Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 192 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Gunung Pambudi
Abstrak :
Kopolimerisasi propena/1-butena dan propena/1-heksena dilakukan pada reaktor autoclave skala laboratorium 4 liter, dengan variasi kadar komonomer yang dimasukkan antara 0.5 – 10 %, dengan menggunakan sistem katalis Zigler-Natta MgCl2/TiCl4/DIBP, donor eksternal CHMMS dan kokatalis TEA pada suhu 70°C dan tekanan 30 bar selama 2 jam. Kenaikkan kadar komonomer 1-butena dari 0,6 % ke 6 % mol dalam umpan tidak mempengaruhi produktifitas polimerisasi. Sebaliknya, terlihat terjadi penurunan produktifitas oleh efek dari kenaikkan kadar komonomer 1-heksena dari 0,9 % ke 9,9 % mol dalam umpan. Diperoleh kadar komonomer dalam kopolimer sebesar 0,9 % sampai 3,2 % mol untuk propena/1-butena dan 0,6 % sampai 2,3 % mol untuk propena/1-heksena. Densitas, kristalinitas, titik leleh, xylene insoluble, tensile strength, flexural modulus dan sifat optik haze menurun sejalan dengan meningkatnya kadar komonomer (1-butena dan 1-heksena) dalam kopolimer. Meningkatnya kadar komonomer dalam kopolimer tidak berpengaruh terhadap melt flow index. Scanning electron microscopy (SEM) digunakan untuk karaterisasi morfologi permukaan cuplikan kopolimer pada kadar komonomer yang berbeda. Ditemukan bahwa kekasaran permukaan dan pori-pori kopolimer dipengaruhi oleh kadar komonomer. ......Copolymerization of propene/1-butene and propene/1-hexene was carried out in 4 liters laboratory bench-scale autoclave reactor with various concentrations of comonomer between 0.5 and 10 % mol in the feed using Ziegler-Natta catalyst system of MgCl2/TiCl4/DIBP, external donor CHMMS and TEA as cocatalyst at polymerization temperature 70°C and pressure 30 bar for 2 hours. A increase 1-butene comonomer from 0.6 % to 6 % mol in the feed had no effect on the polymerization productivity. On the other hand, the drop in productivity could be seen to be an effect of the increase in concentration of the 1-hexene comonomer.from 0.9 % to 9.9 % mol. Comonomer incorporation from 0.9 to 3.2 % mol for propene/1-butene and 0.6 to 2.3 % mol for propene/1-hexene copolymer were obtained. As the content of comonomer (1-butene and 1-hexene) increased in the copolymer, the density, crystallinity, melting temperature, xylene insoluble, tensile strength, flexural modulus and optical properties haze decreased linearly. A increase comonomer content (1-butene and 1-hexene) in the copolymer had no effect on the melt flow index. Scanning electron microscopy (SEM) has been used to characterize the surface morphology of copolymer particles at different comonomer content. It is found that a coarse and pores of copolymer particles is influenced by comonomer content.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
T20620
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yudi Darmawan
Abstrak :
Poliuretan banyak digunakan dalam aplikasi cat karena memiliki sifat yang memuaskan yaitu daya tahan yang baik terhadap perubahan cuaca dan serangan bahan kimia. Poliuretan adalah senyawa makromolekul atau polimer yang terbentuk melalui reaksi antara poliisosianat dan suatu polimer lain, umumnya merupakan poliol yang mengandung atom hidrogen yang labil (OH, COOH, dll). Polimer yang digunakan dalam aplikasi cat secara umum kental apabila diaplikasikan secara langsung. Campuran polimer tersebut harus dilarutkan dengan pelarut supaya dapat dikuas, atau disempot. Larutan poliisosianat yang dilarutkan dengan komposisi pelarut dinamakan hardener karena kombinasinya dengan poliol dapat menghasilkan lapisan film yang keras. Hardener memiliki tingkat kestabilan yang rendah karena tingginya reaktifitas poliisosianat. Dua jenis poliisosianat dalam pembuatan hardener dipelajari yaitu Coronate HXR 90 B dan Basonate HI 190 B/S. Hardener yang dibuat menggunakan coronate HXR 90 B memiliki tingkat kestabilan yang rendah dimana setelah 6 bulan masa penyimpanan di temperatur ruang menghasilkan endapan putih (gel) yang melayang dalam larutan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembentukan gel ini diakibatkan karena reaksi poliisosianat dengan air. Dua jenis rutile titanum dioksida berskala nano (KRONOS 2160 dan UV TITAN L 531) di formulasikan dalam cat putih berbasis acrilic poliol, dimana hasil reaksi silangnya dengan hardener menghasilkan cat putih poliuretan. Analisa mikroskopi terhadap sampel menggunakan alat Transmission Electron Microscopy menunjukkan bahwa ukuran rata-rata partikel UV titan L 531 lebih rendah sekitar 35 nm jika dibandingkan KRONOS 2160 sekitar 200 nm. Efek fotokatalitik titanium dioksida dipelajari berdasarkan aktivitasnya terhadap degradasi zat warna perylene dalam lapisan cat. Degradasi warna terukur berdasarkan perubahan warna setelah terkena paparan sinar UV secara visual ataupun menggunakan alat ukur kolorimeter. Tidak terdapat perbedaan yang nyata dari efek fotokatalitik diantara kedua variasi ukuran partikel, akan tetapi ditemukan lapisan film yang lebih kuning pada cat putih yang menggunakan titanium dioksida berukuran partikel lebih besar akibat degradasi langsung radiasi sinar ultra violet. ......Polyurethane is widely used in paint application due to their outstanding properties and especially for their exceptional resistance to weathering and chemical attack. Polyurethanes are macromolecules or polymers formed by the reaction between a polyisocyanate and another polymer, generally called a polyol, which contains a labile hydrogen atom (OH,COOH, etc). The polymers used in coating applications are generally too viscous to be applied directly. The polymer (mixture) must therefore be diluted with solvent(s) in order to be brush or spray. We call the diluted of polyisocyanate with various solvent composition as hardener, due to result hard film while combined with poliol. The stability of hardener is less due to high reactivity of polyisocyanate. Two typed of polyisocyanate on processing hardener are studied: Coronate HXR 90 B and Basonate HI 190 B/S. Hardener which was processed using coronate HXR 90 B is less stable after 6 months storage in a room temperature, indicated a white floating residue (gel) on the solution. Investigation results show that the gel formation is caused by reaction of polyisocyanate with water. Two typed of nanosized rutile titanium dioxide (KRONOS 2160 and UV TITAN L 530) is formulated using acrylic polyol based, and the cross linked with the hardener results white polyurethane paint. Microscopic analysis using Transmission Electron Microscope (TEM) into sample shows that average particle size of UV TITAN L531 about 35 nm is less than KRONOS 2160 about 200 nm. The photocatalytic effects of titanium dioxide were studied on their activities toward dye degradation of perylene on surface coating. Dye degradation was observed by the color change after UV exposure as visually and measured with colorimeter. There is no significant different of catalytic activity on variation of particle sized titanium dioxide but the more yellowing film was observed on white paint using higher particle size caused by direct degradation of UV radiation.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
T20226
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yunita Hadi Retnowati
Abstrak :
High Density Polyethylene (HDPE) merupakan salah satu jenis termoplastik dimana rantai panjang yang disusun secara berulang dari struktur [ CH2 CH2 ]n . HDPE banyak diproses dengan menggunakan teknologi Ekstrusi, Injection Molding dan lain-lain. Dalam penelitian ini dilakukan pengujian dengan proses Extrusion single screw dengan menggunakan material HDPE murni dengan penambahan blowing agent yang bervariasi yaitu 0,00%; 0,05%; 0,10%; 0,15%; 0,20%; 0,25% dengan variasi temperatur die 150º, 155°, 160º, 165°, 170º, 175°. Selanjutnya pada sampel dilakukan pengujian dengan mengukur densitas, tensile strength dan elongation. Karakterisisasi pada sampel dilakukan dengan SEM (Scanning Electron Microscope) dan TGA (Thermal Gravimetry Analysis). Penelitian ini menghasilkan suatu penambahan blowing agent yang sesuai dengan parameter proses optimum dan sifat mekanik yang terbaik yaitu komposisi blowing agent 0,25% dengan temperatur die 155 °C yang meghasilkan sampel dengan densitas sebesar 0,9460 g/cc, tensile strength sebesar 10,085 Mpa ( ASTM D638–98 ) dan Elongation 232.62% ( ASTM D638-98 ). Dibandingkan dengan HDPE murni, maka penambahan blowing agent 0,25% menghasilkan penurunan densitas sebesar 0.9420%. ...... High Density Polyethylene (HDPE) is one of thermoplastic consist of long repeated [CH2 CH2 ]n branch on its molecule structure. HDPE is already worldwide produced in many process such as extrusion; injection molding, and many other. During this experiment material pure HDPE with various blowing agent from 0,00%; 0,05%; 0,101%; 0,20%; 0,25% and various die temperature from 150°; 160°; 165°; 170°; 175o were extruded by extrusion single screw. Each sampel had been tested to determine its density; tensile strength and elongation. Sampel characterization was defined by SEM (Scanning Electron Microscope) and TGA (Thermal Gravimetry Analysis). The optimum condition was be achieved at die temperature 155°C and blowing agent additional 0.25% where density is 0,9460 g /cc; tensile strength 10,.085Mpa and elongation 232,62%. Compare to pure HDPE using blowing agent 0.25% can reduced density 0,9420%.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
T20458
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silalahi, Robert Nelson
Depok: Universitas Indonesia, 2005
T39794
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gunawan
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2004
T39826
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mas Ayu Elita Hafizah
Abstrak :
Proses polimerisasi emulsi dari stirena dan n-butil akrilat dapat dilakukan melalui teknik polimerisasi emulsi semikontinu. Teknik ini dilakukan berdasarkan penambahan larutan pre-emulsi (campuran monomer, surfaktan, air) dan larutan inisiator secara kontinu. Monomer yang digunakan bersifat hidrofobik, sehingga digunakan surfaktan untuk menjaga kestabilan polimer yang terbentuk. Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui efek panjang rantai surfaktan anionik terhadap pembentukan polimer emulsi yang memiliki kandungan padatan tinggi (>55%) dan kekentalan yang rendah. Hal ini dapat diperoleh dengan mengatur distribusi ukuran partikel bimodal dan trimodal. Pada penelitian diperoleh bentuk bimodal (59,97% ; 7200 mPa s-1) dan trimodal (61,09% ; 4600 mPa s-1). Data pendukung terjadi kopoli (stirena/butil akrilat) dapat dilihat dari nilai Tg (25,71-36,07 °C) yang berbeda dari nilai Tg masing-masing homopolimernya, berat molekul mencapai ribuan, dan terjadi perubahan bilangan gelombang pada spektrum IR. ......Emulsion Polymerization of styrene and butyl acrylate was conducted by semicontinuous technique to produce high solid content and low viscosity polymer product. This method based on adding pre-emulsion solution (a mixture of monomer, surfactant and water) and initiator solution continuously. The monomers are hydrophobic and surfactant was used to stabilized the polymer product. This research investigated the effect of chain length of anionic surfactant toward mechanism of emulsion polymerization reaction. The product were obtained with solid content greater than 55% and viscosities as low as 4600 mPa s-1, these was possible when the bimodal and trimodal latices were formed. The bimodal product had solid content of 59.97% and viscosity 7200 mPa s-1 and the trimodal product 61.09% and 4600 mPa s-1.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
T40066
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kartini Afriani
Abstrak :
Metode IPN (Interpenetrating Polymer Network), baik semi maupun full-IPN, dapat digunakan untuk mensintesis hidrogel superabsorben (HSA) kitosan dan poli(N-vinil-2-pirolidon) (PVP) atau HSA kitosan-PVP. Pada semi-IPN kitosan diikat silang dengan asetaldehida membentuk jaringan polimer kitosan yang berinteraksi dengan polimer PVP linier. Sedangkan pada full-IPN jaringan polimer disintesis secara bertahap (sequential). Tahap pertama adalah sintesis jaringan polimer kitosan terikat silang asetaldehida dan homogenisasi dengan monomer N-vinil-2-pirolidon (NVP). Tahap kedua adalah sintesis jaringan polimer PVP terikat silang N, N’-metilenbisakrilamida (MBA) melalui polimerisasi radikal bebas monomer NVP dengan inisiator amonium persulfat (APS). Hasil sintesis HSA kitosan-PVP semi dan full-IPN memiliki kekuatan struktur ikat silang dan kemampuan swelling yang baik. Kekuatan struktur ikat silang meningkat dengan bertambahnya waktu reaksi, konsentrasi agen pengikat silang dan dipengaruhi rasio kitosan-PVP. Kemampuan swelling HSA kitosan-PVP dengan kekuatan struktur ikat silang yang baik didapat pada rasio kitosan/PVP 70:30 (b/b %) untuk semi-IPN atau rasio kitosan/monomer NVP 70:30 (b/b %) untuk full-IPN. HSA kitosan-PVP semi-IPN memberikan persen derajat ikat silang yang relatif rendah (39,0%) tetapi kemampuan swelling tinggi (496,9%). Sedangkan HSA kitosan-PVP full-IPN memberikan persen derajat ikat silang yang tinggi (76,5%) tetapi kemampuan swelling relatif rendah (116,9%). Karakterisasi dilakukan dengan spektrofotometer Fourier Transform Infra Red (FTIR), analisis termal (DSC) dan analisis morfologi (SEM). ...... IPN (Interpenetrating Polymer Network) method, both semi-IPN and full-IPN can be used to synthesis the superabsorben hydrogel (HSA) of chitosan and poly(N-vynil-2-pyrrolidone) (PVP) or HSA chitosan-PVP. In the semi-IPN chitosan crosslinked with acetaldehyde was blended with PVP to form chitosan polymer network that interacts with linier polymer of PVP. While the full-IPN polymer network synthesized in stages (sequential method). The first stage is the synthesis of chitosan polymer network by crosslinked with acetaldehyde was homogenization with monomer N-vinyl-2-pyrrolidone (NVP). The second stage is the synthesis of PVP polymer network by crosslinked with N, N'-methylene bisacrylamide (MBA) through free radical polymerization of NVP monomer with the initiator ammonium persulfate (APS). HSA chitosan-PVP semi and full-IPN synthesized have a good strength of crosslinking structure and good swelling capability. The strength of crosslinking structure increased with the increase of reaction time, concentration of crosslinker and affected by chitosan-PVP ratio. Swelling ability of HSA chitosan-PVP with a good strength of crosslinking structure obtained in the ratio of chitosan/PVP 70:30 (w/w %) for semi-IPN or the ratio chitosan/NVP monomer 70:30 (w/w %) for full-IPN. HSA chitosan-PVP semi-IPN provides the degree of crosslinking is relatively low (39.0%) but higher swelling capacity (496.9%). Meanwhile HSA chitosan-PVP full-IPN provides higher degree of crosslinking (76.5%) but swelling capacity is relatively low (116.9%). Characterizations were done by fourier transform infra red spectrophotometer (FTIR), thermal analysis (DSC) and morphological analysis (SEM).
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
T35021
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Saifudin Arifin
1994
S29898
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wiwied Irfianti
Abstrak :
ABSTRAK
Insektisida telah banyak digunakan dalam upaya menanggulangi populasi hama serangga. Pemakaian insektisida di samping telah banyak menyelarnatkan ladang pertanian dipihak lain menimbulkan masalah seperti keracunan. Pernakaian atraktan merupakan cara alternatif yang lebih efisien dalam pembasmian serangga, karena tidak rnernbahayakan bagi Iingkungan sekitarnya. Salah satu jenis atraktan untuk harna serangga pengganggu tanaman buah yaitu lalat buah adalah metil eugenol. Penelitian mi membuat mciii eugenol dan eugenol asetat darl eugenol yang berasal dan minyak cengkeh. Metil eugenol dibuat dengan rnenggunakan dua cara yaitu dengan dimetil sulfat sebagai dan diazometana sebagai pereaksinya . Untuk pereaksi dimetil sulfat diperoleh hasil 71.52 % metil eugenol. Sedangkan dengan pereaksi diazometana tidak diperoleh hasil berupa metil eugenol. Pembuatan eugenol asetat digunakan anhidrida asetat sebagai pereaksinya dengan hasil 75 %. Pengujian daya atraktansi metil eugenol dan eugenol asetat terhadap lalat buah (Dacus dorsalis) menggunakan alat oflaktometer, dengan variabel jenis atraktan, waktu percobaan, dan jenis kelamin. Rancangan yang digunakan Pola Dasar Rancangan Acak Lengkap Tri faktor (a = 0.05). Tiap perlakuan di ulang tiga kali. Untuk menguji rataan masing-masing faktor dan interaksi digunakan statistik uji f. Bila Ho ditolak, dilakukan Uji Rentang Darab Duncan (a = 0.05). Diperoleh hasil bahwa waktu percobaan berlainan menghasilkan perbedaan rataan lalat yang datang. Jenis atraktan benlainan menghasilkan perbedaan rataan lalat yang datang. Jenis kelamin berlainan menghasilkan perbedaan rataan lalat yang datang. Tetapi tidak ada interaksi antara waktu percobaan dengan jenis atraktan, waktu percobaan dengan jenis kelamin, jenis kelarnin dan jenis atraktan, serta waktu percobaan, jenis kelamin, dan jenis atraktan.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1995
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>