Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 14 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Maelanti Norma
"Latar Belakang: Infeksi MRSA merupakan salah satu penyebab infeksi didapat di rumah sakit dan berhubungan dengan mortalitas, morbiditas, lama rawat dan biaya perawatan yang tinggi. Prevalens infeksi MRSA pasien ICU di RSUP Persahabatan mengalami kenaikan pada semester 2 tahun 2022 sebanyak 25,27% (naik 68,46%) dibandingkan semester 1 tahun. Penyebaran MRSA di ruang perawatan intensif/intensive care unit (ICU) sebagai tolak ukur infeksi di rumah sakit. Tenaga kesehatan berisiko tinggi tertular dan menularkan MRSA di rumah sakit sehingga diperlukan skrining kolonisasi MRSA. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proporsi dan faktor-faktor yang memengaruhi kolonisasi MRSA pada tenaga kesehatan di ICU RSUP Persahabatan.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain potong lintang yang di lakukan di ICU RSUP Persahabatan pada bulan Mei 2023. Subjek penelitian yang memiliki kriteria inklusi dan tidak ada kriteria eksklusi mengisi kuesioner mengenai faktor risiko individu, pekerjaan dan demografi. Pemeriksaan usap hidung dilakukan pada 150 subjek penelitian terdiri dari dokter dan perawat di ICU. Deteksi MRSA dengan pemeriksaan PCR menggunakan XPERT® MRSA NXG untuk mendeteksi gen SCCMecA atau MecC. Selanjutnya karakteristik subjek, proporsi MRSA pada dokter dan perawat serta faktor-faktor yang memengaruhi dievaluasi.
Hasil: Penelitian ini diikuti 150 subjek penelitian. Proporsi kolonisasi MRSA pada dokter dan perawat sebesar 4%. Proporsi kolonisasi MRSA pada dokter sebesar 1(0,66%), pada perawat sebesar 5(3,3%). Variabel – variabel independen pada penelitian ini tidak mempunyai hubungan yang bermakna dengan kolonisasi MRSA (p>0.05). Namun dalam penelitian ini terdapat proporsi kolonisasi MRSA yang besar di ruang ICU Tulip yaitu sebesar 4(18,2%) dari 21 subjek penelitian.
Kesimpulan: Terdapat proporsi kolonisasi MRSA pada tenaga kesehatan yang rendah di ICU, namun didapatkan peningkatan proporsi kolonisasi MRSA pada tenaga kesehatan di ruang ICU Tulip. Perawat dan laki-laki menunjukkan risiko kolonisasi MRSA yang lebih tinggi.

Background: MRSA infection is one of the causes of hospital-acquired infections and is associated with mortality, morbidity, long length of stay, and high treatment costs. The prevalence of MRSA infection in ICU patients at Persahabatan Hospital increased within the second six month of 2022 by 25.27% (up 68.46%) compared to the first six month of 2022. The disseminated of MRSA in intensive care units (ICU) as a measure of infection in hospitals. Health care workers are at high risk of colonizing and transmitting MRSA in hospitals, screening of carriers is required for prevention of MRSA infection. The aims of this study are to determine the proportion and factors asscociated with MRSA colonization in health care workers in the ICU at Persahabatan Hospital.
Method: This study used a cross-sectional design and was carried out in the ICU at Persahabatan Hospital in May 2023. Respondens who had inclusion criteria and no exclusion criteria filled out a questionnaire regarding individual, occupational, and demographic risk factors. Nasal swab were collected from 150 respondens who followed by doctors and nurses in the ICU. MRSA detection by PCR examination using XPERT® MRSA NXG to detect the SCCMecA or MecC gene. Furthermore, subject characteristics, the proportion of MRSA in doctors and nurses and associated factors were evaluated.
Results: There were 150 respondents in this study. The proportion of MRSA colonization among doctors and nurses was 4%. The proportion of MRSA colonization in doctors were 1 (0.66%), and the proportion of MRSA in nurses were 5 (3.3%). There were no independent variables that significantly associated MRSA colonization (p > 0.05). However, there was a large proportion of MRSA colonization found in the Tulip ICU, 4 (18.2%) of the 21 respondents. Conclusion: There was a low proportion of MRSA colonization among health care workers in the ICU, but there was an increase in the proportion of MRSA colonization among health care workers in the Tulip ICU. Nurses and men showed a higher risk of MRSA colonization.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Cahyo Guntoro
"Latar belakang: Kontak erat dalam rumah tangga dengan penderita tuberkulosis yang resistan terhadap obat mempunyai risiko tinggi tertular tuberkulosis. Infeksi tuberkulosis laten adalah suatu keadaan tertular tuberkulosis tetapi tidak menunjukkan gejala. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui proporsi infeksi tuberkulosis laten pada masyarakat yang melakukan kontak serumah dengan penderita tuberkulosis resistan obat, mengetahui karakteristik orang yang tertular tuberkulosis laten, hubungan faktor risiko tuberkulosis laten dan hubungan total limfosit dengan IGRA.
Metode: Subjek adalah mereka yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi adalah subjek yang berusia lebih dari 18 tahun dan kriteria eksklusi adalah subjek yang tidak terdiagnosis tuberkulosis aktif, riwayat tuberkulosis dan imunokompromais. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif observasional dengan desain cross-sectional dengan periode pengambilan sampel dilakukan antara bulan April sampai dengan September 2022. Sampel darah diambil untuk pemeriksaan hitung limfosit total dan IGRA. Pemeriksaan foto toraks dilakukan untuk menyingkirkan bukti radiologis tuberkulosis aktif.
Hasil: Sebanyak 85 subjek memenuhi kriteria inklusi dengan karakteristik jenis kelamin perempuan (67,1%), kelompok usia ≤ 60 tahun (92,9%) dengan rerata usia 44 tahun, tidak bekerja (41,2%), tidak merokok (72,9%), hasil foto toraks normal (84,7%) dan indeks massa tubuh normal (74,1%). Didapatkan proporsi pemeriksaan IGRA yaitu sebesar 57 (67,1%) subjek dengan menggunakan metode QIAreach QFT. Hasil analisis bivariat dan multivariat menunjukkan tidak terdapat perbedaan antara faktor-faktor seperti jenis kelamin, usia, gambaran foto toraks, indeks massa tubuh dan hitung limfosit total terhadap IGRA.
Kesimpulan: Proporsi tinggi tuberkulosis laten dengan menggunakan IGRA pada orang yang kontak serumah dengan pasien TB resistan obat di RSUP Persahabatan. Tidak terdapat perbedaan bermakna secara statistik antara faktor-faktor yang memengaruhi terhadap IGRA.

Background: Close household contact with drug-resistant tuberculosis patient has a high risk to be infected by tuberculosis. Latent tuberculosis infection is a condition where you are infected with tuberculosis but do not show symptoms. The aim of this study was to determine the proportion of latent tuberculosis infection in people who have household contact with drug-resistant tuberculosis sufferers; to determine the characteristics of people infected with latent tuberculosis; and the relationship between risk factors for latent tuberculosis and the relationship between total lymphocytes and IGRA.
Method: Subjects were those who met the inclusion and exclusion criteria. The inclusion criteria were subjects aged more than 18 years and the exclusion criteria were subjects who were not diagnosed with active tuberculosis, had a history of tuberculosis, and were immunocompromised. This research is a descriptive observational study with a cross-sectional design. The subject collecting period is between April and September 2022. Blood samples were taken for the analysis of total lymphocyes and IGRA. Evaluation was performed with a chest x-ray to exclude radiological evidence for active tuberculosis.
Results: A total of 85 subjects met the inclusion criteria with women (67.1%) predominantly. The age characteristics of the subjects showed an average age of 44 years with the majority of subjects being in the age group ≤ 60 years (92.9%). The other characteristics showed subjects who were not working (41.2%), do not smoking (72 .9%), normal chest x-ray results (84.7%), and have normal body mass index (74.1%). The proportion of IGRA examinations obtained was 57 (67.1%) subjects positive for ITBL using the QIAreach QFT method. The results of bivariate and multivariate analysis showed that there were no differences between risk factors such as gender, age, chest x-ray, body mass index and total lymphocytes count on IGRA.
Conclusion: There is a high proportion of latent tuberculosis using IGRA in people who have household contact with drug-resistant TB patients at Persahabatan Hospital. There is no statistically significant differences between the factors influencing IGRA results.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Meliala, Jimmy Pridonta Sembiring
"Latar Belakang: Tenaga kesehatan (nakes) menjadi garda terdepan dalam pelayanan kesehatan di saat pandemi COVID-19. Tidak hanya dokter, perawat atau bidan dan nakes penunjang seperti petugas radiologi rentan untuk risiko terinfeksi COVID-19. Zona kerja nakes merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap risiko terinfeksi COVID-19. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko kejadian COVID-19 pada nakes yang bekerja di perawatan isolasi COVID-19.
Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan studi potong lintang dengan metode total sampling pada tenaga kesehatan yang bekerja di ruang rawat inap isolasi COVID-19 periode Maret sampai Desember 2020. Respons kuesioner penelitian elektronik yang disebarkan akan ditabulasi dan dianalisis.
Hasil Penelitian: Subjek penelitian yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 292 orang dengan mayoritas berusia ≥30 tahun (75,7%), profesi nondokter (91,8%), bekerja di zona kerja non-ICU (70,2%) dan hasil PCR COVID-19 negatif (64%). Zona kerja non-ICU, jenis kelamin, kekerapan kadang-kadang, jarang dan tidak pernah dalam penggunaan APD level 3 serta pelatihan PPI dari RS dalam hal standar APD era pandemi bermakna meningkatkan peluang risiko kejadian COVID-19. Sedangkan, kepatuhan protokol kesehatan dalam hal kontak erat dengan selain orang serumah, salah satu tidak memakai masker dan lama kontak >15 menit, pemasangan kanula hidung dan kontak dengan kolega positif COVID-19 bermakna menurunkan peluang risiko kejadian COVID-19.

k Berbahasa Inggris:
Background: : Health workers are at the forefront of health services during the COVID-19 pandemic. Not only doctors, nurses or midwives and supporting health workers such as radiology officers are vulnerable to being infected with COVID-19. The health worker's work zone is one of the factors that influences the risk of contracting COVID-19. This study aims to determine the risk factors for the occurrence of COVID-19 in health workers who work in isolation care for COVID-19.
Methods: This research is a cross-sectional study using total sampling method on healthcare workers who work in the COVID-19 isolation ward from March to December 2020. The responses of the distributed electronic research questionnaire will be tabulated and analyzed.
Results: There were 292 subjects who met the inclusion criteria with the majority aged ≥30 years (75.7%), non-doctors (91.8%), working in non-ICU work zones (70.2%) and negative COVID-19 PCR results (64%). Non-ICU working zone, gender, frequency of sometimes, rarely and never in the use of level 3 PPE as well as PPI training from hospitals in terms of PPE standards in the pandemic era significantly increased the risk of COVID-19 incident. Meanwhile, adherence to health protocols in terms of close contact with other than people in the household, one of them does not wear a mask and the duration of contact is >15 minutes, installation of nasal cannulae and contact with positive COVID-19 colleagues significantly reduced the COVID-19 incident.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shelly Zukhra
"Latar Belakang: Tuberkulosis paru (TB) masih menjadi salah satu penyebab morbiditas dan mortalitas di seluruh dunia. Dalam dua dekade terakhir penyakit TB resisten obat (TBRO) telah muncul sebagai ancaman bagi kesehatan masyarakat seluruh dunia. NGAL merupakan partikel granulosit neutrofil yang mengalami pematangan dan menjadi gelatinase. NGAL terlibat dalam kekebalan bawaan untuk menghalangi bakteri mengambil zat besi untuk pertumbuhan. Pada pasien dengan komorbid anemia akan terjadi penurunan kekebalan bawaan sehingga pada TBRO dengan anemia bakteri Mtb akan mendapat zat besi dari tubuh manusia untuk bereplikasi. Namun masih belum terdapat data kadar protein serum NGAL pada pasien TBRO dengan anemia.
Metode : Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional menggunakan desain potong lintang yang dilakukan di poliklinik dan ruang rawat inap MDR RSUP Persahabatan pada bulan Juli-September 2023. Jumlah subyek penelitian adalah 73 pasien TBRO yang belum memulai pengobatan dengan anemia dan tanpa anemia yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Sampel darah subyek diambil sebanyak 3cc.
Serum darah diambil lalu disimpan dalam lemari es suhu -200C. selanjutnya dilakukan pemeriksaan ELISA teknik sandwich dan diambil kadar protein NGAL. Variabel lainnya diambil dari rekam medis RSUP Persahabatan.
Hasil : Pada penelitian ini didapatkan pasien TBRO dengan anemia memiliki IMT yang menunjukkan tingkat malnutrisi yang bermakna (p:0,026, OR 2,9(1,1-7,5). Penelitian ini juga mengidentifikasi peningkatan jumlah neutrofil (p:0,002, OR 0,2(0,06-0,5) dan penurunan jumlah limfosit (p:0,006, OR (4,2 (1,4-9,8) pada kelompok pasien anemia, yang tercermin dalam NLR yang meningkat (p:0,028, OR 0,3(0,09-0,9). Hasil yang ditemukan juga menunjukkan bahwa pasien TBRO dengan anemia memiliki lesi paru yang lebih luas secara statistik (p:0,048, OR 2,7(0,9-7,3). Kadar NGAL menunjukkan hasil median 82,76 (67,59) yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok pasien TBRO anemia dan kelompok TBRO tanpa anemia 59,24(91,98) namun tidak bermakna (p: 0,26). Terdapat korelasi yang bermakna kadar NGAL dengan leukosit (r:0,295, p:0,011), neutrofil (r:0,297, p:0,011), limfosit (r:-0,343,p:0,003) dan NLR (r:0,336,p:0,004).
Kesimpulan: Terdapat peningkatan kadar NGAL pada pasien TBRO dengan anemia dibandingkan tanpa anemia namun tidak bermakna secara statistik.

Background: Pulmonary tuberculosis (TB) remains one of the leading causes of morbidity and mortality worldwide. In the last two decades, drug-resistant tuberculosis (DR-TB) has emerged as a global health threat. NGAL is a neutrophil granulocyte- derived protein that undergoes maturation and becomes gelatinase. NGAL is involved in innate immunity by blocking bacteria from acquiring iron for growth. In patients with anemia, there is a reduction in innate immunity, in patient DR-TB with anemia allowing Mtb bacteria to obtain iron from the human body for replication. However, there is currently no data on serum NGAL protein levels in DR-TB patients with anemia.
Methods: This study is an observational research using a cross-sectional design conducted in the outpatient clinic and inpatient ward of MDR RSUP Persahabatan in July-September 2023. The research subjects were 73 subject DR-TB patients who not yet started treatment with or without anemia and met the inclusion and exclusion criteria. Blood samples of the subjects were collected as much as 3cc. The blood serum was separated and stored in a -20°C freezer. Furthermore, ELISA examination using the sandwich technique was performed, and NGAL protein levels were measured.
Results: In this study, DR-TB patients with anemia had BMI indicating significant malnutrition (p: 0.026, OR 2.9(1.1-7.5). This study also identified an increase in the number of neutrophils (p: 0.002, OR 0.2(0.06-0.5) and a decrease in the number of lymphocytes (p: 0.006, OR 4.2(1.4-9.8) in the anemia patient group, as reflected in the increased NLR (p: 0.028, OR 0.3(0.09-0.9). The findings also showed that DR-TB patients with anemia had statistically larger lung lesions (p: 0.048, OR 2.7(0.9-7.3). NGAL levels showed a higher median result between the DR-TB patient group with anemia 82,76 (67,59) and the group without anemia 59,24 (91,98), but it was not statistically significant (p: 0.26). NGAL have significant corelation among leukocyte (r:0,295, p:0,011), neutrophil (r:0,297,p:0,011), limphocyte (r:-0,343,p:0,003) and NLR (r:0,336,p:0,004)
Conclusion: There is a increase in NGAL levels in DR-TB patients with anemia compared to those without anemia. However, this findings do not reach statistical significance.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Adianto Dwi Prasetio Zailani
"Latar belakang: Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit baru. Infeksi saluran napas akibat virus yang disertai infeksi bakteri akan meningkatkan derajat keparahan dan angka mortalitas. Insidens ventilator associated pneumonia (VAP) pada kelompok COVID-19 yaitu 21-64%. Kasus VAP dapat menjadi penyebab tingginya mortalitas pada pasien COVID-19 terintubasi.
Metode penelitian : Penelitian ini adalah penelitian retrospektif di RS Persahabatan. Seluruh sampel yang digunakan adalah kelompok pasien COVID- 19 terintubasi >48 jam dalam periode tahun 2020-2022 yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
Hasil penelitian : Penelitian ini meliputi 196 data penelitian yang memenuhi kriteria inklusi. Proporsi laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan dan hanya 29% adalah populasi usia lanjut. Proporsi VAP pada COVID-19 terintubasi pada tahun 2020-2022 mencapai 60% dengan VAP rates 92,56. Terdapat dua faktor bermakna terhadap VAP pada pasien COVID-19 terintubasi yaitu penggunaan azitromisin (OR 2,92; IK95% 1,29-6,65; nilai-p 0,01) dan komorbid penyakit jantung. (OR 0.38; IK95% 0,17-0,87; nilai-p 0,023). Proporsi terbesar biakan mikroorganisme aspirat endotrakeal adalah Acinetobacter baumannii (44%), Klebsiella pneumoniae (23%), Escherichia coli (9%).
Kesimpulan : Proporsi VAP pada COVID-19 terintubasi adalah 60%. Terdapat hubungan bermakna pada penggunaan azitromisin dan komorbid penyakit jantung sedangkan usia lanjut dan penggunaan steroid tidak memiliki hubungan bermakna terhadap VAP pada pasien COVID-19 terintubasi.

Background : Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) is a novel disease. Viral respiratory infection following bacterial infection could increase the severity and mortality of the disease. The incidence of Ventilator (VAP) in COVID-19 group is 21-64%. VAP might be the leading cause of high mortality in intubated COVID-19 patient.
Methods : This research is a retrospective study at Persahabatan hospital. The collected samples is a group of COVID-19 patient intubated for >48 hours in the period of 2020 to 2022 that meet the inclusion and exclusion criteria.
Results : This study consist of 196 data fulfilling the inclusion criteria. Male proportion much greater than female and only 29% is an elderly population. The proportion of VAP in the period of 2020-2022 is 60% with the VAP rates 92,56. There are two factors significantly affected VAP in intubated COVID-19 patient which are the usage of azitromisin (OR 2,92; CI95% 1,29-6,65; p-value 0,01) and cardiovascular disease comorbidity(OR 0.38; CI95% 0,17-0,87; p-value 0,023). The most abundance proportion of endotracheal aspirate microorganism culture are Acinetobacter baumannii (44%), Klebsiella pneumoniae (23%), and Eschrichia coli (9%).
Conclusion : The proportion of VAP in intubated COVID-19 is 60%. There are significant association of azitromicin usage and cardiovascular comorbidity while elderly and the usage of steroid are not significantly associated to VAP in intubated COVID-19 patient.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Arini Purwono
"Latar Belakang: Efusi pleura ganas menunjukkan prognosis yang buruk sehingga sitologi cairan pleura berperan penting dalam mempersingkat waktu diagnosis. Teknik barbotage diketahui bermanfaat dalam meningkatkan nilai diagnostik sitologi pada karsinoma urotelial, namun belum diketahui perannya pada keganasan rongga toraks. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan deteksi sel ganas dan hitung jumlah sel tumor antara pungsi pleura konvensional dan dengan teknik barbotage pada keganasan rongga toraks.
Metode: Penelitian ini merupakan uji kesesuaian dengan desain potong lintang yang dilakukan di IGD, poli intervensi paru dan ruang rawat inap RSUP Persahabatan pada bulan November 2022 – Juni 2023. Subjek penelitian adalah pasien keganasan rongga toraks dengan EPG yang dipilih sesuai kriteria inklusi dan eksklusi. Sitologi cairan pleura diperiksa menggunakan pewarnaan Papanicolaou dan Giemsa dari sampel pungsi pleura konvensional dan barbotage pada subjek yang sama. Data karakteristik klinis, radiologis, laboratorium dan histopatologis diambil dari rekam medis.
Hasil: Pada penelitian ini didapatkan sebanyak 34 dari 84 subjek EPG menunjukkan sitologi positif pada keseluruhan teknik (40,5%). Teknik konvensional dan barbotage menunjukkan hasil serupa yaitu 39,3%. Deteksi sel ganas dengan teknik konvensional dan barbotage menunjukkan kesesuaian sangat baik yang bermakna (ĸ=0,950; p<0,001). Deteksi sel ganas dengan pewarnaan Papanicolaou dan Giemsa juga menunjukkan kesesuaian sangat baik (ĸ=0,899 dan 0,924; p<0,01). Hitung jumlah sel tumor antara kedua teknik dengan masing-masing pewarnaan menunjukkan kesesuaian cukup (ĸ=0,556 dan 0,520; p<0,01). Analisis multivariat menunjukkan bahwa lokasi lesi primer di paru (OR 4,61; IK 95% 1,33 – 16,03) dan cairan pleura yang keruh (OR 3,41; IK 95% 1,19 – 9,83) memengaruhi hasil sitologi positif cairan pleura.
Kesimpulan: Studi ini merupakan studi pertama yang meneliti mengenai penggunaan teknik barbotage pada tindakan pungsi pleura. Pungsi pleura dengan teknik barbotage merupakan alternatif diagnostik yang secara umum aman dan setara dengan teknik konvensional.

Background: Malignant pleural effusion is a predictor of poor prognosis, therefore pleural fluid cytology is an important tool to shorten the time of diagnosis. Barbotage technique is known to increase diagnostic value in urothelial malignancy, but its role in thoracic malignancies is still unknown. This study aims to compare pleural fluid cytology positivity and tumour cell count between thoracentesis with conventional and barbotage technique in thoracic malignancies.
Methods: This study is a measurement of reliability using a cross-sectional design which was carried out in emergency department, pulmonary intervention clinic and ward of National Respiratory Center Persahabatan Hospital in November 2022 – June 2023. The subjects of this study were thoracic malignancy patients with MPE who met the inclusion and exclusion criterias. Pleural fluid cytology was examined using Papanicolaou and Giemsa stains from conventional and barbotage thoracentesis samples taken on the same subject. Clinical, radiological, laboratory and histopathology data were collected from medical records.
Results: Pleural fluid cytology using both techniques was diagnostic in 34 of 84 (40,5%) MPE patients and 39,3% in each conventional and barbotage technique. Thoracentesis with both techniques showed significantly almost perfect agreement in malignant cell detection (ĸ=0.950; p<0,001). Papanicolaou and Giemsa stains also showed significantly almost perfect agreement in malignant cell detection (ĸ=0.899 and 0.924; p<0.001). Tumour cell count between both techniques using each stain showed significantly moderate agreement (ĸ=0.556 and 0.520; p<0.01). Multivariate analysis showed that primary lesion in the lung (OR 4.61; 95% CI 1.33 – 16.03) and cloudy pleural fluid (OR 3.41; 95% CI 1.19 – 9.83) increased the odds of positive pleural cytology.
Conclusion: To the best of our knowledge, this is the first study to evaluate thoracentesis with barbotage technique. Thoracentesis with barbotage technique is a generally safe alternative procedure and equivalent to conventional technique.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Anggie Indari
"Latar Belakang : Data World Health Organization (WHO) tahun 2019 menunjukkan infeksi saluran napas bawah menjadi penyebab kematian keempat di dunia dengan angka kematian 6.1%. Pneumonia merupakan salah satu infeksi saluran napas bawah yang disebabkan oleh mikroorganisme. Jenis pneumonia yang banyak di masyarakat adalah pneumonia komunitas. Tingginya angka kejadian penumonia komunitas yang disebabkan oleh bakteri menyebabkan meningkatnya kebutuhan antibiotik sebagai pengobatan. Pemberian antibiotik dapat berupa empirical antibiotic treatment (EAT) atau pathogen-directed treatment (PDT). Penelitian ini bertujuan untuk melihat keberhasilan pengobatan pasien pneumonia komunitas rawat inap dengan EAT atau PDT.
Metode : Penelitian ini merupakan penelitian observasional menggunakan desain kohort retrospektif dengan pengambilan data rekam medis di RSUP Persahabatan. Subjek peneltian ini adalah pasien pneumonia komunitas rawat inap periode 1 Januari 2021 hingga 31 Desember 2022. Pemilihan sampel menggunakan metode total sampling.
Hasil : Subjek penelitian terdiri dari 220 pasien EAT dan 62 pasien PDT. Mayoritas bakteri yang ditemukan pada biakan sputum adalah gram negatif (82%) dengan jenis terbanyak adalah Klebsiella pneumonia (29.3%), Acinetobacter baumanii (16.7%) dan Eschericia coli (15.3%). Antibiotik terbanyak pada EAT adalah levofloksasin (87.3%) dan pada PDT adalah meropenem (34%). Keberhasilan pengobatan pasien dengan EAT sebesar 74.5% yang dipengaruhi oleh skor PSI (OR 5.318 (IK 95% 2.046 - 13.820, p=<.001), lama perawatan (OR 1.949 (IK 95% 1.043 - 3.641, p=0.035) dan riwayat penggunaan ventilator (OR 29.364 (IK 95% 12.80 - 67.34, p= <.001). Keberhasilan pengobatan pasien dengan PDT sebesar 46.8% yang dipengaruhi oleh riwayat penggunaan ventilator (OR 9.615 (IK 95% 2.712-34.08, p=<.001) dan hasil biakan sputum Acinetobacter baumanii (OR 2.608 (IK 95% 1.089 - 6.246), p = 0.028).
Kesimpulan : Keberhasilan pengobatan pasien dengan EAT sebesar 74.5% dipengaruhi oleh skor PSI, lama perawatan dan riwayat penggunaan ventilator. Keberhasilan pengobatan pasien dengan PDT sebesar 46.8% dipengaruhi oleh riwayat penggunaan ventilator dan biakan sputum Acinetobacter baumanii.

Background: Data from the World Health Organization (WHO) in 2019 shows that lower respiratory tract infections are the fourth cause of death in the world with a mortality rate of 6.1%. Pneumonia is a lower respiratory tract infection caused by microorganisms. The type of pneumonia that is common is community-acquired pneumonia. The high incidence of community-acquired pneumonia caused by bacteria causes an increased need for antibiotics as treatment. Antibiotics can be given as empirical antibiotic treatment (EAT) or pathogen-directed treatment (PDT). This study aims to see the success rate of inpatient community-acquired pneumonia with EAT or PDT.
Methods : This study was an observational study using a retrospective cohort design by collecting medical record data at Persahabatan Hospital. The subjects of this study were inpatient community-acquired pneumonia patients for the period January 1, 2021 to December 31, 2022. The total sampling method was selected for the study.
Results : The subjects in this study consisted of 220 EAT patients and 62 PDT patients. The majority of bacteria found were gram-negative (82%) with the most common types were Klebsiella pneumonia (29.3%), Acinetobacter baumannii (16.7%) and Escherichia coli (15.3%). The most antibiotics in EAT was levofloxacin (87.3%) and in PDT was meropenem (34%). The success rate of patients with EAT was 74.5%, which was affected by PSI score (OR 5.318 (IK 95% 2.046 - 13.820, p=<.001), length of stay (OR 1.949 (IK 95% 1.043 - 3.641, p=0.035) and history of ventilator use (OR 29.364 (IK 95% 12.80 - 67.34, p= <.001). The success rate of PDT was 46.8%, influenced by the history of ventilator use (OR 9.615 (IK 95% 2.712-34.08, p=<.001) and Acinetobacter baumanii in sputum culture (OR 2.608 (IK 95% 1.089 - 6.246), p = 0.028).
Conclusions : The success rate of patients with EAT was 74.5%, influenced by PSI score, length of stay and history of ventilator use while those with PDT were 46.8%, influenced by the history of ventilator use and Acinetobacter baumanii in sputum culture.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Mohamad Yandinoer Moelamsyah
"Latar belakang: Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan penyakit tidak menular yang menjadi salah satu masalah di Indonesia dan dunia. Kepatuhan pasien PPOK dalam menggunakan inhaler ditemukan relatif buruk dengan tingkat ketidakpatuhan berkisar antara 50 dan 80%. Penelitian ini bertujuan untuk menelusuri faktor-faktor yang dapat memengaruhi kepatuhan pasien PPOK dalam penggunaan inhaler. Metode: Penelitian ini adalah potong lintang menggunakan total 75 subjek yang dilakukan di poli asma-PPOK di RSUP Persahabatan Jakarta. Kuesioner yang digunakan merupakan adaptasi dari kuesioner test of adherence to inhaler (TAI) yang telah dilakukan alih bahasa,uji validitas, dan reliabiliatas. Hasil: Dari total seluruh subjek, 57,3% memiliki kepatuhan baik, 26,7% memiliki kepatuhan sedang, dan 16% memiliki kepatuhan buruk. Sebanyak 68% subjek memiliki ketidakpatuhan sporadis, 46,7% subjek memiliki ketidakpatuhan disengaja, dan 56% subjek memiliki ketidakpatuhan tidak disengaja. Faktor yang berhubungan dengan kepatuhan subjek adalah jumlah device yang digunakan (p=0,025), jumlah eksaserbasi per tahun (p=0,002), durasi kontrol (p=0,009), lama pengobatan (p=0,013), nilai mMRC (p=0,011), dan nilai CAT (p=0,030). Kesimpulan: Faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pasien PPOK terhadap penggunaan inhaler adalah jumlah device inhaler yang digunakan, durasi saat kontrol, dan lama pengobatan yang telah dijalani. Kepatuhan terhadap penggunaan inhaler berhubungan dengan jumlah eksaserbasi per tahun, nilai mMRC, dan nilai CAT. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan sampel yang lebih luas serta kuesioner yang lebih objektif.

Background: Chronic obstructive pulmonary disease (COPD) is a non-communicable disease that is a problem in Indonesia and the world. COPD patients' compliance in using inhalers was found to be relatively poor with non-compliance rates ranging between 50 and 80%. This study aims to explore factors that may influence COPD patients' adherence in using inhalers. Methods: This study was a cross-sectional study using a total of 75 subjects conducted at the asthma-COPD clinic at Persahabatan Central General Hospital Jakarta. The questionnaire used was an adaptation of the test of adherence to inhaler (TAI) questionnaire which had been translated, tested for validity, and tested for reliability. Results: Of the total subjects, 57.3% had good compliance, 26.7% had moderate compliance, and 16% had poor compliance. A total of 68% of subjects had sporadic noncompliance, 46.7% of subjects had deliberate noncompliance, and 56% of subjects had unintentional noncompliance. Factors associated with adherence were the number of devices used (p=0.025), number of exacerbations per year (p=0.002), duration of control (p=0.009), length of treatment (p=0.013), mMRC score (p=0.011), and CAT score (p=0.030). Conclusion: Factors associated with COPD patients' adherence to inhaler use were the number of inhaler devices used, duration at control, and length of treatment. Adherence is associated with the number of exacerbations per year, mMRC scores, and CAT scores. Further research needs to be done with a wider sample and a more objective questionnaire."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rossalyn Andromeda
"Latar Belakang: Pandemi COVID-19 telah menjadi ancaman kesehatan global dengan tingginya kasus dan kematian di seluruh dunia. Untuk membantu dokter dan pasien dalam mengambil keputusan terkait perawatan dan tindak lanjut, skor prognosis telah digunakan untuk memprediksi risiko kematian pasien dengan COVID-19. Saat ini terdapat beberapa skor prognostik dan mortalitas yang digunakan untuk COVID-19 yang bervariasi dalam pengaturan, ukuran hasil yang diprediksi dan parameter klinis yang disertakan. Penelitian membandingkan akurasi aplikasi prediksi luaran Clinical Assessment Tool (CAT) COVID dan Coronavirus Clinical Characterisation Consortium (4C) Mortality Score Pada Pasien COVID-19 Terkonfirmasi Pada Perawatan Di Rumah Sakit Universitas Indonesia: Tinjauan Hubungan Status Vaksinasi. Metode: Penelitian ini adalah suatu penelitian observasional dengan metode potong lintang menggunakan data rekam medis pasien COVID-19 di RS Universitas Indonesia Depok. Proses pengumpulan data dimulai sejak Oktober 2023. Pasien dengan status vaksin COVID-19 yang datang ke RSUI dengan keluhan mengarah ke COVID-19 pada periode Januari - Desember 2022 dengan kriteria subjek berusia >18 tahun diambil secara consecutive sampling sebanyak 344 subjek. Hasil: Jumlah subjek pada penelitian ini sebanyak 91. Aplikasi prediksi 4C lebih baik yaitu dengan nilai AUC 73.5% (sensitivitas 78.9% dan spesifisitas 68%) dibandingkan CAT COVID dengan AUC 52.1% (sensitivitas 74% dan spesifisitas 30%). Nilai kesesuaian antara aplikasi CAT COVID dengan aplikasi 4C mortality score dengan uji kappa adalah sebesar 0.094. Bila dinilai dari jumlah subjek, kedua aplikasi prediksi memiliki penilaian prediksi dengan hasil yang sama pada 47 subjek dan terdapat perbedaan prediksi pada 44 subjek. Kesimpulan: Aplikasi prediksi kematian 4C mortality score terjangkau dan mudah untuk digunakan pada fasilitas kesehatan dalam memprediksi kematian sehingga tenaga kesehatan bisa menentukan perawatan dan tindak lanjut untuk pasien serta edukasi mengenai prognosis kepada pasien dan keluarga pasien. Aplikasi 4C mortality score memiliki variabel yang sederhana dengan hasil berupa tingkatan kelompok prediksi risiko kematian ringan, sedang, berat dan sangat berat.

Background: The corona virus disease 19 (COVID-19) pandemic has become a significant global health threat, with cases and deaths increasing in the worldwide. To assist doctors and patients in making decisions regarding treatment and follow-up, prognosis scores have been used to predict the risk of death in patients with COVID-19. Currently, there are several prognostic and mortality scores used for COVID-19 that vary in setting, predicted outcome measures, and included clinical parameters. Research comparing the accuracy of outcome prediction applications, such as the Clinical Assessment Tool (CAT) COVID, and the Coronavirus Clinical Characterisation Consortium (4C) Mortality Score in Confirmed COVID-19 Patients Under Treatment at Universitas Indonesia Hospital: A Review on Vaccination Status Relationship. Method: This study is an observational research employing a cross-sectional method utilizing medical record data of COVID-19 patients at Universitas Indonesia Hospital in Jakarta. The data collection process commenced in October 2023. Patients with COVID-19 vaccine status presenting to RSUI with complaints suggestive of COVID-19 during the period of January to December 2022, with the criteria of subjects aged > 18 years, were consecutively sampled, totalling 344 subjects. Results: The total number of subjects in this study was 91. The 4C mortality score application performed better, with an accuracy of 73.5% (sensitivity 78.9% and specificity 68%) compared to CAT COVID with an AUC of 52.1% (sensitivity 74% and specificity 30%). The concordance value between CAT COVID application and 4C mortality score application with kappa test was 0.094. When assessed by the number of subjects, both prediction applications had the same prediction outcome in 47 subjects, and there was a difference in prediction in 44 subjects. Conclusion: The 4C mortality score prediction applications are accessible and affordable in healthcare facilities for predicting mortality, allowing healthcare professionals to determine treatment and follow-up for patients as well as provide prognosis education to patients and their families. The 4C mortality score application has simple variables with prediction results in the form of risk group prediction levels low, intermediate, high and very high."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ika Rahmawaty
"Latar belakang: Tuberkulosis dan depresi berhubungan secara sinergis melalui perilaku sosial dan mekanisme biologis yang dapat memperberat penyakit. Depresi umumnya kurang disadari dan tidak mendapat pengobatan. Depresi pada TB dikaitkan dengan peningkatan morbiditas, mortalitas, penularan TB komunitas dan resistansi obat. Depresi juga dapat dipicu oleh stigma terkait TB yang akan memperberat kerentanan sosial dan efek samping pengobatan anti-tuberkulosis. Diperlukan pendekatan multidisiplin pada penanganan TB dan depresi secara bersamaan untuk mengakhiri epidemi TB global. Metode: Subjek adalah mereka yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi adalah subjek yang terdiagnosis TB paru fase intensif berusia lebih dari 18 tahun dan kriteria eksklusi adalah subjek yang memiliki komorbid HIV dan tidak bisa baca tulis. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif observasional dengan desain cross-sectional dengan periode pengambilan sampel dilakukan antara bulan Agustus 2023 sampai dengan Februari 2024. Kuisioner Beck depression inventory-II dilakukan untuk menilai depresi dan derajat depresi. Hasil: Sebanyak 100 subjek memenuhi kriteria inklusi dengan karakteristik jenis kelamin laki-laki (63%), kelompok usia ≤ 60 tahun (85%), gejala batuk menetap (41%), IMT  ≤ 18,5 (57%), efek samping OAT (47%) dan stresor psikososial negatif (71%). Didapatkan proporsi depresi dengan menggunakan kuisiner BDI II yaitu sebesar 37 (37%) subjek dengan menggunakan kuisioner BDI II dengan derajat berat depresi terdiri atas depresi ringan 12%, sedang 22% dan berat 3%. Hasil analisis bivariat dan multivariat menunjukkan bermakna secara statistik faktor yang memengaruhi yaitu gejala batuk menetap (p 0,001; OR 5,14; IK 95% 1,93-13,66) dan dampak negatif stressor psikososial (p 0,006; OR 8,96; IK 95% 1,85-43,34).

Background: Tuberculosis and depression are synergistically related through social behaviors and biological mechanisms that can aggravate the disease. Depression is generally under-realized and receives no treatment. Depression in TB is associated with increased morbidity, mortality, community TB transmission and drug resistance. Depression can also be triggered by TB-related stigma that exacerbates social vulnerability and side effects of anti-tuberculosis treatment. A multidisciplinary approach to TB and depression is needed simultaneously to end the global TB epidemic. Methods: Subjects are those who meet the inclusion and exclusion criteria. The inclusion criteria were subjects diagnosed with intensive phase pulmonary TB aged more than 18 years and the exclusion criteria were subjects who had HIV comorbidities and could not read and write. This study is an observational descriptive study with a cross-sectional design with a sampling period carried out between August 2023 to February 2024. The Beck depression inventory-II questionnaire was conducted to assess depression and the degree of depression. Results: A total of 100 subjects met the inclusion criteria with male sex characteristics (63%), age group ≤ 60 years (85%), persistent cough symptoms (41%), BMI ≤ 18.5 (57%), OAT side effects (47%) and negative psychosocial stressors (71%). The proportion of depression using the BDI II questionnaire was 37 (37%) subjects using the BDI II questionnaire with severe degrees of depression consisting of mild depression of 12%, moderate 22% and severe 3%. The results of bivariate and multivariate analyses showed statistically significant influencing factors, namely persistent cough symptoms (p 0.001; OR 5.14; CI 95% 1.93-13.66) and negative impacts of psychosocial stressors (p 0.006; OR 8.96; CI 95% 1.85-43.34)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>