Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nugrahani Meika Narvianti
"Stunting merupakan masalah gizi kronis yang diukur berdasarkan TB/U. Di Indonesia, prevalensi stunting pada balita umur (0-59 bulan) mengalami peningkatan dari tahun 2007, 2010, hingga tahun 2013. Prevalensi stunting pada balita umur (0-59 bulan) di Pulau Sulawesi mengalami peningkatan hingga 41,05 persen pada tahun 2013. Angka tersebut menggambarkan masalah kesehatan masyarakat yang serius.
Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat hubungan faktor risiko dengan kejadian stunting pada balita umur (12-59 bulan) di Pulau Sulawesi tahun 2013. Penelitian ini menggunakan data sekunder Riskesdas 2013, dengan desain cross sectional. Sampel penelitian ini adalah 7462 balita umur (12-59 bulan) di Pulau Sulawesi yang memiliki data lengkap, dan tidak mempunyai data z-score TB/U < -6SD dan > +6SD.
Hasil penelitian menunjukkan, kejadian stunting pada balita umur (12-59 bulan) di Pulau Sulawesi tahun 2013 sebesar 43,3 persen. Hasil analisis bivariat menunjukkan hubungan yang bermakna (nilai p ≤ 0,05) antara umur, jenis kelamin, status imunisasi dasar, berat badan lahir, pendidikan ibu, tinggi badan ibu, wilayah tempat tinggal, status ekonomi keluarga, dan fasilitas sanitasi dengan kejadian stunting pada balita umur (12-59 bulan) di Pulau Sulawesi tahun 2013. Oleh karena itu perlu dilakukan pencegahan terhadap faktor risiko, utamanya pencegahan primer, serta melakukan deteksi dini dengan pengukuran TB/U secara teratur.

Stunting is a chronic malnutrition measured using height-for-age indicator. In Indonesia, prevalence of stunting on under-five-children (0-59 months) increases from 2007, 2010, to 2013. Prevalence of stunting on under-five-children (0-59 months) in Sulawesi Island increases by 41,05 percent in 2013. This number indicates a serious public health problem in Sulawesi Island.
This study aims to determine the relationship between risk factors with stunting on under-five-children (12-59 months) in Sulawesi Island in 2013. This study uses secondary data from the Riskesdas 2013, with a cross-sectional study. The sample amounts to 7462 under-five-children (12-59 months) in Sulawesi Island, who have complete data, and don’t have z-score data H/A < -6SD and > +6SD.
The results of this study indicate that the occurrence of stunting on under-five-children (12-59 months) in Sulawesi Island in 2013 is 43,3 percent. The bivariate analysis indicates significant association (p ≤ 0,05) between age, gender, status of primary immunization, birth weight, maternal education, maternal height, region of residence, family economic status, and sanitation facilities with stunting on under-five-children (12-59 months) in Sulawesi Island in 2013. Therefore, it’s necessary to implement prevention of risk factors especially primary prevention, and early detection using height-for-age measurement frequently.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S60887
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Stephanie Yesica
"Tesis ini membahas program pemberian makanan tambahan berupa biskuit pabrikan bagi balita gizi kurang (pengukuran perbandingan berat badan menurut panjang atau tinggi badan balita) yang  telah dilakukan Pemerintah Indonesia sejak tahun 2004-2022. Pada praktiknya Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P) berupa biskuit pabrikan juga diberikan bagi balita dengan berat badan kurang (pengukuran perbandingan berat badan menurut umur). Perlu adanya analisis untuk mengetahui hubungan pemberian makanan tambahan dengan Prevalensi Balita Berat Badan Kurang dan Gizi Kurang di Indonesia Tahun 2022. Penelitian ini merupakan studi kuantitatif dengan menggunakan data sekunder dengan desain cross-sectional. Data yang digunakan adalah Data Sekunder Sigizi Terpadu/EPPGBM dari Kementerian Kesehatan RI. Data  tersebut meliputi  jumlah balita penerima PMT-P dan balita dengan berat badan sangat kurang (severely underweight), berat badan kurang (underweight) dan gizi kurang (moderate wasted) seluruh provinsi di Indonesia tahun 2022. Hasil penelitian menunjukkan  ada hubungan antara pemberian makanan tambahan dengan prevalensi balita berat badan kurang (underweight) nilai P = 0,026 (CI = 0,007-0,101), sangat kurang (severely underweight) nilai P = 0,026 (CI = -0,101 s/d -0,007) dan gizi kurang (moderate wasted) nilai P = 0,021(CI = 0,056-0,650). Seluruh nilai P <0.005 menunjukkan ada hubungan prevalensi balita berat badan kurang dan gizi kurang. Penelitian menyarankan program pemberian makanan tambahan berupa biskuit dilanjutkan diikuti dengan program pendekatan keluarga bagi balita gizi kurang dan adanya penambahan pelaporan faktor determinan kejadian balita gizi kurang di aplikasi EPPGBM.

This thesis discusses the supplementary feeding program in the form of manufactured biscuits for malnourished toddlers (measurement of the ratio of body weight according to the length or height of toddlers) that has been carried out by the Government of Indonesia from 2004-2022. In practice, supplementary feeding in the form of manufactured biscuits is also given to toddlers with underweight (a measure of the ratio of body weight to age). An analysis is needed to determine the relationship between supplementary feeding and the Prevalence of Underweight and Malnourished Children in Indonesia in 2022. This research is a quantitative study using secondary data with a cross-sectional design. The data used is Integrated Nutrition Secondary Data / EPPGBM from the Indonesian Ministry of Health. The data includes the number of toddlers receiving PMT-P and severely underweight, underweight and wasted toddlers in all provinces in Indonesia in 2022. The results show that there is a relationship between supplementary feeding and prevalence of underweight toddlers P value = 0.026 (CI = 0.007-0.101), severely underweight P value = 0.026 (CI = -0.101 to -0.007) and moderate wasted P value = 0.021(CI = 0.056-0.650). All P values <0.005 indicated that there was a relationship between the prevalence of underweight and malnutrition. The research suggested that the supplementary feeding program in the form of biscuits be continued followed by a family approach program for undernourished toddlers and additional reporting of the determinants of the incidence of undernourished toddlers in the EPPGM application."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitri Latipatul Anshor
"ASI merupakan gizi terbaik untuk mengoptimalkan tumbuh kembang bayi dan sistem kekebalan tubuh bayi. WHO menganjurkan untuk memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan. IMD merupakan kunci keberhasilan pemberian ASI eksklusif. Tujuan penelitian mengetahui hubungan antara pelaksanaan IMD dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-5 bulan di Indonesia menurut SDKI 2017. Penelitian ini merupakan penelitian cross-sectional dengan menggunakan SDKI 2017. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh Wanita Usia Subur (WUS) 15-49 tahun di Indonesia, sampel sebanyak 1243 WUS dengan anak usia 0-5 bulan dan masih menyusui serta memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah ASI eksklusif, variabel independen utama yaitu Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan variabel kovariat umur, paritas, pendidikan, status pekerjaan, status ekonomi, daerah tempat tinggal, frekuensi kunjungan ANC, tempat persalinan, metode persalinan dan penolong persalinan. Analisis yang dilakukan yaitu analisis univariat, bivariate dengan chi square dan analisis multivariate dengan regresi logistic ganda model faktor resiko. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase ASI eksklusif pada bayi usia 0-5 bulan di Indonesia yaitu sebesar 37,5%, dan IMD (39,5%). Hasil analisis multivariate menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara IMD dengan pemberian ASI eksklusif setelah dikontrol oleh variabel kovariat dengan (p=0,001 dan OR=2,537) artinya ibu yang melaksanakan IMD memiliki peluang 2,537 untuk memberikan ASI eksklusif. Pada penelitian ini tidak ada variabel konfounding dalam hubungan IMD dengan pemberian ASI eksklusif. Berbagai upaya perlu dilakukan untuk meningkatan capaian pemberian ASI eksklusif yaitu optimalisasi proses KIE terkait IMD dan ASI eksklusif, memfasilitasi ibu untuk melakukan IMD sesuai prosedur, pelatihan pelaksanaan IMD untuk setiap tenaga kesehatan yang menjadi penolong persalinan dan adanya kebijakan yang terintegrasi di setiap fasilitas kesehatan dari pusat ke daerah terkait pelaksanaan IMD sesuai flowchart.

Breast milk is the best nutrition to optimize baby growth and development and the baby's immune system. WHO recommends exclusive breastfeeding for 6 months. Early initiation of breastfeeding (EIBF) is the key of exclusive breastfeeding’s success. The purpose of the study was to determine the relationship between EIBF and exclusive breastfeeding for infants 0-5 months in Indonesia according to the 2017 IDHS. This research was a cross-sectional study using the 2017 IDHS. The population of this study were all of fertile women 15- 49 years old in Indonesia, a sample of 1243 women on fertile age who have the children 0-5 months and still breastfeeding and met the inclusion and exclusion criteria. The dependent variable in this study was exclusive breastfeeding, the main independent variable EIBF and the covariates were age, parity, education, employment status, economic status, area of residence, frequency of ANC visits, place of delivery, delivery method and birth attendant. The analysis for this research is univariate analysis, bivariate with chi square and multivariate analysis with logistic regression. The results showed that the percentage of exclusive breastfeeding for infants 0-5 months in Indonesia (37,5%) and EIBF (39,5%). The results of the multivariate analysis showed that there was a significant relationship between early initiation of breastfeeding and exclusive breastfeeding after being controlled by covariate variables with (p=0.001 and OR=2.537) meaning that mothers who carried out early initiation of breastfeeding had a 2.537 chance of exclusive breastfeeding. In this study, there were no confounding variables between early initiation of breastfeeding and exclusive breastfeeding. Various efforts need to be done to increase the achievement of exclusive breastfeeding with optimizing the IEC process related to EIBF and exclusive breastfeeding, facilitating mothers to carry out EIBF according to procedures, training in the implementation of EIBF for every health worker who assists childbirth and the existence of integrated policies in every health facility from the center to areas related to the implementation of EIBF according to the flowchart."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Roma Yuliana
"Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan. Namun, capaian ASI eksklusif Indonesia relatif rendah yaitu berkisar 30-50%. Penelitian ini bertujuan untuk menilai durasi menyusui di antara wanita usia reproduksi di Indonesia dan untuk mengidentifikasi determinan yang terkait dengan durasi ASI eksklusif pada tingkat individu dan kelompok. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan sampel 1109 ibu dari bayi usia 1-5 bulan. Data diperoleh dari Survei Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2017 dan dianalisis menggunakan analisis survival. Estimasi Kaplan Meier menunjukkan bahwa probabilitas kumulatif kelangsungan bayi disusui tanpa pemberian tambahan makanan/minuman lainnya yaitu 22,9% dengan median time yaitu 5 bulan. Analisis regresi cox extendend menunjukkan bahwa ibu yang bekerja, tidak inisiasi menyusui dini dan status ekonomi menengah adalah penentu yang mempengaruhi penghentian pemberian ASI tanpa tambahan makanan/minuman lainnya lebih awal. Prediktor utama penghentian adalah ibu bekerja pada waktu pengamatan kurang dari 3 bulan (HR=1,35 95% CI 1,05 – 1,73). Program promosi menyusui eksklusif di Indonesia harus memberikan perhatian khusus kepada ibu yang bekerja dan menciptakan lingkungan kerja yang mendukung.

The World Health Organization recommends at least 6 months of exclusive breastfeeding (EBF). In fact, the rate of exclusive breastfeeding in Indonesia is relatively low, which is around 30-50%.This study was aimed to assess the duration of breastfeeding among women of reproductive age in Indonesia and to identify determinants associated with duaration of exclusive breastfeeding at the individual and group levels. This study used a cross-sectional design with a sample of 1109 mothers of infants aged 1-5 months. Data were obtained Indonesian Health Demographic Survey 2017 and analyzed using survival analysis. The Kaplan-Meier survival estimate showed that the cumulative survival probability breastfeding without supplementary feeding was low (22.9%) with a median time survival of 5 months. Cox extendend regression analysis showed that working mothers, no early initiation of breastfeeding and middle economic status were significant determinants of early cessation of breastfeeding without supplementary feeding. The main predictor of cessation was working mothers at observation times of less than 3 months (HR=1.35 95% CI 1.05 – 1.73). Then, we recommend that the exclusive breastfeeding-promotion programs in Indonesia should give special attention to working mothers and create a supportive work environment.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library