Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 50 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Pindi Setiawan
Abstrak :
Proses pemberdayaan masyarakat yang baik adalah yang memperhatikan pengetahuan masyarakat terkait. Oleh karena itu, pemahaman tentang pengetahuan lokal menjadi penting. Pemberdayaan berarti melakukan sesuatu untuk menjadi lebih berdaya, sehingga tentu di dalamnya mempunyai tahapan belajar atau alih pengetahuan. Pemahaman tentang proses belajar pentimg karena akan mempengaruhi strategi pemberdayaan masyarakat nelayan. Untuk itu saja memfokuskan pada pola proses belajar di dalam kelompok nelayan payang. Kelompok nelayan yang tinggal di Pelabuhan Ratu itu adalah nelayan yang operasi menangkap ikannya menggunakan jenis jaring kantong yang bernama payang. Para nelayan payang berkelompok selain karena kesamaan alat dan tehniknya, juga karena keberadaan kelompok usaha payang dari juragan-juragan yang mempunyai kapal dan jaring payang. Mereka tidak berkelompok karena alasan kesukuan atau kesamaan tempat tinggal. Para nelayan payang Pelabuhan Ratu percaya bahwa kegiatan menangkap ikan adalah `warisan' leluhur mereka. Sehingga kajian mengenai aksi-aksi memayang dari nelayan Pelabuhan Ratu sedikit banyak akan mengungkapkan salah satu kesinambungan tentang pengetahuan lokal nelayan setempat. Namun pengetahuan nelayan payang tidak berhenti seperti yang diwariskan leluhumya saja, ia terus disempurnakan oleh nelayannelayan payang. Pengetahuan yang ada di individu nelayan juga tidak berhenti menjadi sekumpulkan inovasi-inovasi mereka saja, pengetahuan para nelayan itu, `disebarkan' kepada kelompoknya. Ada empat peran utama dalam operasi nelayan payang, yaitu peran juragan, peran juru much, peran orang bengkel dan peran anak payang. Anak payang juga terbagi atas sejumlah pecan Lae. Semua peran itu saling berkaitan dan tentu berkaitan dengan kebudayaan yang lebih besar dari nelayan di Pelabuhan Rata dalam membentuk pengetahuan nelayan payang. Peran-peran itu mempengaruhi proses alih pengetahuan. Derajat perbedaan dan persamaan pengetahuan ditentukan pada tingkatan seseorang dalam menjalani perannya. Untuk dapat menelaah proses ini, maka dipakai pendekatan sejumlah teori kognitif dan pembentukan kelompok kecil. Pada proses alih pengetahuan tidak sepenuhnya bisa terjadi dimana saja dan pada siapa saja. Pengalihan itu butuh 'trig? dan `suasana' untuk mengaktifkannya. Proses alih pengetahuan atau proses belajar ini juga dimungkinkan karena kelompok ini mempunyai kebiasaan membawa orang baru dalam operasi payang. Kenyataan ini membuat para nelayan Pelabuhan Ratu menganggap bahwa kegiatan operasi payang ini adalah sakalal.iannya para nelayan muda. Alih pengetahuan mempunyai dua tahapan penting, yaitu tahapan pengetahuan kelompok dan tahapan pengetahuan minat individu. Tahapan ini sangat dipengaruhi sifat mekanisme pembagian tugas yang tegas dan luwes dalam operasi menangkap ikan di taut. Proses belajar di dalam tahapan pengetahuan kelompok di atas terdiri dari proses tiru semirip mungkin, tiru-tanya dan tiru contoh. Sedang tahapan minat individu mempunyai proses tiru semirip mungkin per-individu dan proses tirulihat tindakan individu. Proses belajar individu juga dilengkapi dengan percakapan verbal terbatas dan diskusi khas. Suasana proses belajar di atas juga `dilengkapi' dengan cerita tentang kesuksesan likong. Para !ikon yang sukses ini disebut kolot laut, dan mereka menjadi tokoh-tokoh individu yang mempengaruhi pengetahuan kelompok nelayan payang di Pelabuhan Ratu. Ada sejumlah tempat yang digunakan untuk proses belajar, yaitu di atas perahu ketika melaut, di atas perahu di dermaga, di gudang, di pantai ketika mencelup jating. Selain hari-hari operasi di laut, selama musim payang melaut ada hari yang mempunyai makna penting, yaitu hari jum'at. Hari yang dianggap hari libur, namun juga menjadi waktu untuk para nelayan payang saling berbagi pengalaman.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T11990
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Nurwati Hodijah
Abstrak :
Fokus kajian tesis membahas variasi skema antarkomuniti dan intrakomuniti nelayan Pulau Panggang dalam penangkapan sumber daya taut. Skema yang dimaksud di sini adalah kombinasi berbagai unsur pengetahuan dan perasaan individual yang dipakai untuk memproses informasi (Strauss dan Quinn 1997:49; Winarto dan Choesin 2001:93). Pengombinasian berbagai unsur pengetahuan dan perasaan individual ini mendorong terciptanya variasi. Skema ini menentukan seorang individu ketika melakukan suatu tindakan tertentu. Adapun kajian ini menarik disimak ketika ditemukan adanya fenomena keragaman masyarakat nelayan Pulau Panggang dalam penangkapan sumber daya laut. Sebenarnya kajian variasi saat ini bukanlah hal yang baru. Kajian-kajian variasi telah dilakukan para antropolog antara lain Borofsky (1989;1994); Vayda dalam Borofsky (1994) ; Barth dalam Borofsky (1994); Barth (1989); Barth (1992) dengan memfokuskan pada dimensi keragaman individu; Sablins dalam Borofsky (1994) memfokuskan pada dimensi waktu; dan Kottak dan Carlson dalam Borofsky (1994) pada dimensi ruang. Namun fokus kajian ini menjadi panting dalam antropolagi karena dianalisa dengan model pendekatan connectionism, yang ditawarkan oleh Strauss dan Quinn. Model pendekatan ini memperlihatkan mekanisme umpan balik dua jenis struktur yang relatif stabil, yakni struktur-struktur ekstrapersonal yang bersifat sosial dan segala apa yang terjadi dalam masyarakat, dan struktur-struktur intrapersonal yang bersifat mental. Struktur-struktur ekstrapersonal ini sudah lazim menjadi pusat perhatian antropologi, sementara struktur-struktur intrapersonal sering diabaikan para antropolog umumnya. Padahal keduanya saling berinteraksi dalam mewujudkan tindakan. Adapun penelitian ini bertujuan untuk memahami proses pembentukan skema seorang individu nelayan tentang penangkapan sumber daya laut dan cara tersebarnya skema nelayan Pulau Panggang yang mempengaruhi terwujudnya variasi skema di antara individu nelayan Pulau Panggang dalam penangkapan sumber daya laut, serta untuk mengetahui kepentingan-kepentingan yang mendasari variasi skema nelayan Pulau Panggang dalam penangkapan sumber daya laut. Berdasarkan hasil penelitian, cara pembentukan skema penangkapan sumber daya laut nelayan Pulau Panggang melalui mekanisme belajar yang informal, yakni (1) pengamatan dan peniruan; (2) mendengarkan dalam hubungannya untuk bertanya sesuatu baik secara langsung maupun tidak langsung; dan (3) pengulangan, dengan substansi ajaran yang berbeda antarkomuniti. Komuniti barat cenderung menggunakan skema penangkapan yang dikombinasikan dengan pong, sementara komuniti timur cenderung menggunakan skema penangkapan lama, yakni jaring, bubu dan panting. Namun demikian, variasi skema penangkapan antarkomuniti nelayan Pulau Panggang ini tidaklah baku, karena ternyata ditemukan pula variasi skema penangkapan sumber daya laut intrakomuniti, yang tidak mengacu pada kecenderungan skema antarkomuniti, Variasi skema intrakomuniti nelayan Pulau Panggang juga melibatkan variasi skema seorang individu nelayan Pulau Panggang. Dari analisis dengan pendekatan connectionism, nelayan Pulau Panggang melibatkan beragam unit-unit pengetahuan dalam menghadapi lingkungannya seperti preferensi, keamanan lahir dan batin, mitos, perilaku biota laut, kemampuan, keahlian, kebijakan Pemerintah, keyakinan, sistem kekerabatan dan pertemanan serta perubahan alam saling mengumpan balik dalam membentuk skema penangkapan sumber daya laut seorang diri individu. Keragaman unit-unit pengetahuan inilah yang mewujudkan variasi skema antar individu maupun seorang individu nelayan Pulau Panggang. Dengan demikian, benarlah seperti yang diungkapkan Strauss dan Quinn (1997) bahwa kebudayaan tidak bersifat homogen. Ketidakhomogenan dari kebudayaan ini menjelaskan variasi-variasi yang ada ke dalam entitas-entitas yang berdiri sendiri. Anggapan kebudayaan `X' atau kebudayaan sudah tidak memadai lagi, karena dalam kebudayaan `X' atau terdapat pengetahuan, yang dimiliki seorang individu, dan dapat membuat individu bervariasi dalam tindakan serta mampu membuat perubahan, berdasarkan situasi dikarenakan alasan kepentingan yang menguntungkan bagi dirinya.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12398
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nainggolan, Yossa Agung Permana
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
S7608
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afra Amalia
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
S7673
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kharisma Tauhid
Abstrak :
Skripsi ini mengaji proses sosialisasi nilai safety riding dalam komunitas sepeda motor ketika berinteraksi dalam berbagai wadah-wadah kegiatan dan melihat nilai-nilai yang sudah ditanamkan tersebut dipraktikan oleh anggotanya dalam kehidupan sosial masing-masing anggota. Wadah kegiatan yang ada di dalam komunitas sepeda motor ada banyak dan terjadi dalam konteks yang dinamis. Kegiatan tersebut mencakup dari kegiatan darat, online, hingga perjalanan jarak jauh dengan menggunakan sepeda motor. Kegiatan dalam komunitas Prides juga mencakup kegiatan-kegiatan yang ruang lingkupnya luas dan melibatkan banyak pihak seperti kegiatan kampanye. Tujuan dari kegiatan-kegiatan tersebut adalah untuk membina anggota-anggota dalam komunitas agar menjadi pengendara sepeda motor yang memiliki nilai-nilai safety riding ketika berada di jalan raya. Skripsi ini menggunakan teknik pengumpulan data melalui wawancara dan observasi partisipasi. Peneliti menjadi bagian dari komunitas tersebut sebagai anggota untuk kemudian mengikuti secara langsung kegiatan-kegiatan yang ada di dalam komunitas tersebut. Dalam proses penelitian ini, peneliti mendapatkan perasaan langsung sebagai anggota komunitas dan mendapatkan pemahaman langsung dari sudut pandang seorang anak baru yang mendapatkan sosialisasi mengenai nilai-nilai yang ada di dalam komunitas Prides. ...... This thesis is about the socialization process of safety riding values within the bike community when they interact in various kinds of activities and to see that values that have already been planted are put in practice by it’s member in their social life. There are plenty of places of activity that exist inside the community, which occur in dynamic contexts. Those activities include land activity, online, to long distance travelling with bikes. Activities inside Prides community also include the activites that have wide scope and involve many people. The purpose of the activities is to teach the members so that they become bike riders with safety riding values when they are in the street. This thesis uses collecting data methods by interview and participant observation. The reseacher becomes a member of the community and then follows every activity that consisted inside the community. In the process of the research, the researcher obtain directly the feeling of the members and getting the straight understanding, from the newbie point of view who get socialization about values inside Prides community.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
S47222
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Belanawane S.
Abstrak :
Pergeseran-pergeseran teoretis dalam studi antropologi pada beberapa dekade terakhir telah memberikan cara pengenalan yang diperbaharui dalam memandang isu identitas, yaitu bahwa kehidupan sosial, arena di mana identitas itu bermain, harus secara fundamental dipahami sebagai penegosiasian makna-makna (meanings). Di sinilah posisi pendekatan interpretatif Clifford Geertz menjadi penting sekaligus problematik. Penting karena Geertz, menawarkan pendekatan humanis yang melihat bagaimana makna dan simbol itu menjadi penting dalam pandangan masyarakat itu sendiri. Karena itu menurutnya, interpretasi budaya membutuhkan analisis yang lebih mendalam, cerdas dan kompleks, yang mana maksud-maksud, bentuk-bentuk budaya yang kompleks itu tidak bisa begitu saja direduksi kepada efek-efeknya terhadap mesin dan organisme sosial seperti yang dikatakan oleh para sarjana strukturalis dan fungsionalis sebelum dia. Pada saat yang bersamaan ia juga problematik karena, posisi Geertz yang mencari makna membuat dia seperti mengabaikan atau meremehkan proses dalam hal bagaimana interaksi?arena di mana makna bekerja, itu diproduksi? Dalam hal ini, para pengkritiknya telah ?membantu? Geertz dengan mengingatkan akan apa yang disebut power relations. Penelitian ini, dengan menggunakan analisis kekuasaan, di dalam discourse-discourse yang berkembang di antara bukan hanya masing-masing kelompok ke-Islaman?salafî di antaranya, tetapi juga aktor-aktor sosial lainnya yang memiliki kepentingan berbeda-beda, akan terjadi negosiasi-negosiasi yang masing-masingnya berangkat dari posisi kekuasaan yang berbeda. Melalui hubungan-hubungan kekuasaan inilah interaksi itu diproduksi, yang nantinya akan membentuk konstruksi makna tentang identitas. Oleh karena itu, penulis menawarkan metode lain dalam memahami identitas, yaitu melalui konsep ?agency.? Melalui agency, ada cara untuk melihat perdebatan ini dari sisi pertengahan. Sisi yang bukan untuk menghilangkan signifikansi pengaruh Geertz dan juga bukan untuk mengabaikan signifikansi argumen pengkritiknya, namun menjembatani antara keduanya (meaning dan power relations). Upaya menjembatani teori ini melalui konsep agency, dengan begitu akan mencakup signifikansi salah satu pihak dan sekaligus memperbaiki insignifikansinya melalui kritik pihak yang lainnya, dan begitu juga sebaliknya. The on-going theoretical shift in anthropology?s approaches in the last few decades has give somewhat a newly identifying methods in approaching the issue of identity, which is that the social life, arenas in which identity plays, must fundamentally understood as a negotiation of meanings. Here?s where Geertz?s interpretative approach became important and problematic in the same time. Important because Geertz provides the so-called humanistic point of view that sees meanings and symbols became so much important in their own subjectivity. That being said, Geertz thinks that the cultural interpretations needs a more deep, clever, complexs analysis, where these particular complexs culture and intentions can not reduces into mere it?s effects to social machine and organism like what the structuralists, functionalists used to say before him. In the mean time, it?s also problematic because, Geertz position in search of meanings somehow makes him diminished the process in which how social interactions?arenas where meanings works, being reproduced. In this particular acpects, ?the Power scholars? critiques of Geertz helps to reminds Geertz himself (and eventually, us of course, the wider spectator of the debates) with the so-called ?power relations.? That?s why through this research, author wants to provide a different methods in order to build a better understanding on the concept of identity, using the concept of ?agency.? With agency, there?s way to see this debates in a more middle, moderat view. View in which we?re not going to eliminate the Geertz significant impact, and at the same time, we?re also have the chance to make use of Geertzian critiques in a more broader, yet sharper context. This is also means that with agency, we?re able to embrace Geertzian significanties in a way, and fix their insignificanties through other?s critique in another way, and vice versa. I have long been interested in the question of how people sustain a culturally meaningful life in situations of large-scale domination by powerful others. This ia a central theme for this research, where I discussed the ways in which Salafîs, despite having been greatly affect by centuries of intimate involvement in the ever-present debates about the co-called true representations of Islam?through discourses, nonetheless retain arenas of culturally ?authentic? life. By this I mean not that those arenas are untouched by the massive presence of ever-present theological-ideological debates between these various sects, but simply that they are shaped less by these sects encounter and more by the Salafîs? own social and political relations, and by their own culturally constituted intentions, desires, and projects. By quoting Ortner, we may shorthand this idea as a cultural life, or in a smaller contexts, an identity formation, ?on the margins of power.?
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Arietta Widiarsanti
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2010
S8265
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mirna Putri Lestari
Abstrak :
ABSTRAK
Kemunculan internet serta berbagai macam media sosial, semakin memudahkan manusia untuk berkomunikasi. Bukan hanya menjadi sarana berkomunikasi, namun beragam media sosial ini dalam perkembangannya juga menjadi wadah untuk mengekspresikan pengalaman bagi para penggunanya. Tulisan ini berfokus pada pengalaman yang diekspresikan melalui praktik-praktik media di Draft SMS, serta kaitannya dengan anonimitas yang ditawarkan akun resmi tersebut. Ekspresi pengalaman ini selanjutnya dapat dilihat dalam wujud pesan anonim yang dititipkan, serta komentar dari para pembaca.
ABSTRACT
The emergence of the internet and various kinds of social media, facilitate people to communicate easier across time and space. Not only as means of communications, but various social media in its development are also become a place for its users to express their experience. This paper focuses on experiences that expressed through media practices in Draft SMS, as well as their relation to the anonymity offered by this official account. The expressions of these diverse experience can be seen in the form of anonymous messages entrusted, as well as the readers.
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dania Anisa Najmi
Abstrak :
Maraknya komersialisasi kesenian membuat perubahan Jakarta Movement of Inspiration (JKTMOVEIN) dari sebuah kelompok kesenian berbasis relawan menjadi bisnis menarik untuk diteliti karena akan memberikan gambaran mengenai kompleksitas praktik kelompok seni pertunjukan. Dalam penelitian ini dapat kita lihat bahwa praktik para anggota berubah ketika kelompok berubah menjadi sebuah badan usaha, sebagian anggota bertahan dan sebagian lainnya meninggalkannya. Anggota yang bertahan pun ada yang tidak mempermasalahkan perubahan namun ada yang kemudian menuntut berbagai hal yang menjadi fokusnya, seperti uang ataupun tambahan waktu untuk belajar. Perbedaan perubahan praktik ini pun mengubah cara para pemegang kuasa menjalankan kelompok. Penelitian skripsi ini dilakukan dengan metode etnografi dan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah participant observation, wawancara mendalam, dan studi literatur.
The rise of commercialization of the arts made it very interesting to see the shift of Jakarta Movement of Inspiration (JKTMOVEIN) from a voluntary association to a business unit. This research will give us a description on the complexity of the practices inside of a performing arts group. In this research, we will see how the practices of the members change when the group transforms into a business unit, some stayed but others left. The ones who stayed vary in their reception towards the change, some of them dont mind at all but others demand things that is deemed important for them such as money or more time to practice. This difference of change of practices among the members changed how the group leaders run the group. This research is conducted with ethnography methodology and uses participant observation, in-depth interview, and literature review to gather its data.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bimana Novantara
Abstrak :
Tulisan ini membahas tentang tiga buku sastra perjalanan karya Agustinus Wibowo. Ketiga karya Agustinus itu telah masuk ke pasar buku Indonesia dan dibaca banyak orang. Cara Agustinus mengekspresikan kisah hidup dan perjalanannya ke berbagai negara dalam bentuk teks cerita menjadi daya tarik sendiri bagi para pembacanya karena penuh dengan refleksi yang muncul dari renungan-renungannya. Hal ini memunculkan pertanyaan tentang konteks ruang dan waktu yang membuat karyakarya Agustinus dapat diterima oleh pembaca. Terbacanya buku-buku tersebut mengisyaratkan kondisi masyarakat tertentu pada suatu masa ketika selera mayoritas pembaca adalah buku panduan perjalanan yang praktis serta kisah-kisah tentang kesuksesan mencapai mimpi. Dengan menggunakan metode pengamatan dan wawancara mendalam yang diterapkan pada tiga orang pembaca karya-karya Agustinus dapat diketahui bahwa terdapat kesesuaian antara selera para pembaca dengan gaya penulisan Agustinus. Diterimanya buku-buku Agustinus oleh pembaca juga menunjukkan adanya keserasian antara kenangan para pembacanya dengan cerita-cerita yang dituturkan Agustinus dalam buku-bukunya. ......This undergraduate thesis discusses about three travel writing books written by Agustinus Wibowo. Agustinus’ works have entered Indonesian book market and been read by many people. The way he expresses his life story and his travels to many different countries in narrative textual form has appealed many readers for his reflective contemplations. It brings out some issues about the temporal and spatial contexts from which Agustinus’ works are being accepted by the readers. The readability of those books indicates some social conditions in particular time, when the mainstream taste longs for practical how-to traveling books and successful stories about making dreams come true. Using observation and in-depth interview methods applied to three readers of the books, it can be known that there are some concordances between the readers’ taste and Agustinus’ writing style. The readers reception of his books also shows that there are some harmonies between the readers memories and Agustinus’ stories told in his books.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
S53905
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>