Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 33 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bunga Puspita
"Material uji merupakan turbine blade yang merupakan komponen engine gas turbin pesawat yang diaplikasikan pada temperature tinggi diperkuat dengan mekanisme pengendapan. Dalam aplikasinya pada engine pesawat, turbine blade terekspos suhu 548°C - 1044°C. Namun tidak jarang pada sistem mengalami kondisi over temperature yang disebut overheat. Setelah dilakukan penelitian tentang pengaruh temperatur overheat pada temperatur 900°, 1000°, 1100°, 1200°C dengan waktu tahan selama 1 jam, didapatkan hasil adanya perubahan struktur mikro, pertambahan panjang cacat dan peningkatan kekerasan.

Sample of this research is a turbine blade that is applied in gas turbine which is in high temperature condition, strengthened by precipitation hardening mechanism. In service, it is frequently exposed temperature 548°C - 1044°C and sometimes above that point, called overheat. Research has been done by heating the sample with increased temperature from 900 to 1200°C and the result was investigated. it obtained microstructure change, defect propagation and increased hardness number."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S51666
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hamzah Basari
"Turbine blade Nickel base superalloy terangkai dalam turbine section pada sistem gas turbine yang berada tepat setelah combuster section berfungsi mentransformasikan sejumlah energi kinetik dari gas buang menjadi sejumlah usaha mekanik sehingga unit ini merupakan komponen yang mengabsorbsi energi atau stress terbesar dari sistem engine pesawat. Dalam aplikasinya, turbine section kerap mengalami overheat dengan temperatur dapat mencapai lebih dari 1100 °C. Hasil penelitian pemanasan isothermal sampel Nickel base superalloy sebesar 1200 °C dan dengan waktu tahan 1, 2, 3, 4 dan 5 jam didapatkan pengaruh berupa terjadinya pertambahan panjang cacat, perubahan struktur mikro dan penurunan harga kekerasan.

Nickel base superalloy turbine blade which is in turbine section bolted to the combustion section functions to transform a portion of the kinetic energy in the exhaust gases into mechanical work. Therefore, it absorbs most of energy created in combustion and is the most highly stress component in the engine. In service, it sometimes through overheat condition above 1100 °C. Simulation research by heating the pieces of sample at temperature 1200°C with holding time for 1, 2, 3, 4 and 5 hours was investigated. It obtained defect propagation, microstructure change and decreasing number of hardness."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S51548
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dedi Ferdian
"Kekuatan flexural dari material geopolimer sangat dipenaruhi oleh molekul yang terbentuk dari reaksi geopolimerisasi. Semakin kompleks molekul yang terbentuk maka kekuatan yang dihasilkan akan meningkat. Molekul geopolimer dibentuk pada reaksi geopolomerisasi yang reaksinya sangat dipengaruhi oleh gugus aktif aluminasilikat sebagai agen pereaksi yang diperoleh dari pelarutan oleh alkali basa, sehingga semakin tinggi konsentrasi OH yang ditambahkan maka menyebabkan semakin banyak gugus aktif yang terlarut dari fly ash. Dibuktikan dari kekuatan flextural yang meningkat pada pembuatan pasta geopolimer dengan menggunakan NaOH 7 M, hingga 12 M, dengan kekuatan flexural sebagai berikut: 21,03 MPa untuk NaOH 7 M dan 33,71 MPa untuk NaOH 12 M. Peningkatan dari OH terlarut ternyata juga berpengaruh pada kelarutan CaO dalam membentuk Ca(OH)2 sehingga menurunkan kelrutan partikel fly ash karena berkurangnya ion OH untuk pelarutan Si dan Al, dan meningkatnya laju pengerasan pasta sehingga pasta mengeras sebelum semua partikel fly ash sempat bereaksi. Dibuktikan dari sampel dengan NaOH 16 M yang memiliki kekuatan flexural yang lebih rendah yaitu sebesar 26,68 MPa. Selain dari peningkatan konsentrasi NaOH, penambahan Na2SiO3 juga menyebabkan peningkatan rasio Si/Al karena mengakibatkan peningkatan SiO2 terlarut. Semakin tinggi rasio Na2SiO3/NaOH maka akan mengakibatkan peningkatan rasio Si/Al terlarut. Pada rasio Na2SiO3/NaOH 1,25 hingga 2,25 kekuatan flexural meningkat dari mula-mula 25,69 MPa menjadi 32,91 MPa. Hubungan kekuatan flexural pasta geopolimer ini selanjutnya dinalisa berdasarkan pada struktur molekul yang terbentuk dan ikatan kimia di dalam molekulnya. Adanya fasa quartz dan mullite di dalam matriks geopolimer menandakan terdapat partikel fly ash yang tidak ikut bereaksi. Kekuatan ikatan kimia dan intensitas dari ikatan dalam membentuk molekul geopolimer juga merupakan indikasi keberhasilan reaksi geopolimerisasi."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42461
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Benny Joseph Gowasa
"Teknologi analisa difraksi sinar-X (XRD) memiliki keterbatasan dalam pendeteksian dan keakuratan data yang dihasilkan oleh peralatan XRD. Hal ini disebabkan perbedaan setiap parameter pengukuran peralatan XRD yang digunakan. Untuk mendapatkan hasil yang akurat dalam pendeteksian peralatan XRD terlebih dahulu harus mengetahui sifat kristalin dan amorf material kemudian menentukan parameter pengukuran teknik pemindaian dan waktu jejak.
Penelitian ini bertujuan mengetahui karateristik alat XRD yang digunakan di laboratorium Teknik Metalurgi dan Material Universitas Indonesia, melalui variasi parameter pengukuran alat XRD yaitu teknik pemindaian kontinu dan jejak menggunakan lama waktu jejak 1 detik dan 2 detik pada sampel serbuk alumina murni, talc murni dan pencampuran dengan kadar talc 1,0%, 2,0%, 3,0%, dan 4,0% di dalam alumina.
Hasil penelitian menunjukan bahwa teknik pemindaian jejak dengan lama waktu jejak 2 detik menghasilkan intensitas tertinggi, sebesar 5084, 4977, 4931, 4877, 4816 count untuk kadar alumina 100%, 99%, 98%, 97%, 96%, dan sebesar 466, 459, 617, 1067 count untuk kadar talc 1,0%, 2,0%, 3,0%, 4,0% dibandingkan parameter yang lain dan untuk sifat material kristalin menggunakan teknik pemindaian jejak dengan lama waktu jejak 2 detik terjadi penguatan background dan peak.

Analysis technology of X-Ray Diffraction (XRD) has limitations in detecting and generating the accuracy of data by the XRD equipment. This is due to the differences in any measurements parameter used by the XRD equipment. To get the accurate results in detecting, the XRD equipment must first know the properties of the crystalline and amorphous materials then choose the measurement parameter of the scan technique and time per step.
This research aim to investigate the characteristic of XRD Equipment used in the laboratory of Metallurgical and Materials Engineering Universitas Indonesia through the variation of the measurements parameter of the XRD equipment are continuous scanning technique and step scanning technique uses a time per step one second and two seconds on the sample of pure alumina powder, pure talc, and mixing with addition grading of talc 1.0%, 2.0%, 3.0%, and 4.0% in alumina.
These results indicate that the step scanning technique with time per step two seconds produces the highest intensity, at 5084, 4977, 4931, 4877, 4816 count to grading of alumina 100%, 99%, 98%, 97%, 96%, and at 466, 459, 617, 1067 count to grading of talc 1.0%, 2.0%, 3.0%, 4.0%, compared to other parameters and properties of crystalline materials using step scanning technique with time per step two seconds there was a strengthening background and peak.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S62620
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Ashari
"Secara umum dapat dikatakan bahwa kekuatan/sifat material secara fisik akan dipengaruhi oleh beberapa kondisi yaitu; komposisi kimia, pengaturan struktur mikro, loading rate, desain, serta kondisi lingkungan dalam hal ini adalah temperatur. Pengujian Impak pada temperatur subzero menjadi permintaan yang wajib dilakukan pada material – material yang digunakan pada industri perkapalan, kontruksi, kondisi lingkungan tertentu seperti daerah subtropis dan kutub maupun di bidang pengelasan, untuk mendapatkan kondisi temperatur subzero ini, banyak metode yang di persyaratkan oleh standar internasional, penggunaan liquid Nitrogen sebagai aplikasi pengujian subzero masih sangat jarang dijumpai, oleh karena itu dibuatlah suatu desain rancang bangun cryogenic chamber dengan media liquid Nitrogen pada aplikasi pengujian impak metode charpy terhadap variasi temperatur sub-zero.Verifikasi temperatur dengan menggunakan material modern ASTM A36 pada metode yang digunakan menunjukan nilai 2.2469 Joule/mm2 pada temperatur ruang +/-25°C, dan pada temperatur 0°C sebesar 0.9579 Joule/mm2 , sedangkan pada temperatur -100 °C sebesar 0.3506 Joule/mm2, persen shear fracture sebesar 61% pada temperatur 0°C dan 5% pada temperatur -100°C, masih adanya persen shear pada temperatur -100°C kemungkinan diakibatkan material verifikasi yang digunakan merupakan material modern yang memiliki komposisi kimia yang unik dengan rasio Mn/C yaitu sebesar 6.5:1 serta Mn/S sebesar 78:1 sehingga kecil kemungkinanannya terbentuk MnS sepanjang pengujian berlangsung, kedua unsur yaitu Mn dan S merupakan unsur yang sangat berpengaruh terhadap ketangguhan.

In general, the mechanical properties of a material are dependent on some factors such as chemical composition, microstructure, and surrounding temperature.A long exposure of material to an extremely high or low temperature can impair the mechanical properties of the material.For any materials that will be subject to the sub-zero temperatures such the ones used in ships and constructions in the subtropical and Arctic/Antarctic area, the impact test performed at the subzero temperatures is mandatory. In accordance with some international standards, there are several methods that can be used to achieve such temperatures. However, the use of liquid nitrogen for this application is still limited.The main purpose of this study was to design a cryogenic chamber for the Charpy impact test at sub-zero temperatures. Before performing the impact test, the sample was submitted to this cryogenic chamber and then automatically transferred to the specimen holder at the impact test machine. This chamber automatically moved along the front side of the impact test machine. The impact test was directly startedonce the sample was transferred from the chamber to the specimen holder. In order to verify the reliability of this cryogenic chamber design, the ASTM A36 materials with known values of impact strength and percent of shear fracture were tested.The results of Charpy impact test of ASTM A36 materials at the temperature of 25, 0, and -100°C showed that the impact strengths were 2.2469, 0.9579, and 0.3506 Joule/mm2. We also found that the percent of shear fracture decreased from 61% at 0°C to 5% at -100°C. The presence of percent of shear fracture at -100°C might be attributed to the unique Mn:Cand Mn:Sratios of this ASTM A36 material. The Mn:C ratio of 6.5:1 and Mn:S one of 78:1 made the formation of MnS during the test almost unlikely. It is well known that Mn and S are two elements that play an important role in the toughness of a material. Keywords : Sub-zero, Cryogenic Chamber, Charpy Impact Test (VCN).
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T35752
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Naufal Adiyanto
"ABSTRAK
Bijih nikel laterit merupakan hasil tambang yang berperan penting dalam menghasilkan nikel di dunia. Bijih nikel laterit ini secara garis besar terbagi atas dua jenis bijih, yaitu bijih saprolit dengan kadar nikel yang tinggi dan bijih limonit dengan kadar nikel yang rendah. Bijih saprolit memiliki kadar nikel sebesar 1.5 ? 3.0 % dan bijih limonit sebesar 1.0 ? 1.5 %. Karena Indonesia memiliki tambang bijih laterit yang besar, diperlukan suatu pengujian dengan metode yang efisien agar dapat mengolah bijih laterit jenis saprolit menjadi lebih berharga.
Pada penelitian ini reduksi pemanggangan dilakukan pada bijih laterit dengan jenis nikel saprolit. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari lama waktu prosespemanggangan untuk mendapatkan kadar nikel yang optimal. Penelitian ini dilakukan pada variasi waktu panggang yang berbeda yaitu 2 jam, 3 jam, 4 jam, dan 5 jam. Pada ke empat variasi waktu pemanggangan tersebut didapat bahwa waktu pemanggangan 3 jam merupakan waktu yang paling tepat untuk mendapatkan peningkatan nikel yang optimal. Pada waktu 3 jam tersebut kadar nikel yang diperoleh adalah 8.85%. naik cukup signifikan dari bijih saprolit awal yang kadar nikelnya yaitu 2.49%.
Penelitian ini menunjukan bahwa dalam proses reduksi pemanggangan dengan waktu yang sesuai dapat meningkatkan kadar nikel dalam bijih saprolit secara optimal, pengujian yang digunakan pada penelitian inimenggunakan X ? Ray Diffraction (XRD) dan X ? Ray Flouresence (XRF) untuk mengetahui kandungan senyawa dan unsur dari bijih saprolit tersebut.

ABSTRACT
Lateritic nickel ore is a mineral resources that have an important role in world nickel production. Laterite ore is broadly divided into two types of ore, saprolite ore with high nickel content and limonite ore with low nickel content. Saprolite ores have a nickel content of 1.5 - 3.0% and limonite ore of 1.0 - 1.5%. Because Indonesia has a huge laterite ore mine, required a test with an efficient method in order to process laterite ore types become more valuable saprolite.
br>
In this research, the reduction roasting is done in the laterite ore with nickel saprolite types. This study was conducted to determine the effect of long time roasting process to obtain optimal levels of nickel. This research was carried out at a different time variation of roasting time from 2 hours, 3 hours, 4 hours and 5 hours. From the variation of the roasting time that is obtained that the 3 hours of roasting time is the most appropriate time to obtain optimal improvement of nickel. At 3 hours the nickel concentration obtained is 8.85%. increasesignificantly from the beginning of raw saprolite ore that is 2:49% nickel content.
This study shows that the reduction process of roasting at the appropriate time can increase the levels of nickel contained in saprolite ores optimally, the tests used in this study is using X - Ray Diffraction (XRD) and X - Ray Flouresence (XRF) to determine the content of compounds and elements from the saprolite ore.
"
2016
S63388
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maulita Nabilla Putri
"Geopolimer merupakan material alternatif yang menarik untuk semen Portland dalam konstruksi modern dengan beberapa keunggulan seperti mengurangi jejak karbon, meningkatkan ketahanan terhadap api, dan bahkan memungkinkan penggunaan limbah industri sebagai prekursor yang dapat mendukung sustainability. Pada dasarnya, sifat mekanis dari geopolimer dapat ditingkatkan dengan mengatur komposisi bahan bakunya menyesuaikan kebutuhan aplikasinya. Dalam studi literatur ini, dilakukan peninjauan terhadap lima literatur utama yang masuk ke kriteria inklusi pemilihan literatur berupa penggunaan prekursor Fly Ash Kelas C, alkali aktivator berupa Natrium Hidroksida (NaOH) dan Natrium Silikat (Na2SiO3) serta diberikannya perlakuan curing berupa suhu ruang dan waktu yang beragam, serta digunakannya bahan baku tambahan yang beragam. Studi literatur ini berfokus kepada sifat mekanis berupa nilai kuat tekan sehingga pengujian yang dilakukan pada setiap literatur yang terpilih dijelaskan data spesifik tentang nilai kuat tekan. Titik optimal dengan nilai kuat tekan geopolimer paling baik berada pada NaOH dengan Molaritas sebesar 8M sebesar 34.04 MPa dengan curing time selama 7 hari. Pada variasi Alkali Aktivator, penggunaan NaOH dan Na2SiO3 bersamaan sebagai alkali aktivator menghasilkan nilai kuat tekan yang lebih baik dibandingkan hanya NaOH saja. Variasi komposisi menunjukkan hasil bahwa PPF membantu geopolimer untuk mendapatkan nilai kuat tekan yang baik dengan kadar paling optimal pada 0,25%. Kemudian pada penambahan Bottom Ash dibutuhkan kadar yang optimal untuk mendapatkan nilai kuat tekan yang baik dalam penambahan BA karena beresiko meningkatkan porositas mortar geopolimer, yang mengurangi kerapatan dan nilai kuat tekan. Serta penambahan fine sand pasir dolomit dibandingkan dengan pencampuran dolomite mixture memberikan hasil nilai kuat tekan yang lebih baik karena didapatkan produk utama berupa X-Ray Amorphous Sodium yang mengandung Aluminosilicate Hydrogel atau bisa disebut sebagai N-A-S-H yang dapat mengikat partikel-partikel di dalam matriks sehingga meningkatkan kekuatan tekan.

Geopolymer is an alternative material to Portland cement in modern construction with several advantages such as reducing the carbon footprint, increasing fire resistance, and even enabling the use of industrial waste as precursor that can support sustainability. Basically, the mechanical properties of geopolymers can be improved by adjusting the composition of the raw material to suit the application needs. In this literature study, a review of five main pieces of literature was carried out which were included in the inclusion criteria for literature selection in the form of the use of Class C Fly Ash precursors, Sodium Hydroxide (NaOH) and Sodium Silicate (Na2SiO3) as alkali activator, as well as providing curing treatment in the form of room temperature and various time, as well as the use of various additional raw materials. This literature study focuses on mechanical properties in the form of compressive strength values ​​so that the tests carried out in each selected literature explain specific data regarding compressive strength. The optimal point with the best geopolymer compressive strength is NaOH with a molarity of 8M of 34.04 MPa with a curing time of 7 days. In the Alkali Activator variation, the use of NaOH and Na2SiO3 together as alkali activator produces better compressive strength values ​​than NaOH alone. The variation in composition shows that Polypropylene Fibers helps geopolymer to obtain good compressive strength values ​​with the most optimal content at 0.25%. Then, when adding Bottom Ash, optimal levels are needed to get good compressive strength ​​when adding BA because it risks increasing the porosity of the geopolymer mortar, which reduces the density and compressive strength. The addition of fine dolomite sand compared to mixing dolomite mixture gives better compressive strength results because the main product of dolomite mixture is X-Ray Amorphous Sodium which contains Aluminosilicate Hydrogel or can be called N-A-S-H which can bind the particles in the matrix thereby increasing the strength.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pebrida Nessya Arlis
"Semen Portland telah diteliti mampu digantikan oleh abu terbang kelas F yang memiliki kandungan tinggi aluminium dan silika, sebagai bahan dasar pada beton. Rendahnya kandungan kalsium mampu meningkatkan ketahanan beton terhadap lingkungan asam. Semakin banyak kation penyeimbang muatan anion yang terbebaskan, akan meningkatkan kompleksitas geopolimerisasi. Pada studi ini diteliti bahwa penggunaan NaOH memiliki nilai kuat tekan fleksural yang lebih tinggi, dibandingkan dengan KOH yang dicampurkan dengan aktivator natrium silikat karena ukuran molekul kalium lebih besar dari natirum. Nilai kuat tekan fleksural mampu dioptimasi sebanyak 95.79%, dari 12.2987 MPa hingga 24,0796 MPa, pada penggunaan NaOH 12M dan curing 900C. Peningkatan konsentrasi alkali akan mengakibatkan peningkatan alkalinitas seiring banyaknya OH- dan kation alkali, yang akan menyeimbangi muatannya melalui pemutusan pasangan anion. Baik kandungan H2O bebas maupun terperangkap, akan menguap membentuk pori ketika curing pada titik didihnya, yang mengakibatkan penurunan kekuatan.

Portland cement was observedly able to be replaced with F-class fly ash containing high aluminium and silica, as a raw material for concrete, since its manufacturing produces emission gas of CO2. The low calcium containing of fly ash can be increasing the high acidic environment resistance. The more charge balancing cation released as the fly ash mineral dissolution, the more complex its geopolymerization mechanism. In this study, was shown that NaOH gave higher flexural strength than KOH mixed with sodium silicate activator since sodium has a smaller molecule size than potassium does. Formulation of NaOH 12M using and 900C Curing, The flexural strength point optimizedly increase 95.79% reaching out 24,0796 MPa from 12,2987 MPa. The increasing of alkali concentration gives too high alkalinity representatively present excess OH- and its alkali cation, balancing their charge through anion pairing detachment. It?s either free H2O or trapped H2O could be evaporating leaving pores over its boiling point temperature in curing, and consequently gives strength decreasing."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42651
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rajagukguk, Christian Benedikt
"Geopolimer menjadi topik penelitian yang banyak dipelajari saat ini untuk sebagai bahan baku dalam kontruksi dan infrastruktur kerena lebih ramah lingkungan dibanding semen portland. Abu terbang kelas F yang didapat dari PLTU Paiton dimanfaatkan sebagai prekursor. Sintesis mortar dilakukan dengan teknik aktivasi alkali menggunakan larutan NaOH dan sodium silikat sebagai aktivator. Bahan pengisi serbuk TiO2 ditambahkan dengan variasi 2,5%, 5,0%, hingga 10,0% yang dihitung berdasarkan berat prekursor. Pembuatan mortar dilakukan dengan mencampurkan prekursor dan pengisi TiO2 dengan larutan aktivator. Pasta yang diperoleh kemudian di cetak menggunakan cetakan berbentuk kubus dengan ukuran sisi 5 cm. Pasta akan dibiarkan mengeras selama 24 jam, lalu akan dirawat pada oven selama 24 jam pada temperature 60 oC. Setelah itu, mortar akan di rawat selama 7 hari pada temperatur ruang. Mortar akan diuji kekuatan tekannya dan dikarakterisasi menggunaan SEM-EDS. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa penambahan TiO2 pada geopolimer berpengaruh pada waktu ikat dan kekuatan tekan mortar. Waktu ikat pasta mengalami peningkatan seiring dengan penambahan TiO2. Penambahan TiO2 juga berpengaruh pada kuat tekan geopolimer, dimana penambahan pengisi TiO2 dapat menurunkan kuat tekan. Penambahan serbuk TiO2 sebanyak 2,5%. 5,0%, dan 10,0% dapat menurunkan kuat tekan sebesar 28,3%, 44,8%, dan 0,6%.

Geopolymer is a research topic that is currently being studied a lot as a raw material in construction and infrastructure because it is more environmentally friendly than Portland cement. Class F fly ash obtained from PLTU Paiton is used as a precursor. Mortar synthesis was carried out using an alkali activation technique using NaOH and sodium silicate solutions as activators. TiO2 powder filler is added with variations of 2,5%, 5,0%, and 10.0% which is calculated based on the weight of the precursor. Mortar is made by mixing TiO2 precursor and filler with activator solution. The paste obtained is then molded using a cube-shaped mold with sides measuring 5 cm. The paste will be pre-cured for 24 hours, then it will be cured in the oven for 24 hours at a temperature of 60 oC. After that, the mortar will be cured for 7 days at room temperature. The mortar will be tested for compressive strength and characterized using SEM-EDS. The data obtained shows that the addition of TiO2 to geopolymer has an effect on the setting time and compressive strength of the mortar, where paste setting time increased with the addition of TiO2. The addition of TiO2 also affects the compressive strength of the geopolymer, where the addition of TiO2 filler can reduce the compressive strength. Addition of 2,5%, 5.0%, and 10.0% TiO2 powder on geopolymer can reduce compressive strength by 28,3%, 44,8% and 0,6%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abiputra Prayogi
"ABSTRAK

Tujuan dari karya ilmiah ini adalah untuk mempelajari dan menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi kegagalan dini pada core pin yang digunakan untuk membuat silinder blok. Core pin mengalami kegagalan sebelum memenuhi waktu pakai yang dihitung oleh para teknisi dan ada beberapa factor yang mempengaruhi hal tersebut. Dari beberapa faktor yang bisa mempengaruhi waktu kegagalan tersebut, penulis akan menganalisa dan mencari tahu penyebab utama yang menyebabkan kegagalan pada core pin. Tes yang akan dilaksanakan meliputi pengamatan mikrostruktur, analisa komposisi kimia pada molten metal dan juga core pin itu sendiri apakah telah memenuhi standar yang telah ditentukan, dan juga uji kekerasan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa dan menemukan penyebab kegagalan dini yang terjadi pada core pin. Penelitian ini mengindikasikan bahwa factor utama yang mempengaruhi kegagalan dini pada core pin adalah desain core pin yang tidak dalam bentuk yang optimal. Kata Kunci: Analisa kegagalan, core pin, molten metal, metallography, sifat mekanikal


ABSTRACT

The purposes of this research are to study and analyse the factor that affecting the premature failure that happen in the core pin used to make a cylinder block. The core pin was failed before the time prediction from the engineer and there are several factor that affecting the failure. From the several factors that can affect the failure time, the author would like to analyse and find out the main factor which causing the failure. The test conduct including microstructure observation, chemical composition test of the molten metal that have contact with the core pin and also the core pin itself whether the composition is already match with the standard, and hardness test. This research aims to analyse and figure out the causes of the premature failure happen in the core pin. The research suggest that the main factors that contributed to the premature failure of the core pin is the design which is not in the optimum shape. Keyword: Failure Analysis, core pin, molten metal, metallography, mechanical properties

"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S55400
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>