Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
Sudirman
Abstrak :
Tesis ini membahas tentang kesesuaian implementasi sistem tanggap darurat terhadap insiden tumpahan minyak di laut disekitar daerah operasi PT.XXX. Kesesuaian implementasi tanggap darurat dalam penelitian ini menggunakan assessment tool berdasarkan National Fire Protection Association (NFPA) 1600 edisi 2013. Hasil assessment yang dilakukan ditemukan 89.10% kesesuaian. Dalam insiden tumpahan minyak elemen pencegahan dalam NFPA 1600 dapat diimplementasikan dengan melakukan penilaian risiko.
Tujuan penilaian risiko ini untuk mengetahui tingkat kemungkinan, keparahan dan risiko terjadinya tumpahan minyak di fasilitas PT.XXX. Setelah melakukan penilaian risiko dapat dipersiapkan rencana menanggulangan tumpahan minyak yang merupakan elemen mitigasi dalam NFPA 1600. Penanggulangan tumpahan minyak dapat mempertimbangkan response time sebelum tumpahan sampai ke garis pantai.
Dari hasil simulasi dengan menggunakan komputer trajectory modeling diperoleh durasi tercepat tumpahan minyak menuju garis pantai pada bulan Pebruari sampai April 2015 adalah 14.4 jam. Dan kemampuan penanggulangan tumpahan minyak dapat ditentukan berdasarkan jumlah tumpahan minyak dan peralatan yang dimiliki. Dengan menghitung kapasitas skimmer dan temporary storage spill yang dimiliki, maka PT. XXX memiliki kemampuan Tier 1 ≤ 350 bbl.
The Thesis was looking for compliance conformity for implementation emergency response system for oil spill incident around the operation field PT XXX. Conformity of the implementation emergency response system at this research used assessment tool from National Fire Protection Association (NFPA) 1600 edition 2013. The results of the conformity assessment conducted found 89.10%. Element prevention in NFPA 1600 for oil spill incident can be implemented by performing risk assessment.
The purpose of risk assessment to determine the level of likelihood, severity and relative risk of oil spills in the PT.XXX facility. Oil spill contingency plan can be prepared after conducted a risk assessment which a part of the implemented of mitigation element in NFPA 1600. Oil spills contingency plan may consider the response time before spills hit to the shoreline.
The simulation from computer trajectory modeling resulted duration of oil spills to the shoreline in February to April 2015 was 14.4 hours. The ability of oil spill response can be determined based on likely volume and oil spill equipment. Base on calculation of the skimmer and capacity of spill temporary storage, PT. XXX has the ability Tier 1 ≤ 350 bbl.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Agung Supriyadi
Abstrak :
Lima negara di Association of South East Asian Nation (ASEAN) yang meliputi Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand dan Filipina, menggunakan banyak zat kimia dalam industri yang menghasilkan risiko keselamatan dan kesehatan kerja bagi para pekerjanya. Nilai Ambang Batas (NAB) kimia digunakan sebagai regulasi atau instrumen referensi untuk mengendalikan risiko kimia. Penelitian ini membandingkan NAB kimia di negara ASEAN-5 dengan TLV ACGIH 2016 dan PEL OSHA 2016 untuk mengajukan kemungkinan harmonisasi NAB kimia di ASEAN. 713 zat kimia yang ada di dalam daftar perbandingan dengan 40 zat kimia selalu ada di semua daftar NAB kimia serta 124 zat kimia yang keluar hanya di dalam 1 daftar NAB kimia. Dalam non-metric multidimensional scaling plot, 5 NAB kimia diketahui mirip dengan TLV ACGIH 2016 dan PEL OSHA 2016 sedangkan dua daftar NAB kimia (NAB Thailand dan Permenkes 70 2016) berbeda karena jumlah substansi yang ada dalam daftar NAB tersebut jauh lebih sedikit daripada jumlah substansi NAB yang lain. NAB kimia ASEAN-5 memiliki rata-rata geometrik lebih tinggi daripada TLV ACGIH 2016 dan lebih rendah daripada PEL OSHA 2016 kecuali untuk Rule 1070 Filipina dan NAB Thailand. Ada persamaan dan perbedaan pada NAB kimia ASEAN-5 untuk dipertimbangkan dalam upaya harmonisasi NAB di ASEAN.
......
Five countries within Association of South East Asian Nation (ASEAN) which are Indonesia, Malaysia, Singapore, Thailand and Philippine, use a lot of chemical substances in their industries that put risk on health and safety to their worker. Occupational Exposure Limit (OEL) is used as regulation or reference instrument to control chemical risk. This study compared OEL in ASEAN-5 countries with TLV ACGIH 2016 and PEL OSHA 2016 in order to propose a harmonization possibility within ASEAN. There are 713 chemical substances in comparison list with 40 substances that always available in all OEL lists and 124 unique substances that only appear on 1 list OEL. In non-metric multidimensional scaling plot, it was found that 5 OEL list were quite similar with both TLV ACGIH 2016 and PEL OSHA 2016, while the other two (Thailand OEL and Permenkes 70 2016) much differ due to less number of substances listed on these OEL lists. ASEAN-5 OEL list found higher geometric means than TLV ACGIH 2016 and lower than PEL OSHA 2016 except for Rule 1070 Philippine and OEL Thailand. There are similarities and differences in OEL ASEAN-5 to consider in ASEAN OEL harmonization effort.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T47994
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Tampubolon, Maruli C.
Abstrak :
ABSTRAK
Setiap tahun selalu terjadi kecelakaan kebakaran pada industri migas di Indonesia
dan menimbulkan kerugian yang besar baik materi, peralatan, lingkungan dan
manusia serta terganggunya proses produksi. Oleh karena itu perlu dilakukan
upaya-upaya untuk mencegah terjadinya kecelakaan kebakaran tersebut dengan
mencari akar penyebabnya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis akar-akar
penyebab kecelakaan kebakaran. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif
dengan desain deskriptif analitik. Penelitian dilakukan pada kecelakaan kebakaran
tahun 2006-2010 di wilayah Indonesia dengan mengambil data sekunder dari
Ditjen Migas. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor penyebab
kecelakaan kebakaran yang terjadi pada industri migas di Indonesia pada tahun
tersebut adalah disebabkan faktor manusia sebesar 41,67% atau 15 kejadian,
faktor peralatan 41,67% atau 15 kejadian, faktor alam (gempa bumi) 1 kejadian
atau 2,78% dan faktor lain sebesar 13, 89% atau 5 kejadian. Sedangkan akar
penyebab (root cause) utama kecelakaan kebakaran tersebut pada faktor manusia
adalah tidak adanya pengawasan (11 kejadian) dan untuk faktor peralatan
disebabkan kurangnya program pemeliharaan yang bersifat pencegahan/ prediksi
(10 kejadian).
Abstract
Every year always happened a fire accident on the oil and gas industry in Indonesia
and caused huge losses both on the material, equipment, environment and people
and disruption of the production process too. Therefore, efforts need to be done to
prevent the occurrence of fire accidents is by finding the root cause. This study
aims to analyze the root causes of fire accidents. This study is a qualitative research
design with descriptive analytic. The study was conducted in a fire accident years
2006-2010 in the territory of Indonesia by taking a secondary data from the
Directorate General of Oil and Gas. Research results indicate that these factors
cause a fire accident that occurred on oil and gas industry in Indonesia for the year
was caused by human performance difficulty of 41.67% or 15 events, equipment
difficulty 41.67% or 15 incidents, natural disaster factors (earthquakes) 1 incidents
or 2.78%, and other factors of 13, 89% or 5 events. While the root cause a major
fire accident on the human factor is the lack of supervision (11 events) and to factor
due to lack of equipment maintenance programs that are preventive/predictive (10
events).
Universitas Indonesia, 2012
T29749
UI - Tesis Open Universitas Indonesia Library