Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Laksmi Vidjajanti
Abstrak :
Latar belakang: Pengukuran literasi kesehatan oral dimaksudkan untuk mengevaluasi potensi resiko terhadap kesehatan umum maupun kesehatan oral. Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui validitas dan reliabilitas instrumen Rapid Estimate of Adult Literacy in Dentistry-30 (REALD-30); Test of Functional Health Literacy in Dentistry (ToFHLiD); dan Oral Health Literacy Instrument (OHLI), dalam mengukur Literasi Kesehatan Oral ibu di DKI Jakarta. Metode: Penelitian menggunakan metode cross sectional. Dilakukan cross cultural adaptation instrumen REALD-30, ToFHLiD dan OHLI kemudian kuesioner dibuat dalam bentuk google form dan disebarkan kepada ibu yang memiliki balita di DKI Jakarta. Hasil: Sebanyak 170 ibu yang memiliki balita di DKI Jakarta mengisi ketiga kuesioner dalam waktu yang bersamaan. Mean Score REALD-30 adalah 17,16 (SD 5,2) dengan nilai minimum 5 dan maksimum 30. Mean Score ToFHLiD 11,06 (SD 2,69) CI 95% (10,65-11,47) dengan nilai minimum 2 dan nilai maksimum 14 dan Mean Score OHLI 71,29 (SD 18,65) CI 95% (68,46-74,11) dengan nilai minimal 22 dan maksimal 97. Interclass Correlation Coefficient (ICC) Tes-Retes pada REALD-30 ICC r = 97 (95%CI 0,91), ToFHLiD r = 89,9 (96%CI 0,61-0,97), OHLI r = 85,9 (95% CI 0,59-0,95) hasilnya berkorelasi hampir sempurna, Nilai Cronbach’s Alpha REALD-30 sebesar 0,945 (excellent), ToFHliD 0,838 (good) dan OHLI 0,799 (acceptable) sehingga dapat disimpulkan pengukuran dengan ketiga instrumen adalah reliabel, handal dan stabil. Kesimpulan: Ketiga instrumen REALD-30, ToFHLiD dan OHLI menunjukkan reliabilitas yang baik dan pada uji validitas menunjukkan Convergent Validity yang memuaskan antara OHLI dengan ToFHLiD serta Convergent Validity yang kurang memuaskan antara skor REALD-30 dan ToFHLiD. Discriminant Validity yang memuaskan pada ketiga instrumen. REALD-30 dan OHLI dapat digunakan untuk mengukur LKO pada ibu di DKI Jakarta sementara ToFHLiD perlu pengkajian lebih lanjut ......Background: Measurement of oral health literacy is intended to evaluate potential risks to general health and oral health. Objectives: The aims of this study were to determine the validity and reliability of the Rapid Estimate of Adult Literacy in Dentistry-30 (REALD-30) instrument; Test of Functional Health Literacy in Dentistry (ToFHLiD); and the Oral Health Literacy Instrument (OHLI), in measuring maternal Oral Health Literacy in DKI Jakarta. Methods: Research using cross sectional method. Cross cultural adaptation of the REALD-30, ToFHLiD and OHLI instruments was carried out, then a questionnaire was made in the form of a Google form and distributed to mothers who have toddlers in DKI Jakarta. Results: A total of 170 mothers with toddlers in DKI Jakarta filled out all three questionnaires at the same time. The mean score of REALD-30 was 17.16 (SD 5.2) with a minimum value of 5 and a maximum of 30. The mean score of ToFHLiD was 11.06 (SD 2.69) 95% CI (10.65-11.47) with a minimum score 2 and maximum score of 14 and OHLI Mean Score of 71.29 (SD 18.65) 95% CI (68.46-74.11) with minimum score of 22 and maximum of 97. Interclass Correlation Coefficient (ICC) Test-Retest on REALD- 30 ICC r = 97 (95%CI 0.91), ToFHLiD r = 89.9 (96%CI 0.61-0.97), OHLI r = 85.9 (95% CI 0.59-0.95 ) the results correlate almost perfectly, Cronbach’s Alpha REALD-30 0,945 (excellent), ToFHliD 0,838 (good) and OHLI 0,799 (acceptable) so it can be concluded that the measurements with the three instruments are reliable, reliable and stable. Conclusion: The three REALD-30, ToFHLiD and OHLI instruments show good reliability and the validity test shows satisfactory Convergent Validity between OHLI and ToFHLiD and unsatisfactory Convergent Validity between REALD-30 and ToFHLiD scores. Satisfying Discriminant Validity on all three instruments. REALD-30 and OHLI can be used to measure LKO in mothers in DKI Jakarta while ToFHLiD needs further study.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jessica Caroline
Abstrak :
Karies merupakan masalah kesehatan gigi mulut yang paling tinggi pada anak usia 3-5 tahun di Indonesia. Mengobati karies sejak dini dapat menghilangkan rasa sakit dan meningkatkan kualitas hidup anak. SDF merupakan salah satu perawatan karies pada gigi sulung. 59 anak usia 3-5 tahun di Serpong diaplikasikan SDF pada permukaan gigi sulung yang karies dan di evaluasi setelah 3 bulan. Ibu subjek diberikan kuisioner pengukuran kualitas hidup sebelum dan sesudah aplikasi SDF. Setelah dioleskan SDF, 89,36% karies terhenti. Kualitas hidup 59 subjek meningkat setelah aplikasi SDF (p < 0,05). SDF efektif dalam menghentikan karies gigi sulung dan meningkatkan kualitas hidup anak. ......Caries is the highest oral health problem in children aged 3-5 yeard old in Indonesia. Early caries treatment can heal tootache and increase quality of life. SDF is one of caries treatment for primary teeth. 59 children aged 3-5 years old were applied SDF and evaluated 3 months later. Mothers are given quality of life questionairre before and after SDF application. After SDF application, 89,36% caries are arrested. Quality of life of the subjects are increased after SDF application (p<0,05). SDF is effective in treating primary teeth caries and increase children quality of life.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rhaina Kirana Arishanti
Abstrak :
Latar Belakang: Media sosial digunakan oleh sebagian besar remaja sebagai salah satu sumber informasi kesehatan oral, salah satunya masalah gusi berdarah. Tujuan: Mengetahui hubungan penggunaan media sosial mengenai gusi berdarah dengan literasi kesehatan mulut pada murid SMA di DKI Jakarta. Metode: Studi potong lintang pada 500 murid kelas X SMA di DKI Jakarta pada bulan Agustus hingga September 2022 menggunakan kuesioner daring berisi 68 pertanyaan. Digunakan uji korelasi Spearman. Penilaian kualitas studi dilakukan berdasarkan panduan STROBE yang terdiri dari 22 domain. Hasil: Mayoritas murid kelas X SMA melakukan pencarian informasi gusi berdarah di Youtube (43%) dan Instagram (33,4%) dan terdapat perbedaan bermakna skor literasi kesehatan mulut antara mereka yang pernah melakukan pencarian informasi gusi berdarah di kedua platform tersebut dengan mereka yang tidak pernah. Selain itu, terdapat korelasi positif lemah (r = 0,148 (Instagram); r = 0,090 (Twitter); r = 0,153 (Youtube); r = 0,110 (Tiktok)) antara frekuensi penggunaan media sosial dalam mencari informasi gusi berdarah dengan tingkat literasi kesehatan mulut. Kesimpulan: Edukasi kesehatan gigi dan mulut melalui platform media sosial dapat dijadikan pertimbangan, mengingat banyaknya remaja yang memiliki dan menggunakan media sosial secara aktif. Namun, perlu diperhatikan pula mengenai kualitas dan kredibilitas informasi kesehatan gigi dan mulut yang tersedia di media sosial ......Background: Social media is used by most of adolescents as a source of oral health information, for example gum bleeding. Objectives: To determine the relationship between social media use about gum bleeding and oral health literacy among high school students in Jakarta. Methods: A cross-sectional study of 500 of 10th grade high school students in Jakarta from August to September 2022 using an online questionnaire containing 68 questions. Spearman correlation was used. The study quality assessment was carried out based on the STROBE guidelines consisting of 22 domains. Results: Most 10th grade high school students searched information about gum bleeding in Youtube (43%) dan Instagram (33,4%) and there are significant differences in oral health literacy score between those who have ever searched information about gum bleeding on both platform and those who have never. Furthermore, there are weak positive correlations (r = 0,148 (Instagram); r = 0,090 (Twitter); r = 0,153 (Youtube); r = 0,110 (Tiktok)) between frequency of social media use in searching information about gum bleeding and oral health literacy score. Conclusions: Dental and oral health education through social media platforms can be considered, given that there are most of adolescents who own and use social media actively. However, it is also necessary to pay attention to the quality and credibility of dental and oral health information available on social media.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Daiyane Safirasari
Abstrak :
Latar Belakang: Sebagai dokter gigi dalam melakukan layanan kesehatan kepada pasien sudah seharusnya menggunakan perawatan EBD. Mengajarkan EBD kepada mahasiswa kedokteran gigi saat ini adalah kunci untuk meningkatkan proporsi perawatan yang didasarkan pada bukti di masa yang akan datang. Tujuan: Mengetahui hubungan berbagai faktor yang berhubungan dengan pengetahuan dan persepsi mahasiswa fakultas kedokteran gigi Universitas Indonesia mengenai EBD.Metode: Design study menggunakan studi Cross-Sectional, cara pengambilan sampel menggunakan kuesioner melalui gogle form, jumlah sampel 416 mahasiswa FKG UI dimulai dari umur 18-25 tahun, angkatan 2017-2021, alat ukur menggunakan skala likert. Kuesioner terdiri dari 22 pertanyaan dengan 5 pertanyaan pada bagian pengetahuan (skala 1=benar, 0 = ragu-ragu / tidak tahu), 7 pertanyaan mengenai akses sumber pengetahuan (skala 1=Tidak pernah, 2=jarang, 3=Kadang-kadang, 4= sering , 5= sangat s ering) dan 10 pertanyaan mengenai persepsi (skala 1= Sangat tidak setuju , 2= Tidak setuju , 3= Netral, 4= Setuju , 5= Sangat setuju). Teknik pengambilan data menggunakan non probability sampling dengan purposive sampling. Data yang terkumpul diolah dengan menguji antar variabel secara bivariat dengan uji continuity correction, pearson chi-square dan regresi logistik biner. Hasil : Hasil uji bivariat menunjukan bahwa terdapat hubungan antara usia, angkatan masuk dan program pendidikan dengan pengetahuan mengenai EBD (p-value <0,05). Terdapat hubungan antara program pendidikan dan angkatan masuk dengan akses mengenai sumber pengetahuan EBD (p-value < 0,05). Namun, tidak terdapat hubungan antara usia, jenis kelamin, program pendidikan, dan angkatan masuk dengan persepsi mengenai EBD. Kesimpulan : Terdapat hubungan antara program pendidikan preklinik dan klinik mengenai akses sumber pengetahuan EBD pada mahasiswa FKG UI. .....Background: As a dentist in providing health services to patients, they should use EBD treatment. Teaching EBD to dental students today is key to increasing the proportion of evidence-based care in the future. Objective: To find out various factors related to the knowledge and perceptions of students of the Faculty of Dentistry at the University of Indonesia regarding EBD. Methods: A cross-sectional study, the sampling method used a questionnaire via Google form, the sample size was 416 FKG UI students starting at the age of 18-25 years, class 2017-2021, the measurement tool used a Likert scale. The questionnaire consisted of 22 questions with 5 questions on the knowledge section (scale 1=true, 0=doubtful / don't know), 7 questions regarding access to knowledge sources (scale 1=Never, 2=rarely, 3=Sometimes, 4 = often, 5 = very often) and 10 questions regarding perception (scale 1 = Strongly disagree, 2 = Disagree, 3 = Neutral, 4 = Agree, 5 = Strongly agree). The data collection technique uses non-probability sampling with purposive sampling. The collected data was processed by testing between variables in a bivariate manner with continuity correction, pearson chi-square and binary logistic regression tests. Results: The results of the bivariate test showed that there was a relationship between age, the enrollment force and educational programs and knowledge of EBD (p-value <0.05). There is a relationship between educational programs and the incoming cohort with access to EBD knowledge sources (p-value <0.05). However, there is no relationship between age, gender, educational program, and intake force with perceptions of EBD. Conclusion: There are differences between preclinical and clinical education programs regarding access to EBD knowledge sources for FKG UI students.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pambudi Andhira Pratama
Abstrak :
Latar Belakang: Penggunaan E-cigarette (rokok elektrik) semakin meningkat di kalangan mahasiswa, meskipun informasi tentang bahayanya telah tersebar luas. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi pengetahuan, sikap, dan kepercayaan terhadap E-cigarette pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia (FKG UI). Tujuan: Mengetahui tingkat pengetahuan, sikap dan keyakinan mahasiswa FKG UI tentang E-cigarette. Metode: Penelitian menggunakan desain potong lintang (cross-sectional), dengan pengambilan sample secara purposive berjumlah 119 responden adalah Mahasiswa preklinik Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. Pengiriman kuesioner dilakukan secara daring melalui Whatsapp dan Line. Pada awal kuesioner, ditanyakan pertanyaan awal mengenai karakteristik responden. Selanjutnya, responden diberikan 7 pertanyaan mengenai pengetahuan responden terkait E-cigarette, 4 pertanyaan mengenai kepercayaan responden terkait E-cigarette, 6 pertanyaan mengenai sikap responden terkait E-cigarette, dan 3 pertanyaan mengenai tindakan/practice responden yang merokok terkait dengan E-cigarette. Seluruh data yang terkumpul dianalisis bivariat dengan menggunakan tes Mann-whitney. Hasil: Dari 119 responden yang diteliti terdapat mahasiswa yang aktif menggunakan rokok dan e-cigarette berjumlah 17 mahasiswa, hasil tingkat rerata pengetahuan (4.97 p < 0.001) dan rerata sikap (8.28 p=0.003) mahasiswa kedokteran gigi yang tidak merokok lebih tinggi dibandingkan dengan rerata pengetahuan (3.24 p < 0.001) dan rerata sikap (6.88 p= 0.003) mahasiswa yang merupakan perokok aktif, sedangkan untuk tingkat rerata kepercayaan (5.71 p < 0.001) mahasiswa yang tidak merokok bernilai hampir sama dengan mahasiswa yang merupakan perokok aktif (5.76 p < 0.001). Kesimpulan: Mahasiswa FKG UI yang tidak merokok memiliki tingkat pengetahuan, sikap, dan kepercayaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan mahasiswa FKG UI yang menggunakan rokok tembakau dan E-cigarette. ......Background: The use of E-cigarettes is increasing among university students, despite widespread information about its dangers. This study aims to explore the knowledge, attitudes, and beliefs regarding E-cigarettes among students at the Faculty of Dentistry, Universitas Indonesia (FKG UI). Objective: To determine the levels of knowledge, attitudes, and beliefs of FKG UI students regarding E-cigarettes. Methods: This research utilized a cross-sectional design, with purposive sampling of 119 respondents who are preclinical students at the Faculty of Dentistry, Universitas Indonesia. The questionnaire was distributed online through Whatsapp and Line. At the beginning of the questionnaire, initial questions about the characteristics of the respondents were asked. Subsequently, respondents were given 7 questions about their knowledge of E-cigarettes, 4 questions about their beliefs related to E-cigarettes, 6 questions about their attitudes toward E-cigarettes, and 3 questions about the actions/practices of respondents who smoke related to E-cigarettes. All collected data were analyzed bivariately using the Mann-Whitney test. Results: Out of 119 respondents, there were 17 active users of both tobacco and E-cigarettes. The average knowledge level (4.97 p < 0.001) and average attitude (8.28 p=0.003) of non-smoking dental students were higher than the average knowledge level (3.24 p < 0.001) and average attitude (6.88 p= 0.003) of students who were active smokers. However, for the average belief level (5.71 p < 0.001), non-smoking students scored almost the same as active smoking students (5.76 p < 0.001). Conclusion: Non-smoking students at FKG UI have higher levels of knowledge, attitudes, and beliefs compared to FKG UI students who use both tobacco and E-cigarettes.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hans Christian
Abstrak :
Kecemasan merupakan hambatan bagi pasien dewasa maupun anak-anak dalam melakukan kunjugan dental. Usia 8 tahun merupakan masa perkembangan anak pada tahap akhir dari middle childhood dan usia 11 tahun merupakan masa perkembangan anak pada tahap akhir dari late childhood; kedua kelompok usia tersebut memperlihatkan perkembangan fisik, sosio-emosional serta kognitif yang berbeda. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan tingkat kecemasan dental pada anak usia 8 dan 11 tahun, serta perbedaan tingkat kecemasan dental berdasarkan jenis kelamin. Data diambil melalui wawancara pada siswa Sekolah Dasar Pelangi Kasih usia 8 dan 11 tahun pada tahun ajaran 2008-2009 menggunakan alat ukur berupa kuesioner CFSS-DS (Children?s Fear Survey Schedule ? Dental Subscale) yang telah dimodifikasi urutannya dengan masing-masing usia berjumlah 100 anak. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ersentase terbesar tingkat kecemasan dental tinggi terdapat pada anak usia 8 tahun sebesar 27% dan berdasarkan uji chi-square erlihat perbedaan tingkat kecemasan dental yang bermakna (p < 0,05) antara usia 8 dan 11 tahun. Sementara itu, berdasarkan jenis kelamin baik pada usia 8 dan 11 tahun, anak perempuan memiliki tingkat kecemasan dental yang lebih tinggi daripada anak laki-laki dengan masing-masing persentase sebesar 35,3% dan 20,8%; dan menggunakan uji chi-square terlihat perbedaan namun tidak ermakna (p > 0,05). ...... Dental anxiety is an inhibitor for adults and children patients to make a dental visit. A 8-year-old is the last stage of middle childhood in child development phase and a 11-year-old is the last stage of late childhood in child developmemt phase. These 2 groups show the difference of physical, social-emotional, and cognitive development. The aim of this study is to know the difference of dental anxiety on 8 and 11 years old children and it is based on the children?s gender. The data is taken through the interview from Pelangi Kasih Primary School students period 2008-2009 at the age of 8 and 11 years old using measurement tool in questionnaire form called CFSS-DS (Children?s Fear Survey Schedule ? Dental Subscale) and the arrangement has been modified. The questionnaire is given out to 100 children for each age. This study is a qualitative study with descriptive design. The study results show that 8 years old children have the greatest percentage in high level dental anxiety which is 27% and from chi-square test shows a significant difference (p < 0.05) in dental anxiety between 8 and 11 years old. Meanwhile, based on the gender, girls have higher dental anxiety than boys for both 8 and 11 years old children with each percentages are 35.3% and 20.8%; and from chi-square test shows differences but not ignificant (p > 0.05).
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ivan Fransiskus
Abstrak :
Kecemasan dental yang timbul pada masa kanak-kanak merupakan hambatan terbesar bagi dokter gigi dalam melakukan perawatan yang optimal. Usia 7 tahun merupakan fase pertengahan pada middle childhood dan usia 10 tahun merupakan fase pertengahan pada fase late childhood, kedua kelompok usia tersebut mempunyai tahap-tahap perkembangan fisik, sosio-emosional, dan koginitif yang berbeda. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan tingkat kecemasan dental pada anak usia 7 dan 10 tahun, serta perbedaan tingkat kecemasan dental berdasarkan jenis kelamin pada masing-masing usia tersebut. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara menggunakan kuesioner CFSS-DS yang telah dimodifikasi pada anak Sekolah Dasar Pelangi Kasih usia 7 dan 10 tahun dengan jumlah sampel sebanyak 100 siswa pada masing-masing kelompok usia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara tingkat kecemasan antara usia 7 dan 10 tahun. Pada usia 10 tahun memiliki tingkat kecemasan dental yang lebih tinggi. Berdasarkan perhitungan chi-square ditemukan perbedaan tersebut tidak bermakna (p<0,05). Perbedaan tingkat kecemasan juga ditemukan diantara anak laki-laki dan perempuan pada usia 7 dan 10 tahun dengan anak perempuan memiliki tingkat kecemasan yang lebih tinggi pada dua kelompok usia tersebut. Berdasarkan perhitungan chi-square ditemukan bahwa perbedaan antara jenis kelamin tidak bermakna pada usia 7 tahun (p<0,05) dan usia 10 tahun (p<0,05). ...... Dental anxiety in children is one of the obstacle that inhibit the dentist to perform an optimum dental treatment. Age of 7 years old is a middle stage in middle childhood phase and age of 10 years old is a middle stage in late childhood phase. The purpose of this study is to know the difference of dental anxiety on 7 and 10 years old children and dental anxiety between gender on that age group. The data were collected by interview in Pelangi Kasih Primary School using CFSS-DS (Children?s Fear Survey Schedule - Dental Subscale) questionnaire. The results show that there is a difference of dental anxiety between 7 and 10 years old which 10 years old children have a greater anxiety. Based on Chi-square analysis, the difference between those ages were not significant (p<0.05). The difference of dental anxiety were also found between boys and girl in those age groups. The result show that The girls were more anxious than boys and based on chi-square anylisis the difference between gender and dental anxiety were found not significant in 7 years old (p<0,05 ) and 10 years old (p<0,05).
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ginza Tania Widowati
Abstrak :
Skripsi ini membahas Frekuensi Distribusi Celah Bibir dan Langitan di Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita Jakarta Pada Tahun 1996 dan 1999. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa celah bibir dan langitan mayoritas berjenis kelamin laki-laki paling banyak ditemukan. Usia pasien saat datang terbanyak berusia 0-1 tahun. Faktor resiko yang paling banyak mempengaruhi pada tahun 1996 adalah faktor trauma tidak langsung dan tahun 1999 yaitu faktor multi yaitu obat/jamu dan trauma tidak langsung. Mayoritas wilayah tempat tinggal pasien berada di Tangerang dan Jakarta Barat. ;The focus of this study is the distribution and frequency of cleft lip and palate in RSAB Harapan Kita Jakarta period 1996 and 1999. ...... This research is a quantitatative with descriptive design. The result cleft lip and palate mostly found in male. Age patient when first came at 0-1 years old. In 1996, risk factor that mostly influence is mechanical forces but in 1999 mechanical forces and drugs mostly found. Location of patient mostly found at Tangerang and West Jakarta.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Erlianda
Abstrak :
Skripsi ini membahas tentang Distribusi Frekuensi Celah Bibir dan Langitan di Klinik Celah Bibir dan Langitan RSAB Harapan Kita Jakarta Tahun 1998 dan 2000. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif. Data didapat dari rekam medis pasien Klinik Celah Bibir dan Langitan RSAB Harapan Kita Jakarta. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa pada tahun 1998 dan 2000 pasien celah bibir dan langitan di kawasan Jabodetabek adalah 85 dan 105 pasien serta paling banyak adalah pasien berjenis kelamin laki-laki. Mayoritas pasien datang adalah saat usia 0-1 tahun. Tipe celah yang terbanyak adalah celah bibir dan langitan satu sisi dan dari berbagai kasus menunjukkan bahwa kelainan tersebut dipengaruhi oleh lebih dari satu faktor risiko. Berdasarkan wilayah tempat tinggal pasien, paling banyak ditemukan adalah di Tangerang dan Jakarta Barat. ...... The focus of this study is the distribution and frequency of cleft lip and palate in RSAB Harapan Kita Jakarta period of 1998 and 2000. This research is a quantitative with descriptive design. The data were collected used medical record in Klinik Celah Bibir dan Langitan RSAB Harapan Kita Jakarta. The result prove that in Jabodetabek found 85 patient in 1998 and 105 patient in 2000 for cleft lip and palate cases and mostly in male. Majority, patients came in 0-1 years old. Type of cleft mostly is unilateral cleft lip and palate and many cases shows that these deformity is caused by more than one risk factor. According to where patients live it is found that Tangerang and West Jakarta is the most area.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ana Mardlianah
Abstrak :
Latar belakang: Tidak terdapat informasi mengenai konsentrasi ion fluoride yang terkandung dalam pasta gigi anak yang terjual di Indonesia dan tidak terdapat peraturan di Indonesia yang merekomendasikan penggunaan pasta gigi berfluoride dengan konsentrasi yang bergantung pada usia. Tujuan: Menganalisa konsentrasi ion fluoride pada pasta gigi anak yang terjual di Indonesia. Metode: Delapan merek pasta gigi dengan masing-masing tiga sampel dianalisa menggunakan alat Ion Selective Elcetrode untuk menentukan konsentrasi ion fluoride terukur. Hasil: Konsentrasi ion fluoride terukur sesuai dengan konsentrasi tertulis pada label kemasan berjumlah satu produk. Tujuh produk lainnya menunjukkan konsentrasi ion fluoride terukur lebih tinggi dari konsentrasi tertulis pada label kemasan. Pasta gigi yang dipasarkan sebagai pasta gigi rendah fluoride 600 ppm menunjukkan konsentrasi fluoride terukur menjadi lebih tinggi dari 1000 ppm. Kesimpulan: Sebagian besar pasta gigi memiliki konsentrasi ion fluoride terukur yang tidak sesuai dengan konsentrasi ion fluoride yang tertulis pada label kemasan. Terdapat beberapa pasta gigi yang yang melebihi ketentuan Evidence Based Dentistry (EBD) dan BPOM RI. ......Background: There is no information about the concentration of fluoride ions contained in childrens toothpaste that is commersialized in Indonesia and there is no regulation in Indonesia that recommends the use of age-dependent fluoride toothpastes. Objective: To analyze the concentration of fluoride ions in children's toothpaste that is commersialized in Indonesia. Methods: Eight brands of toothpaste, three samples each, are analyzed using the Ion Selective Eletrode device to determine the measured fluoride ion concentration. Result: The concentration of fluoride ion is measured matching the written concentration on the packaging label of one product sample only. The rest 7 products sample showed the result of higher measured fluoride ions concentration than the written description on the packaging label. In one of the toothpaste sample which is marketed as a low fluoride toothpaste 600 ppm the result is showing that the concentration of the fluoride is higher than 1000 ppm. Conclusion: Most toothpastes are having the measured fluoride ion concentration that is not matching the fluoride ion concentration written on the packaging label. There are several toothpastes that even exceed the provisions of Evidence Based Dentistry (EBD) and BPOM RI.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>