Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 29 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Melinda Sarasswati
"Kriteria pemimpin ideal dalam budaya Jawa dikenal dalam Astha Brata yang berasal dari pemikiran budaya Jawa. Ajaran Astha Brata dalam Pakem Makutharama sebagai data penelitian merupakan representasi budaya Jawa yang dituliskan melalui kata-kata yang bermakna. Makna dari ajaran Astha Brata tersebut dikomunikasikan di tengah masyarakat Jawa melalui unen-unen yang merupakan ungkapan yang menyatakan tindakan seperti yang dimaksudkan dari unen-unen tersebut. Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan untuk memaparkan konsep pemimpin Jawa dalam Astha Brata, khususnya watak kisma lsquo;tanah rsquo;, serta keterkaitannya dengan unen-unen.
Metode penelitian kualitatif dengan Teori Segitiga Semiotik oleh Ogden dan Richards serta Teori Metafora oleh Lakoff dan Johnson 1987 digunakan untuk pemaparan Astha Brata, serta Teori Semantik Pragmatik untuk unen-unen. Hipotesis penelitian menyatakan seorang pemimpin hendaknya memiliki sifat utama layaknya kisma yaitu murah hati, mampu mengarahkan masyarakatnya, dan tidak berbelas kasih kepada rakyat yang malas, serta mampu melakukan tiga belas tindakan kepemimpinan yang terperinci seperti yang dinyatakan dalam unen-unen.

The ideal criteria of a leader on Javanese culture known as Astha Brata, that is originally from those culture itself. Astha Brata concepts that written on Pakem Makutharama as a research subject is representation of Javanese culture that written by meaningful words. The meaning of those Astha Brata concepts are communicated among the Javanese society through unen unen which consicts of metaphor that reflect the action like the meaning of unen unen. The purpose of the research is to explain Javanese leadership concept in Astha Brata, exspecially kisma character, and the corelation with unen unen.
Qualitative research method Semiotic Triangle by Ogden and Ricards also Theory of Methaphor by Lakoff and Jahnson that are used to explain Astha Brata and Theory of Semantic Pragmatic for the unen unen. The research hypotesis shows that a leader should have character like kisma which is generous, have ability to direct the society, not give a pity to the society that indolent and have ability to implement thirteen leadership action that are elaborated on the unen unen.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
S67388
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meilia Afkarina Pitaningrum
"ABSTRAK
Skripsi ini merupakan penelitian terhadap naskah kuno yang berjudul Adilulah. Naskah Adilulah merupakan koleksi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia dengan kode naskah Br. 56. Naskah tersebut berbentuk prosa, berbahasa Jawa dengan aksara Pegon yang berisi ajaran seorang raja mengenai moral dan perilaku pada masa lampau. Tujuan penelitian ini adalah menyajikan hasil bacaan yang dapat dipahami oleh masyarakat. Penelitian ini menggunakan metode edisi naskah tunggal dengan penyuntingan edisi standar. Hasil penelitian ini adalah suntingan teks dan terjemahan teks Adilulah, serta menyajikan analisis aspek moral dan perilaku yang terdapat di dalam teks.

ABSTRACT
This thesis is a study of the ancient manuscript entitled Adilulah. Adilulah script is a collection of the National Library of Indonesia with the code script Br. 56. The text is in the form of prose, Javanese language with the Pegon script which contains the teachings of a king about moral and behavior in the past. The purpose of this study is to present the reading results that can be understood by the community. This study used a single edition method with a standard edition. The results of this study are edits of text and text translation Adilulah and presents an analysis of moral and behavioral aspects contained in the text. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Musleh Febri Ardiansyah
"Fonotaktik Bahasa Jawa Kuno (BJK) telah dijabarkan oleh Oglobin (1991), Mardiwarsito dan Kridalaksana (2012), serta Suarka (2018). Pada umumnya penelitian tersebut menjelaskan fonotaktik BJK berdasarkan jumlah pola fonotaktik yang ditemukan beserta dengan contoh kata yang mewakili setiap pola persukuan tersebut. Akan tetapi, ketiga penelitian tersebut belum menjelaskan mengenai jenis fonem tertentu yang berdistribusi pada pola persukuan yang ada pada BJK. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan distribusi fonem Jawa Kuno pada kata bersuku satu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Sumber data yang digunakan berupa kamus Jawa Kuno-Indonesia (Zoetmulder & Robson, 1995) dan kamus daring BJK http://sealang.net/ojed/. Penelitian ini menggunakan klasifikasi pola persukuan BJK oleh Suarka (2018); terdapat 11 pola fonotaktik pada BJK. Pengumpulan data dilakukan dengan mencari dan mencatat kata yang memuat ke-11 pola persukuan BJK pada kamus Jawa Kuno-Indonesia (Zoetmulder & Robson, 1995). Data dikelompokkan berdasarkan jenis fonem yang menempati pola persukuan yang ada. Penelitian ini menghasilkan jenis fonem yang cenderung berdistribusi menempati posisi pola persukuan pada kata bersuku satu. Distribusi fonem pada BJK memiliki ciri khas, yakni dua konsonan yang sama dapat berada dalam satu suku kata sekaligus.

The phonotactics of Old Javanese has been described by Oglobin (1991), Mardiwarsito and Kridalaksana (2012), and Suarka (2018). In general, these studies explain the phonotactics of Old Javanese based on the number of phonotactic patterns found along with examples of words that represent each of these tribal patterns. However, the three studies have not explained the specific types of phonemes that are distributed in the tribal patterns in Old Javanese. The purpose of this research is to describe the distribution of Old Javanese phonemes in monosyllabic words. This research uses a qualitative method. The data sources used are the Old Javanese-Indonesian dictionary (Zoetmulder & Robson, 1995) and the online dictionary of the Old Javanese language http://sealang.net/ojed/. This research uses the classification of Old Javanese tribal patterns by Suarka (2018); there are 11 phonotactic patterns in Old Javanese. Data collection was done by searching and recording words containing the 11 Old Javanese tribal patterns in the Old Javanese-Indonesian dictionary (Zoetmulder & Robson, 1995). The data were grouped based on the type of phonemes that occupy the existing tribal patterns. This research produces a type of phoneme that tends to be distributed to occupy the position of the tribal pattern in monosyllabic words."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya , 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Nita Loviana
"Penelitian ini membahas nilai welas asih dalam lagu Kidung Gaza “Palestina” ciptaan Pancal15 yang dinyanyikan oleh Sindy Purbawati. Lagu Kidung Gaza “Palestina” merupakan lagu berbahasa Jawa yang dirilis pada 21 Mei 2021. Penelitian terhadap lirik lagu Kidung Gaza “Palestina” dilakukan untuk mengkaji makna yang terkandung dalam lirik lagu dan menjelaskan nilai welas asih dalam lagu Kidung Gaza “Palestina”. Tulisan ini dapat membantu pembaca memahami pesan yang terkandung dalam lirik lagu Kidung Gaza “Palestina”. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana nilai welas asih yang digambarkan dalam lagu dan makna apa saja yang terkandung dalam lirik lagu Kidung Gaza “Palestina”. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan teori semiotika Roland Barthes (1915-1980) yang mengembangkan dua tingkatan pertanda, yaitu tingkat denotasi dan konotasi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa makna yang terkandung dalam tiap lirik lagu merupakan gambaran situasi yang terjadi di Gaza, Palestina dan nilai welas asih yang terdapat dalam lagu Kidung Gaza “Palestina” mengarah kepada doa dan harapan pengarang tehadap peristiwa yang terjadi di Gaza, Palestina. Kesimpulan berlandaskan hasil penelitian ini adalah lagu Kidung Gaza “Palestina” merupakan lagu yang menggambarkan situasi dan kondisi yang terjadi di Gaza, Palestina. Lagu ini juga merupakan bentuk dukungan dan harapan yang disampaikan pengarang terhadap warga Palestina agar masalah atau konflik yang terjadi segera berakhir. Nilai welas asih dari lagu ini diwujudkan dalam bentuk doa yang disampaikan pengarang kepada Tuhan sebagai entitas Ilahiah agar penderitaan rakyat Palestina segera berakhir dan mendapat kemerdekaan.

This study discusses the value of welas asih in the song Kidung Gaza “Palestina” by Pancal15 sung by Sindy Purbawati. Kidung Gaza "Palestina" is a Javanese song released on May 21, 2021. Research on the lyrics of Kidung Gaza "Palestina" was conducted to examine the meaning contained in the lyrics of the song and explain the value of welas asih in the song Kidung Gaza "Palestina”. This paper can help readers understand the message contained in the lyrics of Kidung Gaza “Palestine”. The problem raised in this research is how the value of welas asih is described in the song and what meanings are contained in the lyrics of Kidung Gaza "Palestina". This study uses a qualitative descriptive method with the semiotic theory of Roland Barthes (1915-1980) which develops two levels of signs, namely the level of denotation and connotation. The results of this study indicate that the meaning contained in each song's lyrics is a description of the situation that occurs in Gaza, Palestine and the value of welas asih contained in the song Kidung Gaza "Palestina" leads to the author's prayers and hopes for the events that occurred in Gaza, Palestine. The conclusion based on the results of this study is that Kidung Gaza “Palestina” is a song that describes the situation and conditions that occur in Gaza, Palestine. This song is also a form of support and hope that the author conveys to the Palestinian people so that the problems or conflicts that occur will end soon. The welas asih value of this song is manifested in the form of a prayer that the author conveys to God as a divine entity so that the suffering of the Palestinian people will end soon and gain independence."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Shintania Rahmadhika
"Tulisan ini membahas tentang karmaphala yang terkandung dalam lakon Semar Lahir. Lakon Semar Lahir yang dibawakan oleh Ki Dalang Bima Setya Aji memiliki konsep ajaran karmaphala sebagai salah satu hasil pemikiran Jawa yang menjadi dasar dalam bertingkah laku pada kehidupan sehari-hari. Penelitian dilakukan dengan metode deskriptif kualitatif. Penelitian terhadap lakon ini bertujuan untuk menguraikan konsep karmaphala melalui citra, magisitas, mitos, dan simbol dari tokoh Semar. Saratnya nilai filosofis yang interpretatif menjadi pertimbangan dan salah satu masalah dalam melakukan penelitian ini. Uraian terhadap konsep karmaphala menjadi tujuan penelitian. Metode deskriptif kualitatif digunakan dalam memudahkan pengumpulan data dan mendeskripsikan tulisan dengan jelas serta terstruktur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tokoh Semar memiliki citra dan simbol bagi konsep karmaphala dan dapat dinyatakan bahwa lakon ini sangat berpengaruh pada budaya hidup orang Jawa, yang selalu berhati-hati dalam bertindak dan bertingkah supaya selalu aman dan selaras dalam menjalani hidup. Dengan demikian bisa mewujudkan karmaphala yang sesuai dengan apa yang telah dilakukan semasa hidup.

This paper discusses the karmaphala contained in the play Semar Born. The play Semar Born by Bima Setya Aji has the concept of karmaphala teachings as one of the result of Javanese thought which becomes a base in behaving in life. The research was conducted using a qualitative descriptive method. The research on this play to describe the concept of karmaphala through images, magistracy, myths, and symbols of the Semar character. The abundance of interpretive philosophical values is a consideration and one of the problems in conducting this research. The proof of the concept of karmaphala is the aim of the study. Qualitative descriptive method was used to facilitate data collection and to describe wriring, clearly, and structured. The results showed that Semar’s charachter has images and symbols for the concept of karmaphala and it can be stated that this play is very influential on Javanese culture. Who are always carefull in acting so that they are always safe and harmony in living the life."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fiqi Khoiriyan Wanhar
"Dalam kehidupan sehari-hari manusia terlibat dalam interaksi dan komunikasi secara verbal. Dalam hal ini tentunya Bahasa mempunyai kaitan yang erat dengan proses komunikasi karena tidak ada satupun peristiwa komunikasi yang tidak melibatkan bahasa. Film merupakan cerita penggambaran kehidupan sehari-hari yang menyajikan konflik kehidupan tertentu. Dialog dalam film merupakan sarana verbal utama yang digunakan untuk mengungkapkan pesan melalui film salah satunya mengenai ungkapan tuduhan. Tujuan penelitian ini adalah menjabarkan strategi tindak ilokusi tuduhan yang dilakukan tokoh Bu Tedjo pada dialog film pendek Tilik karya Ravacana Film. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif untuk menganalisis penggunaan bahasa dalam tuturan dialog. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tindak ilokusi menuduh disampaikan dengan menggunakan kategori tindak tutur expressive accusing yang disertai dengan tindak tutur assertive stating sebagai wujud dari upaya meyakinkan tuturan tuduhan. Tuturan tuduhan tokoh Bu Tedjo disampaikan dalam dua bentuk tuturan, yakni tindak tutur langsung yang dengan mematuhi prinsip kerjasama Grice dan tindak tutur taklangsung yang tidak mematuhi prinsip kerjasama Grice. Penggunaan tindak tutur taklangsung yang produktif mencapai 62.5% dalam dialog menunjukkan ciri-ciri strategi tutur menuduh pada orang Jawa yang bergosip dalam film Tilik.

In everyday life, humans are involved in verbal interaction and communication. In this case, of course, language has a close relationship with the communication process because there is not a single communication event that does not involve language. Film is a story depicting everyday life that presents certain life conflicts. Dialogue in films is the main verbal means used to express messages through films, one of which is the expression of accusations. The purpose of this study is to describe the strategy of the illocutionary act of accusations carried out by the character of Bu Tedjo in the dialogue of the short film Tilik by Ravacana Film. This study uses a qualitative descriptive research method to analyze the use of language in dialogue. The results showed that the illocutionary act of accusing was conveyed by using the category of expressive accusing speech act accompanied by assertive stating as an effort to convince the accusation. The accusations made by Mrs. Tedjo are presented in two forms, namely direct speech acts that comply with Grice's cooperation principle and indirect speech acts that do not comply with Grice's cooperation principle. The productive use of indirect speech acts reached 62.5% in the dialogue, showing the characteristics of the accusing speech strategy of the gossiping Javanese in the film Tilik."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Neisya Kirana
"Kata sapaan ibu, simak, simbok, dan biyung dipakai untuk menyapa perempuan kelas bawah oleh masyarakat kelas bawah (Atmawati, 2020). Penggunaanya dapat dilihat untuk dipakai oleh pelosok pedesaan dengan taraf ekonomi yang rendah. Akan tetapi, ditemukan data yang menunjukkan adanya perbedaan dari pernyataan Atmawati (2020) karena ada penggunaan biyung oleh mitra tutur dengan taraf ekonomi atas dan peggunaan ibu oleh suami kepada istri. Faktor tersebut menjadi alasan utama dalam penelitian ini yaitu untuk menjelaskan bentuk kata sapaan ibu, simak, simbok, dan biyung dalam masyarakat Jawa serta menjelaskan penggunaan kata sapaan tersebut di rentang waktu yang berbeda. Sumber data dalam penelitian ini berasal dari novel dan cerita pendek yang diterbitkan pada tahun 1960-an hingga 2020-an. Penelitian ini menerapkan metode kualitatif, dan pengumpulan datanya memakai teknik simak catat. Penggunaan teori Ervin-Tripp (1986) terkait faktor penentu alternasi dan teori Sulistyowati (2008) untuk menjelaskan penggunaan kata sapaan ibu dalam bahasa Jawa. Hasil analisis menunjukkan pada penggunaannya ada faktor penentu non-kebahasaan dalam menambah penjelasan. Penggunaan kata sapaan ibu dan biyung terdapat perluasan konteks pada status sosial dan usia antara penutur dan mitra tutur.

The terms ibu, simak, simbok, and biyung are commonly employed as forms of address for women within the lower socio-economic classes in Javanese society (Atmawati, 2020). These terms are predominantly observed in rural areas characterized by lower economic levels. However, contrary to Atmawati's (2020) findings, data indicate that biyung is occasionally used by individuals of higher socio-economic status and the use of that ibu by the husband to the wife, suggesting variability in its use. This factor serves as the main reason for this study, which aims to explain the forms of the terms of address ibu, simak, simbok, and biyung in Javanese society, as well as their usage across different periods (1960s–2020s). The data for this research is sourced from novels and short stories published in different years. This study employs a qualitative method, with data collection carried out using the observation and note-taking technique. The use of Ervin-Tripp's theory (1986) related to the determinants of alternation and Sulistyowati's theory (2008) to explain the use of mother address in Javanese. The analysis results indicate that in its use there are non-language determinants in adding explanations. . The use of the greeting words mother and biyung there is an expansion of the context on social status and age between speakers and speech partners."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2025
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Alfiyatun Rokhmah
"Skripsi ini menyajikan suntingan teks Suluk Purwaduksina PW. 117 koleksi FSUI yang sekarang tersimpan di ruang koleksi naskah Perpustakaan Pusat Universitas Indonesia. Naskah ini bercerita tentang pengenalan ajaran agama Islam yang dituangkan dalam tanya jawab antara Rara Sujinah dengan Purwaduksina. Naskah ini termasuk dalam jenis naskah piwulang. Naskah berbentuk macapat yang ditulis dengan bahasa Jawa dan aksara Jawa Baru. Metode penelitian yang digunakan adalah metode filologi berdasarkan satu naskah dengan suntingan teks edisi kritis.

This thesis presents text editing of Suluk Purwaduksina collection of FSUI which registered in University of Indonesia's Central Library, and collection number is PW. 117. The manuscript tells about introduction of Islamic lesson described in dialogue between Rara Sujinah with Purwaduksina. Suluk Purwaduksina is piwulang text which is included as macapat's form and written in Javanese language. Method used in this research is philological studies based on one manuscript and completed by critical edition.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
S62731
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Umi Wahyu Lestari
"ABSTRAK
Permasalahan dalam penelitian ini, yaitu 1) bagaimana konstruksi kalimat verba pasif -in- dan ka-? 2) Apa persamaan dan perbedaan dari verba pasif -in- dan ka-? Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan konstruksi verba pasif -in- dan ka-. Data penelitian ini adalah verba pasif ?in- dan ka-. Adapun sumber data dari penelitian ini adalah Serat Ringgit Purwa I-X. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode segmentasi.
Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa 1) pola verba pasif ?in- dan ka- berdasarkan fungsi sintaksis adalah [S <=> V ± Pel] sedangkan berdasarkan urutan argumen adalah[P <=> V ± A]. 2) Persamaan verba pasif ?in- dan ka- dapat terlihat dari konstruksi kalimat berdasarkan fungsi sintaksis dan urutan argumen. 3) Perbedaan verba pasif ?in- dan ka-, berdasarkan fungsi sintaksis verba pasif ka- masih menyimpan ciri sintaksis bahasa Jawa Kuno sedangkan ?in- tidak. Berdasarkan urutan argumen terdapat pola P-V-P-A yang hanya ditemukan pada verba pasif ka- dan pola V-P-A yang hanya ditemukan pada verba pasif ?in-.
ABSTRAK
The problems that try to answer trough this research are, (1) how in the sentence construction of passive verbs ?in- and ka-? (2) What are the similarities and differences of passive verb ?in- and ka-? This research aims to describe the construction of passive verbs ?in- and ka-. This research used data from Serat Ringgit Purwa I-X. The method that is used in this research is segmentation method.
Based on analysis, this research found that 1) the pattern of passive verbs ?in- and ka- based on syntax function is [S <=> V ± Pel], whereas based on the order of arguments is [P <=>V ± A]. 2) The similarities of passive verbs ?in- and ka- can be shown by the sentence construction based on syntax function and the order of arguments. 3) The differentiation of passive verbs ?in- and ka-, based on syntax function, ka- still has the syntax characteristic of old Javanese, while ?in- does not. Based on the order of arguments there is P-V-P-A sentence construction that belongs only to passive verb ka- and V-P-A that belongs only to passive verb ?in-.;"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
S65341
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widya Kusumaningrum
"ABSTRAK
Penelitian berjudul ?Komponen Makna ?Panas‟ dalam Bahasa Jawa? ini bertujuan
untuk menemukan komponen makna umum, komponen makna pembeda, dan
hubungan komponen makna dengan kehidupan masyarakat Jawa. Data yang
digunakan diperoleh dari Majalah Panjebar Semangat tahun 2011-2015.
Penelitian ini menerapkan teori analisis komponen makna yang diutarakan oleh
Eugene A. Nida dalam Componential Analysis of Meaning (1975) dan teori fungsi
bahasa oleh Gobard (1976). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode deskriptif. Dalam penelitian ini ditemukan 20 kata bermakna ?panas‟
dalam bahasa Jawa. Berdasarkan analisis yang dilakukan, didapatkan 1 komponen
makna umum dan 50 komponen makna pembeda. Selain itu dalam hubungannya
dengan kehidupan masyarakat Jawa, kata bermakna ?panas‟ memiliki fungsi
vernakular (bahasa komunikasi sehari-hari) dan referensial kultural (acuan
budaya). Komponen makna dan fungsi kata bermakna ?panas‟ menunjukkan
bahwa orang Jawa: 1) Mendetil, 2) Kehidupannya dekat dengan alam, 3)
Mengutamakan hidup selaras dengan sesamanya.

ABSTRACT
The research aims to find common components, diagnostic components, and
shows relationship of components of meaning to the life of Javanese people. This
research used data from Panjebar Semangat Magazine in 2011-2015. The theory
that is used was written by Eugene A. Nida in Componential Analysis of Meaning
(1975) and by Gobard in L?alliénation Linguistique (1976). The method that is
used in this research is descriptive method. This research found 20 Javanese
words that have ?hot‟ meaning. Based on the analysis, there are one common
component which is ?hot‟ and 50 diagnostic components. Moreover, those 20
?hot‟ words have vernacular (daily communication) and cultural reference
functions. The components and their functions show that the Javanese people are:
1) detailed, 2) closed to nature, 3) prioritized their life in harmony with each
other."
2016
S65179
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>