Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Andi Wijaya
"Perlunya pemetaan spasial jaringan telekomunikasi ini bertujuan untuk mengidentifikasi lokasi dan distribusi sebaran menara telekomunikasi secara eksisting serta menganalisis jangkauan area layanan menara telekomunikasi yang dapat digunakan berbagai keperluan perencanaan, pengawasan dan pengembangan infrastruktur telekomunikasi tingkat daerah, regional maupun nasional. Karena adanya kebutuhan dan peningkatan kebutuhan layanan, maka perencanaan yang matang, akurat dan komprehensif untuk pengembangan sistem jaringan telekomunikasi harus dilakukan dengan mempertimbangkan lokasi geografis, sebaran menara telekomunikasi serta untuk rencana menentukan arah pengembangan yang akan dibangun. Sistem Informasi Geografis (SIG) telah secara luas digunakan untuk tujuan pemetaan, menganalisis, mengorganisir, dan semua jenis data yang dapat di-interfacekan secara grafis. Dasar struktur GIS adalah data Base konvensional. Namun, tidak seperti data Base tradisional, GIS diperkaya dengan atribut spasial (Koordinat Geografis) untuk semua data. Karena setiap record dalam data Base GIS telah mempunyai koordinat, data dapat dipetakan ke posisi yang benar pada permukaan bumi dan dihubungkan dalam format peta. Dengan adanya informasi geografis berupa Sistem informasi geografis (SIG) dapat memberikan informasi jangkauan dan daerah kekuatan signal yang terdapat pada setiap menara telekomunikasi, informasi mengenai calon pelanggan yang berada di daerah yang belum terjangkau oleh menara yang sudah ada sehingga dapat menjadi acuan untuk penambahan menara, sistem informasi ini dapat memudahkan penyedia jasa untuk menentukan pengguna jasa yang akan berlangganan.

The need for spatial mapping of telecommunication networks aims to identify the location and distribution of existing telecommunication towers as well as to analyze the coverage area of telecommunication tower services that can be used for various purposes of planning, monitoring and developing telecommunication infrastructure at regional, regional and national levels. Due to the need for and increasing service requirements, careful, accurate and comprehensive planning for the development of a telecommunication network system must be carried out by considering the geographical location, distribution of telecommunication towers as well as for plans to determine the direction of development to be built. Geographical Information Systems (GIS) have been widely used for the purpose of mapping, analyzing, organizing, and all kinds of data that can be graphically interfaced. The basis of a GIS structure is a conventional data base. However, unlike traditional data bases, GIS is enriched with spatial attributes (Geographical Coordinates) for all data. Because each record in the Base GIS data already has coordinates, the data can be mapped to the correct position on the earth's surface and linked in a map format. With the existence of geographic information in the form of a geographic information system (GIS), it can provide information on the coverage and area of signal strength contained in each telecommunication tower, information about potential customers who are in areas not yet reached by existing towers so that they can become a reference for additional towers, This information system can make it easier for service providers to determine which service users will subscribe to."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Raihan Kenji Rizqillah
"Demam berdarah merupakan penyakit yang disebarkan melalui virus DEN-V dengan perantara nyamuk. Penyakit ini berbahaya karena belum ada obat, vaksin, ataupun antiviral khusus terhadap virus DEN-V, sehingga perlu dilakukan penemuan obat untuk demam berdarah. Enzim RNA dependent RNA polymerase (Rdrp) pada DEN-V dapat dijadikan target obat karena berperan penting pada proses replikasi virus. Pada penelitian ini dilakukan simulasi in silico terhadap tiga senyawa bioflavonoid, sub-kelas flavanon, yaitu Hesperetin, Hesperidin, dan Naringenin. Simulasi penambatan molekuler dan dinamika molekuler dilakukan untuk mengetahui kebolehjadian senyawa tersebut sebagai inhibitor target Rdrp. Hasil simulasi senyawa flavanon dibandingkan dengan Quercetin, dengan parameter penilaian penambatan molekuler, energi ikatan, RMSD, RMSF, dan kontak ligan-target. Hasil nilai penambatan molekuler untuk masing-masing ligan terendah yaitu Hesperidin, Quercetin, Hesperetin, dan Naringenin dengan nilai berturut-turut yaitu -9,842 kcal/mol, -8,513 kcal/mol, -7,761 kcal/mol, dan -5,634 kcal/mol. Hasil MM-GBSA energi ikatan terbaik adalah ligan Hesperidin, Naringenin, Hesperetin, dan Quercetin dengan nilai ikatan energi bebas secara berturut-turut yaitu -69,31 kcal/mol, -64,90 kcal/mol, -60,93 kcal/mol, dan -57,83 kcal/mol. Hasil dari studi ini memprediksi bahwa Hesperidin dapat menjadi inhibitor terhadap target Rdrp yang lebih baik dibandingkan Quercetin, sementara Hesperetin dan Naringenin juga memiliki aktivitas inhibisi tetapi tidak sebaik Quercetin.

Dengue fever is a disease spread by the DEN-V virus through mosquitoes. This disease is dangerous because there is no specific drug, vaccine, or antiviral against the DEN-V virus, insisting the need of drug discovery for dengue fever. RNA dependent RNA polymerase (Rdrp) enzyme in DEN-V can be a drug target because it has an important role in the virus replication process. In this research, in silico simulations were carried out on bioflavonoid compounds, flavanone sub-class, namely Hesperetin, Hesperidin, and Naringenin. Molecular docking simulations and molecular dynamics were carried out to determine the probability of these compounds to be inhibitors of Rdrp targets. The results obtained from the simulation of the flavanones was compared with quercetin, which are docking score, energy binding, RMSD, RMSF, and ligand-target contact. The molecular docking results, docking score, for each of all ligands from the lowest were Hesperidin, Quercetin, Hesperetin, and Naringenin with values of -9.842 kcal/mol, -8.513 kcal/mol, -7.761 kcal/mol, and -5.634 kcal/mol, respectively. The best bond energy MM-GBSA results were Hesperidin, Naringenin, Hesperetin, and Quercetin with the value of free energy bonding respectively, namely -69.31 kcal/mol, -64.90 kcal/mol, -60.93 kcal/mol , and -57.83 kcal/mol. The results of this study predict that Hesperidin can be a better inhibitor to target Rdrp than Quercetin, while Hesperetin and Naringenin also have inhibitory activity but not as well as Quercetin."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library