Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Eka Satriani Sakti
"Kota Bekasi merupakan kota yang padat dan berbatasan dengan Ibukota DKI Jakarta. Pencemaran udara di Kota Bekasi mayoritas disebabkan oleh kegiatan transportasi. Konsentrasi zat pencemar udara yang cenderung mengalami peningkatan akan memberikan dampak negatif bagi kesehatan terutama bagi kesehatan saluran pernapasan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kualitas udara ambien (parameter NO2, SO2, dan TSP) dengan kejadian ISPA di Kota Bekasi tahun 2004-2011. Desain studi yang digunakan adalah studi ekologi time trend dengan sampel penelitian 6 Kecamatan. Data kualitas udara diperoleh dari Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup (BPLH) Kota Bekasi. Data kasus ISPA diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Bekasi.
Variabel yang berhubungan signifikan dengan kejadian ISPA berdasarkan hasil analisis korelasi dan regresi adalah TSP (p value = 0,029; r = - 0,226). Hasil uji regresi linear ganda menunjukkan bahwa variabel SO2, TSP, dan interaksi antara NO2 dengan SO2 mempengaruhi kejadian ISPA (p value = 0,004; r = 0,369). Persamaan garis regresi yang menjelaskan variabel-variabel yang mempengaruhi ISPA adalah jumlah kasus ISPA = 651,09 + 5,054 (konsentrasi SO2) ? 0,512 (konsentrasi TSP) ? 0,042 (NO2 * SO2).
Untuk mencegah peningkatan jumlah kasus ISPA dan peningkatan konsentrasi zat pencemar di udara sebaiknya dilakukan kerjasama lintas sektor oleh Pemerintah Kota Bekasi dalam hal uji emisi kendaraan bermotor, uji emisi cerobong asap industri, penambahan jumlah pepohonan di sepanjang jalan raya, penyelesaian masalah di titik-titik kemacetan, promosi bahan bakar gas, dan penyuluhan kesehatan.

Bekasi city is densely populated city and bordering the capital city DKI Jakarta. Air pollution in Bekasi city is caused by transportation activity. Increasing of air pollutant every year can cause negative effect to health especially respiratory health.
This study aims to determine the relationship between ambient air quality (parameter NO2, SO2, TSP) with ARI occurrence in Bekasi city in 2004-2011. The study design used is time trend ecological study with 6 subdistrict as sample. Air quality data is obtained from Environmental Management Agency of Bekasi city. ARI cases data is obtained from Departement of Health of Bekasi city.
Based on correlation and regression analysis, TSP has a significant correlation with ARI occurrence (p value = 0,029; r = - 0,226). The result of multiple linear regression test show that SO2, TSP, and interaction between NO2 with SO2 affect ARI occurrence (p value = 0,004; r = 0,369). The equation of multiple linear regression which describe the variables that affect ARI is ARI cases = 651,09 + 5,054 (SO2 concentration) ? 0,512 (TSP concentration) ? 0,042 (NO2 * SO2).
To prevent the increasing of ARI cases and increasing of pollutant concentration, the government of Bekasi city should make cross-sectors corporation to do vehicle emission test, industry emission test, adding the amount of trees along the road, problem solving in traffic jam area, fuel gas promotion, and health promotion.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Kresna Lintang Pratidina
"Gangguan mental emosional, atau yang biasa disebut dengan distres psikologik, merupakan salah satu penyebab disabilitas pada negara ekonomi menengah ke bawah. Gangguan neuropsikiatri ini merupakan penyumbang sepertiga disabilitas yang dinilai dengan disability adjusted life years (DALYs). Banyak faktor yang memengaruhi gangguan mental ini. Selain karakteristik responden seperti umur dan jenis kelamin, banyak penelitian yang menemukan bahwa keberadaan ruang terbuka hijau (RTH) menjadi salah satu faktor yang menentukan kondisi kesehatan mental seseorang.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan gangguan mental emosional ditinjau dari keberadaan RTH dan karakteristik responden. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara untuk mendapatkan data mengenai status mental, umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan status pekerjaan responden, data sekunder dari Bappeda, BPLH, dan Dinas Tata Kota Bekasi untuk mengetahui jumlah RTH di wilayah penelitian.
Hasil analisis menunjukkan bahwa sebanyak 23,3% responden di Kecamatan Jatiasih mengalami gangguan mental emosional. Faktor risiko tertinggi yang berhubungan signifikan dengan gangguan mental emosional pada responden yaitu tingkat pendidikan (OR = 4,206) dan status pekerjaan (OR = 2,306). Tidak ada hubungan yang signifikan antara RTH dan gangguan mental emosional.

Emotional mental disorders, or commonly referred to as psychological distress, are one cause of disabilities in the lower middle economies. Neuropsychiatric disorders is a third contributor to disability as measured by disability adjusted life years (DALYs). Many factors affect the mental disorder, such as depression and anxiety. In addition to respondent characteristics, e.g. age and gender, many studies found that the presence of green open space to be one of the factors that determine a person's mental health condition.
This study aims to determine the factors associated with emotional mental disorders in terms of the presence of green spaces and respondent characteristics. The study design for this reaseach was cross sectional. Data collected by interviews to obtain data regarding mental status, age, gender, education level, and employment status of the respondents, secondary data from Bappeda, BPLH, and Dinas Tata Kota Bekasi to determine the amount of green spaces in the study area.
The analysis showed that 23.3% of respondents in the Kecamatan Jatiasih suffered mental emotional disorder. The highest risk factors significantly associated to educational level (OR = 4,206) and employment status (OR = 2,306). There is no significant relationship between green space and mental emotional disorders.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S54946
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Istiqamah
"Peningkatan jumlah kendaraan di Kota Bekasi, menyebabkan pencemaran PM10. Hal ini diikuti dengan peningkatan jumlah penduduk yang berdampak pada alih fungsi lahan seperti Ruang Terbuka Hijau (RTH). Jumlah RTH Kota Bekasi tahun 2012 sekitar 10,95%.. Keberadaan RTH dapat menurunkan PM10 di udara melalui fungsi daun yang dapat menyerap dan mengendapkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh RTH terhadap konsentrasi PM10 dan risikonya terhadap kesehatan. Metode yang digunakan yaitu analisis risiko kesehatan lingkungan, mengestimasi risiko kesehatan non karsinogenik pajanan PM10. Dipilih dua lokasi jalan raya yang berbeda berdasarkan cakupan ruang terbuka hijau tertinggi (Jati Kramat, Kecamatan Jati Asih) dan terendah (Kaliabang, Kecamatan Medan Satria). Sampel lingkungan dan populasi diambil sebanyak 3 titik di Jalan Raya Jati Kramat dan 3 titik di Jalan Raya Kaliabang. Setiap titik diukur pada jarak 1 dan 100 meter dari jalan raya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi PM10 di Jati Kramat lebih rendah dan di bawah baku mutu, penurunan PM10 di Jalan Raya Jati Kramat lebih besar dibandingkan Jalan Raya Kaliabang. Risiko kesehatan non-karsinogenik daerah Jati Kramat baik real time maupun life span lebih besar, hal ini dikarenakan lebih besarnya nilai asupan pajanan. Manajeman risiko yang dipilih adalah dengan menambah ruang terbuka hijau untuk menurunkan konsentrasi PM10.

Increasing vehicle in Bekasi caused PM10 pollution. In addition, increasing of population can impact the land function like green space. Percentage of green space in 2012 about 10,95%. The existence green space can reduce PM10 because leaf will absorbs and precipitates. This study aims to determine the effect of green space to the concentrastion of PM10 and health risk of population. Method study uses enviromental health risk analysis for estimating health risk non-carcinogenic of PM10 exposure. Choosed the different location based on percentage of green space highest (Jati Kramat, Jati Asih) and lowest (Kaliabang, Medan Satria). The environment and population sample was selected 3 points on Jati Kramat Highway and 3 points on Kaliabang Highway. All points was observed at 1 meter and 100 meters from street. The Result refers that concentration PM10 on Jati Kramat is lower and still under standart, in additional PM10 decrease on Jati Kramat more significant (p-value 0,007) than Kaliabang (P-value 0,024). Health risk non-carcinogenic on Jati Kramat in real time or life span is higher, it caused the value exposure intake is high. Risk management was choosed is reduce the exposure PM10 by adding green space on this location."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55333
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library