Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Lukmanul Hakim
"Percepatan transisi energi bersih mendorong kebutuhan konversi pembangkit listrik berbahan bakar fosil menjadi sistem berbasis energi baru dan terbarukan (EBT). Penelitian ini mengkaji kelayakan repurposing PLTU Ombilin menjadi pembangkit EBT dengan tiga skenario: Skenario 1 (PLTS), Skenario 2 (PLTBm), dan Skenario 3 (kombinasi PLTS + PLTBm), menggunakan pendekatan Cost-Benefit Analysis (CBA) dan Analisis Rancangan Sistem Kelistrikan. Analisis teknis dilakukan melalui pemodelan sistem PLTS dengan PVsyst dan estimasi kebutuhan bahan bakar biomassa berdasarkan potensi lokal. Evaluasi ekonomi mencakup parameter kelayakan seperti NPV, IRR, DPP, LCOE, PI, dan BCR. Sementara itu, aspek kelistrikan dianalisis menggunakan simulasi aliran daya dan arus hubung singkat melalui software ETAP. Hasil menunjukkan bahwa seluruh skenario layak diterapkan dengan berbagai keunggulan. Skenario 1 unggul dari sisi keekonomian dengan IRR sebesar 22,87% dan LCOE paling rendah. Skenario 2 stabil dalam suplai energi, sementara Skenario 3 menawarkan kombinasi efisiensi teknis dan net keuntungan terbaik, dengan NPV tertinggi (Rp262,26 miliar) dan performa kelistrikan paling seimbang. Dengan mempertimbangkan potensi teknis, finansial, dan integrasi jaringan, Skenario 3 menjadi opsi yang paling direkomendasikan sebagai solusi paling optimal untuk mendukung target SDGs 2030 dan Net Zero Emission 2060 melalui pemanfaatan kembali infrastruktur eksisting PLTU.

The acceleration of clean energy transition necessitates converting fossil-fueled power plants into systems based on renewable energy. This study evaluates the feasibility of repurposing the Ombilin coal-fired power plant into a renewable-based generation system through three scenarios: Scenario 1 (Solar PV), Scenario 2 (Biomass), and Scenario 3 (Hybrid Solar PV + Biomass), using a Cost-Benefit Analysis (CBA) and Power System Design Analysis. Technical analysis was conducted using PVsyst for solar modeling and biomass fuel estimation based on local availability. Economic evaluation involved key indicators such as Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Discounted Payback Period (DPP), Levelized Cost of Energy (LCOE), Profitability Index (PI), and Benefit-Cost Ratio (BCR). Electrical system performance was assessed through load flow and short circuit simulations using ETAP software. Results show that all scenarios are feasible, each with distinct advantages. Scenario 1 offers the best financial outcome, with the highest IRR (22.87%) and lowest LCOE. Scenario 2 provides energy supply stability, while Scenario 3 achieves the best overall balance with the highest NPV (Rp262.26 billion) and robust grid performance. Considering technical, financial, and integration aspects, Scenario 3 is recommended as the optimal solution to support the SDGs 2030 and Net Zero Emission 2060 goals through effective reuse of existing PLTU infrastructure."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rhafi Mahatvayodha Soedjono
"Seiring dengan peningkatan signifikan kebutuhan energi listrik dan komitmen Indonesia menuju target Net Zero Emissions (NZE) pada tahun 2060, diperlukan inovasi pada sistem kelistrikan di tingkat pengguna akhir. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan teknis dan efisiensi penerapan sistem rumah hibrid AC/DC sebagai solusi potensial. Arsitektur rumah hibrid yang mengintegrasikan jaringan listrik AC konvensional dengan bus DC lokal dari Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dan sistem penyimpanan baterai dimodelkan dan disimulasikan menggunakan perangkat lunak Simulink. Analisis dilakukan terhadap berbagai golongan tarif pelanggan PLN, mulai dari 450 VA hingga 6600 VA, dengan lima skenario perbandingan beban AC/DC yang berbeda. Hasil simulasi menunjukkan bahwa arsitektur hibrid secara teknis layak dan mampu meningkatkan efisiensi energi dengan mengurangi rugi-rugi daya akibat konversi berulang. Efisiensi sistem tertinggi secara umum dicapai pada golongan tarif 900 VA dengan rata-rata 90,24%, dan pada konfigurasi perbandingan beban 75% AC – 25% DC dengan rata-rata 86,81%. Penelitian ini menyimpulkan bahwa rumah hibrid AC/DC merupakan solusi yang relevan dan selaras dengan arah kebijakan energi nasional, terutama pasca-pemberlakuan Permen ESDM No. 2 Tahun 2024 yang mendorong optimalisasi konsumsi mandiri.

Along with the significant increase in electricity demand and Indonesia's commitment to the Net Zero Emissions (NZE) target by 2060, innovation in the electrical system at the end-user level is necessary. This research aims to analyze the technical feasibility and efficiency of implementing an AC/DC hybrid house system as a potential solution. The hybrid house architecture, which integrates the conventional AC grid with a local DC bus powered by a Solar Photovoltaic (PV) system and battery storage, was modeled and simulated using Simulink software. The analysis was conducted across various PLN customer tariff groups, from 450 VA to 6600 VA, under five different AC/DC load ratio scenarios. The simulation results indicate that the hybrid architecture is technically feasible and capable of improving energy efficiency by reducing power losses from repeated conversions. The highest system efficiency was generally achieved in the 900 VA tariff group, with an average of 90.24%, and in the 75% AC – 25% DC load ratio configuration, with an average of 86.81%. This study concludes that the AC/DC hybrid house is a relevant solution aligned with national energy policy, particularly following the enactment of Minister of Energy and Mineral Resources Regulation No. 2 of 2024, which encourages the optimization of self-consumption."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahardito Pandu Wicaksono
"Konversi sepeda motor berbahan bakar fosil ke listrik bergantung kepada baterai yang ringan, padat energi, dan swappable untuk memastikan pengalaman berkendara yang praktis. Untuk menanggapi hal tersebut, penelitian ini mengusulkan TaLis, battery pack swappable dengan sel lithium-ion bertegangan menengah yang dirancang khusus untuk ditempatkan di dalam kompartemen motor listrik hasil konversi dengan keperluan modifikasi rangka kendaraan minimal. Tahapan penelitian meliputi studi literatur untuk menetapkan spesifikasi target, pengembangan gambaran desain awal TaLis, serta penyusunan prosedur pengujian kinerja lapangan. Pengujian melibatkan pengukuran jarak tempuh maksimum, charging rate, dan self-discharge rate, serta perhitungan karakteristik kerapatan energi dan levelized cost of storage (LCOS) yang dihitung berdasarkan data kinerja dengan asumsi pola penggunaan harian yang merepresentasikan pola berkendara sepeda motor di lingkungan perkotaan Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa TaLis dengan bobot ≈ 8,8 kg mampu menempuh jarak lebih dari 50 km per siklus, mencapai pengisian penuh dari kosong dalam sekitar 3-4 jam, dan mempertahankan self-discharge di bawah 1% SoC yang setara dengan 0,2 Ah per hari pada suhu ruang. Kerapatan energi gravimetri dan volumetrik yang tercatat, masing-masing ± 167 Wh/kg dan ± 256 Wh/L, berada di kisaran atas battery pack motor listrik yang beredar di pasaran. Analisis ekonomi awal mencatat nilai LCOS ≈ Rp12.000/kWh ≈ 76 sen/Kwh dengan asumsi umur pakai tiga tahun dan pola penggunaan harian. Analisis hasil penelitian ini menegaskan kelayakan teknis TaLis sebagai battery pack swappable untuk motor listrik konversi yang tergolong cukup ringan, mampu memenuhi kebutuhan jarak harian komuter perkotaan sekaligus dengan fungsi tambahan sebagai sumber daya portable melalui fitur port USB-A/USB-C 5 V dan soket 12 V (“soket rokok”). Optimalisasi desain casing dan manufaktur serta produksi massal diprediksi akan dapat menekan biaya dan meningkatkan kinerja di masa depan.

The conversion of fossil-fuel motorcycles to electric drive relies on batteries that are lightweight, energy-dense, and swappable to keep riding practical. To address this need, this study proposes TaLis, a mid-voltage lithium-ion swappable battery pack specifically sized for the battery compartment of a converted electric motorcycle, requiring only minimal frame modification. The research sequence comprised a literature review to define target specifications, development of an initial TaLis design concept, and preparation of field-performance test procedures. Tests covered maximum driving range, charging rate and self-discharge rate, along with calculations of energy-density metrics and the levelized cost of storage (LCOS) based on performance data under a daily-use profile representative of urban motorcycle operation in Indonesia. Results show that TaLis, weighing ≈ 8.8 kg, is capable of covering more than 50 km on a single cycle, reaches a full charge from empty in ≈ 3–4 h, and keeps self-discharge below 1% SoC (≈ 0.2 Ah/day) at room temperature. Recorded energy densities of ≈ 167 Wh/kg (gravimetric) and ≈ 256 Wh/L (volumetric) place it at the upper end of commercial e-motorcycle packs. Preliminary economic analysis yields an LCOS of ≈ IDR 12.000/kWh (≈ USD 0.76/kWh), assuming a three-year service life and daily operation. These findings confirm the technical viability of TaLis as a relatively light swappable battery pack for converted electric motorcycles, capable of meeting the daily commuting needs of urban riders while also serving as a portable power source via USB-A/USB-C 5 V ports and a 12 V “cigarette-lighter” socket. Further optimisation of casing design, manufacturing processes and large-scale production is expected to reduce costs and enhance performance in future iterations."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mochammad Rafie Aqilla Attaulah
"Indonesia menargetkan transisi energi dengan mencapai bauran energi baru terbarukan sebesar 23% pada tahun 2025, didukung oleh potensi energi surya yang besar mencapai 3.294 GWp. PT MRT Jakarta mendukung agenda keberlanjutan melalui implementasi sistem pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) yang diawali di Gedung Workshop Depo Lebak Bulus. Penelitian ini bertujuan merancang sistem PLTS atap on-grid pada Gedung Workshop Depo Lebak Bulus yang optimal secara teknis dan ekonomis serta layak secara finansial. Analisis teknis dilakukan dengan merancang sistem PLTS berdasarkan pendekatan terhadap kebutuhan beban aktual Bus-1 ER Workshop dan target performance ratio (PR) minimal 80%. Rancangan sistem PLTS lalu disimulasikan menggunakan perangkat lunak PVSyst 7.4. Perancangan menghasilkan sistem PLTS 242 kWp dengan produksi energi selama setahun sebesar 349.657 kWh dan nilai PR sebesar 81,09%. Analisis ekonomi dilakukan dengan menghitung levelized cost of electricity (LCOE) dari rancangan sistem PLTS. LCOE yang dihasilkan adalah Rp694,15/kWh, lebih rendah dibandingkan tarif PLN sebesar Rp996,74/kWh. Analisis kelayakan finansial dilakukan berdasarkan kriteria kelayakan parameter finansial proyek PLTS, yaitu Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), dan Discounted Payback Period (DPP). Proyek PLTS menghasilkan NPV sebesar Rp1.128.819.194, IRR sebesar 9,72%, dan payback period dalam 14 tahun. Hasil analisis secara keseluruhan menunjukkan bahwa proyek PLTS optimal secara teknis dan ekonomis, serta layak secara finansial untuk dilaksanakan.

Indonesia targets an energy transition by achieving a 23% share of renewable energy in its national energy mix by 2025, supported by a substantial solar energy potential of 3,294 GWp. PT MRT Jakarta supports this sustainability agenda by initiating the implementation of rooftop solar power plants (PLTS) at the Lebak Bulus Depot Workshop building. This study aims to design an on-grid rooftop PLTS system at the Workshop building that is technically optimal, economically sound, and financially feasible. The technical analysis was conducted by designing the PLTS system based on the actual load demand of Bus-1 ER Workshop and a minimum performance ratio (PR) target of 80%. The system design was simulated using PVSyst 7.4 software. The resulting design comprises a 242 kWp PLTS system with an annual energy production of 349,657 kWh and a PR of 81.09%. Economic analysis was carried out by calculating the Levelized Cost of Electricity (LCOE), which resulted in Rp694.15/kWh—lower than the electricity tariff from PLN at Rp996.74/kWh. Financial feasibility was evaluated using Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), and Discounted Payback Period (DPP) methods. The PLTS project yielded an NPV of Rp1,128,819,194, an IRR of 9.72%, and a payback period of 14 years. Overall, the analysis indicates that the PLTS project is technically and economically optimal and financially feasible for implementation. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Christian Dewabrata Bima Putra Nenobais
"Permasalahan penyimpanan energi pada sistem penerangan jalan umum tenaga surya masih menjadi tantangan signifikan dalam upaya pemanfaatan energi terbarukan secara optimal. Penggunaan kembali baterai kendaraan listrik bekas sebagai media penyimpanan menawarkan potensi solusi untuk mengurangi biaya dan limbah elektronik. Penelitian ini bertujuan membandingkan kinerja baterai Li-Ion daur guna Tesla 18650 NMC dengan baterai LiFePO₄ 32650 dalam konteks sistem lampu jalan bertenaga surya dan mengevaluasi pengaruh suhu terhadap efisiensi pengisian di lapangan. Secara khusus, penelitian mengkaji karakteristik pengisian, pola laju perubahan tegangan dan arus, serta profil pengosongan kedua jenis baterai. Metode eksperimen lapangan dilakukan dengan dua unit PJU identik yang merekam data arus, tegangan, dan suhu secara simultan selama siklus pengisian dan pengosongan. Data dikumpulkan secara real-time menggunakan mikrokontroler dan dianalisis secara kuantitatif melalui statistik deskriptif dan korelasi Pearson. Hasil penelitian menunjukkan bahwa baterai Li-Ion Tesla memiliki respons pengisian yang lebih cepat namun dengan fluktuasi arus dan tegangan lebih besar, sedangkan baterai LiFePO₄ menawarkan kestabilan pengisian serta pengosongan yang lebih halus meski sedikit sensitif terhadap suhu tinggi. Efisiensi penyimpanan energi kedua baterai terbukti tinggi dan layak untuk aplikasi PJU, dengan LiFePO₄ sedikit unggul pada retensi energi di kondisi operasional tropis. Kesimpulannya, sel Li-Ion daur guna Tesla cocok untuk beban dinamis yang memerlukan arus puncak besar, sedangkan LiFePO₄ lebih ideal untuk beban konstan jangka panjang, sehingga keduanya dapat saling melengkapi dalam desain sistem PJU tenaga surya yang ekonomis dan berkelanjutan.

Energy storage remains a critical challenge in optimizing the performance of solar-powered street lighting systems. Repurposing end-of-life electric vehicle batteries offers a promising approach to reduce both system costs and electronic waste. This study aims to compare the performance of second-life Tesla 18650 NMC lithium-ion batteries with LiFePO₄ 32650 batteries in a solar street lighting application and to assess the influence of ambient and cell temperatures on charging efficiency under real-world conditions. Field experiments were carried out using two identical solar street lighting units, each instrumented with microcontrollers to log current, voltage, and temperature throughout complete charge–discharge cycles. Collected data were analyzed quantitatively via descriptive statistics and Pearson correlation analysis. Results show that the Tesla lithium-ion cells charge more rapidly but exhibit greater fluctuations in current and voltage, while the LiFePO₄ cells deliver smoother charge–discharge profiles with slightly higher sensitivity to elevated temperatures and marginally better energy retention. In conclusion, second-life Tesla lithium-ion batteries are well-suited for dynamic loads requiring high peak currents, whereas LiFePO₄ cells are preferable for steady-state applications demanding consistent voltage over extended durations. A hybrid approach combining both cell types can therefore provide an economical and sustainable solution for solar-powered street lighting systems."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rafi Al Fauzi
"Arus harmonik yang dihasilkan oleh beban non-linear pada Stasiun MRT Bundaran HI dapat menyebabkan gangguan pada sistem distribusi tenaga listrik, termasuk peningkatan rugi daya, pemanasan berlebih, dan percepatan penyusutan umur transformator. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh arus harmonik terhadap rugi daya, kapasitas pembebanan maksimum, dan susut umur transformator di Stasiun MRT Bundaran HI. Pengukuran dilakukan selama tujuh hari untuk memperoleh data THDi, IHDi, suhu hotspot, dan suhu lingkungan. Hasil menunjukkan bahwa meskipun nilai TDDi memenuhi standar IEEE 519-2022, mayoritas IHDi pada ketiga fasa melebihi batas standar, dengan orde dominan pada harmonik ke-3, 5, 7, 11, dan 13. Hal ini menyebabkan peningkatan rugi daya total sebesar 18.77%, terutama pada rugi arus eddy yang meningkat1617.13%. Kapasitas pembebanan transformator juga menurun hingga hanya 52.77% dari kapasitas nominal saat THDi tertinggi. Selain itu, perhitungan susut umur menggunakan pendekatan termal IEC 60076-12 menunjukkan bahwa selama 8 tahun masa operasi, trafo telah kehilangan umur sekitar 1.43 hari. Meskipun nilai susut umur relatif kecil, harmonik tetap terbukti memberikan kontribusi terhadap degradasi performa transformator. Faktor suhu ruangan yang stabil turut membantu menjaga suhu hotspot tetap rendah. Untuk itu, disarankan pemasangan Active Harmonic Filter (AHF) guna menurunkan IHDi secara menyeluruh utnuk menimalisir rugi daya tambahan dan panas berlebih, serta melakukan pemantauan suhu belitan dan lingkungan secara berkala agar keandalan transformator tetap terjaga.

Harmonic currents generated by non-linear loads at Bundaran HI MRT Station can cause disturbances in the power distribution system, including increased power losses, overheating, and accelerated transformer aging. This study aims to analyze the impact of harmonic currents on power losses, maximum loading capacity, and transformer loss of life at Bundaran HI MRT Station. Measurements were carried out over a period of seven days to collect data on THDi, IHDi, hotspot temperature, and ambient temperature. The results show that although the TDDi values comply with the IEEE 519-2022 standard, the majority of IHDi values in all three phases exceed the permissible limits, with dominant orders ranging from the 3rd, 5th, 7th, 11th, and 13th harmonics. This condition leads to an increase in total power losses by 18.77%, particularly in eddy current losses, which increased by 1617.13%. The maximum loading capacity of the transformer also decreased significantly, with only 52.77% of its rated capacity achievable under the highest THDi condition. Furthermore, life expectancy calculations using the IEC 60076-12 thermal model show that the transformer has lost approximately 1.43 days of its operational life over eight years of service. Although the estimated loss of life appears relatively small, harmonic currents have been proven to contribute to the degradation of transformer performance. The stable ambient temperature helped maintain a low hotspot temperature. Therefore, it is recommended to install an Active Harmonic Filter (AHF) to reduce IHDi comprehensively, minimize additional power losses and excessive heat, and conduct periodic monitoring of winding and ambient temperatures to ensure transformer reliability is maintained."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library