Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 41 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Adilla Afiani
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengeksplorasi fenomena victim-perpetrator cycle dalam kekerasan seksual yang terjadi di Indonesia dan bertujuan untuk melihat gambaran faktor-faktor yang berperan dalam siklus tersebut. Terdapat tiga orang partisipan dalam penelitian ini yang merupakan remaja yang sedang berhadapan dengan hukum terkait kasus kekerasan seksual di Jakarta. Pengambilan data dilakukan dengan metode in-depth interview, yang kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis tematik. Hasil penelitian menunjukkan partisipan memiliki masalah self-control, adanya internalizing dan externalizing behavior terkait pengalaman kekerasan, memiliki masalah keluarga, berasal dari lingkungan rumah dan pertemanan yang berisiko terhadap paparan kekerasan seksual dan kekerasan fisik
ABSTRAK
This research was conducted as an exploration study toward victim perpetrator cycle in sexual abuse case in Indonesia and aimed to describe cotributing factors in that cycle. Three participants were involved in tis resarch who are juvenile prisoners with sexual abuse case in Jakarta. Researcher used an in depth interview methods in gathering the data and thematic analysis was conducted. The result shows that partcipants wee having self conrol problem, showing internalizing and externalizing behavior toward his sexual abuse experience, having family prolems, have been living in a risky peer and neighborhood environment with a high probability of sexual or physical abuse exposure.
2017
S67073
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asri Widyastuti
Abstrak :
ABSTRAK
Meskipun pemerintah telah mengatur perlindungan Anak Berkonflik dengan Hukum ABH melalui Sistem Peradilan Pidana Anak SPPA , literatur sebelumnya menunjukkan pelaku kekerasan seksual rentan mengalami kekerasan saat proses peradilan pidana. Peneliti ingin mengetahui gambaran stress dan coping saat menjalani proses peradilan pidana pada remaja yang melakukan kekerasan seksual. Untuk memperoleh data mendalam, digunakan pendekatan kualitatif dengan analisis tematik. Tiga partisipan laki-laki berusia 14 dan 18 tahun menunjukkan bahwa saat menjalani proses peradilan pidana, remaja yang melakukan kekerasan seksual mengalami stress jangka pendek dan panjang, memunculkan respon emosional dan peningkatan detak jantung, yang diatasi dengan berupaya aktif menghilangkan stress, dan penerimaan pengalaman.Meskipun pemerintah telah mengatur perlindungan Anak Berkonflik dengan Hukum ABH melalui Sistem Peradilan Pidana Anak SPPA , literatur sebelumnya menunjukkan pelaku kekerasan seksual rentan mengalami kekerasan saat proses peradilan pidana. Peneliti ingin mengetahui gambaran stress dan coping saat menjalani proses peradilan pidana pada remaja yang melakukan kekerasan seksual. Untuk memperoleh data mendalam, digunakan pendekatan kualitatif dengan analisis tematik. Tiga partisipan laki-laki berusia 14 dan 18 tahun menunjukkan bahwa saat menjalani proses peradilan pidana, remaja yang melakukan kekerasan seksual mengalami stress jangka pendek dan panjang, memunculkan respon emosional dan peningkatan detak jantung, yang diatasi dengan berupaya aktif menghilangkan stress, dan penerimaan pengalaman.
ABSTRACT
Nevertheless the government has regulated the protection of Children who did criminal acts through Children Criminal Justice System, previous research found that sexual abuse perpetrators have a tendency experiencing violence while experiencing criminal justice. This study is conducted to describing stress and coping of experiencing criminal justice among adolescents who did sexual abuse. For acquiring depth data, this study used qualitative method and thematic analysis. Three male participants age 14 and 18 explained they had short term distress and long term distress with emotional and increased heart rate, which coped by active coping and acceptance coping strategies while experiencing criminal justice.
2017
S67776
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jasmine Shafa Nabilla
Abstrak :
Intimate partner violence (IPV) merupakan fenomena yang kerap terjadi pada masa perkembangan emerging adulthood dan banyak ditemukan juga di DKI Jakarta. IPV memiliki banyak dampak buruk bagi korbannya, salah satunya mengalami depresi. Akan tetapi, dampak depresi tersebut dapat diminimalisir dengan makna hidup seseorang yang dapat menumbuhkan afek positif pada diri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara IPV dan depresi serta efek moderasi dari makna hidup terhadap hubungan IPV dan depresi. Penelitian ini melibatkan 148 partisipan perempuan dan 48 partisipan laki-laki dengan usia 18—25 tahun yang berdomisili DKI Jakarta (N = 196). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara IPV dan depresi. Akan tetapi, tidak ditemukan peran moderasi yang signifikan dari makna hidup pada hubungan antara IPV dan depresi. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan masyarakat umum terkait IPV, depresi, dan juga makna hidup. ......Intimate partner violence (IPV) is a phenomenon that often occurs during the emerging adulthood developmental period. IPV is also a phenomenon that is commonly found in DKI Jakarta. IPV can lead to many life and health consequences, one of them being depression. However, the negative impact of depression can be minimalized with one’s meaning in life, which can foster positive affect on the individual. This study aims to determine the relationship between IPV and depression, as well as the moderating effect of meaning in life on the relationship between IPV and depression. This study involved 148 female and 48 male participants aged 18—25 years who are domiciled in DKI Jakarta (N = 196). The findings demonstrated a strong positive correlation between IPV and depression. Even so, meaning in life did not have a substantial moderation role between IPV and depression. This research is expected to add insight to the general public regarding IPV, depression, and also the meaning of life.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dyvta Anja Nadiska
Abstrak :
Intimate partner violence (IPV) merupakan suatu fenomena global yang jumlahnya terus meningkat dan kerap terjadi pada masa emerging adulthood dan banyak ditemukan di Ibu Kota DKI Jakarta. Pengalaman menjadi korban IPV memiliki berbagai dampak negatif, salah satunya adalah mengalami depresi. Meski begitu, kemungkinan terjadinya dampak depresi dapat diminimalisir dengan kehadiran faktor protektif, yaitu self-esteem. Penelitian ini kemudian bertujuan untuk melihat peran moderasi self-esteem pada hubungan antara IPV dan depresi pada emerging adult di DKI Jakarta. Penelitian ini melibatkan 196 partisipan. Penelitian dilaksanakan secara daring menggunakan kuesioner dengan alat ukur The Revised Conflict Tactics Scale 2 (CTS2), Center for Epidemiologic Studies Depression Scale (CESD-R), dan Rosenberg Self-Esteem Scale (RSES). Hasil analisis Pearson Correlation menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara IPV dan depresi (r = 0,667, p < 0,01, two-tailed), IPV dan self-esteem (r = -0.537, p < 0,01, two-tailed), serta self-esteem dan depresi (r = -0,788, p < 0,01, two-tailed). Meski begitu, analisis regresi menggunakan PROCESS Model 1 Hayes menunjukkan tidak adanya peran moderasi yang signifikan dari self-esteem pada hubungan IPV dan depresi (? = -0,01, t = -1,338, p > 0,05). Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan terkait IPV, depresi, dan self-esteem. ......Intimate partner violence (IPV) is a global phenomenon whose number continues to increase and often occurs during emerging adulthood and commonly found in the capital city of DKI Jakarta. The experience of being a victim of IPV has various negative impacts, one of which is experiencing depression. Even so, the possibility of the impact of depression can be minimized by the presence of a protective factor, namely self-esteem. This study then aims to look at the moderating role of self-esteem on the relationship between IPV and depression in emerging adults in DKI Jakarta. This study involved 196 participants. The research was carried out online using a questionnaire with The Revised Conflict Tactics Scale 2 (CTS2), Center for Epidemiologic Studies Depression Scale (CESD-R), and Rosenberg Self-Esteem Scale (RSES) measuring tools. The results of the Pearson Correlation analysis showed that there was a significant relationship between IPV and depression (r = 0.667, p <0.01, two-tailed), IPV and self-esteem (r = -0.511, p <0.01, two-tailed), as well as self-esteem and depression (r = -0.788, p <0.01, two-tailed). Even so, regression analysis using Hayes' PROCESS Model 1 showed no significant moderating role of self-esteem in the relationship between IPV and depression (? = -0.01, t = -1.338, p > 0.05). This research is expected to add knowledge regarding IPV, depression, and self-esteem.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adzra Sarah Aqilah
Abstrak :
Intimate partner violence (IPV) merupakan peristiwa yang marak terjadi pada pasangan emerging adulthood, peristiwa tersebut banyak ditemukan juga di DKI Jakarta. IPV dapat berdampak negatif bagi korban yang mengalaminya, salah satunya adalah munculnya resiko depresi. Akan tetapi, dampak depresi tersebut dapat diminimalisir dengan penggunaan strategi koping yang tepat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara IPV dan depresi serta peran moderasi strategi koping terhadap hubungan IPV dan depresi. Penelitian dilaksanakan secara daring menggunakan kuesioner dengan alat ukur The Revised Conflict Tactics Scale 2 (CTS2), Center for Epidemiologic Studies Depression Scale (CESD-R), dan Brief COPE. Penelitian ini melibatkan 196 partisipan dengan usia 18—25 tahun yang berdomisili DKI Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara IPV dan depresi (r = 0,667, p < 0,01, two-tailed), dan ditemukan hubungan yang negatif antara IPV dan strategi koping (r (196) = -0,235, p < 0,01, two-tailed). Namun tidak ditemukan hubungan yang signifikan antara strategi koping dan depresi (r (196) = -0,066, p > 0,01, two-tailed). Meskipun begitu, terdapat peran moderasi yang signifikan dari strategi koping pada hubungan antara IPV dan depresi (? = -0,017, t = -2,815 p < 0,05). ......Intimate partner violence (IPV) is a phenomenon that often occurs among emerging adulthood intimate relationships, IPV is also a phenomenon that is commonly found in DKI Jakarta. IPV can lead to many negative consequences, one of them is the risk of depression. However, the negative impact of depression can be minimized by using the right coping strategies. This study aims to determine the relationship between IPV and depression, as well as the moderating role of coping strategies on the relationship between IPV and depression. The research was carried out online using a questionnaire with The Revised Conflict Tactics Scale 2 (CTS2), Center for Epidemiologic Studies Depression Scale (CESD-R), and Brief COPE. This study involved 196 participants aged 18—25 years who are domiciled in DKI Jakarta. The findings demonstrated a positive correlation between IPV and depression (r = 0,667, p < 0,01, two-tailed), and there is negative correlation between IPV and coping strategies (r (196) = -0,235, p < 0,01, two-tailed). However, there is no significant correlation between coping strategies and depression (r (196) = -0,066, p > 0,01, two-tailed). Even so, coping strategies have a substantial moderation role between IPV and depression (? = -0,017, t = -2,815 p < 0,05).
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farah Ayu Anggraeni
Abstrak :
Perubahan rutinitas dan pembatasan interaksi sosial yang terjadi selama pandemi Covid-19 turut memperburuk kesehatan mental seseorang (Kudinova et al., 2021). Perceived social support dapat melindungi seseorang dari masalah kesehatan mental. Penelitian ini bertujuan untuk mencari tahu hubungan kedua variabel selama pandemi Covid-19 pada individu emerging adulthood yang berusia 18-25 tahun dan merupakan Warga Negara Indonesia yang tinggal di Indonesia. Menggunakan metode korelasional, hasil penelitian menunjukan bahwa secara keseluruhan masalah kesehatan mental memiliki korelasi negatif yang signifikan dengan perceived social support r (249) = -,417 p < ,001, dimana tiap sumber dan kombinasi perceived social support yang tinggi dapat menurunkan tingkat masalah kesehatan mental individu emerging adulthood selama pandemi Covid-19. ......Changes in routine and restrictions on social interaction that occurred during the Covid-19 pandemic also worsened a person's mental health (Kudinova et al., 2021). Perceived social support can protect a person from mental health problems. The aim of this study is to find out the relationship between the two variables during the Covid-19 pandemic in emerging adulthood who are 18-25 years old and are Indonesian citizens living in Indonesia. Using the correlation method, the results showed that mental health problems had a significant negative correlation with perceived social support r (249) = -,417 p < .001, where each source and combination of perceived social support could reduce the level of mental health problems.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Didit Hersanto Putra
Abstrak :
Manusia sering menghadapi kondisi dimana ia harus melakukan sebuah pertaruhan, yakni pada sebuah kondisi yang hasilnya ditentukan oleh kejadian acak dan manusia dapat mengalami kekeliruan dalam menilai berbagai hal saat dihadapkan pada kejadian acak. Terlebih lagi pada remaja yang memiliki kecenderungan untuk bertindak dengan penuh resiko, potensi kerugian yang akan diderita oleh remaja menjadi lebih besar. Salah satu kekeliruan yang mungkin dialami adalah hot-hand fallacy, yakni kecenderungan seseorang untuk menganggap peluang terjadinya suatu kejadian semakin membesar setelah ia mengalaminya sebanyak beberapa kali secara berturut-turut. Hot-hand fallacy dapat terjadi karena dipicu beberapa hal, salah satu pemicunya adalah persepsi seseorang terhadap kendali yang dimilikinya. Semakin seseorang menganggap dirinya memiliki kendali, maka ia akan semakin cenderung mengalami hot-hand fallacy. Di sisi lain, terdapat sebuah fenomena yang disebut illusion of control, yakni persepsi adanya kendali pada kejadian yang sebenarnya ditentukan secara acak. Karena salah satu pemicu hot-hand fallacy adalah persepsi adanya kendali, dan illusion of control memunculkan persepsi tersebut, maka penelitian ini dilakukan untuk membuktikan adanya pengaruh illusion of control terhadap kemunculan hot-hand fallacy pada remaja. Penelitian dilakukan kepada 55 subyek dengan metode eksperimen. Subyek diminta untuk bertaruh mengenai kartu yang akan keluar (merah atau biru) dan dilihat besar taruhannya saat menghadapi rentetan kemenangan serta kekalahan. Pada kelompok eksperimen partisipan bisa memilih kartu yang hendak dibuka, sedangkan pada kelompok kontrol tidak. Dari hasil penelitian ini akhirnya diketahui bahwa illusion of control memiliki pengaruh signifikan terhadap kemunculan hot-hand fallacy pada remaja. ......As human, we often find ourself in a condition where we have to gamble. Meanwhile, gambling is still considered as a social pathology. Whereas if we refer to the scientific definition of gambling, there are many gambling activity in our daily life and adolescence has the most tendency to take risky decision, gambling included. The result of gambling activity is determined randomly, and human have a certain bias and fallacies when they face random events. One of those fallacies is the hot-hand fallacy, a tendency to assume that a streak will be more likely to continue. Hot-hand fallacy can be triggered by many things, including the perception of control upon the situation. The more someone assume that they have control; they are more likely to experience hot-hand fallacy. There are also a phenomenon called the illusion of control, which defined as the perception of control over objectively chance-determined events. Perception of control is one of the trigger of hot-hand fallacy, and illusion of control could make someone perceive control upon the situation, therefore the researcher hypothesized that illusion of control may have influence upon the emergence of hot-hand fallacy on adolescence and do this research to test that hypothesis. Fifty five subjects are participating in this experiment, and they are given a gambling task where they have to gamble on which card would appears next (red or blue). The participants of experimental group may choose which card to open, while the participants of control group may not. This research found that there is a significant influence of the illusion of control to the emergence of hot-hand fallacy in adolescent.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Solita Tiolina
Abstrak :
Penelitian ini mengenai persepsi attractiveness perempuan terhadap nada suara laki-laki. Suara laki-laki mengalami perubahan pada masa pubertas. Perubahan itu disebabkan oleh pertubuhan ukuran pangkal pita suara yang disebabkan oleh kerja hormon testosteron. Didukung oleh tugas perkembangannya, suara merupakan salah satu aspek yang dinilai oleh dewasa muda dalam memilih lawan jenis yang terbaik sebagai pasangannnya. Penelitian dilakukan pada populasi perempuan di negara dengan kebuadayaan kolektivis. Eksperimen di desain dengan memanipulasi nada suara laki-laki sebagai stimulus yang kemudian diperdengarkan kepada partisipan untuk di rating tingkat attractiveness-nya. Hasil analisis repeated measures ANOVA menunjukkan bahwa benar adanya pengaruh nada suara terhadap persepsi attractiveness. Penelitian diperkaya dengan diskusi temuan baru yang berbeda dari penelitian sebelummnya. Perempuan heteroseksual dewasa muda mempersepsikan nada suara kisaran sedang (rata-rata 119 Hz) sebagai kisaran nada suara yang paling attractive dengan asumsi terdapat pengaruh budaya yang turut berperan. ......This study is about the perception of female attractiveness for male voices. Male's voice change during puberty. The change was caused by the size of the vocal cords as an influence of the hormone testosterone. Supported by the task of development, noise is one aspect which was considered by young adults in choosing the best of the opposite sex as their partner. The study was conducted on a population of women in collectivism country. The experiment was designed to manipulate the male voice as the stimulus which is then played back to the participants for the rating of his level of attractiveness. The results of the analysis of the study, using repeated measures ANOVA method showed that men's voice pitch do have influence women's perception of attractiveness. The study is enriched by an interesting discussion of new founding. Young adult heterosexual women perceived men with middle range voice pitch (119 Hz on average).
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Devi Raissa Rahmawati
Abstrak :
Konsekuensi yang tegas dan konsisten dari orang tua merupakan hal yang penting dalam pengasuhan seorang anak, terutama di masa prasekolah. Tesis dengan desain penelitian single-case ini menggunakan modifikasi perilaku dengan metode differential reinforcement with response cost. Metode ini bertujuan melihat keefektifan dari perubahan konsekuensi untuk mengurangi frekuensi perilaku disruptive. Partisipan penelitian adalah anak perempuan berusia 4 tahun 4 bulan dan didiagnosis mengalami oppositional defiant disorder (ODD). Penelitian ini dilakukan dalam sembilan sesi. Hasil dari penelitian menunjukkan differential reinforcement with response cost efektif menurunkan frekuensi perilaku disruptive. Hal ini terlihat dari observasi, wawancara, dan pengukuran child behavior checklist (CBCL).
One of the important principles for parenting a child is clear and consistence consequences, especially on preschool age. This single case design study used behavior modification with differential reinforcement with response cost method. This method aimed to examine the effectiveness of modification consequences to reduce frequencies of disruptive behavior. Participant of this research is a four-year-four-month girl and diagnosed of having oppositional defiant disorder (ODD). This research was conducted for total nine sessions. The result indicated differential reinforcement with response cost effective to reduce frequencies of disruptive behavior. This result has been seen from observation, interview, and CBCL measurement as well.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
T32692
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Indah Istiqomah
Abstrak :
Social withdrawal pada masa kanak-kanak merupakan faktor resiko munculnya masalah social emosional di kemudian hari. Anak dengan social withdrawal pada umumnya memiliki keterampilan social yang kurang. Penelitian ini memiliki desain single case dan menerapkan bentuk intervensi social skills training (SST) dengan pendekatan multimodal. Program ini meliputi behavioral social skills training, self-instructional, social problem solving, serta pengurangan masalah penghambat. Partisipan penelitian adalah anak perempuan berusia sembilan tahun. Sesi terapi dilakukan sebanyak sepuluh kali selama lebih kurang 60 - 90 menit setiap sesinya. Hasil dari terapi ini adalah SST efektif untuk meningkatkan keterampilan sosial anak. Melalui observasi langsung, terlihat adanya peningkatan frekuensi dan performansi anak dalam menampilkan perilaku sosialnya. Anak dapat menampilkan perilaku menyapa, bertanya, bergabung, mengajak bergabung, dan menyelesaikan masalah dengan baik Berkaitan dengan masalah social withdrawal juga mengalami penurunan. Hal ini terlihat terutama dari penurunan skor pada skala withdrawn dari alat ukur Child Behavior Checklist (CBCL). ......It has long been argued that social withdrawal in early childhood is a risk factor for later socio-emotional difficulties. Social withdrawal children usually have social skill deficits. This research uses a single case design and applies the multi-method social skills training (SST) intervention in order to enhance social skills. The components of the program include behavioral social skills training, self-instructional training, social problem solving, and reduction competing/inhibiting problem. Participant of this research is a nine-year old girl with social withdrawal. Therapy is conducted through 10 sessions, 60-90 minutes each session. This study showed that SST is an effective therapy to increase the child’s social skills. Child has shown improvement in frequency and performance of some target behaviors (greeting, asking for information, joining in, invite to join in, and problem solving). This study also found decreasing of social withdrawal symptoms that can be seen from reducing score withdrawn from the Child Behavior Checklist (CBCL).
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
T34934
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>