Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hilman Hitam
"BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pengukuran tekanan bola mata merupakan hal yang panting pada pemeriksaan mata karena dapat dipakai untuk menilai salah satu parameter dinamika cairan akuos. Alat yang paling banyak dipakai mengukur tekananan bolamata pada saat ini adalah tonometer indentasi Schiotz dan tonometer aplanasi Goldmann (1).
Hasil pemeriksaan tonometri aplanasi Goldmann diakui paling teliti, hal ini disebabkan perubahan volume cairan akuos selama pemeriksaan sedikit sekali Yaitu ± 4,5 ul, sehingga dianggap hasil pemeriksaan tersebut tidak dipengaruhi oleh kekakuan
dinding bola mata (ocular rigidity) seperti halnya hasil pemeriksaan dengan tonometri indentasi Schiotz {2,3). Keadaan di atas menyebabkan tonometri aplanasi Goldmann menjadi rujukan dari pemeriksaan tonometri Schiotz. Sayangnya bila tidak digunakan dengan hati-hati dapat terjadi kerusakan epitel kornea akibat obat anestesi yang dipakai dan tersentuhnya kornea oleh alat tersebut. Dilaporkan bahwa pemeriksaan tonometer ini dapat pula menyebarkan infeksi seperti radang konjungtiva, hepatitis,
maupun penyakit AIDS melalui alat yang terkontaminasi (3).
Oleh karena itu kebutuhan terhadap alat yang dapat mengukur tekanan bola mata dengan teliti tanpa menyentuh kornea amat terasa. Baru pada tahun 1972 alat yang demikian diperkenalkan oleh Bernard Goldman yang disebutnya tonometer nonkontak (4). Pengukuran tekanan bola mata dilakukan dengan jalan meniupkan udara ke kornea, jadi tanpa menyentuhnya secara langsung. Penilaian tingginya tekanan bola mata dilakukan dengan mengamati pantulan cahaya dari kornea pada saat aplanasi terjadi, lalu diproses oleh komputer dan hasilnya disajikan dalam bentuk angka angka.
Penelitian di beberapa negara Barat memperlihatkan bahwa hasil pemeriksaan tonometri nonkontak tidak banyak berbeda secara bermakna dibandingkan tonometer aplanasi Goldmann pada tekanan bola mata yang normal (5). Akan tetapi penelitian pendahuluan yang dilakukan oleh Hitam (8) di Indonesia memperlihatkan keadaan yang sebaliknya. Dalam laporannya setelah memeriksa 20 penderita, ia menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna dari kedua cara pemeriksaan di atas, walaupun yang dilakukannya bukan suatu pemeriksaan tersamar ganda yang selama ini dianggap blebih ideal. Perbedaan hasil yang didapat dari beberapa penelitian di luar negri dibandingkan penelitian pendahuluan yang dikerjakan Hitam di Indonesia, mendorong penulis untuk melanjutkan penelitian pendahuluan tersebut dengan jumlah sampel yang lebih banyak disertai pemeriksaan yang lebih baik yaitu dengan milakukannya secara tersamar ganda.
Pada tekanan bola mata yang lebih tinggi ketelitian tonometer nonkontak berkurang (5). Seperti halnya tonometer aplanasi Goldmann, tonometer nonkontak tidak dapat dilakukan pada keadaan kornea yang tidak normal, penderita dengan fiksasi yang jelek, serta penderita yang tidak dapat bekerjasama (4,5)?
"
1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ernita Tantawi
"Telah diteliti perbandingan tekanan bola mata hasil
pengukuran tonometri aplanasi Goldmann dengan tonometri diferensial posisi responden setengah duduk dan posisi berbaring, pada 100 mata dari 50 responden pria bangsa Indonesia usia 40 - 60 tahun. Dari hasil penelitian, tekanan bola mata rata-rata dalam batas normal. Pada penelitian ini terbukti obahwa terdapat perbedaan yang sangat bermakna antara tekanan bola mata hasil pengukuran tonometri aplanasi Goldmann dan tonometri diferensial posisi responden setengah duduk dan posisi berbaring. Juga terdapat perbedaan yang bermakna antara tekanan bola mata hasil pengukuran tonometri diferensial posisi responden setengah duduk dengan tonometri diferensial posisi responden berbaring.

Comparative eyeball pressure results have been studied Goldmann appliquency tonometry measurement with tonometry Differential of half-sitting and lying positions, in 100 eyes of 50 male respondents Indonesians aged 40 - 60. From the results of the study, the average eyeball pressure was within normal limits. In this study, it was proven that there was a very significant difference between the eyeball pressure measured by Goldmann's appliation tonometry and the differential tonometry of the respondent's half-sitting and lying positions. There was also a significant difference between the eyeball pressure resulting from the differential tonometry measurement of the half-sitting respondent position and the differential tonometry of the lying respondent's position."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1987
T-pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Siholita, Magda
"Tujuan: membandingkan penurunan TIO setelah pemberian obat tetes mata travoprost 0,004% dengan penurunan TIO setelah pemberian timomol 0,5% pada glaukoma primer sudut tertutup kronis (GPSTp kronis).
Metode: penelitian ini merupakan penelitian prospektif, randomisasi, dengan cross over design pada 32 mata dari 16 subjek GPSTp kronis. Subyek dibagi menjadi 2 kelompok: kelompok travoprost dan kelompok timolol. Masing-masing kelompok terdiri dari 8 subyek. Dua minggu setelah pemberian obat, dilakukan penyilangan kelompok. Tekanan intraocular diukur sebelum terapi, dan pada hari ke-1, hari ke-7, hari ke-14 setelah terapi. Periode wash out dilakukan pada saat sebelum diberikan perlakukan dan setelah cross over. Setiap wash out berlangsung selama 3 minggu.
Hasil: Kelompok travoprost mempunyai TIO awal rerata 25,38±2,55 mmHg, penurunan TIO mencapai 11,44±2,55 mmHg, penurunan TIO mencapai 6,63±2,25 mmHg. Dengan uji statistic, travoprost menurunkan TIO lebih besar dibandingkan timolol secara bermakna (p<0,05)
Kesimpulan: Obat tetes mata travoprost 0,004% menunrunkan TIO lebih besar dibandingkan obat tetes mata timolol 0,5%.

Objective: To compare the reduction of intraocular after taking travoprost VS timolol in chronic primary angle-closure glaucoma.
Method: We performed a prospective, randomized, crossover study of 32 eyes of 16 patients with chronic primary angle-closure glaucoma. Patients were randomized to 2 group: those taking travoprost once daily or those taking timolol twice daily. Each group comprise of 8 patients. Two weeks after treatment with the first drug, the second drug was substituted. Intraocular pressure (IOP) was recorded before the start of therapy, at day 1, at day 7, and at day 14. Wash out period conducted prior to initial treatment and after the cross over. The duration of wash out period was three weeks.
Results: The mean baseline IOP was 25.38±3.01 mmHg, which decreased by 11.44±1.90 mmHg with travoprost. The mean baseline IP was 25.88±2.55 mmHg, which decreased by 6.63±2.25 mmHg with timolol. By statistic test, travoprost reduced the IOP greater than timolol significantly (p<0.05).
Conclusion: 0.004% travoprost eyedrops reduce the IOP greater than 0.5timolol eyedrops.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T20892
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1988
612.84 PEN
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Shinta Yoneva
"ABSTRAK
Penelitian ini merupakan uji klinis acak tersamar tunggal yang bertujuan
membandingkan TIO antara terapi timolol hydrogel 0,1% (®Cendo Timol hydrogel*)
satu kali sehari dengan timolol tetes 0,5% (®Cendo Timol ED*) dua kali sehari pada
pada glaukoma primer kronis terkontrol. Sebanyak 45 pasien dibagi secara acak
menjadi 2 kelompok. Dilakukan pemeriksaan TIO diurnal menggunakan applanasi
Goldmann pada minggu keempat (pk.07.00±2 jam) dan minggu kedelapan
(pk.12.00±2 jam dan pk.17.00±2 jam). Hasil penelitian ini mendapatkan timolol
hydrogel 0,1% satu kali sehari mempunyai kemampuan mempertahankan TIO setara
dengan timolol tetes 0,5% dua kali sehari.

ABSTRACT
This was a prospective, single blind randomized clinical trial. The purpose of this
study was to compare IOP between the use of timolol hydrogel 0,1% (®Cendo Timol
hydrogel*) once daily and timolol solution 0,5% (®Cendo Timol ED*) two times
daily on controlled chronic primary glaucoma. Forty five patients divided randomly
into two groups. Diurnal IOP measurement was followed using Goldmann
applanation at the fourth week (07.00 AM ± 2 hours) and the eighth week (12.00
noon ± 2 hours and 05.00 PM ± 2 hours). The result of this study was timolol
hydrogel 0,1% once daily have the ability to maintain IOP equal to timolol eyedrop
0,5% twice daily."
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library