manusia secara alami membutuhkan ruang publik sebagai ruang berkegiatan yang memenuhi berbagai macam kualitas yang diinginkan oleh mereka, ruang berkegiatan yang dapat memungkinkan mereka untuk berinteraksi dengan banyak orang, ruang yang memberikan pengalaman berbeda dari biasanya, atau sekedar untuk menghirup udara segar, istirahat sejenak dari kesibukan pekerjaan.
Apapun bentuk ruang publiknya, sebuah ruang publik harus memenuhi syarat-syarat tertentu agar dianggap berhasil dan sukses dalam mendukung keberlangsungan hidup masyarakatnya. Ruang publik baik terbuka maupun tertutup harus dapat memfasilitasi warganya untuk beraktivitas, beraspirasi, hingga memberikan rasa kepemilikan terhadap ruang publik tersebut sebagai identitas suatu kota tempat ruang publik itu berada.
Alun-alun, sebuah bentuk ruang publik yang sudah ada sejak zaman kerajaan Jawa, merupakan wujud nyata penghargaan masyarakat terhadap ruang public terbuka. Namun, alun-alun maupun ruang publik terbuka lainnya saat ini dinilai kurang menarik untuk dikunjungi jika dibandingkan dengan ruang publik tertutup yang lebih modern. Apakah hal tersebut disebabkan oleh kecenderungan masyarakat yang semakin ingin mengikuti kemajuan zaman dan perkembangan tren yang ada? Atau memang ruang publik terbuka seperti alun-alun tidak dapat menawarkan sesuatu yang diminati oleh warganya?

Together with the development of the city and humankind that live inside, the public space apart from becoming the lifestyle also to a requirement. Humankind naturally need the public space as space to do activities that filled various qualities that were wanted by them, space that could enable them to interact with many people, space that gives the different experience from normal, or only to take a walk in the fresh air, rested for a moment from the activity of the work.
Anything the form of the public space, a public space must fill certain conditions so that it was considered successful also success in supporting persistence to live of its community. The public space, whether it is an open space or an enclosed one, must be able to facilitate its resident to do their activities, to aspire, also giving the feeling of ownership so that the public space becomes the identity of a city.
The town square, a form of the public available since the Javanese royal time, was the real shape of the appreciation of the community to an open public space. However, the town square and other open public spaces at this time are thought uninteresting to be visited if compared with the enclosed public spaces that are more modern. Is this matter caused by the community that increasingly wants to follow the progress of the time and the development trends that available nowadays? Or indeed the open public space as the town square could not offer something that has an interest taken in it by its resident?
"
2008
S48436
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hendra Susanto
"Perencanaan urban dan manajemen kota merupakan kegiatan yang harus dilakukan agar sebuah kota dapat terbangun dan berjalan dengan baik. Perencanaan urban mengatur tentang keterbangunan kota meliputi aspek fisik, lingkungan, elemen penyusun kota serta penduduk kota tersebut. Sementara itu manajemen kota mengatur tindakan-tindakan yang dilakukan agar sebuah kota dapat berjalan dengan baik dan dapat mensejahterakan penduduk kota.
Perkembangan teknologi dan informasi memudahkan proses perencanaan urban dengan kehadiran metode simulasi komputer, yang salah satunya dapat digunakan untuk mensimulasikan keadaan urban. Salah satu program simulasi urban yang beredar di kalangan masyarakat saat ini adalah SimCity 4. SimCity 4 merupakan jenis permainan komputer yang menantang pemainnya untuk dapat membuat kota yang baik melalui perencanaan urban dan manajemen kota.
Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian antara SimCity 4 dengan teori perencanaan urban dan manajemen kota dalam mensimulasikan keadaan kota yang sebenarnya. Apakah SimCity 4 dapat menjadi alat pengenalan terhadap perencanaan urban dan manajemen kota? Penulisan skripsi ini dilakukan dengan metode tinjauan terhadap teori-teori tentang simulasi, perencanaan urban, dan manajemen kota. Studi kasus dilakukan dengan melakukan perbandingan elemen perencanaan urban dan manajemen kota di dalam SimCity 4 dengan teori perencanaan urban dan manajemen kota.
Dapat diambil kesimpulan bahwa SimCity 4 tidak dapat digunakan untuk mensimulasikan keadaan kota yang sebenarnya. Namun, elemen perencanaan urban dan manajemen kota dapat disimulasikan dengan baik dalam SimCity 4. Hal ini membuat SimCity 4 layak dijadikan alat perkenalan terhadap perencanaan urban dan manajemen kota.

Urban planning and city management is an action that is needed to facilitate a city to develop and function properly. Urban planning organizes the construction of a city, which incorporates physical aspect, environment, city element, and the people of the city. Meanwhile city management organizes the act that need to be done for the city to run well and prosper its people.
The advance of technology and information has simplified the process of urban design, with the development of computer simulation programs to emulate urban situation. One of these programs that are in the market now is SimCity 4. SimCity 4 is a computer game that challenges the gamer to establish a good city through urban planning and city management.
This writing intends to find out how appropriate SimCity 4 simulation compare to the real city situation, according to the theory of urban planning and city management. Is SimCity 4 suitable to be a tool for introducing urban planning and city management? The writing process will be conduct with study of theory about simulation, urban planning, and city management. The case study will compare urban planning and city management element inside of SimCity 4 to the theory of urban planning and city management.
In conclusion I found that SimCity 4 is not appropriate to simulate real city situation, even though the element of urban planning and city management in SimCity 4 is already good enough. For this reason SimCity 4 is suitable to be a tool for introducing urban planning and city management.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S48454
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Arman Arief
"Sense of place merupakan salah satu hasil yang ingin dicapai oleh kebanyakan perencanaan dan perancangan lingkungan urban. Namun bagaimana dengan sebuah ruang virtual, apakah sense of place juga dapat dihasilkan dan dirasakan dari sebuah lingkungan virtual - Perkembangan teknologi dan informasi telah menjadikan ruang virtual yang dihasilkan komputer sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari. Ketika ruang ini dirancang dengan baik, pengguna akan cenderung lupa bahwa sebenarnya mereka tidak berada di ruang hampa udara melainkan dikelilingi oleh batas-batas fisik. Skripsi ini bertujuan untuk mencari tahu elemen-elemen apa saja yang dapat membentuk dan menciptakan sense of place dalam ruang virtual dan bagaimana sense of place itu dapat dialami manusia yang tidak tinggal di ruang virtual.
Penulisan skripsi ini dilakukan dengan metode tinjauan terhadap teori-teori mengenai sense of place, lingkungan urban, simulasi dan ruang virtual. Studi kasus dilakukan dengan menganalisa game Grand Theft Auto: San Andreas sebagai contoh karena game ini telah menciptakan sebuah dunia virtualnya sendiri dengan karakteristik kota Los Angeles, San Francisco, dan Las Vegas. Hingga didapat hasil bahwa ternyata dibutuhkan lebih dari elemen fisik dan sosial dalam lingkungan virtual untuk menjadikan penggunanya merasakan sense of place dari ruang virtual. Faktor lain yang dibutuhkannya adalah gameplay, user interface, game context, immersiveness, dan enhancement tool. Faktor-faktor ini akan membantu menciptakan sebuah ruang virtual yang tak hanya sekedar ruang biasa namun sebuah tempat dengan sense of place yang dapat membawa pengguna hanyut ke dalamnya.

Most of urban planner and designer aim for sense of place as their result in urban environment. But how about a virtual urban environment, is sense of place can be produced and felt from virtual environment' Technology development has make a virtual space which is computer generated as a part of everyday life. When this space is designed well, the user tend to forget that they didn't reside in an empty void but rather surrounded by physical environment. This writing trying to find out which elements that can form and create a sense of place in virtual space and how it can be perceived by human.
The writing process will be conduct with study of theory about sense of place, urban environment, simulation and virtual space. The case study will analyze a game titled Grand Theft Auto: San Andreas as an example because this game has created its own virtual world which has characteristic of three different cities; Los Angeles, San Francisco, and Las Vegas. This yield a fact that it is required more than just a physical element and social element in virtual environment to make the user feel sense of place from virtual space. Other factors which needed are gameplay, user interface, game context, immersiveness, and enhancement tool. These factors will help creating more than just a virtual space, but a virtual place with sense of place that can drift the user deep down into it.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S51591
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Chaerani Dewanti
"Islam sebagai agama terbesar di Indonesia telah berkembang dengan pesat, salah satunya pada arsitektur. Saat ini jamak dijumpai perumahan muslim, terutama di Depok. Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui seperti apa arsitektur Islam yang diterapkan pada perumahan tersebut.
Prinsip-prinsip arsitektur Islam diperoleh melalui pemahaman ayat-ayat Al-Qur - an dan Hadits, yang merupakan sumber utama syariah (hukum Islam). Metode yang dilakukan adalah kajian teori dan literatur, pengamatan di lapangan, serta wawancara pihak-pihak yang terkait.
Hasil dari penulisan ini adalah pada perumahan yang dianalisis, prinsip arsitektur Islam tidak diterapkan secara konsisten dan menyeluruh. Oleh karena itu, perlu dipahami oleh masyarakat bahwa perumahan muslim tidak sama dengan perumahan Islami.

Islam as the largest religion's community in Indonesia had grown rapidly, including in Architecture sector. Nowadays, Moslem housing community can be easily being found, mostly in Depok area. The thesis is written in order to know the Islamic architecture which is implemented in that housing community.
This Islamic architecture principal is gathered from the concept of Al-Qur'an and Hadits; the basic source of syariah (Islamic Law). The methods used in this thesis are theoretical and literature studies, observation, and interviews.
This thesis found that Islamic architecture principal is not implemented consistently and thoroughly. Thus, it is need to be understood by the public that Moslem housing community is different with Islamic housing.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S51616
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tobing, Jonathan Edmond
"Dalam definisinya, ruang publik merupakan suatu wadah bagi masyarakat dalam melakukan berbagai aktivitas tanpa membedakan status sosial ekonomi. Namun manakala "ruang publik" tersebut tidak dapat terpenuhi dengan baik hingga justru mengabaikan akan kebutuhan akan ruang tersebut. Akibatnya, muncul ruangruang publik yang bersifat temporer untuk memenuhi kebutuhan akan ruang publik tersebut sementara waktu. Namun, munculnya ruang publik temporer ini patut dicermati dan dianalisis lebih lanjut, apakah ruang seperti ini justru menjadi solusi terbaik akan kebutuhan masyarakat dibandingkan dengan disediakan ruang publik yang bersifat permanen atau mungkin dapat dimanfaatkan dan diolah lebih lanjut untuk memenuhi kebutuhan masyarakat perkotaan tersebut untuk sementara waktu hingga tersedianya ruang publik formal.

In the definition, public space is a container for the community in conducting a variety of activities regardless of their socioeconomic status. But when, "public space" can not be fulfilled well until it will ignore the need for space. Consequently, public spaces that are temporary to meet the needs of the public space temporarily. However, the emergence of this temporary public space worthy of further scrutiny and analysis, whether the space like this would be the best solution would be compared with the needs of the community provided a public space that is permanent or may be used and further processed to meet the needs of urban communities for a while until the formal public space available."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S52271
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Reiky Jayanto Sunur
"Skripsi ini membahas tentang jejak-jejak sejarah peninggalan Kota Banten dan Pelabuhan Karangantu yang pernah menjadi salah satu pusat perdagangan yang sangat ramai, hingga sekarang kawasan ini mengalami degradasi pada kualitas dan kuantitas ruang didalamnya. Tinjauan terhadap literatur kota, sejarah kota Banten dan Pelabuhan Karangantu, serta arahan revitalisasi yang direncanakan oleh Pemerintah Provinsi Banten, tujuannya adalah memunculkan potensi-potensi yang dapat digunakan untuk mengembalikan vitalitas Pelabuhan Karangantu sebagai roda perekonomian lokal.
Pengembangan pelabuhan menggunakan unsur-unsur pembentukkan kota melalui sudut pandang Pelabuhan Karangantu; Konektivitas kota dan pelabuhan (edge), aksesibilitas Pelabuhan Karangantu (path), tata guna lahan kawasan Pelabuhan Karangantu (district), pusat aktivitas dan keramaian pada Pelabuhan Karangantu (node), dan karakteristiknya (landmark). Hasil penelitian menyarankan penyelesaian terhadap permasalahan yang ada dan analisa terhadap arahan revitalisasinya harus mempertimbangkan unsur budaya masyarakat setempat.

This mini thesis focuses on the historical traces of Kota Banten heritage and Pelabuhan Karangantu which has ever been one of the busiest trade area. Until today, degradation occurs on quality and quantity aspects of the space within. The observation on city literature, history of Kota Banten and Pelabuhan Karagantu, as well as revitalization guidelines planned by the Government of Banten Province aims on triggering potentials to return the vitality of Pelabuhan Karangantu as the local economic generator.
The development of the port using city elements through Pelabuhan Karangantu's point of view; connectivity between city and the port (edge), accessibility of Pelabuhan Karangantu (path), land use of Pelabuhan Karangantu area (district), activity centre and the crowd of Pelabuhan Karangantu (node)and the characteristics (landmark). The results of this research are some advices to solve the problems and analysis of the revitalization to consider the cultural aspects of the local citizen.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S52258
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
R. Wibisono
"Hilangnya ciri khas kawasan Banten sebagai pusat pemerintahan Kesultanan Banten dan kota Pelabuhan yang sangat maju dan sukses, telah membuat kawasan ini menjadi tidak produktif kembali. Tidak berkembangnya kawasan ini merupakan suatu permasalahan yang terintegrasi dengan citra dan fungsi kota yang terbentuk di kawasan Banten. Kemunduran kawasan pesisir Banten tidak lepas dari proses pembentukan dan perkembangan kota itu sendiri yang terdiri dari elemen-elemen pembentuknya. Elemen yang saling mendukung satu sama lain, dan kemudian membentuk suatu identitas atau ciri khas suatu kota.
Skripsi ini mencoba mengupas unsur pembentukan kota Banten di masa lalu hingga perkembangan kotanya saat ini melalui pendekatan studi literatur, historis dan lapangan guna mencari sebab mengapa banten tidak dapat bertahan dan bangkit seperti masa jayanya dahulu. Dimana kemudian ditemukan bahwa kemunduran ini akibat dari hilangnya fungsi dan citra kota Banten yang telah membuat elemen pembentuk dan perkembangan kota yang ada menjadi tidak berfungsi dengan baik.

Losing the city image of Banten as a center of government administration of the Sultanate of Banten and the highly developed port city, has made Banten become unproductive anymore. The stagnancy problem on this area is integrated with the image and function of the city that formed in Banten. The deterioration of Banten cannot be separated from the process of development, because the process of developing coastal city gave an identity or character to the city itself.
This thesis is trying to analyze the forming elements of Banten in the past until today through various approaches to find out the reason why Banten cannot be survive and revive. At the end, writer discovered the problem happened resulting from the lost of the function and the city's image of Banten which caused it not being developed properly.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S51561
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Masyita Ilia Amir
"Pesatnya perkembangan komputer khususnya dalam aplikasi perancangan 3D telah memunculkan bermacam-macam aplikasi perancangan 3D yang dapat digunakan di dunia Arsitektur. Di dalam tugas akhir ini, penulis akan memperlihatkan pengaruh terhadap dunia pendidikan arsitektur dari munculnya dua aplikasi perancangan 3D, yaitu - Google Sketchup - dan - Autodesk Revit Architecture - beserta ulasan dari masing-masing aplikasi.

The rapid development of computers, especially in 3D design applications has led to a variety of 3D design software that can be used in architecture. In this thesis, the author will show the influence of two 3D design software "Google SketchUp" and "Autodesk Revit Architecture" for architecture education system and its review of each application."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S52248
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Siwi Ayuning Atmaji
"Minapolitan atau kota berbasis sektor perikanan merupakan salah satu program utama Kementerian Kelautan dan Perikanan bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup nelayan dan produktivitas kawasan pesisir. Saat ini pemerintah sebatas menentukan definisi dan kriteria secara umum kawasan Minapolitan. Bagaimana elemen-elemen spasial pembentuk Minapolitan dapat terimplementasikan di Palabuhanratu sebagai pilot project. Pengamatan terhadap Palabuhanratu perlu dilakukan untuk mengetahui elemen-elemen spasial kota dan Minapolitan perikanan tangkap. Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah pengamatan langsung di wilayah studi guna mengetahui kegiatan perikanan masyarakat Palabuhanratu. Berdasarkan hasil pengamatan, diketahui bahwa pola spasial Minapolitan kawasan Palabuhanratu sangat tergantung dengan kondisi geografis serta eksisting wilayah dan perbedaan kondisi terbangun di bagian Selatan dan Utara di Palabuhanratu. Keberadaan laut dan kegiatan perikanan tradisional masyarakat nelayan maupun kegiatan perikanan skala besar dipengaruhi oleh Pelabuhan Perikanan Nusantara sebagai kawasan inti Minapolitan. Perbedaan kondisi terbangun bagian utara dan selatan Palabuhanratu dapat menciptakan kesenjangan pengembangan kawasan dan menghambat berkembangnya Minapolitan. Hal ini memunculkan kebutuhan akan sinergitas pembangunan dibagian utara dan selatan Palabuhanratu.

Minapolitan or fisheries-based city sector is one of the main program of the Ministry of Maritime Affairs and Fisheries aimed to improve the quality of fishermen life and productivity of coastal zone. The government is currently determining the definition and criteria of Minapolitan in larger scope. This research tend to find how the spatial elements of Minapolitan can be implemented in Palabuhanratu as pilot projects. Observation of Palabuhanratu, Sukabumi needs to be done to determine the spatial elements of Minapolitan Palabuhanratu capture fisheries. The methods are direct observation in the study area to determine Palabuhanratu community fisheries activities. Based on observation, it is known that the spatial pattern of Minapolitan Palabuhanratu region depends on the geographic conditions and existing territories. The existence of ocean, traditional fishing activities of fishermen and large-scale fishing activity is influenced by the Pelabuhan Perikanan Nusantara as the core area of Minapolitan. Differences of northern and southern in Palabuhanratu can create gaps inhibit the development of the region and the development of Minapolitan. This condition raises the need for synergy development in the north and south Palabuhanratu."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S1365
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9   >>