Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rihastiwi Setiya Murti
Abstrak :
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh konsentrasi tingi sebagai bahan penyamak ulang terhadap derajat penyamakan dan morfologi kulit. Proses penyamakan dilakukan dengan menggunakan glutaraldehida. Variasi penyamakan ulang adalah variasi kadar tingi 3, 6, 9, 12, dan 15%. Mimosa 9% digunakan sebagai pembanding dalam proses penyamakan ulang. Uji morfologi kulit nila tersamak dilakukan dengan menggunakan Scanning Electron Microscope (SEM). Penyamakan ulang kulit ikan nila menggunakan tingi optimum pada konsentrasi tingi 15%. Hasil uji kimia menunjukkan bahwa semakin tinggi kadar tingi maka kadar tanin terikat dan derajat penyamakan semakin tinggi. Morfologi kulit menunjukkan serat-serat kulit semakin kompak dengan meningkatnya kadar tingi.
Yogyakarta: Balai Besar Kulit, Karet, dan Plastik, 2016
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Prayitno
Abstrak :
Istilah ?Ramah Lingkungan? untuk kulit dapat diartikan sebagai kulit tersamak yang bebas krom. Hampir 80% penyamakan saat ini menggunakan krom, karena kemudahan dalam proses dan keunggulan dalam sifat-sifat fisis kulit samaknya. Namun saat ini masyarakat menghendaki suatu produk yang ramah lingkungan. Bahan penyamak nabati dapat dikatakan sebagai bahan penyamak ramah lingkungan sebab limbah produknya mudah terdegradasi. Salah satu kelemahan dalam penggunaan samak nabati adalah kemampuan penyerapan airnya yang tinggi. Pada penelitian ini digunakan bahan water repellent yang mempunyai sifat untuk menekan kemampuan penyerapan air. Maksud dari penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh dari water repellent pada penyerapan air, sifat-sifat fisis dan morfologi kulit yang disamak dengan bahan penyamak nabati. Penelitian dilakukan dengan memvariasi jumlah water repellent dari 5; 7,5; 10; 12,5 dan 15%. Sifat-sifat fisis yang didapatkan kemudian dibandingkan dengan analisis sidik ragam dengan taraf kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan adanya penurunan dalam sifat penyerapan airnya walaupun tidak signifikan dari 77,6% menjadi 65,39%, penurunan kuat sobek dari 41,64 menjadi 20,05 kg/cm, kuat tarik dari 227,10 menjadi 163,53 kg/cm2 dan kemuluran dari 57,11 menjadi 49,68% masing-masing untuk water repellent berturut-turut 5 dan 15%, kuat bengkuk dan WVA tidak ada perubahan yang signifikan, sedangkan untuk WVP maksimum terjadi pada penggunaan water repellent 12,5%. Hasil SEM menunjukkn adanya lapisan tipis pada serat kulit yang dapat menghambat penyerapan air. ......The term of eco-friendly leather can be interpreted as chrome-free tanned leather. Recently, almost 80% of leather is tanned using chrome tanning agent because of the ease in processing and excellence of the physical properties. Nevertheless, people nowadays want an eco-friendly leather product. Vegetable tanning materials can be said as eco-friendly tanning material because their waste degrades easily. One of the weaknesses in the use of vegetable tanning is a high water absorption capability. In this research used a water repellent material that has the properties to suppress the ability of water absorption. The purpose of the research was to determine the effect of water repellent on physical properties and morphology of leather tanned by vegetable tanning materials. Because one of the weaknesses in the vegetable tanning is its high water absorption capability, in this research, water repellent was used and varied by 5; 7.5; 10; 12.5; and 15% . Physical properties obtained were compared with analysis of variance with the significance level of 95%. The water repellent increased from 5% to 15%. The results showed a decrease in water absorption capability from 77.6% to 65.39%, tearing strength from 41.64 to 20.05 kg/cm, tensile strength from 227.10 to 163.53 kg/cm2, and elongation at break from 57.11 to 49.68%, strong swelling and WVA have no significant changes, while for WVP, the maximum use of water repellent at 12.5%. SEM results indicate the presence of a thin layer on the leather fiber that can inhibit the absorption of water.
[Place of publication not identified]: Balai Besar Kulit, Karet, dan Plastik, 2016
530 KKP 32:2 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Rejected tanned leather is tanned lether product with damages of more than 30% of its total surface area, but can be improved by embossing. Embossing is the provision of patterns that influences the properties of articles and contributes to the closure of the defects on the surface of leather. This study aims to determine the influence of urethane binder and embossing motives to the quality of rejected leather for shoe upper applications. Variables investigated were urethane binder composition (100, 150, and 200 part in 1000 part of base coat) and embossing motives (crocodile, ostrich, shark fish, and milled motive). The quality of the leather was then tested in terms of organoleptic properties (feel, flexibility, visual appearance), mechanical properties (tear strength, tensile strength, elongation at break, rub fastness (dry, wet), adhesive strength of cover paint (dry, wet), and flexing resistance), physical properties (WVP and WVA), as well as morphology (SEM). The results showed that the addition of urethane binder and embossing patterns affect the quality of shoe upper leather, i.e. in general covering the leather defects and increasing the visual appearance (organoleptic properties), and changing the collagen network structure (based on SEM test). Visually preferred skin is skin with the addition of 200 parts of the urethane binder and crocodile patterned leather.

Kulit tersamak reject adalah produk dengan jumlah luasan kerusakan lebih besar dari 30%, namun dapat diperbaiki dengan embossing. Embossing adalah metode pemberian motif yang dapat mempengaruhi sifat artikel dan dapat memberikan kontribusi terhadap penutupan cacat-cacat pada permukaan kulit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan binder uretan dan motif embossing pada kulit reject terhadap kualitas kulit bagian atas sepatu. Variabel penelitian terdiri atas jumlah binder uretan (100, 150, dan 200 gram dalam 1000 gram campuran lapisan dasar) dan motif embossing (kulit buaya, burung unta, ikan hiu, dan milled). Pengujian mutu kulit terdiri atas pengujian organoleptis (pegangan, kelemasan, kenampakan), mekanik (ketahanan sobek, kekuatan tarik, kemuluran, ketahanan gosok cat (kering dan basah), kekuatan rekat cat tutup kering dan basah, ketahanan bengkuk), fisis (water vapor permeability (WVP), water vapor absorption (WVA)), dan morfologi (scanning electron microscopy (SEM)). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan binder uretan dan motif embossing berpengaruh terhadap mutu kulit bagian atas sepatu, yaitu secara umum dapat menutup cacat-cacat dan menambah keindahan visual dan mengubah struktur jaringan kolagen (hasil uji SEM). Secara visual kulit yang disukai adalah kulit dengan penambahan binder uretan sebesar 200 bagian dan bermotif kulit buaya.
[s.l.]: Balai Besar Kulit, Karet dan Plastik, 2016
530 KKP 32:1 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library