Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 14 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fahira Ilza Andesti
Abstrak :
Pelayanan kesehatan primer merupakan elemen utama dari proses pelayanan kesehatan berkelanjutan. Pelayanan kesehatan primer didaulat sebagai level pertama kontak pasien terhadap pelayanan kesehatan. Namun dalam pelaksanaanya apabila tidak dilakukan dengan komprehensif akan berdampak terhadap kesenjangan pelayanan kesehatan di tingkat primer. Hal ini menunjukan bahwa pelaksanaan pelayanan kesehatan di tingkat primer belum optimal. Oleh sebab itu sistem gatekeeping dirancang untuk mengatasi masalah kesehatan utama di masyarakat yang dikemas secara terjangkau, melalui pelayanan kesehatan promotive, preventif, kuratif, dan rehabilitative. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pelaksanaan dan dampak dari implementasi sistem gatekeeping di berbagai negara. Informasi pada penelitian ini diperoleh berdasarkan hasil penelusuran website dan jurnal yang telah dipublikasikan dengan bantuan akses online database seperti ScienceDirect, PubMed, Proquest, dan WileyOnline.Terdapat 10 studi yang termasuk kedalam penelitian ini. Hasil penelitian menunjukah bahwa sistem gatekeeping telah dilakukan di berbagai negara dengan kebijakan yang berbeda-beda. Faktor dukungan dari unsur tenaga kesehatan, fasilitas pelayanan kesehatan yang memadai dan status pendidikan pasien berkontribusi dalam efektivitas pelaksanaan sistem gatekeeping. Sistem gatekeeping berdampak positif yang menyebabkan utilisasi spesialis di fasilitas pelayanan kesehatan tingkat lanjut menurun dan menyebabkan biaya pengeluaran rendah. Namun, ditemukan bahwa pelaksanaan sistem gatekeeping berdampak negatif terhadap kepuasan pasien yaitu berkurangnya tingkat kepuasan pasien akibat waktu tunggu yang lebih lama dalam meengakses pelayanan kesehatan. ......Primary health care is the main element of the sustainable health care process. Primary health services are asked to be the first level of patient contact with health services. However, if it is not carried out comprehensively, it will have an impact on health services at the primary level. This shows that the implementation of health services at the primary level has not been optimal. Therefore, the gatekeeping system is designed to address the main health problems in the community that are packaged in an affordable way, through promotive, preventive, curative and rehabilitative health services. This study aims to describe the implementation and impact of the implementation of the gatekeeping system in various countries. The information in this study was obtained based on the results of browsing websites and journals that have received assistance in accessing online databases such as ScienceDirect, PubMed, Proquest, and WileyOnline. There are 10 studies included in this study. The results of the study show that the gatekeeping system has been carried out in various countries with different policies. Support factors from elements of health workers, adequate health care facilities and patient education status contribute to the effectiveness of the implementation of the gatekeeping system. The gatekeeping system has a positive impact on reducing visits to specialists and plays a role in reducing utilization and costs. However, in patient satisfaction the implementation of the gatekeeping system was found to have a negative impact, namely reducing the level of patient satisfaction due to long waiting times in accessing health services.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
An Nisa Atiya Mardotillah
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui impelementasi Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) di BPJS Kesehatan Kantor Cabang Jakarta Timur Tahun 2016. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pengumpulan data melalui wawancara, observasi dan telaah dokumen. Penelitian menunjukkan bahwa ada masalah dalam sisi komunikasi, sumber daya, sikap implementor, struktur birokrasi dan implementasi kegiatan Prolanis. Peneliti menyarankan agar dilakukan upaya perbaikan dalam hal sosialisasi, komitmen penyediaan obat, pembuatan SOP pelaksanaan kegiatan Prolanis, anggaran khusus Prolanis dan sebuah aplikasi yang menunjang kegiatan Prolanis. ......The purpose of this research is to determine Implementation of Chronic Disease Management Programe (Prolanis) at BPJS Kesehatan, Branch Office, East Jakarta, 2016. This study used qualitative method, data collection is done through in-depth interviews, observation and documents analysis. Result of this study found that there are problems in communication, resources, bureaucracy structure, attitude implementor and implementation of activities Prolanis. Researches suggest that do improvements in terms of socialization, the commitments, manufacture of SOP implementation, budgets of all activities prolani and an application programe for prolanis.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S64734
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tika Rosita
Abstrak :
Konsep pay for performance (P4P) menjadi salahsatu upaya dalam meningkatkan kualitas layanan kesehatan. Konsep ini telah diterapkan di berbagai negara, namun implementasinya di Indonesia dalam sistem KBK masih minim evaluasi mengenai dampaknya terhadap kualitas layanan kesehatan primer mengingat capaian angka indikator KBK secara nasional masih belum mencapai angka ideal. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran komponen disain sistem P4P, gambaran indikator kualitas yang digunakan untuk menilai dampak serta gambaran dampak P4P terhadap kualitas layanan kesehatan. Penelitian ini menggunakan metode literature review dengan basis data PubMed, Scopus, Proquest dan Science Direct. Hasil pencarian didapatkan 11 literatur yang berasal dari UK, US, Australia, Netherland dan Irlandia. Hasil penelitian dari segi komponen disain sistem P4P menunjukkan indikator klinis (berupa manajemen penyakit kronis) dan indikator pengalaman pada umumya digunakan dalam skema P4P; penerapan target absolut dalam perhitungan insentif lebih sering digunakan daripada target relatif; mekanisme pembayaran berupa bonus finansial. Sebagian besar indikator klinis yang digunakan untuk menilai dampak P4P terhadap kualitas layanan kesehatan terkait dengan dimensi proses. Skema P4P menunjukkan dampak positif terhadap efektivitas manajemen penyakit kronis untuk sebagian besar penyakit namun belum efektif mengatasi masalah ketidak adilan dalam layanan kesehatan ......The concept of pay for performance (P4P) is one of the efforts to improve the quality of health services. This concept has been applied in various countries, but its implementation in Indonesia in the KBK system is still minimal in evaluation of its impact on the quality of primary health services considering that the achievement of KBK indicator numbers nationally has not yet reached the ideal number. This study aims to obtain an overview of the components of the P4P system design, a description of the quality indicators used to assess the impact and an overview of the impact of P4P on the quality of health services. This study uses a literature review method with the PubMed, Scopus, Proquest and Science Direct databases. The search results obtained 11 literatures from UK, US, Australia, Netherland and Ireland. The results of the research in terms of the components of the P4P system design show that clinical indicators (in the form of chronic disease management) and experience indicators are generally used in P4P schemes; the application of absolute targets in the calculation of incentives is used more often than relative targets; payment mechanism in the form of financial bonuses. Most of the clinical indicators used to assess the impact of P4P on health care quality are related to the process dimension. The P4P scheme shows a positive impact on the effectiveness of chronic disease management for most diseases but has not been effective in addressing the problem of inequality in health services.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wanda Dwisetia Ardiana
Abstrak :
Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui bagaimana utilisasi pelayanan kesehatan gigi peserta JKN di Provinsi DKI Jakarta tahun 2018 dimana utilisasi tersebut dilakukan di FKTP. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang bersifat cross sectional dengan mengolah data sekunder yang di dapat dari Data Sampel BPJS Kesehatan tahun 2018. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah total sampling, yakni seluruh data kunjungan peserta ke layanan kesehatan gigi di FKTP Provinsi DKI Jakarta selama Januari 2018 – Desember 2018 digunakan sebagai sampel dalam penelitian. Analisis yang digunakan adalah analisis univariat dan analisis bivariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa utilisasi pelayanan kesehatan gigi peserta JKN di Provinsi DKI Jakarta masih rendah yaitu sebesar 4,19%. Kelompok Peserta JKN yang banyak melakukan utilisasi pelayanan kesehatan gigi di FKTP Provinsi DKI Jakarta yaitu kelompok usia dewasa (73,80%), jenis kelamin perempuan (56,86%), tempat tinggal di wilayah DKI Jakarta (83,48%), berstatus kawin (54,25%), lokasi FKTP di Kota Administrasi Jakarta Timur (30,56%), jenis FKTP klinik pratama (49,98%), dan segmentasi kepesertaan PPU (50,97%). Seluruh variabel yang diteliti memiliki hubungan yang signifikan untuk melakukan utilisasi pelayanan kesehatan gigi di FKTP Provinsi DKI Jakarta. ......This study attempts to know how the utilization of dental health services of JKN participants in DKI Jakarta Province in 2018 where the utilization is carried out in FKTP. This research is a quantitative study is cross sectional by processing secondary data that come from BPJS Health Sample Data in 2018. The sampling technique in this research was a total of sampling, which is all the participants' visits to dental health services in FKTP DKI Jakarta Province during January 2018 - December 2018 used as samples in the study. The analysis used are univariate analysis and bivariate analysis. The results showed that the utilization of dental health services of JKN participants in DKI Jakarta Province was still low at 4.19%. JKN Participants group that do a lot of dental health services in FKTP DKI Jakarta Province is the adult age group (73.80%), female gender (56.86%), live in DKI Jakarta area (83.48%), married status (54.25%), FKTP location in East Jakarta Administrative City (30.56%), primary clinic FKTP type (49.98%), and PPU membership segmentation (50.97%). All the variables studied had a significant relationship to utilize dental health services in FKTP DKI Jakarta Province.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Melati Amanah
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan utilisasi rawat jalan di Rumah Sakit atau FKRTL yang dilakukan oleh Peserta JKN di Wilayah Provinsi Banten Tahun 2016. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional menggunakan Data Sampel BPJS Kesehatan Tahun 2015- 2016. Sampel yang diperoleh sebesar 41.181 peserta. Uji hubungan dianalisis dengan menggunakan Chi-square. Hasil penelitian didapatkan pemanfaatan pelayanan kesehatan rawat jalan di Indonesia cukup rendah yaitu sebesar 5.8% dan utilisasi rawat jalan banyak diakses oleh peserta berjenis kelamin perempuan (6.9%), memiliki status istri pada kepesertaan JKN (8.1%), kelompok umur lansia (10.6%), status pernikahan cerai (15.7%), jenis FKTP puskesmas (7.6%), kepemilikan fasilitas kesehatan pemerintah (7.6%), peserta PBPU (9%), hak kelas rawat I (7.9%), bertempat tinggal di kota (6.4%) dan di wilayah I (7.35%), serta memiliki riwayat penyakit hasil tracing utilisasi di FKTP (12.1%). Seluruh variabel yang diteliti bermakna secara statistik untuk lebih berkemungkinan melakukan pelayanan kesehatan rawat jalan di Provinsi Banten ......This study analyzes the factors associated with the utilization of outpatients utilization using FKRTL among JKN Participants of Banten Province in 2016. This is a quantitative study with a cross sectional design that was obtained from Sample Data of BPJS Kesehatan 2016). The total sample is 41,181 participants. The relationship test was analyzed using Chi-square. The results showed that the utilization of outpatient health services in Banten was quite low (5.8%) and outpatient utilization was mostly accessed by women (6.9%), wife (8.1%), elderly (10.6%), divorced marital status (15.7%), Puskesmas as the type of health facility (7.6%), public sector (7.6%), PBPU participants (9%), nursing class I (7.9%), urban participants (6.4%) and region I participants (7.35%), also have disease condition tracked from FKTP utilization (12.1%). All variables researched are statistically significant to use outpatient health services in Banten Province
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lumbantobing, Fredrik Bastem Hasudungan
Abstrak :
Sistem kesehatan bertujuan memberikan pelayanan kesehatan, pencegahan dan pengobatan yang dapat membuat perbedaan besar pada kesehatan masyarakat. Dalam memperoleh layanan kesehatan tersebut, rumah tangga berisiko sering kali harus mengeluarkan pengeluaran tunai untuk mengakses layanan kesehatan. Jumlah pengeluaran kesehatan yang kecil dapat berakibat besar bagi rumah tangga yang miskin. Sebaliknya jumlah pengeluran kesehatan yang besar, mungkin mempunyai dampak yang kecil bagi rumah tangga yang kaya. Terlepas dari jumlah yang dikeluarkan pada kesehatan, setiap rumah tangga berisiko menderita biaya kesehatan katastropik dan dimiskinkan olehnya. Tujuan penelitian adalah mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi biaya kesehatan katastropik dan faktor yang paling mempengaruhi biaya kesehatan katastropik. Metode yang digunakan adalah analisis univariat dan multivariate. Analisis multivariat menggunakan regresi IV Probit Endogen untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi dan paling mempengaruhi biaya kesehatan katastropik. Pengetahuan atas fasilitas puskesmas digunakan sebagai instrumen variable karena berkorelasi dengan variabel endogen namun tidak berkorelasi dengan variable dependen. Dari penelitian disimpulkan bahwa adanya kepemilikan asuransi (ASKES, ASKESKIN, JAMSOSTEK) merupakan faktor yang paling mempengaruhi biaya kesehatan katastropik. Rumah tangga yang tidak memiliki asuransi tersebut terbukti berisiko lebih besar menderita biaya kesehatan katastropik. Rumah tangga yang memiliki anggota rumah tangga dirawat inap, anggota rumah tangga cacat, dan anggota rumah tangga menderita penyakit kronis juga memberikan kontribusi risiko rumah tangga menderita biaya kesehatan katastropik. Keputusan pemerintah untuk memberlakukan jaminan kesehatan merupakan keputusan yang paling. Terbukti bahwa rumah tangga yang dilindungi asuransi memiliki risiko terkecil menderita biaya kesehatan katastropik. Pemerintah didorong untuk melanjutkan kebijakannya memberlakukan jaminan kesehatan dan tetap mempertahankan rawat inap, kecacatan, dan penyakit kronis dalam paket manfaat untuk memperkecil kemungkinan rumah tangga menderita biaya kesehatan katastropik dan dimiskinkan olehnya. ...... The purpose of health system is to provide health services, disease prevention, and medication that can make great different to public health. In order to obtain such services, household frequently had to pay substantial amount of money in order to access health services. Such amount of money called out of pocket expenditure (OOP). Small amount of OOP could mean a great deal to poorer household, on the contrary, large amount of OOP could mean nothing to richer household. Set the the amount of OOP aside, each household is risky of suffering catastrophic health expenditure and therefore impoverished by it. The purpose of this research is to know factors affecting catastrophic health expenditure and which factor affecting catastrophic health expenditure the most. Method used is univariate and multivariate analysis. Multivariate analysis used is using Instrumental Variable Probit With Endogenous Treatment in order to know factors affecting and factor affecting the most catastrophic health expenditure. Knowledge for puskemas facility is used as instrumental variable due to its nature significantly correlated to endogenous variable but insignificantly correlated to outcome variable. From this research, it is come to conclusion that Insurance Ownership (ASKES, ASKESKIN, JAMSOSTEK) is factor affecting catastrophic health expenditure the most. Household not holding such insurance is proven to be risky from suffering catastrophic health expenditure. Household having member using in patient services, having member with disabilities, and having member suffering chronic disease also contributing risk household suffering catastrophic health expenditure. Government decision to enroll national health coverage is proofed to be wise decision. It is proven that household having insurance is protecting household from suffering catastrophic health expenditure. Government is encouraged to continue it?s policy in enrolling national health coverage and keeping in patient, disabilities, and chronic disease in the benefit package in order to prevent household suffering catastrophic health expenditure and impoverishment by it.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yessi Oktafianti
Abstrak :
ABSTRAK
WHO menetapkan jaminan kesehatan semesta/Universal Health Coverage UHC untuk memastikan semua orang mendapatkan pelayanan kesehatan. Dalam rangka meningkatkan pemanfaatan pelayanan kesehatan tanpa melihat status sosial masyarakat, pemerintah menetapkan program Jaminan Kesehatan Nasional. Penelitian ini bertujuan mengetahui ekuitas/inekuitas utilisasi pelayanan kesehatan pada peserta JKN dan mengetahui karakteristik yang menjadi dasar terjadinya ketimpangan utilisasi pelayanan kesehatan di Indonesia. Studi ini mengunakan data sekunder dari Survei Sosial Ekonomi Nasional tahun 2014. Hasil menunjukkan bahwa penduduk kaya di Indonesia lebih banyak memanfaatkan pelayanan rumah sakit dibandingkan dengan penduduk miskin. Rata-rata jumlah kunjungan rawat jalan peserta JKN khususnya pada kuintil 1 dan kuintil 2 lebih besar daripada bukan peserta JKN pada kelompok yang sama. Tingkat ketimpangan pelayanan rawat inap pada responden peserta JKN lebih kecil daripada peserta non JKN. Ketidakmerataan utilisasi rawat jalan dan rawat inap yang pro-kaya disebabkan oleh ketidaksetaraan umur, jenis kelamin, geografis, pernikahan, pendidikan dan pengeluaran. Oleh karena itu, Kementerian Kesehatan perlu monitoring dan evaluasi secara rutin terhadap pelaksanaan program Jaminan Kesehatan Nasional.
ABSTRACT
WHO establishes universal health insurance Universal Health Coverage UHC to ensure all people get health care. In order to improve the utilization of health services regardless of social status, the government established the National Health Insurance program. This study aims to determine the equity inequity of health care utilization in participants JKN and non JKN and the characteristics on which the imbalance utilization of health services in Indonesia. This study uses secondary data from the National Socioeconomic Survey 2014. The results showed that the rich in Indonesia use hospital services more than the poor. The average number of outpatient visits participants JKN especially in quintile 1 and quintile 2 is larger than the non participants JKN in the same group. The degree of inequality of inpatient services at respondents participants JKN smaller than non JKN participants. Inequality utilization of outpatient and inpatient pro rich inequalities caused by age, gender, geographic, marriage, education and income. Therefore, the Ministry of Health needs regular monitoring and evaluation of the implementation of the National Health Insurance program.
2017
T47447
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Atmiroseva
Abstrak :
Sistem pembayaran INA-CBG dalam JKN diduga meningkatkan kejadian readmisi, didefenisikan sebagai kasus rawat-inap kembali pasien dalam waktu kurang 30 hari dengan kondisi Sama (diteliti dalam 4 model readmisi yaitu CMG/Adjacent-DRG/Severity-Level/Diagnosis-Primer Sama), cara pulang rawatan sebelumnya sembuh, pada rumah sakit yang Sama. Hanya satu kasus readmisi dihitung dalam 30 hari dari tanggal pemulangan pasien pada rawatan pertama per-periode-kasus-readmisi. Desain penelitian potong-lintang dengan data sekunder klaim rawat-inap Rumah Sakit wilayah BPJS-Kesehatan Cabang Sukabumi terverifikasi, data tahun 2015. Kejadian readmisi didapatkan pada 11 dari 13 Rumah Sakit untuk keempat model readmisi diteliti, terbanyak pada Readmisi-CMG-Sama, dan paling sedikit pada Readmisi-Severity-Sevel-Sama. Variabel independen adalah kepemilikan RS, Kelas/Tipe RS, diagnosis klinis (CMG, jenis-rawat-inap, Severity-Level, Diagnosis-Primer), selisih biaya, dan LOS (Length of Stay). Analisis multivariat menunjukkan variabel diagnosis-primer (kategori-kronis) dan severit-level (kategori-akut) paling berpengaruh. Selisih biaya negatif dan LOS yang lebih rendah tidak terbukti memiliki risiko readmisi lebih tinggi. Diagnosis Congestive Heart Failure dan Typhoid Fever memiliki kekerapan readmisi tinggi sekaligus diagnosis dengan selisih biaya positif tertinggi. Diagnosis Chemoterapy Session for Neoplasm, Aplastic Anaemia (unspecified), dan End-stage Renal Disease perlu mendapat perhatian karena kekerapan readmisi tinggi dan selisih biaya minus tertinggi. Risiko biaya total lebih 2 kali dari biaya kasus original (initial-admission). ...... The INA-CBG payment system in JKN is suspected to increase the incidence of readmission, defined as a case of patient re-hospitalization in less-than-30-days under the same conditions (studied in 4 readmission models of same- CMG/Adjacent-DRG/Severity-Level/Diagnosis-Primer), previous case recovered, at the same hospital. Only one case of readmission was calculated within-30-days from the date of discharge in the initial-admission per- readmission-case-periode. This is a cross-sectional study design with secondary data of verified-inpatient-claims of the Hospital of BPJS-Kesehatan-Sukabumi- Branch in 2015. The incidence of readmission was found in 11 of the 13 Hospitals of all four models, mostly in the same-CMG-readmission, and at least at the same-severity- level-readmission. The independent variables are hospital-ownership, hospital- types, clinical-diagnosis (CMG, inpatient-type, Severity-Level, Primary- Diagnosis), cost-difference, and LOS (Length of Stay). Multivariate analysis shows the primary diagnosis-type (chronic-category) and severity-level (acute- category) most influential. A lower-negative-cost and lower-LOS are not shown to have a higher risk of readmission. Diagnosis Congestive-Heart-Failure and Typhoid-Fever have high readmission frequency as well as diagnosis with the highest positive-cost-difference. Diagnosis of Chemotherapy Session for Neoplasm, Aplastic Anaemia (unspecified), and End-stage Renal Disease need attention because of high read-list-frequency and highest-minus-cost-difference. The total cost risk is more than 2 times the original-admissions cost.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T49716
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Devi Senja Ariani
Abstrak :
ABSTRAK
Nama : Devi Senja ArianiProgram Studi : Ilmu Kesehatan MasyarakatJudul : Ekuitas Layanan Rawat Inap Rumah Sakit Analisis Data Susenas Tahun 2015 dan 2016 Pembimbing : Dr. Pujiyanto, SKM, M.KesDalam rangka mendorong tercapainya UHC di Indonesia, pemerintahmenyelenggarakan program Jaminan Kesehatan Nasional JKN . Salah satu tujuanprogram JKN adalah perbaikan akses dan ekuitas utilisasi pelayanan kesehatan.Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis ekuitas utilisasi layanan rawat inap padatahun kedua dan ketiga implementasi program JKN yaitu pada tahun 2015 dan tahun2016. Penelitian ini menggunakan data sekunder hasil SUSENAS tahun 2015 dantahun 2016. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Utilisasi layanan rawat inap dirumah sakit pada kelompok peserta JKN meningkat pada tahun 2015 ke tahun 2016.Penduduk kaya lebih banyak memanfaatkan pelayanan rumah sakit dibandingkandengan penduduk miskin, hal tersebut dibuktikan dengan kurva konsentrasi yangberada dibawah garis diagonal garis ekuitas dan nilai indeks konsentrasi yangbernilai positif yaitu 0.0336 pada tahun 2015 dan 0.0382 pada tahun 2016. Terjadipeningkatan inekuitas utilisasi layanan rawat inap di rumah sakit pada tahun 2015 ketahun 2016 yang dilihat dari selisih nilai indeks konsentrasi sebesar 0.0045. Inekuitasutilisasi layanan rawat inap di rumah sakit yang pro kaya disebabkan olehketidaksetaraan umur, pendapatan, pendidikan, wilayah regional tempat tinggal sertakepemilikan JKN. Sedangkan variabel jenis kelamin dan pekerjaan mengurangiinekuitas dalam utilisasi layanan rawat inap di rumah sakit pada tahun 2015 dan 2016.Kata kunci :kurva konsentrasi, dekomposisi indeks konsentrasi, indeks konsentrasi, ekuitas, JKN,UHC.
ABSTRACT
Name Devi Senja ArianiStudy Program Public HealthTitle Equity of Inpatient Utilization in Health Service Analysis of Susenas Data 2015 and 2016 Counsellor Dr. Pujiyanto, SKM, M.KesIn order to encourage the achievement of UHC in Indonesia, the governmentorganized National Health Insurance JKN program. One of the objectives of theJKN program is the improvement of access and equity utilization of health services.This study aims to analyze Equity of Inpatient Utilization in Health Service in secondand third year of JKN program implementation in 2015 and 2016. This study usessecondary data of SUSENAS in 2015 and 2016. The results showed that theUtilization of inpatient services in hospitals in the JKN group of participants increasedin 2015 to 2016. The richer population utilizes more Health Service than the poor, asevidenced by concentration curves below the diagonal line equity line and the valueof the positive concentration index of 0.0336 in 2015 and 0.0382 in 2016. There wasan increase in inequity utilization in inpatient services in 2015 to 2016 which wasseen from the difference of concentration index value of 0.0045. Pro rich inequitycaused by inequalities in age, income, education, regional residence and JKNownership. While sex and job variables reduce inequality in inpatient serviceutilization in hospital by 2015 and 2016.Key words concentration curve, concentratioindex, decomposition concentration index, equity,JKN, UHC.
2018
T49993
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elvina Diah
Abstrak :
ABSTRAK
Fenomena Out-of-Pocket Kesehatan, Kejadian Katastropik, danPemiskinan pada Rumah Tangga di Indonesia tahun 2014-2016.Pembimbing : Dr. Pujiyanto, SKM, M.KesMasih adanya out-of-pocket pada peserta Jaminan Kesehatan Nasional JKN mengindikasikan bahwa JKN belum optimal dalam memberikan perlindungan finansialkepada pesertanya. Selanjutnya, pada negara low-middle income penting untuk melihatkejadian katastropik dan pemiskinan dalam rumah tangga. Tujuan penelitian ini adalahuntuk melihat keterkaitan antara kepemilikan JKN dalam rumah tangga dengan out-ofpocketkesehatan dan kejadian katastropik dalam rumah tangga serta menggambarkanpemiskinan yang terjadi akibat out-of-pocket kesehatan di dalam rumah tangga padatahun 2014 sampai dengan tahun 2016. Penelitian ini menggunakan data Susenas tahun2014 sampai dengan tahun 2016 yang dianalisis dengan pendekatan ekonometri. Untukout-of-pocket kesehatan dalam rumah tangga diestimasi dengan Ordinary Least Square OLS , untuk kejadian katastropik dalam rumah tangga diestimasi dengan menggunakanmodel logit, dan untuk gambaran pemiskinan dalam rumah tangga dianalisis denganmelihat pengeluaran rumah tangga sebelum dan sesudah memperhitungkan out-ofpocketkesehatan. Penelitian ini menunjukkan, adanya proporsi kepemilikan JKN dalamrumah tangga pada tahun 2014 sampai dengan tahun 2016 dapat memberikanperlindungan finansial berupa penurunan out-of-pocket kesehatan dan mencegahterjadinya pengeluaran katastropik dalam rumah tangga serta menjadi pengaruh tidaklangsung dalam menurunkan pemiskinan dalam rumah tangga. Ke depannya, perlufokus pada perluasan kepesertaan JKN dan peningkatan kegiatan promotif dan preventifdalam ranga mencapai Universal Health Coverage.Kata Kunci: Out-of-Pocket, Kejadian Katastropik, Pemiskinan, Jaminan KesehatanNasional, Universal Health Coverage.
ABSTRACT
Out of Pocket Healthcare Phenomenon, Incidence Catasthropicand Impoverishment in Indonesia s Household 2014 2016Counsellor Dr. Pujiyanto, SKM, M.KesOut of pocket OOP healthcare in National Health Insurance NHI participationindicates that NHI was not yet optimal to provide financial protection. Furthermore, It simportant for low middle income countries to look at catastrophic incidence inhousehold. The aim of this study was to examine the relationship between NHIownership on household with OOP healthcare and catastrophic incidence, and alsodescribe the impoverishment because of OOP healthcare in household from 2014 to2016. This study use Susenas data 2014 to 2016 and analyzed by econometric approach.For OOP healthcare in household estimated by Ordinary Least Square OLS , forcatastrophic incidence in household estimated using logit model, and to describeimpoverishment in household analyzed by looking at household expenditure before andafter taking into acoount OOP healthcare. The proportion of JKN ownership inhousehold from 2014 to 2016 can provide financial protection in the form of decreasedOOP healthcare and prevent catastrophic incidence in household, and become indirecteffect reducing impoverishment in household. In the future, we need to focus expandingNHI participation and increasing promotive and preventive programme in order toachieve Universal Health Coverage.Keywords Out of Pocket, Catastrophic Incidence, Impoverishment, National HealthInsurance, Universal Health Coverage
Depok: Universitas Indonesia, 2018
T50209
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>