Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Okatiranti
"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pegagan pada ketahanan mukosa Iambung (gastroprotektif) tikus yang mengalami stres immobilisasi baik secara makroskopik dengan parameter luas ulkus dan skor perdarahan dan secara mikroskopik parameter edema, infiltrasi leukosit, dan nekrosis jaringan Iambung tikus.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental in vivo,
dilakukan dengan 5 kelompok perlakuan dengan 6 ulangan. Kelompok I adalah kelompok kontrol diet normal, kelompok Il kelompok kontrol diet normal dicampur pegagan 1 gr/kg bb hari, kelompok Ill adalah kelompok kontrol tikus yang mengalami stres immobilisasi tanpa
pemberian pegagan sebelumnya, Kelompok IV dan V adalah kelompok yang sebelumnya mendapat diet pegagan selama 3 hari sebelum stres immobilisasi dengan konsentrasi pegagan 0,5 gr/kg bb hari dan 1,0 gr/kg bb hari.
Hasil pengamatan makroskopis menunjukkan bahwa Iuas ulkus dan skoring, perdarahan kelompok I, Il, III, terdapat perbedaan yang bemakna dan dibuktikan secara mikroskopik untuk parameter edema, infilrasi leukosit dan nekrosis juga rerdapat perbedaan yang bermakna. Sedangkan untuk kelompok III, IV dan V secara makroskopik Iuas ulkus
dan skoring perdarahan tidak ada perbedaan yang bermakna dan dibuktikan dengan pengamatan parameter inflamasi, (edema, infiltrasi leukosit dan nekrosis) juga tidak terdapat perbedaan yang bermakna.
Stres immobilisasi dapat menyebabkan ulkus lambung, sedangkan pada
penelitian ini terlihat bahwa efek gastroprotektif pegagan pada kondisi stres immobilisasi menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna walaupun ada penurunan dari parameter luas ulkus, skoring perdarahan dan parameter proses inflamasi dibandingkan dengan kontrol."
Depok: Universitas Indonesia, 2005
T16241
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Sri
"Ruang lingkup dan cara penelitian: Kinerja standing long jump(SLJ)atau tes lompat jauh
tanpa awalan merupakan salah satu alat untuk mengetahui daya ledak otot yang sering
digunakan pada seleksi bibit atlet dan evaluasi program latihan . SLJ merupakan tes lapangan
yang sederhana dan mudah dilakukan .
Besarnya kinerja SU didapatkan dengan : BB x jauhnya jarak lompatan. Untuk menghasilkan
jarak lompat yang optimum diperlukan power (daya) yang optimum, daya (power) dipengaruhi
oleh kekuatan dan kecepatan kontraksi otot(strength x velocity).Besarnya energi yang
dikeluarkan untuk memindahkan mass a yaitu berat badan kejarak yang ditempuh dalam wakru
yang cepat merupakan daya ledak otot. Secara biomekanika gerakan SLJ dimulai dengan
ekstensi mendadak pada paha, lutut,kaki,plantar tleksi dan tleksi jari kaki. Secara fisiologis
faktor yang berpengaruh pada kinerja SLJ yaitu penampang Iintang otot (cross sectional area
/CSA) . Lean leg volume (LLV) adalah volume tulang dan tungkai kaki tanpa lemak yang
mencerminkan besarnya CSA.
LLV diukur dengan menggunakan metode Jones & Pearson(l969) yaitu LV (leg volume)
dikurangi tebal lemak subkutis dan leg volume (LV) diukur secara anthropometri dengan
metode Katch & Weltman(l975).
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana pengaruh dan hubungan lean leg
volume pada tes lompat jauh tanpa awalan . Penelitian dilakukan pada 29 anak prepuberras usia
10-12tahun yang belum terlatih.
Hasil dan kesimpulan : Dari hasil analisa data diperoleh Leg volume(LV) naracoba
berkisar 3.31 -7.861(x=5.23+/- 1.29). Lean leg volume(LLV) berkisar 3.10 - 6.821 (x = 4.78
+ /- 1.11). Jarak SU pada anak - anak tsb berkisar 1.23 - 1.98 m ( x = 1.50 + /- 0.18) dan
Kinerja SU berkisar 25.4 - 60.45 kg.m (x= 43.21 +/- 9.58) . Dilakukan uji statistik korelasi
antara LLV dengan kinerja SU dan hasilnya terdapat korelasi yang kuat antara lean leg volume
dengan besarnya kinerja tes lompat jauh tanpa awalan yaitu koefisie korelasi r = 0.64 dan p =
0.0002. Juga dilakukan uji beda 2 mean dengan t tes antara hasil rata SU laki - laki = 1.52 m
dan anak perempuan 1. 42m dan hasilnya tidak berheda hermakna dengan p = 0.52. Has il t tes
pada kinerja SLJ antara anak laki - laki = 43 .21 kg.m dan anak perempuan = 42.77 kg.m
tidak berbeda hermakna dengan p =0.802. Dari hasil penelitian ini disimpulkan adanya huhungan Iinier antara LLV dengan kinerja SU , dan tidak terdapat perbedaan bermakna antara kinerja dan jarak S U anak laki - laki dan perempuan prepuhertas usia 10-12 tahun."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1994
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Murtiati
"ABSTRAK
Ruang Lingkup dan Cara Penelitian : Sindroma premenstruasi merupakan suatu gangguan yang berulang secara siklik pada akhir fase luteal siklus menstruasi seorang wanita. Gejala yang terjadi mencakup perubahan fisiologis, perasaan dan perilaku yang mengganggu aktifitas normal. Gejala yang terlihat sangat bervariasi, mulai dari gejala ringan, sedang dan sangat beret. Sindroma premenstruasi diduga dipengaruhi banyak faktor. Sindroma premenstruasi umumnya terjadi pada wanita berusia antara 20 - 48 tahun. Salah satu teori yang mencoba menjelaskan terjadinya patofisiologi sindroma premenstruasi adalah defisiensi kadar progesteron plasma pada fase luteal siklus menstruasi seorang wanita.
Kadar progesteron plasma yang rendah pada fase luteal siklus menstruasi berpengaruh pada susunan saraf pusat dan retensi air pada tubuh yang menimbulkan gejala sindroma premenstruasi . Penelitian ini merupakan studi analisis eksperimental untuk meneliti efek latihan senani erobik terhadap kadar progesteron plasma pada fase luteal dan gejala sindroma premenstruasi pada penderita sindroma premenstruasi. Pengukuran kadar progesteron plasma pada fase luteal dengan teknik Microparticle Enzyme Immuno Assay (META). Pengukuran gejala sindroma premenstruasi dengan kuesioner gejala sindroma premenstruasi yang diadaptasi dari Menstrual Distress Questionnaire (MDQ). Delapan orang wanita sehat penderita sindroma premenstruasi mendapat latihan fisik erobik dengan dilakukan tes kebugaran sebelum dan sesudah latihan 12 minggu. Latihan fisik erobik mengikuti prinsip Frekuensi, lntensitas, Durasi dan Janis (FIDJ). Program latihan dilakukan 3 kali seminggu selama 12 minggu, dengan intensitas sedang dan durasi 45 -- 60 merit.
Data dianalisis dengan uji t independen, uji korelasi setelah sebelumnya diuji normalitas dengan uji Kolrnogorov smirnov dan uji kesamaan variansi dengan uji F pada alpha 0,05
Hasil dan kesimpulan : Dari penelitian ini diperoleh hasil (1) kadar progesteron plasma penderita sindroma premenstruasi pada fase luteal siklus menstruasi lebih rendah dan nilai normal, (2) Kadar progesteron plasma penderita sindroma premenstruasi setelah latihan . senam erobik secara teratur selama 12 minggu lebih tinggi secara sangat bermakna dibanding pada penderita yang tidak latihan senam erobik (p<0,01), (3) Gejala sindroma premenstruasi pada penderita sindroma premenstruasi yang diberi perlakuan berkurang secara sangat bermakna dibanding penderita yang tidak latihan senam erobik (p<0,01), (4) Denyut nadi pada pelaksanaan latihan senam erobik telah sesuai dengan program latihan yang dianjurkan (72% - 87% Denyut Nadi Maksimal), (5) Kebugaran meningkat secara bermakna (p<0,05), persentase peningkatan 16%, (6) Persentase lemak tubuh menurun, (7) Fleksi dan ekstensi meningkat .
"
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rony Sendjaja
"Tujuan Penelitian : menilai pengaruh konsumsi cairan isotonis yang mengandung glukosa dan elektrolit terhadap keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh, kelelahan, serta pemulihan pasca berolahraga.
Tempat: Laboratorium Fisologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Latar belakang dan Cara Penelitian : Keseimbangan cairan dan elektrolit penundaan kelelahan, Serta pemulihan pasca berolahraga sudah lama menarik perhalian para ahli. Ganguan dari Salah satu komponen tersebut telah dapat mengakibatkan gangguan fungsi rubuh dan menurunkan kinerja dalam berolahraga. Banyak penelilian telah dilakukan untuk mengoptimalkan kinerja berolahraga. dan cara yang umum dipakai adalah dengan memberikan cairan isotonik yang mengandung glukosa dan elektrolit. Namun yang masih menjadi permasalahan adalah apakah pemberian cairan isotonik dapat menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit, menunda kelelahan. dan mengoptimalkan pemulihan Iebih baik dibandingkan air. Maka dilakukan penelitian pengaruh pemberian cairan isotonik terhadap 11 orang atlet lari jarak menengah atau jauh pria DKI Jakarta dengan desain eksperimen crossover design.
Hasil : pemberian cairan isotonik secara bermakna lebih baik dalam menjaga keseimbangan cairan di mana rata-rata selisih kadar Hb dan Ht sebelum dan setelah aktivitas pada kelompok isotonik (-0,21 kurang lebih 0,69 g/dL dan -0.68 kurang lebih 2,11%) dan (0.26 kurang lebih 0,49 g/dL dan 1,11 kurang lebih 1.34 %) pada kelompok air. Waktu terjadi kelelahan berbeda bermakna antara kelompok isotonik dan air (79,45 kurang lebih 12.52 menit vs 58.72 kurang lebih 10.43 menit), Kadar glukosa darah lebih baik pada kelompok isotonik dibanding air, baik pada saat aktivitas fisik dan pada saat pemulihan. Tidak ditemukan perbedaan brmakna untuk denyut nadi keseimbangan elektrolit (kadar natrium dan kalium), serta kadar laktat pada kedua kelompok.
Kesimpulan : pemberian cairan isotonik selama olahraga dan masa pemulihan dapat menjaga keseimbangan cairan meningkatkan daya tahan dan mempertahankan kadar glukosa aktivitas dan pemulihan lebih baik dari air."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T16235
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sonny Pamudji Laksono
"Ruang Lingkup dan Cara Penelitian: Revaskularisasi sel otot jantung yang terjadi sewaktu bedah pintas koroner sesungguhnya memang merupakan suatu fenomena iskemia-reperfusi, dimana radikal bebas oksigen sering terbentuk berlebihan pada waktu itu dan dapat menimbulkan cedera reperfusi pada sel otot jantung dan endotel koroner. Luka reperfusi tidak jarang menimbulkan berbagai komplikasi pasca bedah, seperti aritmia, infark barn pasca bedah, miokard stunning dan sebagainya. Kurkumin selama ini telah dipergunakan oleh masyarakat luas sebagai obat tradisional misalnya pada gangguan nafsu makan dan penelitian terakhir pada hati telah terbukti bahwa kurkumin mempunyai efek antioksidan. Oleh karena itu permasalahannya adalah apakah pemberian kurkumin pada jantung sebelum bedah pintas koroner akan mampu mencegah fenomena tersebut. Pada penelitian ini diamati efek kurkumin terhadap jantung marmut melalui parameter-parameter tekanan sistolik dan frekuensi denyut jantung. Peristiwa Iskemia-Reperfusi dibuat dengan menggunakan model alat Isolated Working Rat Heart Perfusion yang telah dimodifikasi. Hewan coba yang digunakan adalah marmut jantan dengan berat antara 150-300 gram. Penelitian dibuat 2 kelompok yaitu: kelompok kontrol dengan hipoksia 15 menit (n=9) dan 30 menit (n=9), serta kelompok perlakuan kurkumin 0,25 µM dengan hipoksia 15 menit (n=9) dan 30 menit (n=9).
Hasil dan Kesimpulan: Dari hasil pengamatan didapatkan frekuensi denyut jantung kelompok kontrol yang dihipoksia 15 menit (N15= 173,22 ± 21,75 denyutlmenit VS R15= 174,00 ± 13,45 denyut/menit, T-test, p > 0,05). Pada kelompok kontrol hipoksia 30 menit didapat (N30= 182,80 ± 15,50 denyutlmenit VS R30=180,80 ± 31,54 denyut/menit, T-test, p >0,05). Untuk frekuensi denyut jantung kelompok perlakuan kurkumin 0,25 µM dengan hipoksia 15 menit (N15K= 217,78 ± 22,85 denyutlmenit VS R15K= 211,56 ± 35,81 denyutlmenit, T-test, p>0,05). Untuk kelompok perlakuan kurkumin 0,25 µM dengan hipoksia 30 menit (N30K= 188,00 ± 23,99 denyutlmenit VS R30K= 191,10 ± 17,69 denyut/menit, T-test, p >0,05). Dari hasil pengamatan didapat tekanan sistolik untuk kelompok kontrol yang dihipoksia 15 menit (N15= 94,61 ± 9,38 cmH2O VS R15= 52,89 ± 18,66 cmH2O, T-test, p <0,05), untuk kelompok kontrol yang dihipoksia 30 rnenit (N30= 93,80 ± 11,38 cmH2O VS R30= 30,70 ± 30,34 cmH20, T-test, p <0,05). Pada kelompok perlakuan kurkumin 0,25 µM yang dihipoksia 15 menit (N15K= 91,72 ± 11,42 cmH2O VS R15K= 66,61 ± 19,95 cmH2O, T-test, p <0,05), dan hasil kelompok perlakuan kurkumin 0,25 µM yang dihipoksia 30 rnenit (N30K= 97,44 ± 13,74 cmH2O VS R30K= 68,67 ± 14,41 cmH2O, T-test, p <0,05). Hasil analisis menunjukkan bahwa frekuensi denyut jantung balk yang dihipoksia 15 menit maupun 30 rnenit ternyata pads kelompok kurkumin 0,25 pM menunjukkan adanya peningkatan, tetapi peningkatan ini tidak bermakna secara statistik (p >0,05). Sedangkan hasil analisis terhadap tekanan sistolik baik yang dihipoksia 15 menit dan 30 menit pada kelompok kurkumin 0,25 µM menunjukkan adanya peningkatan recovery tekanan sistolik dan bermakna secara statistik (p <0,05)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2003
T21388
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fanny Septiani Farhan
"ABSTRAK
Latar belakang: Kelelahan (fatigue) adalah suatu fenomena fisiologis teljedinya
penurunan toleransi terhadap kerja flsik. Penyebabnya sangat spesiflk bergantung pada
karakteristik kerja tersebut. Ada dua pendapat yang menjelaskan timbulnya kelelahan
otot pada olahraga dengan intensitas tinggi dan durnsi singkat. Pertama, bahwa
penimbunan asam laktat merupakan penyebub timbulnya kelelahan otot, hal ini
disebabkan pemenuhan kebutuhan energi bergantung pada sistem fosfagen dan glikolisis
anaerob dan jalur metabolisme int menghasilkan produk samping yaitu asam laktat.
Dengan meningkatnya ketergantungan energi dari gHkolisis anaerob menyebabkan
terjadinya akumulasi asam laktat.
Pada pendapat kedua, kelelahan timbul akibat penimbunan It bebas yang berasal dari
basil Hidrolisis ATP dan glikolisis anaerob pada otot yang aktif. Kedua proses ini
menghasi!kan H+ bebas. Dengan makin meningkatnya intensitas dan kebutuhan akan
ATP, maka proses glikolisis anaerob dan ATP hidrolisis semakin meningkat, maka
akumulasi H+ bebas tersebut akan menimbulkan kelelahan otot.
Tujuan: Bagaimanakah pengaruh 1-F dan laktat terhadap timbulnya kelelahan otot yang
ditandai dengan menurunnya kekuatan kontraksi dari otot rangka tersebut?
Metode: Penelitian ini menggunakan 3 kelompok perlakuan. Otot gastrocnemius Rana
sp di rendarn dalam larutan perlaknan yang berbada yaitu sodium laktat (kelompok 1),
asam laktat (kelompok 2) dan asam sitrat (kelompok 3) selama 30 menit. Otot yang Ielah
direndam kemudiao dirangsang dengan kontraksi submaksimal dengan frekuensi 5 Hz
dan voltase 20 volt. Gambatan kontraksi direkam dengan menggunakan
mekanomiogram. Dihitung durasi mulai awal konttaksi hingga timbulnya penurunan
kekuatan kontraksi 50%. Data dianalisis dengan uji ANOVA.
Hasil: Terdapat perbedaan yang bermakna antara waktu kelelahan yang ditimbulkan
oleh sodium laktat dibandingkan dengan asam laktat (P<0,0T32809-Fanny septiani farhan5), Terdapat perbedaan yang
bermakna aot:ara waktu kelelahao yang ditimbulkan oleh sodium laktat dibandingkan
dengan asam sitrat (P<0,05), dan terdapat perbedaan yang bennakna ant:ara waktu
kelelahan yang ditimbulkan oleh asam laktat dibaodingkan dengan asam sitrat (P<0,05),
sehingga urutan timbulnya kelelahan dari yang tereepat hingga yang terlarna adalah asam
sitrat, asam laktat dan natrium laktat.
Kesimpulan: H+ merupakan faktor utama terhadap timbulnya kelelahan otot pada otot
rangka Rana sp.

Abstract
Background: Fatigue describes a condition in which a muscle is no longer able to
generate or sustain the expected power output. Fatigue is influenced by the intensity and
duration of the contractile activity. Multiple factors have been proposed to play a role in
fatigue. The popular opinion says that the accumulation of lactic acid as the main cause
of fatigue. During intense exercise, muscle and blood lactate can rise to very high levels.
Lactic acid becomes accumulated, has a direct detrimental effect on muscle performance.
The second opinion show that an increase concentration of hydrogen ions and a decrease
in pH (increase in acidity) within muscle or plasma, causes fatigue. The accumulation of
hydrogen ion release from glycolysis and ATP hydrolysis. The cell buffering capacity is
exceeded and fatigue developed.
Aims: The present study was designed to evaluate the role of W and lactate· in causing
muscle fatigue.
Design: the research uses 3 groups of treatment. Gastrocnemius muscle of Rana sp is
submerge in 3 different solutions. Sodium lactate (group 1), lactic acid (group 2) and
citric acid (group 3) for 30 minutes. The muscle is being stimulated using stimulator in
sub maximum contraction with frequency 5 Hz and 20 volt. the duration of fatigue is
observed from the initiation of contraction until 50% reduction of the muscle
contraction. Data is analyzed with ANOVA.
Result: The result of analysis showed that there were statistical differences on duration
of fatigue between sodium lactate and lactic acid, between lactic acid and citric acid, and
between lactic acid and citric acid (P
Conclusion: W accumulation plays big role in emerging muscle fatigue."
2009
T32809
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library