Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 14 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fanyzia Fajrianas Kautsar
"ABSTRAK
Peningkatan produksi lindi dari TPA banyak yang tidak diikuti dengan banyaknya instalasi pengolahan lindi yang efektif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besar penyisihan COD, TN, dan TSS serta waktu detensi optimumnya menggunakan Anoxic-Aerobic Moving Bed Biofilm Reactor MBBR . MBBR merupakan suatu unit pengolahan biologis dengan mengkombinasikan sistem attached growth dengan suspended growth. Operasioanal MBBR dilakukan menggunakan sistem batch, yang terdiri atas tiga proses, yaitu seeding, aklimatisasi, dan feeding. HRT atau waktu detensi yang digunakan pada penelitian ini adalah 12 dan 24 jam. Konsentrasi COD, TN, dan TSS pada influen lindi yang digunakan pada penelitian ini berturut-turut berada pada rentang 3345 mg/L ndash; 6000 mg/L, 2285 mg/L ndash; 2585 mg/L, dan 650 mg/L ndash; 2155 mg/L. Dari penelitian ini diketahui efisiensi penyisihan COD, TN, dan TSS pada saat HRT 12 jam berturut-turut berada pada rentang 59.47 - 66.58 , 58.87 - 70.50 , dan 51.72 - 54.79 . Sedangkan efisiensi penyisihan COD, TN, dan TSS pada saat HRT 24 jam berturut-turut berada pada rentang 62.48 - 69.99 , 70.23 - 83.56 , dan 53.33 ndash; 61.17 . Dari efisiensi penyisihan tersebut dapat diketahui bahwa waktu detensi optimum pada penelitian ini adalah 24 jam. Namun efisiensi penyisihan yang kurang maksimal menyebabkan efluen dari penelitian ini masih berada di atas baku mutu.

ABSTRACT
There are so many leachate produced by solid waste landfill which is not required by effective leachate treatment unit. The purpose of this study is to know the removal efficiency of COD, TN, and TSS, and also the optimum HRT using Anoxic Aerobic Moving Bed Biofilm Reactor MBBR . MBBR is a biological processing unit that combine attached growth system with suspended growth system. The MBBR 39 s operational system that used in this study is batch system. HRT that used in this study is 12 and 24 hours. COD, TN, and TSS concentrations of Cipayung landfill leachate is in range 3345 mg L ndash 6000 mg L, 2285 mg L ndash 2585 mg L, dan 650 mg L ndash 2155 mg L resepectively. The removal efficiency of COD, TN, and TSS with 12 hours HRT as result of this study is in range 59.47 66.58 , 58.87 70.50 , dan 51.72 54.79 respectively. And The removal efficiency rof COD, TN, and TSS with 24 hours HRT as result of this study is in range 62.48 69.99 , 70.23 83.56 , dan 53.33 ndash 61.17 respectively. The optimum time detention HRT of this study is 24 hours. The small value of removal efficiency causes the leachate concentrations still exceeds the quality standard."
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raras Azhaari Zalfa
"ABSTRAK
Permasalahan yang menjadi perbincangan di Indonesia adalah sampah dan bahan bakar minyak. Sampah plastik menduduki peringkat atas dalam komposisi sampah di Indonesia. Produksi bahan bakar minyak dalam negeri cenderung menurun sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan masyarakat. Pengolahan sampah dengan teknologi konversi termal melalui sistem pirolisis dapat menekan volume sampah plastik dan memproduksi bahan bakar minyak. Penelitian ini menggunakan pirolisis dengan fixed-bed reactor. Bahan baku yang digunakan sebesar 20 gram sampah plastik polystyrene dan low density polyethylene dengan kombinasi I 75/25 , kombinasi II 50/50 , dan kombinasi III 25/75 . Pembakaran dilakukan dengan temperatur 500?C dengan durasi waktu pengujian selama 40 menit. Proses pembakaran tersebut menghasilkan gas tidak terkondensasi sehingga ditangkap menggunakan impinger. Produk yang dihasilkan pada kombinasi I I adalah minyak, gas, serta tar. Produk yang dihasilkan pada kombinasi I II adalah minyak, gas, serta arang. Produk yang dihasilkan pada kombinasi II adalah minyak, gas, serta tar. Produk yang dihasilkan pada kombinasi III adalah minyak, gas, serta arang. Seluruh emisi gas SO2 dan NOx yang diteliti dalam penelitian ini berada pada batas aman, yaitu dibawah baku mutu Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI. Nomor P.70/Menlhk/ Setjen/ Kum.1/8/2016 tentang Baku Mutu Emisi Usaha dan / atau Kegiatan Pengolahan Sampah Secara Termal.

ABSTRACT
The problems that have been discussed in Indonesia are solid waste and fuel oil. Plastic waste is top rank composition of solid waste in Indonesia. The production of fuel oil decrease, so it can rsquo t supply the needs of the community. Solid waste management with thermal conversion technology through pyrolysis system can reduce the volume of plastic waste and produce fuel oil. This research uses fixed bed reactor pyrolysis. Total raw materials are used 20 gram of combination plastic waste from polystyrene and low density polyethylene with 3 combinations. There are combination I 75 25 , combination II 50 50 , and combination III 25 75 . The temperature pyrolysis process is 500 C with experiment duration in 40 minutes. The pyrolysis process produces non condensable gas which is absorbed with impinger. The products from pyrolysis with combination I I are oil, gas emission, and tar. The products from pyrolysis with combination I II are oil, gas emission, and char. The products from pyrolysis with combination II are oil, gas emission, and tar. The products from pyrolysis with combination III are oil, gas emission, and char. All NOx and SO2 emission which are produced in this research are below quality standard of the Ministry of Environment and Forestry RI Regulation about Quality Standard of Business Emissions and or Thermal Waste Processing Activities."
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rusyda Maheswara
"ABSTRAK
Pemanfaatan kembali sampah organik untuk dijadikan kompos menggunakan mikroorganisme berpotensi menjadi solusi untuk mengurangi jumlah timbulan sampah domestik yang terus meningkat seiring dengan penambahan penduduk. Namun analisis risiko terhadap pemanfaatan tersebut menjadi krusial akibat adanya kandungan sampah B3 yang tercampur di dalam sampah domestik yang akan dijadikan sebagai bahan dasar kompos. Kompos yang terkontaminasi tersebut apabila digunakan dapat memicu risiko baik kanker dan non kanker apabila tanaman tersebut dikonsumsi. Penelitian ini bertujuan mengkuantifikasi risiko kanker dan non kanker dari logam berat yang terkandung pada timbulan sampah di wilayah Cikini Kramat, Kecamatan Menteng dan wilayah Gedong Pompa, Kecamatan Penjaringan. Penelitian ini bersifat kualitatif dalam penentuan karakterisasi risiko dengan menggunakan analisis kuantitatif dengan metode analisis Monte Carlo. Untuk memperoleh data kuantitatif dilakukan pengukuran terhadap konsentrasi logam berat dari timbulan sampah organik pada kedua wilayah dan data sekunder IFLS 2014. Terdeteksi logam berat As dengan konsentrasi 1,37 mg/kg dan logam berat Pb dengan konsentrasi 4,49 mg/kg pada timbulan sampah organik wilayah Gedong Pompa, dan logam berat Hg dengan konsentrasi 0,46 mg/kg pada timbulan sampah organik wilayah Cikini Kramat. Dari 10.000 simulasi yang dilakukan hasil analisis risiko kanker menunjukan persentase terbesar risiko kanker tinggi oleh logam As sebesar 66,68% dan risiko kanker menengah oleh logam berat Pb sebesar 59,63%, sedangkan untuk risiko non kanker rendah oleh logam berat As sebesar 68,78%, risiko non kanker rendah oleh logam berat Pb sebesar 94,6% dan risiko non kanker tinggi oleh logam berat Hg sebesar 74,39%.

ABSTRACT
The reuse of organic waste to be composted using microorganisms has the potential to be a solution to reduce the amount of domestic waste generation that continues to increase with population growth. However, the risk analysis of the utilization becomes crucial due to the presence of hazardous waste content mixed in domestic waste which will be used as compost base material. Contaminated compost when used can trigger a risk of both cancer and non-cancer if the plant is consumed. This study aims to quantify the risk of cancer and non-cancer from heavy metals contained in waste generation in the Cikini Kramat area, Menteng District and Gedong Pompa, Penjaringan District. This research is qualitative in determining risk characterization using quantitative analysis with the Monte Carlo analysis method. To obtain quantitative data, measurements were made of heavy metal concentrations from organic waste generation in both regions and secondary data from 2014 IFSL. Detected heavy metal As with a concentration of 1.37 mg / kg and Pb heavy metal with a concentration of 4.49 mg / kg in organic waste generation. Gedong Pompa area, and heavy metal Hg with a concentration of 0.46 mg / kg in organic waste generation in the Cikini Kramat area. From 10,000 simulations carried out the results of cancer risk analysis showed the largest percentage of high cancer risk by As metals was 66.68% and medium cancer risk by heavy metals Pb was 59.63%, whereas for low non-cancer risk by heavy metals As was 68, 78%, the risk of non-cancer is low by Pb heavy metals by 94.6% and the risk of non-cancer is high by heavy metal Hg of 74.39%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rohadatul Aisy Afla
"Kualitas udara pada ruang rawat inap merupakan poin penting yang perlu diperhatikan untuk menghindari risiko dan gangguan kesehatan yang dapat tersebar melalui udara. Indikator bioaerosol dalam ruangan yang dipakai adalah bakteri dan jamur. Alat yang digunakan untuk pengambilan sampel bakteri dan jamur pada Gedung A RSCM adalah EMS dan media kultur TSA serta MEA. Sampel bakteri diinkubasi pada suhu ±37oC selama ±24 jam, sedangkan jamur diinkubasi pada suhu ±27oC selama ±48 jam. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan konsentrasi bakteri dan jamur pada ruang perawatan kelas 1, VIP, dan VVIP dan menganalisis faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi keberadaan bioaerosol dalam ruangan. Dari penelitian yang telah dilakukan, hasil uji perbedaan konsentrasi bakteri pada ruang rawat inap yang diperoleh adalah 0,02 dengan tingkat signifikansi (α) 0,05 dengan menggunakan uji Kruskal-Wallis, sedangkan untuk jamur sebesar 0,002. Sehingga ada perbedaan konsentrasi bakteri dan jamur pada ruang perawatan kelas 1, VIP, dan VVIP. Suhu dan kelembaban diketahui sebagian besar tidak memiliki hubungan dengan kualitas bioaerosol dalam ruang rawat inap. Hasil uji korelasi Spearman untuk suhu dan bakteri adalah 0,085; 0,567; 0,000, sedangkan untuk suhu dan jamur adalah 0,058; 0,168; 0,05. Uji korelasi Spearman untuk kelembaban dan bakteri 0,095; 0,688; 0,320, sedangkan untuk kelembaban dan jamur adalah 0,399; 0,008; 0,920. Dari data tersebut dapat dijelaskan bahwa pada beberapa ruangan rawat inap tidak ada hubungan antara faktor lingkungan dengan konsentrasi bakteri dan jamur.

Air quality in the patient room is an notable point that need to be considered to avoid risk and some health problems that can be spread through the air. Bioaerosol indicator for indoor air pollutants are bacteria and fungi. Air samples were taken by EMS with TSA and MEA culture media. This research was taken in Gedung A RSCM. Bacteria sampel would be incubated at 37oC for 24 hours, while fungi would be incubated at ±27oC for ±48 hours. This research wanted to know the difference between bacteria and fungi concentration at kelas 1, VIP, and VVIP inpatient rooms. The results showed that there is a difference of bacteria and jamur concentration between the class of inpatient rooms, because the level significant of Kruskal-Wallis (α = 0,05) for bacteria concentration is 0,02 and 0,002 for fungi concentration. Temperature and humidity mainly did not have any specific relation with bioaerosol quality in inpatient rooms. The results for Spearman’s corelation for humidity and bacteria are 0,085; 0,567; 0,000. Meanwhile, for temperature and bacteria area 0,095; 0,688; 0,320 and for humidity and fungi are 0,399; 0,008; 0,920. From those data known that some of the inpatient rooms were not had relation between environment factors with bacteria and fungi concentration."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diinii Haniifah
"Kualitas udara dalam ruangan di rumah sakit harus menjadi perhatian khusus karena pasien salah satu sumber pencemar mikroorganisme patogen ke udara yang dapat memicu persebaran infeksi nosokomial, maka dilakukan penelitian terhadap kualitas udara di salah satu rumah sakit di Depok, yaitu Rumah Sakit Tugu Ibu, untuk mengetahui konsentrasi mikroorganisme di udara. Sampel udara diambil menggunakan EMS Bioaerosol Sampler Single Stage Sampler dengan debit aliran udara sebesar 28,3 L/menit. Bakteri di udara diambil selama dua menit pada media Tryptic Soy Agar dan diinkubasi pada temperatur 35-37oC selama 24 jam, sementara itu jamur pada media Malt Extract Agar selama dua menit dan diinkubasi pada temperatur 25-29oC selama 48-72 jam. Koloni yang tumbuh dihitung sebagai colony-forming Units CFU/m3 . Hasil penelitian menunjukkan hasil angka kuman, temperature dan kelembaban udara dalam ruangan pada rentang 1.385-2.930 CFU/m3, 25-28oC dan 72-91 yang mana melebihi batas baku mutu KepMenKes No. 1204/MENKES/SK/X/2004. Hasil pengukuran konsentrasi diuji secara statistik menggunakan uji non-parametrik untuk menunjukkan korelasi dengan jumlah orang dan hasil menunjukkan korelasi sig< 0,05 pada konsentrasi bakteri dengan jumlah orang dan tidak menunjukkan korelasi sig > 0,05 pada konsentrasi jamur dengan jumlah orang. Berdasarkan pengukuran dan perhitungan, sebagian besar Bilangan Reynold lebih besar dari 2.000 yang mengindikasikan bahwa jenis aliran udara didominasi oleh aliran turbulen. Jumlah pertukaran udara sebagian besar kurang dari 4 kali/jam sehingga tidak memenuhi standar yang ditetapkan oleh ASHRAE 1999 . Besarnya konsentrasi bakteri dan jamur dipengaruhi oleh temperature, kelembaban udara, kecepatan udara, jenis aliran udara, dan pertukaran udara per jam. Sementara itu, jumlah orang sangat berpengaruh terhadap konsentrasi bakteri namun tidak berpengaruh terhadap konsentrasi jamur.

Indoor air quality in hospital has to be considered because patients could be a source of pollutant and lead a nosocomial infection. Therefore, bioaerosol was measured in selected hospitals at city of Depok, which is Tugu Ibu Hospital. Air sampling was conducted by using EMS Bioaerosol Single Stage Sampler and worked at a flowrate of 28.3 l min. Airborne bacteria were collected for two min on Tryptic Soy Agar and then incubated at 35 37oC for 24 h, while fungi on Malt Extract Agar for two min and then incubated at 25 29oC for 48 72 h. The colonies were counted as colony forming units CFU m3 . The result showed that indoor air bacteria and fungi concentrations, air temperature and humidity with the range approximately between 1,385 2,930 CFU m3, 25 28oC and 72 91 , respectively. All the numbers have exceeded the quality of standards by Ministry of Health Decree No. 1204 MENKES SK X 2004. Spearman rank correlation showed strong correlation sig 0.05 between indoor air bacteria concentrations and number of visitors and no correlation sig 0.05 between indoor air fungi concentrations and number of visitors. Based on measurements and calculations, Reynold numbers were mostly over 2,000, which indicated the indoor airflow dominated by turbulent flow. Air change rates were mostly less than 4 times hour and did not meet quality standards by ASHRAE 1999 . Indoor air bacteria and fungi concentrations were influenced by temperature, air humidity and velocity, type of airflow and air change rates. Meanwhile, number of visitors affected the concentration of bacteria but did not on fungi."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67487
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Masayu Nadiya Zikrina
"Penggunaan sampah sebagai sumber energi dapat menjadi solusi untuk mengatasi peningkatan kebutuhan energi di Indonesia. Akan tetapi, penggunaan sampah organik sebagai energi dibatasi oleh tingginya kadar air sampah. Biodrying merupakan suatu metode pengurangan kadar air sampah dengan menggunakan proses biologis. Studi ini menginvestigasi pengaruh variasi ukuran sampah dalam metode biodrying. Eksperimen dilakukan pada 3 buah reaktor skala lab dengan spesifikasi yang sama. Feedstock reaktor merupakan sampah organik dengan komposisi 50 sampah sayuran dan 50 sampah halaman.
Feedstock dicacah secara manual menjadi 3 variasi ukuran, yaitu 10 ndash; 40 mm, 50 ndash; 80 mm, dan 100 ndash; 300 mm. Eksperimen dilakukan selama 21 hari. Setelah 21 hari, ditemukan bahwa feedstock dengan ukuran 100 ndash; 300 mm memiliki kadar air paling rendah, yaitu sekitar 51 , dan kadar volatile solid sekitar 74,29. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh free air space yang lebih tinggi. Nilai kalor akhir didapatkan sebesar 3286,67 kkal/kg.

The use of municipal solid waste as energy source can be a solution for Indonesia rsquo s increasing energy demand. However, its high moisture content limits the use of organic waste as energy. Biodrying is a method of lowering wastes rsquo moisture content using biological process. This study investigated the effect of wastes rsquo particle size variations on biodrying method. The experiment was performed on 3 lab scale reactors with the same specifications. Organic wastes with the composition of 50 vegetable wastes and 50 garden wastes were used as substrates.
The feedstock was manually shredded into 3 size variations, which were 10 ndash 40 mm, 50 ndash 80 mm, and 100 ndash 300 mm. The experiment lasted for 21 days. After 21 days, it was shown that the waste with the size of 100 ndash 300 mm has the lowest moisture content, which is 50.99, and the volatile solids content is still 74,29. This may be caused by the higher free air space of the reactor with the bigger sized substrate. The output NHV is 3286,67 kcal kg.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67809
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alicia Charine Aghnia
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kepadatan Azolla microphylla berpengaruh terhadap pertumbuhan mikroba dalam proses bioremediasi air yang terkontaminasi minyak mentah. Penelitian eksperimental bioremediasi dilakukan pada tiga kepadatan Azolla microphylla yang berbeda dan dua konsentrasi minyak berbeda. Kepadatannya adalah 300 gr.m-2, 400 gr.m-2 dan 500 gr.m-2 serta konsentrasi minyak yang digunakan ialah 0,05 v/v dan 0,1 v/v . Air yang terkontaminasi disimulasikan dari 400 ml air tawar dan minyak mentah. Populasi mikroba, konsentrasi minyak, dan COD diamati dalam 15 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa populasi mikroba lebih tinggi pada semua perlakuan densitas dibandingkan dengan kontrol. Populasi mikroba tertinggi terjadi pada hari ke 10, dan semakin rendah sampai akhir pengamatan. Pada hari ke 15, populasi mikroba pada densitas Azolla Microphylla 300 gr.m-2 adalah 3,6 x 105 CFU.ml-1 dan menjadi yang tertinggi diantara kepadatan lainnya. Persentase total degradasi minyak pada sampel air tercemar minyak 0,05 mencapai 91 untuk densitas Azolla microphylla 300 gr.m-2; 76 untuk 400 gr.m-2 Azolla Microphylla, dan 64 untuk 500 gr/m2 Azolla Microphylla. Sementara untuk air tercemar minyak bumi 0,1 memiliki persentase degradasi sebesar 79 pada 300 gr.m-2 Azolla microphylla; 87 pada 400 gr.m-2 Azolla microphylla; serta 82 pada 500 gr.m-2 Azolla microphylla.

ABSTRACT
This study was aimed to determine how the density of Azolla microphylla effects on the microbial growth in bioremediation process of water contaminated with crude oil. The experimental work of bioremediation was conducted on three different density of Azolla microphylla and two different oil concentration. The densities were 300 gr.m 2, 400 gr.m 2, and 500 gr.m 2 and the oil concentrations were 0,05 v v and 0,1 v v . The contaminated water was simulated from 400 ml fresh water and Crude oil. The microbial populations, oil content, and COD were observed in 15 days. The result showed that the microbial popualtion was higher in all density condition compared to the control. The highest microbial population happened in the 10th day, and it got lower to the end of the observation. At the 15th day, the microbial population of 300 gr.m 2 Azolla microphylla was 3,6 x 105 CFU ml and became the highest among the other densities. The total percentage of oil degradations in water contaminated 0,05 crude oil reached 91 for 300 gr.m 2 Azolla microphylla 76 for 400 gr.m 2 Azolla microphylla and 64 for 500 gr.m 2 Azolla microphylla. whereas the percentage of oil degradation in water contaminated 0,1 crude oil were 79 for 300 gr.m 2 Azolla microphylla 87 for 400 gr.m 2 Azolla microphylla and 82 for 500 gr.m 2 Azolla microphylla.
"
2017
S68550
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hafsah Afifah Tamimi
"ABSTRAK
Penelitian ini membahas mengenai kemampuan degradasi kultur campuran konsorsium yang mengandung bakteri Dehalococcoides dalam mendegradasi B3 berupa senyawa PCE dan TCE. Konsorsium bakteri ditumbuhkan pada medium tercemar PCE/TCE yang divariasikan penambahan nutrisi ekstrak ragi serta sumber karbonnya asetat dan laktat. Medium yang diberikan penambahan ekstrak ragi mampu mengurai PCE dengan konsentrasi 650 M dalam kurun waktu kurang lebih 20 hari, dan TCE dengan konsentrasi 700 M dalam kurun waktu sekitar 10 hari. Selama 33 hari pengamatan, medium yang ditambahkan asetat mampu mengurai 600 M PCE hingga 85,41 dan 450 M TCE hingga 56,7. Dalam jangka waktu yang sama, medium yang ditambahkan laktat mampu mengurai 500 M PCE sebesar 80,56 dan 600 M TCE hingga 70,26. Meskipun konsorsium yang ditumbuhkan tanpa ekstrak ragi memiliki kemampuan degradasi yang lebih lambat, namun konsorsium tersebut menunjukkan rasio populasi Dehalococcoides yang lebih tinggi. Didapatkan rasio populasi bakteri Dehalococcoides pada medium yang diberi ekstrak ragi kurang dari 0,5. Rasio tersebut mampu mencapai 22-26 pada medium PCE, dan 4-13 pada medium TCE yang tidak ditambahkan ekstrak ragi. Selain itu, akumulasi produk turunan cis-DCE, t-DCE, 1,1-DCE, dna VC juga terjadi pada konsorsium yang diberi ekstrak ragi. Hal tersebut mengindikasikan bahwa penambahan ekstrak ragi mampu mempercepat degradasi PCE/TCE akibat stimulasi pertumbuhan bakteri-bakteri dalam konsorsium, namun di sisi lain dapat menekan pertumbuhan Dehalococcoides sehingga mengakibatkan terjadinya akumulasi produk turunan PCE/TCE.

ABSTRACT
This research discussed the degradation ability of mixed culture consortium containing Dehalococcoides bacteria in degrading hazardous waste such as PCE and TCE compounds. The bacterial consortium is grown on PCE TCE contaminated medium with variation of nutrients yeast extract and carbon source acetate and lactate. The medium with yeast extract addition was able to break down PCE with 650 M concentration in approximately 20 days, and TCE with 700 M concentration in about 10 days. During 33 days of observation, the acetate amended medium was able to degrade 600 M PCE up to 85.41 and 450 M TCE up to 56.7. In the same duration, the lactate amended medium was able to break down 500 M PCE by 80.56 and 600 M TCE by 70.26. Although the consortiums grown without yeast extract has slower degradation ability, those consortiums shows a higher population ratio of Dehalococcoides. The ratio of Dehalococcoides bacteria in medium with yeast extract addition was less than 0,5, while those ratio were able to reach 22 26 for PCE, and 4 13 for TCE in mediums without yeast extract addition. Furthermore, PCE TCE daughter product such as cis DCE, t DCE, 1,1 DCE, and VC were accumulated at some point in yeast extract amended medium. Those findings indicate that yeast extract addition could accelerate the degradation of PCE TCE because the stimulation of other bacterias within consortium, but on other side, could surpress the Dehalococcoides growth resulting in accumulation of PCE TCE daughter products. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maulida Fitri
"Inokulum merupakan suatu media pertumbuhan bagi mikroorganisme untuk menguraikan bahan organik yang dapat mengoptimalkan pertumbuhan mikroorganisme dan kinerja reaktor Anaerobic Digestion (AD). Kinerja inokulum dapat dioptimalkan dengan beberapa cara, salah satunya adalah aditif asetat yang dapat mendorong pertumbuhan archaea metanogen agar fermentasi anaerob berjalan lebih baik.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh penambahan asetat dalam inokulum pada populasi mikroorganisme penghasil metana dan pengaruhnya pada populasi mikroorganisme, pembentukan biogas, penyisihan Volatile Solids (VS) dan Chemical Oxygen Demand (COD). Terdapat 2 jenis inokulum yang digunakan pada penelitian ini, inokulum alami yang terbuat dari kotoran sapi dan inokulum buatan yang terbuat dari terasi, gula pasir, batang pohon pisang busuk, susu, dan dedak, ekstrak ragi, Lactobacillus MRS Broth, cairan rumen, dan penambahan asetat sebagai sumber karbon. Percobaan dilakukan pada reaktor AD berbahan fiber dan tanpa pengaduk yang memiliki volume keseluruhan 1 m3 dan volume isi 0,8 m3 selama 71 hari kerja.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan asetat tidak terbukti memperkaya populasi archaea metanogen dan produksi biogas. Metana dihasilkan dari genus Methanosaeta yang jumlahnya sangat sedikit yaitu hanya 0,004% dan genus Prevotella dalam jumlah cukup banyak yaitu 26,6% pada akhir operasional. Prevotella membentuk metana melalui penggunaan asam laktat yang dihasilkan genus Lactobacillus. Namun, inokulum buatan dengan aditif asetat terbukti meningkatkan konsentrasi metana hingga 41,7%, VSD hingga 91%, dan CODr hingga 99,5%. Hal ini menunjukkan inokulum buatan memiliki potensi yang sangat baik sebagai media pertumbuhan untuk menunjang pengolahan sampah makanan pada Anaerobic Digestion (AD) dengan bantuan pengontrolan pH yang sesuai dengan rentang pH optimum untuk tahap metanogenesis.

The inoculum is a growth medium for microorganisms to decompose organic matter that can optimize the growth of microorganisms and the performance of the Anaerobic Digestion (AD) reactor. The performance of the inoculum can be optimized in several ways, one of which is acetate additives which can encourage the growth of archaea methanogens so that anaerobic fermentation runs better.
The purpose of this study was to analyze the effect of the addition of acetate in the inoculum on the population of methane-producing microorganisms and their effect on microorganism populations, biogas formation, removal of Volatile Solids (VS) and Chemical Oxygen Demand (COD). There are 2 types of inoculums used in this study, natural inoculum made from cow dung and modified inoculum made from shrimp paste, granulated sugar, rotten banana tree trunks, milk, and bran, yeast extract, Lactobacillus MRS Broth, rumen liquid, and additions acetate as a carbon source. The experiments were carried out on an AD reactor made from fiber and without stirrer which had an overall volume of 1 m3 and a volume of contents of 0.8 m3 for 71 working days.
The results showed that the addition of acetate was not proven to enrich the archaea methanogen population and biogas production. Methane is produced from the genus Methanosaeta, which is very small, only 0.004% and the genus Prevotella in considerable numbers, which is 26.6% at the end of operation. Prevotella forms methane through the use of lactic acid produced by the genus Lactobacillus. However, the modified inoculum with acetate additives was proven to increase the concentration of methane to 41.7%, VSD to 91%, and CODr to 99.5%. This shows that the modified inoculum has very good potential as a growth medium to support food waste processing in Anaerobic Digestion (AD) with the help of pH control that is in accordance with the optimum pH range for the methanogenesis stage.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farissa Saisarah Munir
"Udara memegang peranan penting dalam penyebaran mikroorganisme. APM Equestrian Centre merupakan tempat yang memiliki fasilitas lengkap untuk kuda. Pada lingkungan dengan jumlah kuda yang banyak serta terdapat pekerja di dalamnya membuat pentingnya mengetahui profil kualitas udara mikrobiologis di APM Equestrian Centre. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi sumber pencemar, mengetahui total bakteri dan jamur di udara, meninjau faktor lingkungan (temperatur, kelembaban, dan kecepatan angin) yang mempengaruhi konsentrasi, dan merekomendasikan upaya untuk meminimalisir risiko dan penyebaran mikroorganisme. Penelitian ini dilakukan selama empat hari dan dilakukan di tujuh titik pada APM Equestrian Centre (Kandang utama, kamar pekerja, ruang pakan, tempat mandi kuda, kantor, lapangan indoor, kandang breeding). Sampel udara diambil dengan metode aktif menggunakan EMS Bioaerosol Sampler Single-Stage dengan debit aliran sebesar 0,0283 m3/menit. Media yang digunakan adalah Tryptic Soy Agar untuk bakteri dan Malt Extract Agar untuk jamur. Dari penelitian ini diketahui konsentrasi bakteri tertinggi ditemukan pada kandang utama yaitu sebesar 7.338±2543 CFU/m3 dan terendah di lapangan indoor sebesar 279±108 CFU/m3.  Konsentrasi jamur tertinggi ditemukan di ruang pakan yaitu sebesar 4122±2953 CFU/m3 dan terendah di lapangan indoor 780±85 CFU/m3. Sedangkan korelasi antara faktor lingkungan terhadap konsentrasi bakteri dan jamur hanya ditemukan pada beberapa lokasi. Rekomendasi untuk memimalisir risiko dan pencegahan penyebaran mikroorganisme dapat dilakukan dengan mengganti alas kandang kuda yang lebih sedikit menghasilkan debu, meningkatkan kebersihan kandang, dan menambah sirkulasi udara.

Air plays an important role in the spread of microorganism. APM Equestrian Centre is a place with full facility for horse riding and breeding. In an environment with a lot of horses and workers, it is important to assess the microbiologic air quality of APM Equestrian Centre. The goal of this research is to identify source of pollutant, total air bacteria and fungi content, assess environmental factors (temperature, humidity, and wind speed) which influences concentration, and to recommend efforts to minimize risks and spreading of microorganism. This research is done in 4 days on 7 spots at APM Equestrian Centre (main stable, employee room, horse feed storage, horse bathing area, management office, indoor court, breeding stable). Air sample is taken through active method using EMS Bioaerosol Sampler Single-Stage with debit flow of 0,0283 m3/minute. Media used is Tryptic Soy Agar for bacteria and Malt Extract Agar for fungi. The conclusion of this research states that the highest concentration of bacteria can be found in the main stable at 7.338±2543 CFU/m3 and the lowest can be found in the indoor court at 279±108 CFU/m3.  Highest fungi concentration can be found in the feed storage at 4122±2953 CFU/m3 and the lowest can be found in the indoor court at 780±85 CFU/m3. Also, the correlation between environmental factors and the concentration of bacteria and fungi can only be found in a few places. The recommendation to minimize risk as well as to mitigate micro organisam spread is to replace the horse bedding with materials which will leave fewer dusts, to increase stable cleanliness, and to improve air ciculation."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>