Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Pattiasina, Chusnul Chotimah
Abstrak :
PENDAHULUAN


Penelitian atau studi Tentang Impaksi Mahasiswa Fakultes Kedokteran Gigi Universitas Indonesia Tahun 1985 telah mengambil mahasiswa sebagai subyek penelitian sebanyak 100 orang dari populasi sebanyak 500 orang. Sampel diambil secara random baik laki-laki maupun perempuan dengan proporsi seimbang dengan jumlah populasi. Objek pengamatan hanya dibatasi pada molar tiga bawah, di periksa secara intra oral dan pengamatan rontgent foto.

Tujuan penelitian adalah untuk melihat gambaran seberapa jauh penyebaran impaksi pada mahasiswa FKGUI dan melihat karakteristik molar tiga bawah impaksi menurut gambaran kelas, posisi, hubungan sumbu dan simetris kiri dan kanan.

Hasil yang diperoleh menunjukkan berapa luasnya impaksi yang terjadi pada subyek penelitian, yaitu mencapai setengah dari jumlah sampel yang diambil. Karakteristik impaksi pada mahasiswa FKGUI memperlihatkan gambaran adanya ketidakseimbangan pertumbuhan antara rahang kiri dan kanan pada mahasiswa perempuan sehingga impaksi yang terjadi lebih berat pada rahang sebelah kanan. Namun dalam penelitian pendahuluan ini belum dilakukan penelitian sebab-sebab mengapa terjadi ketidakseimbangan pertumbuhan molar tiga bawah tersebut.

Gigi molar tiga bawah baik kiri maupun kanan adalah gigi yang paling sering mengalami kesulitan erupsi yang memungkinkan terjadinya komplikasi seperti infeksi, rasa sakit atau fraktur rahang.

Gigi molartiga bawah yang erupsi sebagian, akan membentuk ruangan antara jaringan lunak dan mahkota gigi. Ruangan ini akan menyebabkan retensi sisa-sisa makanan yang sulit dibersihkan, dan merupakan .tempat yang baik bagi berkembang biaknya kuman-kuman karena suasananya yang lembab dan gelap. Bila terkena trauma, sekalipun kecil seperti pada waktu menyikat gigi, dapat menimbulkan infeksi. infeksi ini dapat berupa pericoronitis, bila keadaannya melanjut dapat menjadi osteomyelitis

Rasa sakit yang terjadi akibat gigi molar tiga yang tidak erupsi dapat menjalar sampai teling. Sedangkan fraktur rahang dapat terjadi karena gigi yang impaksi itu menempati sebagian besar tulang rahang. Pada kenyataannya, impaksi molar tiga bawah ini menyebabkan keluhan-keluhan subyektif pada penderita terutama rasa sakit yang ditimbulkan. Pada pengamatan kllnis penderita yang datang baik di poliklinik FKGUI maupun RSCM, diperoleh gambaran bahwa adanya berbagai macam impaksi baik posisi, klasifikasi, hubungan sumbu panjang molar tiga bawah dengan molar dua bawah serta keadaan simetrisitasnya.

1985
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Sudjojono
Abstrak :
ABSTRAK
Kasus kista radikular cukup banyak yang ditangani di Poliklinik Bedah Mulut RSCM. Namun masih diperlukan data tentang frekuensi distribusi jenis kelamin, umur, keluhan, riwayat penyakit, deformitas muka yang diakibatkan, elemen dan keadaan gigi yang berperan dengan terjadinya kista radikular itu sendiri, lokasinya di rahang, dan terapi yang dilakukan.

Dalam penelitian dari 37 kasus kista radikular ini terungkap bahwa jumlah penderita laki-laki dan wanita relatif sama, dan umur terbanyak pada dekade tiga atau sekitar umur 20-29 tahun. Deformitas muka terbanyak juga pada dekade tiga. Keluhan terbanyak adalah adanya pembengkakan di dalam mulut. Riwayat penyakit terbanyak adalah terdapatnya pembengkakan yang makin lama semakin besar. Di sini juga ditemukan adanya kista residual. Lokasi di rahang terbanyak pada regio mandibula posterior dan maksila anterior. Dan elemen gigi yang paling banyak berperan dengan terjadinya kista radikular adalah gigi molar satu dan incisive satu, dengan keadaan karies mencapai pulpa dan gigi-gigi radik. Terapi yang disukai operator umumnya adalah enukleasi dengan tidak menutup kemungkinan mempertahankan elemen gigi-gigi yang berperan dengan terjadinya kista radikular.
1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laila Ruslita
Abstrak :
Adanya korelasi yang erat antara kista folikuler (kista dentigerous) dengan ameloblastoma telah diamati oleh para ahli, walaupun terdapat perbedaan yang cukup besar baik sifat maupun perawatan dari kedua kasus tersebut. Dalam hal ini ameloblastoma dimungkinkan terlihat dalam dinding kista dentigerous yang terlebih dulu ada, sebagai bagian dari kemungkinan proses terbentuknya ameloblastoma. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran seberapa besar kemungkinan kista dentigerous berdegenerasi menjadi ameloblastoma yang ditinjau berdasarkan pemeriksaan klinis dan histopatologis, serta dipelajari kecenderungan-kecenderungannya. Sasaran penelitian adalah semua penderita kista dentigerous dan ameloblastoma pada poli bedah mulut RSCM & RSU Tangerang, yang diambil dari catatan medik penderita dari Januari '90 - Desember '91. Dengan demikian diharapkan hasil yang bermanfaat berguna sebagai informasi bila mungkin untuk deteksi dini pada kasus-kasus yang diduga ameloblastoma berasal dari kista dentigerous, sehingga perawatan seoptimal mungkin disertai tindak lanjut pasca bedah dapat dilakukan. Hasil penelitian meliputi dari 46 kasus yang diteliti- diperoleh (17%) kasus ameloblastoma yang berdegenerasi dari kista dentigerous yang seluruhnya terdapat pada pria (100%) dengan rata-rata pada umur dewasa muda (27 tahun). Lokasi terbanyak pada rahang bawah (75%) dengan lesi ukuran 9.1-10 cm (50%). Kekambuhan sebesar 25% dengan waktu kekambuhan kurang dari 1 tahun.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R. M. Zukarnain A. Moertolo
Abstrak :
ABSTRAK
Latar belakang masalah, berdasarkan pengalaman klinis, penyakit-penyakit dan kelainan yang mengenai jaringan lunak di dalam rongga mulut cukup banyak dijumpai. Akan tetapi penelitian-penelitian di bidang tersebut masih sedikit. Saya merasa tertarik untuk mengadakan penelitian tentang adanya penyakit atau kelainan yang mengenai jaringan lunak di dalam rongga mulut; sedangkan penelitian yang diakukan juga masih terbatas.

Topik penelitian yang saya pilih disini adalah "Epulis Fibromatosa", karena pada dasarnya masyarakat masih awam tentang kelainan ini sehingga sering datang dengan keluhan yang berkesan suatu "cancer phobi".

Data yang tepat dari prevalensi, Epulis Fibromatosa di Indonesia belum ada. Pada penelitian ini saya ingin memberi gambaran tentang Epulis Fibromatosa pada pasien yang datang berobat ke Sub Unit Bedah Mulut R. S. Cipto Mangurikusumo Jakarta, perbedaan jumlah kasus pada pasien laki-laki dan perempuan,distribusinya berdasarkan lokasi kelainan tersebut didalam rongga mulut Berta jumlah kasus berdasarkan umur pasien.

Masalah.
Bagaimana gambaran penyebaran kasus Epulis Fibromatosa di R.S.Cipto Mangunkusumo Jakarta selama periode tahun 1980-1985 ?

Sub Masalah.
Berapa prosentasi kasus Epulis Fibromatosa pada pasien yang datang berobat ke Sub Unit Bedah Mulut R.S.Cipto-Mangunkusumo Jakarta?
Bagaimana distribusi Epulis Fibromatosa pada pasien laki-laki dan perempuan ?
Bagaimana distribusi Epulis Fibromatosa berdasarkan lokasinya didalam rongga mulut ?
Bagaimana distribusinya Epulis Fibromatosa berdasarkan umur pasien ?

Tujuan Penelitian.
Tujuan Umum, untuk mengetahui distribusi kasus Epulis Fibromatosa pada pasien yang datang berobat ke Sub Unit Bedah Mulut R.S. Cipto Mangunkusumo Jakarta.
Tujuan Khusus, Untuk mendapatkan gambaran penyebaran tentang kasus Epulis Fibromatosa pada pasien yang datang berobat ke Sub Unit Bedah Mulut R.S.Cipto Mangunkusumo Jakarta,perbedaan prosentasi pada pasien laki-laki dan perempuan,distribusinya berdasarkan lokasi epulis di dalam rongga mulut serta distribusinya-berdasarkan umur pasien.

Kegunaan hasil penelitian.
Penelitian ini nerupakan penelitian awal dari suatu kelainan jaringan lunak mulut yaitu Epulis Fibromatosa. Dengan melakukan penelitian ini diharapkan diperoleh gambaran tentang prosentasinya, distribusi menurut jenis kelamin, distribusi menurut lokasinya di dalam rongga mulut serta distribusinya menurut umur pasien.
Untuk melakukan penelitian kasus ini pada seluruh masyarakat di Indonesia memerlukan banyak waktu dan cara yang lebih sempurna lagi. Hasil penelitian ini selanjutnya dapat di manfaatkan untuk bahan penyuluhan kepada masyarakat serta tindak lanjut perawatan bagi pasien.

1986
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pradono
Abstrak :
ABSTRAK
Sampai saat ini perawatan tumor ameloblastoma masih mengundang perbedaan pendapat. Sebagian cenderung menggunakan pendekatan yang konservatif, sedang sebagian lagi cenderung lebih radikal. Penelitian ini mencoba melihat gambaran perluasan tumor ameloblastoma pada mandibula yang terlihat pada ro foto panoramik dan tindakan yang dilakukan pada kelainan tersebut. Kasus yang menjadi obyek penelitian ialah 33 kasus penderita tumor ameloblastoma dari Pali Bedah Mulut RSCM selama kurun waktu Januari 1992 - September 1995. Dari hasil penelitian tampak bahwa sebagian besar penderita berada pada usia dekade III dan IV, meskipun terdapat prosentase yang cukup besar pada dekade II. Sebagian besar penderita datang sudah pada tahap yang lanjut, dengan korteks tulang yang telah perforasi. Terlihat tumor dengan diameter terbesar di bawah 7cm, dengan korteks yang belum mengalami perforasi dilakukan tindakan radikal kuretase, sedang tumor di atas 7 cm dengan korteks yang telah mengalami perforasi dilakukan tindakan reseksi.
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sukamto
Abstrak :
ABSTRAK
Karsinoma Sel Skuamosa adalah tumor ganas di rongga mulut, merupakan penyakit degeneratif, sebagian besar penderitanya di atas usia 40 tahun. Sedangkan insiden hanya sebagian kecil di bandingkan keganasan yang lain, menempati urutan ke sembilan dari seluruh tumor tubuh manusia, peringkat pertama diduduki tumor servik.

Penelitian ini tujuannya untuk mengetahui frekuensi dan distribusi penderita karsinoma sel skuamosa berdasarkan umur, jenis kelarnin, lokasi, dan pemeriksaan histopatologi di Bagian Bedah Mulut RSCM, RSP AD, dan RSU Tangerang yang merupakan lahan pendidikan FKG UI serta untuk mengetahui kaitan antara bentuk tumor karsinoma sel skuamosa dart diagnosis klinis dengan basil pemeriksaan histopatologi.

Penelitian ini merupakan observasi penderita karsinoma sel skuamosa secara deskriptif analitik yang berobat atau dirujuk ke Bagian Bedah Mulut RSCM, RSPAD, dan RSU Tangerang.

Dari hasil pengamatan ternyata 43 kasus penderita karsinoma sel skuamosa ternyata bahwa frekuensi terbanyak berlokasi di mukosa bukal dan lidah, wanita lebih banyak dibanding pria sedangkan umur 41 sampai 50 tahun merupakan penderita yang paling banyak ditemukan dan bentuk klinis tumor dan dibuktikan tidak berpengaruh terhadap diagnosis histopatologi.
1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lukyanto
Abstrak :
ABSTRAK
Menurut Undang - Undang Kesehatan Republik Indonesia Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, Untuk mewhjudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat, di selenggarakan kampanye kesehatan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif) , pencegahan penyakit (preventif) , penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan. Kualitas pelayanan kesehatan ditentukan oleh pengguna, penyelenggara, maupun penyedia fasilitas kesehatan. Untuk mewujudkan pelayanan kesehatan yang optimal maka peranan ilmuwan bidang kesehatan sangat dibutuhkan.
Rumah Sakit Dokter Ciptomangunkusumo Jakarta sebagai salah satu penyedia fasilitas pelayanan kesehatan, terkait dengan sistem rujukan yang telah ditetapkan oleh pemerintah ( Departemen Kesehatan ) Republik Indonesia. Pelayanan kesehatan rumah sakit tersebut, penatalaksanaannya dilakukan oleh berbagai disiplin ilmu kesehatan yang sebagian besar merupakan rujukan dari rumah sakit pemerintah atau swasta. Demikian juga rujukan dari puskesmas, klinik-klinik umum maupun spesialis serta dokter praktek swasta perorangan.
Khususnya penatalaksanaan penderita yang datang dengan kasus ameloblastoma mandibula di poliklinik bedah mulut UPF. Kesehatan Gigi dan Mulut RSCM/FKG U I Jakarta sampai saat ini belum ada Standar Operasional Prosedur ( SOP ) tentang penatalaksanaan ameloblastoma mandibula. Untuk itu perlu adanya kajian maupun laik uji coba terapan Standar Operasional Prosedur ( SOP ) yang telah tersusun tentang penatalaksanaan ameloblastoma mandibula. Diharapkan hasil pengkajian maupun laik uji coba Standar Operasional Prosedur( SOP ) tersebut memperoleh standar pelayanan yang dapat diterapkan bagirumah sakit pusat rujukan pelayanan kesehatan.
Diamana terapan Standar Operasional Prosedur yang laik tersebut ternyata merupakan salah satu unsur upaya peningkatan pelayanan kesehatan bagi rumah sakit pusat rujukan maka dukungan kebijakan, organisasi., maupun manajemen sangat diperlukan. Disamping itu diperlukan juga dukungan sarana prasarana yang memadai sesuai dengan perkembangan ilmu dan pengetahuan masing-masing, disiplin ilmu untuk penatalaksanaan ameloblastoma mandibula secara terpadu.
1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library