Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Didi Sunarwinadi
"Penelitian ini membahas formula harga LNG yang dapat diterapkan di berbagai negara baik penghasil maupun pemakai LNG, tetapi diskusi permasalahannya akan menggunakan kasus Indonesia. Prospek energi di Indonesia diharapkan dapat mewujudkan kemandirian energi untuk menjamin penyediaan energi guna memenuhi kebutuhan Pembangunan Negara. Pada tahun 1999 sektor minyak bumi dan gas bumi (Migas) akan memenuhi 76% dari seluruh permintaan energi nasional, sehingga Migas masih dominan sebagai sumber energi dibandingkan dengan sumber energi dari bahan lain di Indonesia. Bagi Indonesia sebagai salah satu negara penghasil minyak bumi dan gas bumi, penerimaan dari sektor Migas sangat penting serta merupakan sumber devisa yang besar. Akan tetapi melihat perkembangan penurunan cadangan minyak burn serta peningkatan konsumsi minyak dalam negeri, pemerintah tidak dapat lagi sepenuhnya bertumpu pada penerimaan yang berasal dari minyak bumi. Gas bumi sebagai salah satu alternatif energi selain minyak saat ini telah turut menyumbang bagi pendapatan negara. Bahkan dengan status cadangan yang cukup besar, dapat menjadi suatu potensi sumber energi dan pendapatan yang cukup besar bagi negara. Jadi balk negara penghasil maupun pemakai gas dalam bentuk LNG sudah waktunya mulai melakukan studi yang mendalam mengenai formula harga LNG yang akan dipergunakannya. Sebagai contoh, Indonesia sebagai negara penghasil LNG sudah waktunya mengadakan kajian yang menyeluruh mengenai formula LNG yang tepat dan optimal dalam rangka menjaga dan meningkatkan pendapatan negara dari hasil penjualan LNG.
Dalam disertasi ini dilakukan suatu penelitian melalui analisis data, prediksi dan simulasi untuk merumuskan model pengendalian harga LNG. Formula harga LNG yang dikembangkan disebut formula I-G 2000 (Indonesia - Gas towards the year 2000), yang berbentuk PA = kl x U x M+ k2 x B - D. U =a. CP, (PA = Harga LNG, B=fungsi eskalasi = b.(I + d)°, d=laju inflasi, n=pertambahan tahun kontrak, b=harga awal semasa kontrak, a=persentase keunggulan LNG dibanding minyak, CP=crude parity, M=harga ekspor minyak Indonesia, D=contigency factor, ki=bobot terhadap harga minyak, k2=bobot terhadap faktor eskalasi). Formula ini dapat dikembangkan lebih jauh dengan memasukkan unsur ceiling maupun floor prices. Dengan adanya komponen D dalam formula I-G 2000, kemungkinan munculnya komponen selain harga minyak dan eskalasi pada masa mendatang dapat digabungkan dalam komponen D tersebut.
Karakteristik utama dari formula I-G 2000 menyebabkan proses optimisasi relatif lebih mudah dilakukan, karena bentuk dari formula I-G 2000 yang linier terhadap bobot atau koefisien yang akan dioptimasikan. Sehingga penggunaan formula I-G 2000 dalam menentukan harga LNG akan sangat membantu pengambil keputusan dalam mengoptimalkan pendapatan hasil penjualan LNG. Hasil simulasi dan analisis menunjukkan bahwa komponen harga minyak merupakan komponen pokok dalam mengendalikan harga LNG sehingga ketepatan dari prediksi akan perilaku harga minyak menjadi sangat penting. Disertasi ini menurunkan sebuah konsep prediksi yang dapat dipergunakan untuk memperkirakan perilaku harga minyak pada masa mendatang, baik bagi kondisi normal maupun kondisi over dan undersupply melalui konsep hypothetical demand. Validasi dari hubungan yang diperoleh ini telah dilakukan dengan mengambil data migas tahun 1996 dan 1997 serta kasus oversupply psikologis yang terjadi dalam pertemuan OPEC pada bulan Desember 1997 di Jakarta, Indonesia. Perbandingan proyeksi harga minyak dunia antara prediksi yang didapatkan dalam penelitian ini dengan prediksi dari penelitian lain juga dilakukan.
Hasil analisis menunjukkan bahwa laju inflasi dan suku bunga dapat mempengaruhi nilai optimal dari koefisien sedangkan koefisien keunggulan dan crude parity tidak mempengaruhi nilai optimal dari koefisien ki. Hasil simulasi memperlihatkan kemungkinan berubahnya nilai optimal kl. Terlihat pula penurunan harga LNG akan lebih besar pada tingkat harga minyak yang rendah dibandingkan pada tingkat harga minyak yang tinggi. Sehingga perhatian dan penanganan yang lebih serius mengenai masalah pembagian kuota di OPEC harus dilakukan terutama saat tingkat harga minyak rendah.
Formula I-G 2000 yang dikembangkan dalam penelitian ini terbukti bersifat umum dan unifying karena dapat menyatukan keseluruhan formula harga LNG yang pernah dipergunakan oleh pemerintah Indonesia dalam negosiasi dengan negara pemakai LNG di dunia. Penggunaan formula I-G 2000 yang tepat akan dapat mempertinggi peluang peningkatan atau mengoptimalkan pendapatan negara dari hasil penjualan LNG.
I-G 2000 Formula to Manage LNG Price for Increasing National Income With The Behavior of Oil Price as the Main ComponentThis research has analyzed the formulation of LNG price which can be applied to various cases or countries including either the producer. or the user of LNG. It should be noted, however, that the following discussion focuses on the Indonesian case.
The Indonesian energy policy is currently directed toward the certainty and self-sufficiency of energy supply for the need of national development. Oil and gas sector is projected to fulfill about 76% of total national energy demand in the year of 1999. Compared to other sources of energy, it is clear that the oil and gas sector is, and still becomes in the near future, the dominant source of energy in Indonesia. Moreover, it is critical for Indonesia as the producer of oil and gas to secure its national income derived from those products.
While the domestic consumption of oil has increased sharply, the oil reserve unfortunately has not followed the same path. As a result, Indonesian government cannot firmly depend its income on oil. To address that issue, the main alternative in these days should be the natural gas which has also been one the principal contributors of national income. In addition to being one of the primary contributors of national income, natural gas whose proven reserve is huge, has now become the center of sources of energy not only in Indonesia but also in other parts of the world.
Center to maintaining and increasing the national income from LNG is the development and study, as well as the optimal use of the right LNG price formula. Such activities are crucial for both the producer and the user of LNG.
Through the processes of data analyzing, prediction and simulation, this dissertation has proposed a novel control model for LNG price. The proposed LNG price formulation is called as the I-G 2000 (Indonesia - Gas towards the year 2000) formula, which has the following basic form: PA = kl x U x M + k2 x B - D, where U = a x CP, (PA = LNG price, B = escalation function = b x (1 + d)n, d = inflation rate, n = the nth year, b = LNG initial price, a = LNG advantage factor, CP = crude parity, M = Indonesian oil price, D = contigency factor, kl = price coefficient of oil component, k2 = price coefficient of escalation component). When it is necessary, such a formula can be extended by incorporating the ceiling as well as the floor prices. In addition to that, the price adjustment factor, D, can be used to capture other future components.
The main characteristic of the I-G 2000 formula makes the optimization processes become relatively simple since the form of that formula is tinier with respect to the price coefficients. As a result, the right and optimal use of such a formula in pricing the LNG will help the decision maker, in this case the government, to optimize its income from selling the LNG.
The simulation results and analyses have shown that the oil price is the critical component for controlling the LNG price. It means that the prediction of oil prices is center to the heart of LNG price problem. This dissertation has derived a concept to predict the behavior of oil prices in normal as well as over and undersupply conditions. The predictions of oil prices in the conditions of over and undersupply have been done through the use of hypothetical demand concept. The results have been validated by comparing them to the corresponding data of the 1996 and 1997, and also to the psychological oversupply case resulted from the OPEC meeting held in Jakarta in December 1997. Furthermore, the world oil price projection derived from this research has been compared to those from others.
It has been shown that the inflation and interest rates may control the optimal values of the price coefficients. On the other hand, those optimal values are not influenced by the LNG advantage factor and Crude Parity. The simulations have also illustrated when the changes of such an optimal value are possible. Moreover, the decrease of LNG price is relatively more pronounced when the oil price is in a lower level. This also means that to protect the LNG price the issue of OPEC oil quota becomes more delicate and should be more seriously solved when the oil price is in its lower level.
The I-G 2000 formula developed in this research has been shown to be a general and unifying formula for its ability to represent all LNG price formulas that have been implemented by Indonesian government in the negotiation process with LNG users in the world. Finally, the appropriate use of the I-G 2000 formula will definitely increase the probability of increasing or optimizing the national income from LNG sector.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
D371
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nji Raden Poespawati
"ABSTRAK
Sampai saat ini penelitian untuk meningkatkan efisiensi solar cell silikon masih terus dilakukan. Dalam perkembangan penelitian di bidang struktur solar cell juga terus dilakukan, yang terakhir dengan struktur PERL dicapai efisiensi 24,7%. Untuk menghasilkan rancangan struktur solar cell silikon dengan efisiensi di atas 24,7%, maka pada penelitian ini dirancang dan disimulasikan lapisan graded Si1-xGex pada daerah basis solar cell silikon dengan nilai fraksi mol tertentu pada lapisan Si1-xGex.
Landasan perancangan adalah bahwa bahan semikonduktor Si1-xGex ini mempunyai koefisien absorpsi yang besar dan bandgap yang lebih rendah dari silikon pada panjang gelombang > 500 nun, sehingga diharapkan pada daerah deplesi akan terjadi peningkatan carrier generation. Dengan demikian efisiensi dari divaispun akan meningkat. Penggunaan bahan Si1-xGex pada daerah basis ini juga akan meningkatkan arus hubung singkat (short-circuit current) dari solar cell. Peningkatan efisiensi dapat diperlihatkan dengan memperhatikan tiga parameter yang mempengaruhinya, yaitu arcs hubung singkat, tegangan hubung terbuka (open circuit voltage) dan fill factor.
Dari analisa hasil simulasi perancangan dan hasil simulasi implementasi terbukti bahwa kombinasi fraksi mol dan ketebalan lapisan Si1-xGex, yang menghasilkan efisiensi paling tinggi terjadi pada solar cell silikon dengan teknik penumbuhan lapisan Si1-xGex secara bertahap (step graded) sebanyak 3 tahap, yaitu x = 0,3 dan ketebalan lapisan Si1-xGex = 0,0062 gm pada R(2); x sebesar 0,28 dan ketebalan lapisan Si1-xGex = 0,9808 gm pada R(3); sedangkan x = 0,275 dan ketebalan lapisan Si1-xGex = 0,013 gm pada R(4). Fill factor yang dihasilkan adalah lebih besar dari 0,7. Dengan menggunakan kombinasi fraksi mol (x) dan ketebalan lapisan Si1-xGex di atas dapat meningkatkan efisiensi solar cell silikon PSi/nSi1-xGex/n+Si. Semakin banyak tahap penumbuhan lapisan Si1-xGex pada data Pvicell.prm dan data bluepvicell.pnn, semakin balk unjuk kerja solar cell silikon PSi/nSi1-xGex/n+Si pada kedua data tersebut.

ABSTRACT
Nowadays researches for increasing silicon solar cell efficiency still continuously done. Concerning the research development in field of solar cell structure is constantly also made. The last structure is PERL (passivated emitter rear locally diffused) structure, which produces the 24.7% efficiency. For the design of having more than 24.7% efficiency silicon solar cell structure, the graded Si1-xGex layer on base silicon solar cell with certain fraction mole of Si1-xGex layer it designed and simulated at this research.
This Si1-xGex semiconductor material has the absorption coefficient higher than silicon and the band-gap is lower than silicon at wavelength > 500 nm, so it is hoped at the depletion region will occur a generous carrier generation. Thus the device efficiency also increases. Utilization of Si1-xGex material at this base region will also enhance the short-circuit current of the solar cell. Efficiency enhancement can be shown by three parameters, which affects it, namely short-circuit current, open circuit voltage and fill factor.
From the analysis of the design and implementation of the simulation's result, it is shown that combination of fraction mol and thickness of Si1-xGex layer, which produce the highest efficiency at pSilnSi,_5Gejn+Si silicon solar cell is grown by using step graded Si1-xGex layer technique. This technique has 3 steps, they are x = 0.3 and thickness of Si1-xGex layer = 0.0062 p.m at R(2), x = 0.28 and thickness of Si1-xGex layer 0.9808 gm for R(3), while x = 0.275 and thickness of Si1-xGex layer = 0.013 gm at R. The Fill factor, is also higher than 0.7. By using the above combinations of fraction mole (x) and Si1-xGex Iayer thickness, the efficiency of PSi/nSi1-xGex/n+Si silicon solar cell can be increased. The more step of Si1-xGex layer growth in Pvcell.prm and bluepvcell.prm data, the higher performance of PSi/nSi1-xGex/n+Si silicon solar cell can be improved at those both data.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
D561
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
H. Baharuddin
"ABSTRAK
Konsep backhaul trips delivery dan swaps of extra capacities telah diperkenalkan secara luas dalam berbagai kesempatan baik dalam konferensi atau seminar di tingkat nasional maupun internasional [1][3]. Hingga saat ini konsep tersebut masih sebagai wacana dalam upaya meningkatkan pangsa pasar penjualan LNG, terbukti dengan belum ada satupun kontrak LNG yang menerapkan konsep tersebut.
Dengan latar belakang pemahaman yang mendalam tentang kedua konsep tersebut dan potensi pasar LNG yang ada di dunia hingga saat ini, disertasi ini membahas penelitian yang dilakukan untuk menganalisa pelaksanaan konsep backhaul trips dan swaps terutama diterapkan pada setiap kemungkinan skenario yang melibatkan baik penerapan backhaul dan swaps secara murni maupun kombinasinya. Ada lima skenario yang dikembangkan dan disimulasikan. Skenario tersebut meliputi: penerapan backhaul trips secara murni (Skenario 1), penerapan swaps secara murni untuk kontrak dengan kapasitas yang sama (Skenario 2) dan kapasitas yang berbeda (Skenario 5), kombinasi backhaul trips dan swaps sebagian (Skenario 3) dan kombinasi backhaul trips dan swaps penuh (Skenario 4). Sebagai acuan, disimulasikan pula sebuah skenario yang menunjukkan bagaimana sebuah kontrak LNG yang sama apabila diterapkan menurut mekanisme penjualan yang lazim digunakan saat ini (Skenario 6 - konvensional). Simulasi dilakukan untuk studi kasus kontrak antara Qatar-Jepang dan Indonesia-India/Pakistan.
Hasil Simulasi menunjukkan bahwa kapasitas tanker yang dapat digunakan dalam penerapan backhaul trips rata-rata adalah 57%. Berdasarkan hasil analisa diketahui bahwa skenario yang paling baik ditinjau dari segi efisiensi biaya, feasibility dan analisis resiko adalah Skenario 4 yang merupakan kombinasi antara backhaul trips dan swaps penuh. Skenario tersebut memberikan penurunan biaya transportasi sebesar 44.9%. Batasan penerapan konsep backhaul trips dan swaps ini terletak pada persyaratan letak geografis, volume kontrak maksimum yang dapat dilakukan yaitu sebesar 96% dari volume kontrak utama, dan jangka waktu kontrak backhaul trips yang bergantung pada jangka waktu kontrak utamanya.

Abstract
he concepts of using backhaul deliveries of LNG integrated with the swap of extra production capacity between plants have been publicly promoted in several national and international seminar and conference events [I] [3]. So far, these concepts are still considered new approaches in LNG marketing strategy, since LNG contracts, which are long term contracts, still utilize the traditional way of dedicated LNG transportation that has existed for over 30 years. There have been no LNG contracts that utilize these new strategies.
The research to analyze the implementation of the back haul and swap concepts is performed in this dissertation backed by an in depth understanding of the concepts and the LNG market potential of these concepts in the current world LNG trade. Combinations of the two concepts are also explored.
This research has developed five (5) scenarios and studied them in the form of operating simulations. These are:
Scenario Description
1 Pure backhaul trips
2 Pure production swap for identical volumes
Combination of backhaul and partial swap Combination of backhaul and full swap Pure swap for non-identical volumes
The results are then compared with Scenario 6, which is the conventional production and transportation concept. Case studies used in these simulations are the contracts between Qatar-Japan and Indonesia-India/Pakistan.
Results show that the average tanker capacity that can be utilized for backhaul trips is 57%. Scenario 4 is the best scenario that allows the highest cost efficiency, feasibility and lowest risk. Using the case studies, scenario 4 can reduce transportation cost by up to 44.9%.
However, there are significant limitations for the implementation of the backhaul trip/swap concepts. In order to be successfully implemented, there are geographical limitations that should be considered, as well as recognizing a strong dependence on the main LNG contract in terms of the maximum volume of the contract (96%) that can be considered for backhaul, and the length of the contract.
"
2002
D1165
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
H. Baharuddin
"Konsep backhaul trips delivery dan swaps of extra capacities telah diperkenalkan secara luas dalam berbagai kesempatan baik dalam konferensi atau seminar di tingkat nasional maupun internasional [1][3]. Hingga saat ini konsep tersebut masih sebagai wacana dalam upaya meningkatkan pangsa pasar penjualan LNG, terbukti dengan belum ada satupun kontrak LNG yang menerapkan konsep tersebut.
Dengan latar belakang pemahaman yang mendalam tentang kedua konsep tersebut dan potensi pasar LNG yang ada di dunia hingga saat ini, disertasi ini membahas penelitian yang dilakukan untuk menganalisa pelaksanaan konsep backhaul trips dan swaps terutama diterapkan pada setiap kemungkinan skenario yang melibatkan baik penerapan backhaul dan swaps secara murni maupun kombinasinya. Ada lima skenario yang dikembangkan dan disimulasikan. Skenario tersebut meliputi: penerapan backhaul trips secara murni (Skenario 1), penerapan swaps secara murni untuk kontrak dengan kapasitas yang sama (Skenario 2) dan kapasitas yang berbeda (Skenario 5), kombinasi backhaul trips dan swaps sebagian (Skenario 3) dan kombinasi backhaul trips dan swaps penuh (Skenario 4). Sebagai acuan, disimulasikan pula sebuah skenario yang menunjukkan bagaimana sebuah kontrak LNG yang sama apabila diterapkan menurut mekanisme penjualan yang lazim digunakan saat ini (Skenario 6 - konvensional). Simulasi dilakukan untuk studi kasus kontrak antara Qatar-Jepang dan Indonesia-India/Pakistan.
Hasil Simulasi menunjukkan bahwa kapasitas tanker yang dapat digunakan dalam penerapan backhaul trips rata-rata adalah 57%. Berdasarkan hasil analisa diketahui bahwa skenario yang paling baik ditinjau dari segi efisiensi biaya, feasibility dan analisis resiko adalah Skenario 4 yang merupakan kombinasi antara backhaul trips dan swaps penuh. Skenario tersebut memberikan penurunan biaya transportasi sebesar 44.9%. Batasan penerapan konsep backhaul trips dan swaps ini terletak pada persyaratan letak geografis, volume kontrak maksimum yang dapat dilakukan yaitu sebesar 96% dari volume kontrak utama, dan jangka waktu kontrak backhaul trips yang bergantung pada jangka waktu kontrak utamanya.

The concepts of using backhaul deliveries of LNG integrated with the swap of extra production capacity between plants have been publicly promoted in several national and international seminar and conference events [I] [3]. So far, these concepts are still considered new approaches in LNG marketing strategy, since LNG contracts, which are long term contracts, still utilize the traditional way of dedicated LNG transportation that has existed for over 30 years. There have been no LNG contracts that utilize these new strategies.
The research to analyze the implementation of the back haul and swap concepts is performed in this dissertation backed by an in depth understanding of the concepts and the LNG market potential of these concepts in the current world LNG trade. Combinations of the two concepts are also explored.
This research has developed five (5) scenarios and studied them in the form of operating simulations. These are:
Scenario Description
1 Pure backhaul trips
2 Pure production swap for identical volumes
Combination of backhaul and partial swap Combination of backhaul and full swap Pure swap for non-identical volumes
The results are then compared with Scenario 6, which is the conventional production and transportation concept. Case studies used in these simulations are the contracts between Qatar-Japan and Indonesia-India/Pakistan.
Results show that the average tanker capacity that can be utilized for backhaul trips is 57%. Scenario 4 is the best scenario that allows the highest cost efficiency, feasibility and lowest risk. Using the case studies, scenario 4 can reduce transportation cost by up to 44.9%.
However, there are significant limitations for the implementation of the backhaul trip/swap concepts. In order to be successfully implemented, there are geographical limitations that should be considered, as well as recognizing a strong dependence on the main LNG contract in terms of the maximum volume of the contract (96%) that can be considered for backhaul, and the length of the contract.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
D88
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indra Surjati
"Frekuensi ganda antena mikrostrip merupakan suatu jenis dari antena mikrostrip yang dapat bekerja pada dua buah frekuensi yang berbeda satu dengan yang lainnya tanpa memerlukan dua buah antena yang berbeda secara fisik. Dan hasil penelitian yang telah dilakukan, telah dilakukan modifikasi terhadap struktur dari reactively loaded patch antenna untuk bentuk segitiga sama sisi dengan menggunakan pencatuan secara langsung atau probe feed.
Pada penelitian ini dilakukan suatu perancangan dan pembuatan antena mikrostrip segitiga sama sisi menggunakan sepasang slit dengan lebar slit 1 mm baik menggunakan saluran mikrostrip maupun saluran coplanar waveguide. Daiam perancangan ini lebar slit dibuat tetap sebesar 1 mm sedangkan tinggi slit dapat diubah-ubah dari 10 mm sampai 14 mm dan jarak antara slit dapat diatur, mula-mula 3 mm kemudian 5 mm dan selanjutnya menjadi 7 mm. Dalam penelitian ini dibahas pengaruh perubahan tinggi slit dan jarak antara slit terhadap dua buah frekuensi resonansi yang keluar karena penambahan sepasang slit tersebut.
Frekuensi ganda dapat dibangkitkan dengan menambahkan sepasang slit pada alas dari segitiga sama sisi yang saling paralel satu dengan lainnya dengan lebar slit 1 mm menggunakan teknik pengkopelan secara elektromagnetik. Penambahan beban sepasang slit menggeser frekuensi resonansi kedua (fr2 ) dan dibutuhkan tinggi slit serta jarak antara slit tertentu untuk dapat menghasilkan frekuensi resonansi pertamanya (fr1).
Untuk saluran mikrostrip, bandwidth yang dihasilkan dapat diperlebar sampai 5,39% dengan rasio frekuensinya berkisar antara 1,08 sampai 1,52. Sedangkan untuk saluran coplanar waveguide, bandwidth dapat diperlebar sampai 2,90% dengan rasio frekuensinya berada pada kisaran 1,29 sampai 1,31."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
D556
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Engelin Shintadewi Julian
"Heterojunction bipolar transistor Silikon Germanium (HBT SiGe) adalah transistor bipolar yang emiter dan kolektornya terbuat dari bahan Si sedangkan basisnya terbuat dari bahan SiGe. Frekuensi cutoff (ft) dan frekuensi osilasi maksimum (fmax) merupakan ukuran yang umum digunakan untuk menilai kemampuan transistor bipolar. Frekuensi cutoff dan frekuensi osilasi maksimum sangat penting dalam perancangan baik untuk aplikasi analog maupun digital. Dari studi literatur yang dilakukan, diketahui bahwa HBT SiGe yang dirancang untuk memperoleh f maksimal akan menghasilkan yang jauh dibawah nilai f tersebut, demikian pula sebaliknya. Salah satu contoh HBT SiGe yang dirancang untuk menghasilkan ft dan fmax sama tinggi adalah HBT SiGe IBM dengan ft maksimum 90 GHz dan fmax maksimum 90 GHz, yang dibuat dengan teknologi 0,18 µm.
Pada penelitian ini dilakukan perancangan 1-BT SiGe agar dapat memberikan ft dan fmax lebih dari 130 GHz untuk teknologi 0,18 µm. Perancangan dilakukan dengan bantuan program simulasi divais Bipole3v4.6E.
Setelah penelusuran jurnal terkait yang terbaru dilakukan, model parameter fisika bahan semikonduktor pada program simulasi Bipole3 dikalibrasi dengan parameter fisika Si dan SiGe yang diperoleh dari berbagai jurnal dan telah digunakan secara luas. Setelah itu dilakukan kalibrasi dengan data pengukuran HBT SiGe yang telah difabrikasi oleh grup IBM untuk mengetahui perbedaan hasil simulasi dengan hasil fabrikasi. Kemudian dilakukan perancangan dimensi divais, profit doping pada emiter, basis dan kolektor serta profit Ge pada basis agar dapat diperoleh divais yang mempunyai ft dan fmax lebih dari 130 GHz.
Dari hasil penelitian yang diperoleh terbukti bahwa: HBT SiGe dengan luas emitter 0,18 x 5 µm2, lebar emiter 9 nm, konsentrasi doping emitter maksimum 102 cm-3 pada sisi kontak menurun ke arah basis, lebar basis antara 27,7 - 31,5 nm, konsentrasi doping basis maksimum antara 8,5x1018 - 1019 cm-3 pada sisi emitter menurun ke arah kolektor, profit Ge segiempat dengan fraksi Ge 0,2, dan lebar kolektor 360 nm dengan profil selective implanted collector dapat menghasilkan frekuensi cutoff antara 130 - 134 GHz dan frekuensi osilasi maksimum antara 136 - 150 GHz."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
D557
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Teuku Yuri M. Zagloel
"One of the perfomance measurements in manufacturing is Manufacturing Lead Time (MLT). MLT which is the time taken from the job entering manufacturing system until it is ready for delivery. It consists of Set up time (S), Operation time (0), Move time (M), and Queue time (Q). Complexity of manufacturing in job orderfmake to order (MTO) environment leads to increase MLT. This complexity is related to problems in productivity and quality. Well-adopted manufacturing methods related to productivity and quality include Total Quality Management/TQM (represented by Quality Assurance/QA and Quality Improvement/QI), Just In Time Manufacturing (JIT) and Manufacturing Resource Planning (MRP II).
Conceptual Model of interface System 2000 (IS-2000) has been developed to reduce MLT through integrating QA, QI (represent quality aspect) and JIT (represents productivity aspect). In the IS-2000 diagam., the Interface itself is placed in the middle of the diagram showing a place for interaction of JIT, QA and QI. JIT through Single Minute of Exchange Dies (SMED) reduces unnecessary Set up (S reduction), QA through scrap reduction minimises the need for movement (M reduction) and QI through team based problem solving reduces operation delay (Q reduction). Since these activities happen in a shop floor, suitable tools to show behaviour of a shop floor are analytical and simulation model that has been applied in a case study.
The analytical model shows the behaviour of O, S, M and Q regarding the application of JIT, QA and QI. The expected-results of the analytical model are logical. The integrated applications (JITQA, JITQI, QAQI and JITQAQ1) show the benefit of interactions. To Show more dynamic behaviour, simulation model is required.
Simulation model shows a comprehensive behaviour of O, S, M and Q regarding the application of JIT, QA and QI. For example, JIT application decreases set up time of each machine. It means each machine processes job faster. The faster process leads to decrease queue time (Q) at Printer, Extruder and Slitter. However, it tends to increase move time (M) as a negative impact. This negative impact is handled by QA. This interaction becomes JTI` QA application.
IS-2000 is a system supporting the interaction of JIT, QA and QI to reduce MLT. The interaction happens when one application and another application are integrated. This integrated application has greater total effect on MLT reduction than the individual effect of each application, IS-2000 shows quality aspects (QAQI) are related to MLT reduction, therefore this research enriches the study of productivity and quality link. This research offered the benefits obtained from the interaction of JIT, QA and QI to reduce MLT."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
D1177
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anak Agung Putri Ratna
"Sistem penilaian ujian merupakan suatu mekanisme yang dapat digunakan untuk menentukan tingkat kemampuan siswa terhadap materi pembelajaran yang diberikan pada proses belajar mengajar. Bentuk soal esei (essay) adalah salah satu bentuk penilaian (grading). Dengan metode esei pilihan jawaban tidak disediakan dan siswa harus menjawab dengan kalimat. Jawaban esei dapat sangat bervariasi sesuai dengan pemikiran masing-masing peserta ujian. Latent Semantic Analysis (LSA) adalah suatu metoda yang memberikan penilaian yang cukup akurat seperti pada perangkat lunak Intelligent Essay Assessor (IEA) yang menggunakan teknik LSA dengan basis bahasa Inggris. Pada IEA ini didasarkan pada kinerja kesesuaian terhadap penilaian manusia (agreement with human rater) dengan rentang nilai kesesuaian 85 - 91. Kelebihan dari teknik LSA ini terdapat pada tidak mempertimbangkan struktur sintaksisnya, sehingga yang diolah adalah kata-kata atau kelompok kata dari sebuah kantong kata-kata tanpa memperhatikan urutan dari kalimat yang menggunakan kata-kata tersebut. Pada disertasi ini dibuat suatu sistem Penilaian Esei Otomatis yang disebut SIMPLE untuk ujian dalam versi bahasa Indonesia dengan menambahkan 3 fitur tambahan untuk meningkatkan kinerja dari metoda LSA ini, yaitu dengan memberikan bobot lebih pada kata-kata yang dianggap penting di antara kata kunci yang dipilih, dan memperhatikan persamaan kata serta urutan kata dalam kalimat. Ujicoba telah dilakukan pada SIMPLE dengan 2 tahapan, yaitu yang pertama adalah mernbandingkan sistem yang tanpa menggunakan bobot dengan sistem yang menggunakan bobot. Untuk ujicoba ini didapatkan kesesuaian dengan kisaran 82,56 % - 96,42 %. Sedangkan untuk ujicoba yang ke dua adalah dengan menerapkan SIMPLE pada ujian on-line siswa dan didapat hasil dari S0 ujicoba yang dilakukan, nilai kesesuaian dengan human rarers berkisar dari 69,80 % - 98,42 %."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
D673
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Baskoro Abie Pandowo
"Fungsi control valve sangat penting di dalam industrial process loop, karena berpengaruh langsung dengan hasil akhir process loop yang akhirnya ke mutu produk yang dihasilkan. Control valve bekerja berdasarkan service condition yang menentukan besaran output berupa Opening Valve Percentage (OVP). Besar-kecilnya OVP dikendalikan oleh controller. Jika output tadi tidak sesuai dengan set-pointnya, maka control valve mengalami kebocoran pada downstream pipe. Kebocoran ini disebabkan oleh kerusakan seat ring karena terjadi masalah cavitation. Pada riset ini ditentukan service condition yang akan melewati control valve, kemudian dirancang diagram pipa dan instrument (P&ID) untuk membuat prototip industrial control loop. Ada enam sampel seat ring termasuk sebuah seat ring normal dan lima seat ring rusak. Setiap seat ring dipasang ke dalam prototip dan diukur sound pressure level oleh sound pressure level meter dan software Cool Edit Pro versi 2.0. Software ini menghasilkan spektrum frekuensi lalu dianalisa oleh software Excel versi 2007 untuk mendapatkan nilai frekuensi. Hasil riset ini adalah suatu desain sensor korosi pada control valve yang merupakan device yang sangat penting untuk mengetahui secara dini kerusakan seat ring dengan metoda kapasitansi. Sensor korosi ini diletakkan di dalam body assembly valve yang merupakan perbaikan yang signifikan dari hasil riset terkini. Sensor korosi yang setiap waktu dapat menunjukkan perubahan intensitas suara sebagai fungsi korosi seat ring.

The control valve function is the important device in industrial process loop, because it has direct relationship the quality of end product. Control valve works based on service condition what defines the output as opening valve percentage (OVP) and OVP is controlled by a controller. If the output does not match with the set-point of controller, control valve has the leakage in the downstream pipe. The leakage is caused by the corrosion seat ring because there is cavitation problem. This research defines service condition through control valve, then designed the piping and instrument diagram (P&ID) for making the prototype of industrial control loop. There are six seat ring samples include a normal seat ring and five corroded seat rings. Every seat ring installed in the prototype and measured sound pressure level (SPL) by sound pressure level meter with Cool Edit Pro 2.0 software. The software results frequency spectrum and it is analyzed by Excel version 2007 software to get frequency value. This research result is corrosion sensor design in the control valve what is the important device for early detecting the corroded seat ring with capacitance method application. Corrosion sensor is placed inside the body assembly valve which improved the latest researches. Corrosion sensor can read sound intensity as the damaged seat ring function."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
D1202
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Tossin Alamsyah
"Disain geometri dengan kombinasi lateral dan vertikal berhasil dirancang , disimulasikan pada devais Silicon Germanium Heterojunction Bipolar Transistor (HBT SiGe). Terbukti menghasilkan beberapa kelebihan terutama pada noise figure yang rendah seperti diuraikan pada disertasi ini. Riset ini bertujuan untuk mendapatkan devais dengan noise figure (Fn) yang rendah pada operasi frekuensi tinggi. Metode riset yang dilakukan berupa pemodelan menggunakan software komersil Bipole3 dari BIPSIM inc, dengan acuan berdasarkan HBT SiGe IBM generasi pertama.
Model acuan dengan lithography 0,50 μm, memiliki unjuk kerja keluaran ;fT = 45 Ghz, β=110, fmaks = 65 Ghz, Rbb = 18,9 ohm, βVCEO 3,3 Volt, dan Fn =1,07dB pada finp=fT. Meningkat unjuk kerjanya menjadi fT = 79,4 Ghz, β=284, fmaks = 127 Ghz serta Rbb = 9,0 ohm dengan VCEO 2,7 Volt dan Fn =0,36 dB pada finp=fT ketika parameter lateral dan vertikal diubah. Perubahan parameter lateral dilakukan dengan menambah terminal basis dari satu menjadi dua, memperkecil ukuran model menjadi 80% dari ukuran semula, menurunkan lithography menjadi 0,09 μm. Sedangkan untuk parameter vertikal dilakukan dengan cara merubah profile germanium pada basis dari segitiga menjadi trapesium, menaikkan mole fraction (x) dari 7,5% menjadi 10%, serta memperkecil lebar basis menjadi 50% dari ukuran semula. Hasil analisis validasi HBT SiGe acuan dan model memberikan deviasi rata-rata 6%.
Parameter lateral berpengaruh pada nilai arus kolektor (IC), resistansi parasitis (Rbb) dan frekuensi maksimum (fmaks) sedangkan parameter vertikal berpengaruh pada frekuensi threshold (fT) dan current gain (β). Pemilihan nilai parameter lateral dan vertikal yang tepat, dapat menghasilkan model dengan noise figure (Fn) yang rendah pada frekuensi kerja yang tinggi serta arus kolektor (IC) yang kecil.

The Geometric design with a lateral and vertical combination has been successfully designed, simulated on Silicon Germanium Heterojunction Bipolar Transistor (SiGe HBT) and has shown several advantages, particularly low noise figure as described in this dissertation. The research aims to obtain the SiGe HBT devices with a lowest noise figure (Fn) at high frequency operation. The method is based on modeling of used commercial software Bipole3 from BIPSIM inc, based on the first-generation IBM SiGe HBT model as a reference.
The reference model with the lithography of 0.50μm, has the output performance of ; fT= 45 Ghz, β=110, fmaks= 65 Ghz, Rbb= 8.9ohms, = 3.3 Volt, with Fn = 1.07 dB at finp = fT, the performance increases to fT =79.4 Ghz, β = 284, fmaks= 27 Ghz and Rbb= 9.0 ohms, βVCEO =2.7 Volt and Fn = 0.36 dB at finp = fT when the lateral and vertical parameters were modified. Modification of the lateral parameters is done by using two base terminals instead of one, reducing the size of the model to be 80% from original size, reducing the lithography to 0.09 μm. While the vertical parameter is changed by converting the profile of germanium from the triangle to trapezoid basis, increasing the mole fraction (x) from 7.5% to 10%, and reducing the base width to be 50% from original size. The validation of the SiGe HBT with a reference model has an average deviation of 6%.
The lateral parameters have influenced the value of the collector current (IC), parasitic resistance (Rbb) and the maximum frequency (fmaks,) while the vertical parameters influence the frequency threshold (fT) and current gain (β). The appropriate selection of lateral and vertical parameter values can produce models with a low noise figure (Fn) at high frequency operation as well as small collector current (IC).
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
D999
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>