Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Alfiyanti Saidah
Abstrak :
Panjang mandibula dapat diukur dari titik Kondilus ke titik Gnathion melalui gambaran sefalometri lateral. Panjang mandibula juga dapat diprediksi ukurannya menggunakan suatu rumusan, akan tetapi belum diketahui prediksi panjang mandibula pada anak dengan celah bibir dan langit-langit unilateral komplit. Pada penelitian ini akan dibuat rumusan prediksi panjang mandibula melalui analisis vertebra servikalis 3 dan 4 yang terlihat dari gambaran sefalometri lateral. Tujuan : Mengetahui kemungkinan penggunaan usia skeletal vertebra servikalis dalam memprediksi panjang mandibula anak dengan celah bibir dan langit-langit unilateral komplit kelompok usia 9 sampai 13 tahun. Material dan metode : Subyek penelitian terdiri dari 2 kelompok, masing-masing 20 anak dengan celah bibir dan langit-langit unilateral komplit pasca labioplasti dan palatoplasti pada usia 9-13 tahun. Kelompok pertama digunakan untuk membuat rumusan prediksi panjang mandibula. Kelompok kedua digunakan untuk menguji rumusan yang telah didapat pada kelompok pertama. Usia skeletal ditentukan dari analisis vertebra servikalis 3 dan 4 sesuai dengan metode Mito, 2003. Uji pada kelompok pertama menggunakan analisis regresi yang menghasilkan suatu persamaan linier, dan uji pada kelompok kedua digunakan uji t berpasangan untuk mengetahui perbedaan antara pengukuran langsung dan penghitungan menggunakan rumusan. Hasil : Dari kelompok pertama, diperoleh rumusan prediksi panjang mandibula 96,079 + 0,516 x usia skeletal (dalam satuan millimeter) dengan R2 sebesar 2,0%. Pada kelompok kedua, terdapat perbedaan bermakna antara sub kelompok pengukuran langsung dan sub kelompok penghitungan menggunakan dengan rumusan (p=0,001). Kesimpulan : Usia skeletal hanya menyebabkan sebagian kecil variasi panjang mandibula (2%), sedangkan 98%-nya merupakan faktor-faktor risiko lain seperti faktor tumbuh kembang, faktor genetika dan faktor lingkungan. Sehingga persamaan yang diperoleh, tidak dapat digunakan dalam memprediksi panjang mandibula pada anak usia 9-13 tahun dengan celah bibir dan langit-langit unilateral komplit. ......Introduction : The mandibular length can be measured from Condylus point to Gnathion point using lateral cephalograms. The mandibular length also can be predicted using a formula, but there are still no formulas for predicting the mandibular length of children with complete unilateral cleft lip and palate. In this study, the formula for predicting mandibular length will be derived by analyzing the third and fourth cervical vertebrae (CV 3 and CV 4). Objective : The purpose of this study was to assess the possibility of using cervical vertebrae bone age to predict the mandibular length of children with complete unilateral cleft lip and palate following labioplasty and palatoplasty between 9 and 13 years of age. Methods : The subjects were 2 groups of 40 children, one group to derive a formula for predicting mandibular length, the other to compare actual values and predicted values. The cervical vertebrae bone age was calculated from CV 3 and CV 4 according to the method of Mito, 2003. A regression analysis was used to determine a formula for predicting mandibular length in group one. In group two, an paired t-test was run for 10 subjects with actual values and 10 predicted values subjects. Results : In group one, the formula for predicting mandibular length was 96,079 + 0,516 x bone age (in millimeters) with R2 of 2,0%. In the group two, there was significant mandibular length difference between actual and predicted values (p = 0,001). Conclusion : Cervical vertebrae bone age affected only 2% of a mandibular length variation, while 98% were affected by other risk factors such as growth factors, genetic factors and environmental factors. The formula might not be used to predict the mandibular length of children with complete unilateral cleft lip and palate between 9 and 13 years of age.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
T35044
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Grahita Aditya
Abstrak :
ABSTRAK
Straight Wire Appliance (SWA) merupakan sebuah sistem perawatan ortodonti yang dirancang untuk memperoleh in-out, inklinasi dan angulasi akhir gigi-geligi yang ideal. Perbedaan sudut torque dan nilai preskripsi akan mempengaruhi inklinasi akhir gigi-geligi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui akurasi torque braket MBT slot 0,022? yang beredar di Indonesia. Penelitian dilakukan menggunakan SEM terhadap sudut torque antara basis braket dengan dasar slot braket kaninus atas pada 3 produk ortodonti setelah diposisikan tegak lurus optik. Uji statistik menyatakan terdapat perbedaan signifikan antara braket Agile Abzil 3M Unitek (-3,69°) dan Versaden (-3,85°) dengan preskripsi (-7°), namun tidak terdapat perbedaan signifikan antara braket Ormco (-7,68°) dengan preskripsi.
ABSTRACT
Straight Wire Appliance (SWA) was designed to facilitateideal in-out, inclination and angulation of the teeth. Variations between actual brackettorque valuesand prescription values are considered essential to providing proper tooth inclination. This study aims to determine the accuracy of the slot.022" MBT brackets marketed in Indonesia. The measurement was conducted using the SEM to the torque angle between the base of bracket and slot. Statistical analysis indicated significant differences between Agile Abzil 3M Unitek (-3.69°) and MBTprescription (-7°), as also Versaden (-3.85°).No significant differences found between the Ormco bracket (-7.68°) and MBT prescription.
2012
T31125
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Risa Yunia Arsie
Abstrak :
ABSTRAK
Pendahuluan: Masa remaja adalah suatu saat dimana seseorang mencari jati dirinya. Hubungan sosial dengan orang lain menjadi hal yang tak terpisahkan dalam masa ini, dan seringkali susunan gigi-geligi, berpengaruh terhadap perlakuan sosial yang diterima seorang remaja dari lingkungannya. Berbagai penelitian telah menemukan maloklusi gigi anterior atas berdampak negatif terhadap relasi sosial remaja. Meskipun demikian, penelitian seperti ini masih jarang ditemukan di Indonesia. Material dan metode: Subjek berasal dari 2 SMP di Jakarta Timur, sebanyak 173 orang, yang dibagi menjadi 4 macam karakteristik oklusi: gigi anterior atas berjejal, gigi anterior atas bercelah, dan gigi anterior atas protrusif, menggunakan kuesioner PIDAQ (Psychosocial Impact of Dental Aesthetic Questionnaire). Hasil: Analisis menunjukkan adanya perbedaan bermakna dalam dampak terhadap rasa percaya diri antara remaja oklusi normal dengan maloklusi gigi berjejal, bercelah, maupun protrusif, serta perbedaan bermakna antara dampak psikologis yang dimiliki remaja oklusi normal dengan gigi bercelah. Kesimpulan: Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya pencegahan serta perawatan ortodonti dini pada remaja dengan maloklusi agar dapat mencegah timbulnya gangguan perkembangan psikososial remaja.
Abstract
Introduction: Adolescence is a one of significant periods in one?s life. Relating with others in this phase has become an inseparable aspect, and often physical appearance, especially facial and dental, considerably determines the quality of social treatment received from one?s surrounding. Several studies have found the role of upper anterior malocclusion in rendering negatively one?s social connection with his peers. Despite the quite fascinating findings, such studies are relatively rare to be found in Indonesian context. Material and method: impact of various anterior occlusion on adolescent psychosocial from SMP 51 and SMP 195 in East Jakarta area by using PIDAQ (Psychosocial Impact of Dental Aesthetic Questionnaire). Two school were contacted and 173 subjects participated, classified into four occlusal characteristics: normal, upper anterior crowding, upper anterior spacing, and upper anterior protruding. Result: There is significant difference between adolescents with normal occlusion and those suffering from malocclusions, either crowding, spacing, or protruding. Moreover, there is a significant psychological impact difference between adolescents with normal dentition and those who have upper anterior spacing. Conclusion: It can be concluded that anterior malocclusion has the possibility to affect adolescents psychological condition. Therefore, it is deemed necessary to take preventive action as well as early orthodontic treatment on adolescents suffering from malocclusions in order to nullify the impact on their psychosocial development.
2012
T31383
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tjut Fadluna Paramita
Abstrak :
ABSTRAK
Saat ini beredar di Indonesia berbagai jenis kawat ortodonti, antara lain kawat nickel titanium. Kawat ini menjadi banyak penggunaannya karena memiliki sifat unik yaitu superelastis dan memory shape. Setiap kawat memiliki karakteristik, komponen alloy pembentuk, dan proses pembuatan yang berbeda-beda. Karakteristik yang dimiliki kawat termasuk sifat deformasinya setelah kawat diberi beban gaya. Pada kawat nickel titanium, apabila kawat mengalami deformasi permanen, maka berkurang juga gaya deaktivasi dari kawat untuk menggerakkan gigi geligi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui berapa besar deformasi permanen pada kelima produk kawat nickel titanium superelastis diameter 0.014 inci yaitu dari produk Ormco, 3M Unitek, Versaden, Ortho Organizer dan IMD Orthoshaped. Penelitian juga bertujuan untuk membandingkan deformasi permanen yang terjadi antar produk kawat dan apabila diaplikasi pada waktu yang berbeda. Digunakan 25 sampel penelitian, yang terbagi menjadi 5 kelompok kawat (masing-masing memiliki 5 sampel). Semua kawat dipasang pada prototipe penelitian yang didesain agar terjadi defleksi sebesar 7 mm pada bagian tertentu dari kawat. Kawat diaplikasikan selama 336 dan 504 jam. Deformasi kawat diukur menggunakan kaliper digital dengan cara membandingkan defleksi antara kawat baru dengan kawat yang telah diaplikasi (dari produk yang sama). Diperoleh hasil terdapat perbedaan bermakna deformasi permanen antara kelima produk kawat NiTi SE saat dibandingkan satu sama lain dan lamanya aplikasi kawat dapat memperbesar deformasi yang terjadi. Urutan nilai deformasi permanen pada beberapa produk kawat berdasarkan nilai yang paling kecil adalah Ormco, 3M Unitek, Versaden, Ortho Organizer and IMD Orthoshaped.
Abstract
There are many kinds of orthodontic wires in Indonesia, including the nickel titanium one. This wire become popular since founded because of its unique characteristic (super elastic and shape memory). Each wire has different characters, contains of alloy and manufacturing procedure. Wire deformity is part of wire?s characteristic that need to be consider. In nickel titanium wire, when permanent deformity happened on it, the unloading forces to move the teeth become less. The aim of this research is to acknowledge the value of permanent deformity in 0.014 inch super elastic nickel titanium arch wire from five different products and comparing each other on a different time of application. This research used 25 samples, consist of 5 group (each group owns 5 samples). All wires were applied on self made prototype which was designated to make a 7 mm deflection on each side of the wire. Those were applied for 336 and 504 hours. After being deflected on the estimated time, the wire was removed from the prototype and then placed in superimposition mode with the new wire from the same product. The gap between those wires is measured by a digital caliper and defined as the value of wire permanent deformity. As the result, statistically significant, there is a different value of permanent deformity between each products and long term application could make the wire?s permanent deformity become worse. The list of wires from the smallest value of permanent deformity is Ormco, 3M Unitek, Versaden, Ortho Organizer and IMD Orthoshaped.
2012
T31179
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ferigina Satariah
Abstrak :
Latar Belakang : Perawatan ortodonti yang menggunakan alat ortodonti cekat bertujuan untuk memperbaiki fungsi gigi geligi dan estetis seseorang, namun hal tersebut berpotensi meningkatkan resiko karies selama atau setelah perawatan. Hal tersebut disebabkan karena adanya kesulitan dalam membersihkan plak dan sisa-sisa makanan akibat adanya perangkat ortodonti seperti bracket, ligature dan kawat. Mengunyah permen karet yang mengandung Xylitol merupakan salah satu cara untuk mencegah karies. Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek penggunaan permen karet Xylitol pada pasien yang menggunakan alat ortodonti cekat dalam mengurangi resiko karies ditinjau dari perubahan pH plak dan pH saliva. Metode : Subyek penelitian yang terdiri dari 30 pasien yang menggunakan alat ortodonti cekat diinstruksikan mengunyah permen karet Xylitol merk Lotte sebanyak dua butir selama minimal lima menit sehabis menyikat gigi, dua kali sehari pagi dan malam selama dua minggu. Satu butir permen karet mengandung Xylitol sebesar 1.320 g. Pemeriksaan pH plak dan pH saliva dilakukan sebelum dan sesudah perlakuan dengan menggunakan pH plak indicator kit dan dental saliva pH indicator. Perubahan rerata pH plak dan pH saliva sebelum dan sesudah perlakuan di analisis menggunakan uji wilcoxon dua arah. Hasil : Berdasarkan analisis statistik terdapat peningkatan yang bermakna pada rerata pH plak dan pH saliva sebelum dan sesudah mengunyah permen karet Xylitol selama dua minggu, dengan nilai p < 0.05. Simpulan : Mengunyah permen karet Xylitol dua kali sehari selama dua minggu dapat menurunkan resiko karies pada pasien yang menggunakan alat ortodonti cekat.
Background : The Goal of fixed orthodontic treatment are to improve functional and esthetic of the patient, but it potentially increase caries risk during and after the treatment because orthodontic appliances such as brackets or ligatures often cause difficulties in mechanically removing plaque and food debris. Xylitol chewing gum is one of the effective method to prevent caries. Objective : The aim of this research is to study the effect of Xylitol chewing gum on reducing caries risk in fixed orthodontic patient based on plaque pH and salivary pH. Methods : 30 subjects which is a fixed orthodontic patients was instructed to chew two Xylitol chewing gum two times a day for minimal five minutes in two weeks. Each gum contains 1.320 g Xylitol. Plaque pH and salivary pH are measured by using plaque pH indicator kit and dental saliva pH indicator, it was taken before and after experiment. The mean value in plaque pH and salivary pH before and after the experiment was analyzed using two way wilcoxon test. Results : Based on the statistical analysis, there is a significant increase in plaque pH and salivary pH mean value before and after chewing xylitol chewing gum in two weeks (p < 0.05). Conclusion : Chewing Xylitol two times a day in two weeks could reduce caries risk in fixed orthodontic patient.
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rizka Eka Prasetyanti
Abstrak :
Latar Belakang : Perawatan ortodonti bertujuan untuk memperbaiki fungsi gigi geligi dan estetis seseorang, namun pada perawatan yang menggunakan alat cekat berpotensi meningkatkan resiko karies selama atau setelah perawatan ortodonti cekat. Hal tersebut disebabkan adanya kesulitan pasien dalam menjaga kebersihan rongga mulut, khususnya di daerah sekitar braket, band dan ligatur sehingga meningkatan resiko terjadinya karies. Pencegahan karies dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan menambah asupan fluoride , termasuk pemberian secara topikal. Tujuan : Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efek topical fluoride pada pasien ortodonti cekat dalam mengurangi resiko karies pasien, ditinjau dari perubahan pada pH plak dan pH saliva. Metode : Subjek penelitian terdiri dari 30 pasien yang dirawat menggunakan alat ortodonti cekat diperiksa pH plak dan pH saliva awal dengan menggunakan pH plak indicator kit dan dental saliva pH indicator. Subjek kemudian diberikan perlakuan berupa aplikasi topical fluoride selama dua kali dalam waktu dua minggu, dengan interval pemberian aplikasi satu minggu dan setelahnya diperiksa kembali. Perubahan rerata pH plak dan pH saliva sebelum dan sesudah perlakuan kemudian di analisis menggunakan uji wilcoxon dua arah. Hasil : Terjadi peningkatan pada rerata pH plak dan penurunan pada rerata pH saliva tetapi tidak bermakna secara statistik (p > 0.05). Kesimpulan : Pemberian topical fluoride pada pasien yang menggunakan alat ortodonti cekat dapat menurunkan resiko karies tetapi tidak mempengaruhi pH plak dan pH saliva.
Background : The goal of orthodontic treatment are to provide functional and esthetic improvement in patient, but it potentially increase caries risk during and after treatment. Placing the orthodontic appliances can alters the oral environment changes in pH and plaque deposition around bracket. As a consequence oral hygiene becomes more difficult and increased risk of developing dental caries for the patient. There are several mechanism on preventing dental caries, one of it is fluoride application. Objective : The aim of this research is to study the effect of topical fluoride on reducing caries risk in fixed orthodontic patient based on plaque and salivary pH. Methods : 30 subjects which is a fixed orthodontic patients was applied with topical fluoride two times within two weeks with one week interval for each treatment. Plaque pH and salivary pH measurement by using pH plaque indicator kit and dental saliva pH indicator, it was taken before and after experiment. The mean value in plaque pH and salivary pH before and after the experiment was analyzed using two way wilcoxon test. Result : Fluoride application had no statistically significant effects in plaque and salivary pH mean value before and after application within two weeks (p > 0.05). Conclusion : Fluoride application reduce caries risk in fixed orthodontic patient but it wasn?t alter any changes on plaque and salivary pH.
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Prasanti Fitriastuti
Abstrak :
Latar belakang : Perawatan ortodonti dengan menggunakan alat ortodonti cekat bertujuan untuk memperbaiki fungsi gigi geligi dan estetis seseorang, dapat berpotensi meningkatkan resiko karies selama atau setelah perawatan ortodonti cekat karena adanya kendala dalam membersihkan plak dan sisa-sisa makanan akibat adanya perangkat ortodonti misalnnya bracket atau ligature. Salah satu cara untuk mengurangi resiko karies adalah berkumur Chlorhexidine. Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efek penggunaan obat kumur Chlorhexidine 0,2% pada pasien yang menggunakan alat ortodonti cekat dalam mengurangi resiko karies ditinjau dari perubahan pH plak dan pH saliva. Metode: Subyek penelitian yang terdiri dari 30 pasien yang menggunakan alat ortodonti cekat diinstruksikan untuk berkumur Chlorhexidine 0,2% selama 0,5-1 menit beberapa menit setelah menyikat gigi, dua kali sehari pagi dan malam hari selama dua minggu. Pemeriksaan pH plak dan pH saliva sebelum dan sesudah perlakuan kemudian di periksa menggunakan pH plak indicator kit dan dental saliva pH indicator kit. Perubahan rerata pH plak dan pH saliva sebelum dan sesudah perlakuan kemudian di analisis menggunakan uji Wilcoxon dua arah. Hasil: Berdasarkan analisis statistik terdapat peningkatan bermakna pada rerata pH plak sesudah berkumur obar kumur Chlorhexidine selama dua minggu (p < 0,05). Sedangkan pada pH saliva sesudah berkumur obat kumur Chlorhexidine selama dua minggu terjadi penurunan nilai rerata namun hal ini tidak bermakna (p > 0,05). Simpulan: Penggunaan obat kumur chlorhexidine dapat menurunkan resiko karies pada pasien yang menggunakan alat ortodonti cekat jika ditinjau dari pH plak, namun tidak pada pH saliva.
Background : The goal of fixed orthodontic treatment are to improve functional and esthetic of the patient, but it potentially increase caries risk during and after the treatment because orthodontic appliances such as brackets or ligatures often cause diffuculties in mechanically removing plaque and food debris. Chlorhexidine mouthrinse is one of the effective methods to prevent caries. Objective : The aim of this research is to study the effect of Chlorhexidine mouthrinse on reducing caries risk in fixed orthodontic patient based on plaque pH and salivary pH. Methods : 30 subjects which is a fixed orthodontic patients was instructed to gargle Chlorhexidine 0,2% a few minutes after toothbrushing for 0,5-1 minute. Plaque pH and salivary pH measurement was taken before and after experiment using pH plaque indicator kit and dental saliva pH indicator. The mean value in plaque pH and salivary pH before and after the experiment was analyzed using two way wilcoxon test. Results : Based on the statistical analysis, there is a significant increase in plaque pH after gargling Chlorhexidine 0,2% for two weeks (p < 0,05). However a decrease was found in saliva pH after gargling Chlorhexidine 0,2% a few minutes after toothbrushing for two weeks although statistically insignificant (p > o,05). Conclusion : Gargling Chlorhexidine can reduce caries risk in fixed orthodontic patient showed an increasing in plaque pH but it was not in salivary pH.
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Luciana
Abstrak :
Pendahuluan: Kemajuan teknologi digital untuk memenuhi kebutuhan akan efisiensi saat ini tidak terelakkan, termasuk di bidang ortodontik. Selain foto rontgen, model studi merupakan alat diagnostik yang diubah menjadi bentuk digital. Digitasi model studi dilakukan supaya pengukuran benda tiga dimensi dapat diukur dalam bentuk tiga dimensi. Walaupun demikian, ketidakakuratan bisa saja terjadi pada pengukuran dengan model studi digital tiga dimensi. Ketiadaan perangkat digitasi di Indonesia menyebabkan proses digitasi menjadi mahal dan sukar. Oleh karena itu, alat pemindai laser yang diciptakan oleh Institut Teknologi Bandung bekerjasama dengan Bagian Ortodonti Universitas Indonesia pada tahun 2011 diharapkan dapat mengatasi masalah-masalah tersebut. Dalam penelitian ini, peneliti menguji akurasi analisis ortodontik dengan menggunakan alat pemindai laser yang baru dibuat ini. Bahan dan Cara: Duabelas pasang model studi sebelum perawatan ortodontik disertai anterior crowding dengan skor indeks Little 1-6 digunakan dalam penelitian ini. Masing-masing model studi dipindai, dan dilakukan digitasi dan analisis Bolton dan indeks ketidakteraturan Little (LII) diukur pada model studi konvensional dan digital dengan kaliper yang memiliki ketelitian 0.01 mm. Pengukuran intraobserver dilakukan pada 20% total sampel yang dipilih secara acak (3 sampel) dan diuji secara statistik dengan uji-t berpasangan dan Wilcoxon untuk uji nonparametrik. Plot Bland-Altman digunakan untuk menguji level of agreement kedua metode pengukuran. Uji-t tidak berpasangan dan uji Mann-Whitney digunakan untuk uji statistik pada penelitian inti dengan 12 pasang model studi. Hasil: Uji intraobserver untuk analisis Bolton tidak memperlihatkan perbedaan bermakna (p = 0.859) sementara untuk pengukuran indeks ketidakteraturan Little, terlihat perbedaan yang bermakna secara statistik (p = 0.008). Plot Bland-Altman untuk indeks Little memperlihatkan tercapainya level of agreement kedua metode pengukuran. Pada pengukuran 12 pasang model studi, uji statistik untuk analisis Bolton dan indeks Little tidak memperlihatkan adanya perbedaan yang bermakna (p > 0.05), dengan nilai p berturut-turut adalah p = 0.509 and p = 0.101. Kesimpulan: Nilai pengukuran pada model studi digital disertai anterior crowding tidak berbeda bermakna secara statistik dengan nilai pengukuran yang dilakukan pada model studi konvensional dengan anterior crowding. ...... Introduction: The vastly growth of advanced technology to meet efficiency is currently inevitable, including in orthodontics. Radiographs and study models are diagnostic tools that often digitized and measured three-dimensionally. However, inacurracy might still be found in the three-dimension measurements. The customized laser scanner was then built in 2011 by Bandung Institute of Technology in conjunction with Department of Orthodontic University of Indonesia. The primary aims were to overcome the study models storing problems and the scanning cost, if the study models have to be digitized overseas. In this research, the study models digitizing were performed using the newly built laser scanner and the accuracy of the measurements were analyzed. Material and Methods: Twelve pairs of pre-orthodontic treatment study models were used in this research with mild to moderate anterior crowding (Little Irregularity Index score 1-6). Each models were scanned and the mesiodistal width was measured before Bolton analysis was determined. For Little Irregularity Index, each measurements were done in the anterior of lower study models. The measurement of conventional study models were then compared with the digital study models measurement. Each measurement were made with digital calliper to the nearest of 0.01 mm. Intraobserver test was done by taking 20% from the total amount of the samples (3 samples) randomly and were tested by paired t-test and Wilcoxon for nonparametric test. The level of agreement were done with Bland- Altman plot. After getting valid intraobserver test value and good level of agreement, the main test was done by paired t-test and Mann-Whitney test. Results: Intraobserver test for Bolton analysis showed no significant difference (p = 0.859) while significant difference (p = 0.008) was detected between measurement method for Little Irregularity Index. Bland-Altman plot for Little Irregularity Index intraobserver test showed good level of agreement. The Bolton analysis and Little Irregularity Index statistic test for twelve pairs of study models showed no significant difference (p > 0.05), respectively p = 0.509 and p = 0.101. Conclusion: The measurements made in digital study models with anterior crowding were as accurate as the measurements made in conventional study models with anterior crowding, and therefore, the study models measurement can be done in the digital form.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sigit Handoko Utomo
Abstrak :
Pendahuluan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan gambaran kraniofasial pada masa pubertal yang sama yang dievaluasi dengan metode cervical vertebral maturation (CVM) antara anak dengan celah bibir dan langit-langit unilateral komplit pasca labioplasti dan palatoplasti dibandingkan dengan anak tanpa celah bibir dan langit-langit. Material dan metode: Subyek penelitian yang terdiri dari 14 anak dengan celah bibir dan langit-langit unilateral komplit pasca labioplasti dan palatoplasti dan 14 anak tanpa celah bibir dan langit-langit yang berada pada masa pubertal. Periode pubertal dievaluasi menggunakan metode cervical vertebral maturation (CVM) yang dikembangkan oleh Baccetti et al, 2002.Dilakukan pengukuran sefalometri linier dan angular pada sefalogram lateral dari subyek penelitian meliputi 11 variabel. Uji t tidak berpasangan dilakukan untuk mengetahui perbedaan gambaran kraniofasial antara kedua kelompok. Hasil: Terdapat perbedaan bermakna pada: panjang basis kranium anterior (p=.002), panjang keseluruhan basis kranium (p=.001), panjang maksila (p=.000), panjang mandibula (p=.000), tinggi ramus mandibula (p=.000), panjang badan mandibula (p=.002), tinggi wajah anterior atas (p=.004). Tidak terdapat perbedaan bermakna pada: panjang basis kranium posterior (p=.051), tinggi wajah anterior bawah (p=.206), tinggi wajah posterior (p=.865), pola pertumbuhan/tipe wajah (p=.202). Kesimpulan: Kompleks nasomaksila merupakan area yang paling terpengaruh oleh adanya celah bibir dan langit-langit unilateral
Abstract
Introduction: The purpose of this study was to evaluate craniofacial morphology of pubertal children with complete unilateral cleft lip and palate following labioplasty and palatoplasty. Materials and methods: A series of 14 consecutively treated subjects with complete unilateral cleft lip and palate following labioplasty and palatoplasty were compared with 14 pubertal stage-matched controls with normal craniofacial structure. Pubertal stage was determined with cervical vertebral maturation (CVM) method improved by Baccetti et al, 2002.Lateral cephalograms were used for comparison. An unpaired t-test was run for 14 subjects with complete unilateral cleft lip and palate and 14 normal subjects. Results:: There were significant cephalometric differences in anterior cranial base length (p=.002), cranial base length (p=.001), maxillary length (p=.000), mandibular length (p=.000), mandibular ramus height (p=.000), mandibular body length (p=.002), and upper anterior face height (p=.004). There was no significant cephalometric difference in posterior cranial base length (p=.051), lower anterior face height (p=.206), posterior face height (p=.865), growth pattern/ facial type (p=.202). Conclusion: The maxillary complex was most affected by cleft lip and palate but growth disturbance in chidren with complete unilateral cleft lip and palate were not restricted only at the maxilla.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2012
T31135
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Riko Nofrizal, athor
Abstrak :
ABSTRAK
Persepsi merupakan suatu proses menyeleksi, mengatur dan menginterpretasikan berbagai masukan informasi sensorik untuk memperoleh pemahaman mengenai lingkungan. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengevaluasi perbandingan persepsi estetika dental antara orang awam dengan ortodontis berdasarkan Aesthetic Component dari IOTN. Terdapatnya hasil yang masih berbeda-beda dari beberapa penelitian sebelumnya serta belum adanyapenelitian sejenis di Indonesia dengan latar belakang kultural yang berbeda menjadi alasan dilakukan penelitian ini.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif crosssectional. Masing-masing kelompok terdiri dari 42 responden.Setiap responden diminta untuk membandingkan enam foto intra oral pada lembar kuesioner terhadap foto dari Aesthetic Component.Enam foto intra oral pada lembar kuesioner tersebut diambil dari enam pasien, dengan keadaan tiap foto intra oral tersebut mewakili salah satu foto dari Aesthetic Component.

Dari keenam foto intra oral pada lembar kuesioner yang dibandingkan terhadap keseluruhan foto dari Aesthetic Component, ditemukan satu foto yang memiliki perbedaan persepsi estetika dental antara orang awam dengan ortodontis, yaitu foto dengan keadaan deepbite. Sedangkan pada lima foto lainnya tidak terdapat perbedaan persepsi estetika dental antara orang awam dengan ortodontis.

Hasil penelitian secara keseluruhan menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan persepsi estetika dental antara orang awam dengan ortodontis pada hampir semua foto, kecuali satu foto dengan keadaan deepbite, yang dinilai berdasarkan Aesthetic Component dari IOTN.
ABSTRACT
Perception is a process of selecting, organizing and interpreting the input of sensory information to gain acomprehensionabout environment. Several studies had been conducted to evaluate comparation of dental aesthetic perceptions between the lay personsand orthodontists based on the Aesthetic Component of IOTN. The results of those studies still had differenceswith some previous studies. Because of the differences in results and yet no studies had been done in Indonesia with a different cultural background, the author found it interesting to study the topic more deeply.

The study was a descriptive cross-sectional study. Each group consisted of 42 respondents whereas each respondent was asked to compare six intra oralimages on a questionnaire sheet to the photos of Aesthetic Component. The six intra oral images were taken from six patients that represented the Aesthetic Componentimages.

From six intra-oral images on a questionnaire that had been compared to the overall pictures of Aesthetic Component, there wasan imagewhich hadgiven a different perception of dental aesthetics between the lay personsand orthodontists. It was animage with deepbite condition. Meanwhile, the rest ofimageshad no different perception of dental aesthetics between lay personand orthodontists.

The overall results showed that there was no different perception of dental aesthetics between the lay personsand orthodontists, exceptone image with deepbite condition, which was assessed based on the Aesthetic Component of IOTN.
2012
T31240
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library